Askeb Anc Pada Hepatitis B
Askeb Anc Pada Hepatitis B
Askeb Anc Pada Hepatitis B
Disusun oleh :
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
3
1.3 Tujuan.........................................................................................................
3
1.2.1 Tujuan Umum.............................. ...............................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hepatitis....................................................................................6
2.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Pengobatan
Hepatitis.........................................................6
2.4 Hepatitis dalam masa
kehamilan................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 langkah pertama : pengkajian data.........................................................
4.2 langkah kedua : interprestasi data..........................................................
4.3 langkah ketiga : diagnosa potensial.......................................................
4.4 langkah keempat : tindakan segera dan kolaborasi....................................
4.5 langkah kelima : perencanaan.................................................
4.6 langkah keenam : pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan............................
4.7 langkah ketujuh : evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan...............................................................................
5.2 saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila
timbul ikterus (gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling
sering adalah hepatitis virus.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama
dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang,
wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya
dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus
dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang
sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada trimester
I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester III.
Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak didunia
setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di
Jakarta diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B.
Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB) sejak
usia kanak-kanak. Sejumlah Negara di Asia, 8-10% populasi orang menderita
Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2013).Infeksi Hepatitis B masih tinggi kejadiannya
4% - 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka
kejadiannya 20% - 40%. Pada ibu hamil prevalensinya sebesar 4% dan penularan
ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke bayinya sebesar 45,9% (Harahap, 2009).
Sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survei nasional
untuk prevalensi Hepatitis B/C pada pasien hemodialisis) (Lukman, 2013).
1.2 Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. HEPATITIS A
1.Definisi
Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan
jarang sekali menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis
A). Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran /
tinja penderita biasanya dengan penularan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (fecal – oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Penyebaran
melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-
negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air
dan makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air
yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
2.Masa inkubasi
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak waktu
terkespos atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda
dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.
Penderita akan mengalami gejala – gejala subyektif dan obyektif (berdasarkan
pemeriksaan klinis).
Gejala – gejala subyektif berupa lemah, letih, lesu, hilang nafsu makan,
seringkali terjadi mual dan muntah yang terus menerus sehingga
menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah
Demam ( suhu tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning, urin
berwarna tua dan pekat, dan tinja pucat. Demam yang terjadi adalah
demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada
demam berdarah, tbc, thypus.
Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit
kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.
5.Pencegahan
Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster
yang dilakukan 6 – 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi
orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering
jajan di luar rumah.
6.Pengobatan
1. HEPATITIS B
1.Definisi
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya
di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu
anggota famili Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat
menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.
Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi
hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum
hepatitis dan telah
menjadi epidemi padasebagian Asia danAfrika.HepatitisBtelahmenjadi endemik d
i Tiongkok dan berbagai negaraAsia.
2. Proses Penularan
Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau
kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak
semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk
darah. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang
berusia produktif akan lebih berisiko terkena penyakit.
Proses penularan penyakit Hepatitis B dibedakan menjadi dua :
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B adalah demam, sakit
perut dan bagian tubuh tertentu bewarna kuning (terutama pada area mata yang
putih / sklera). Penderita hepatitis B kronik cenderung tampak tanda-tanda
tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih berisiko.
4.Diagnosa
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA
dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. CarrierHBsAg inaktif
diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi.
Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai
dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi,
petanda virologi, biokimiawi dan histologi.
Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran
histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi
yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT
normal memiliki respon serologi yang k urang baik pada terapi antiviral.
Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak
diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses
nekroinflamasi aktif. Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat
kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan
menentukan manajemen anti viral.
5.Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah
pemberian vaksin atau imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu
bulan dan 6 bulan kemudian. Hal ini ditujukan terutama pada orang-orang yang
berisiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik
(ganti-ganti pasangan / homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan
mereka yang berada di daerah rentan banyak kasus Hepatitis B.
6.Pengobatan
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan
maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai
Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan
(oral) dan secara injeksi.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap
virus Hepatitis B pasca periode akut.
1. HEPATITIS C
1.Definisi
2.Proses Penularan
Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, tetapi
pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian sel-sel hati
dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C sering kali
orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi
telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar
diantaranya adalah Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap
dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebutjaundice (jarang terjadi).
Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada
pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang
enzyme hati fluktuasi bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis
C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.
4.Pencegahan
5. Pengobatan
1. HEPATITIS D
1. HEPATITIS E
1. Defenisi
Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah
dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan
dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi
sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi manusia, babi dan spesies
hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk kasus-kasus sporadis hepatitis
E di negara-negara berkembang dan industri.
3.Penyebaran
Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan umum di
negara manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia Tenggara, Afrika
bagian utara dan tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini menyebar terutama
melalui kontaminasi tinja pada pasokan air atau makanan; transmisi orang-ke-
orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi saat berhubungan seks oral-anus
(misalnya menjilat anus). Wabah epidemi Hepatitis E paling sering terjadi setelah
hujan lebat dan musim hujan karena gangguan pasokan air.
Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala Hepatitis-
Splenomegaly pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait
dengan HEV mamalia dan mungkin merupakan sebuah genus baru.
replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus besar
serta hati babi yang terinfeksi.
4.Pencegahan
Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan
kebersihan pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih
tinggi untuk persediaan air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun
persiapan makanan sanitasi.
1. HEPATITIS G
1.Definisi
Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.
2.Penyebab
Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus hepatitis
C. Kontak dengan darah yang terinfeksi HGV.
3.Gejala
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita
hepatitis C juga menderita hepatitis ini.
4.Diagnosa
Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk
mengetahui adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan, virus
itu sendiri telah menghilang.
5.Pengobatan
Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita
harus banyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi.
6.Pencegahan
Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya dengan
menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum
suntik atau peralatan lain secara bersamaan.
Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita tidak
hamil pada wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia yang sama.
Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan
ialah
Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan
peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat
penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini
bertentangan dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa hepar
membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke
III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh
pembesaran rahim.
Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan
mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna.
Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak
khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan, meskipun
terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler.
Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih
berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase
inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu
yang sangat tinggi. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai
kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat
menentukan prognose.
Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari
keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula
meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi
hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.
a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin
barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada
periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya
perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai
suatubentuk cirrhosis.
Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi
sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar
janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa
penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka
kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari
tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu
hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan
menimbulkan penularan jauh lebih besar kepada janinnya dibandingkan dengan
Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari
bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier
Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B
antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap
kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi
pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu
hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat
adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang
mengalami hemolitik jaundice.
Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka
gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai
sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat
menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari
kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang
menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus
B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan
kehamilan berikutnya.
a. Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis
virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan.
Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil
hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis. Untuk kehamilan berikutnya diberi jarak
sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6
bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah kembali normal.
Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
b. Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita
tidak hamil. Penderita harus istirahat di rumah sakit sampai gejala icterus hilang
dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit
mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan
hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit.
Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai resiko
untuk terjadinya perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar vitamin K.
Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus
antigen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila
tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
c. Penanganan Khusus
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik
3. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
4. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang
d. berlebihan dan demam
1. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma
2. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin
3. Penatalaksanaan neonatal
4. Evaluasi sistem pembekuan darah
2. Masalah
Hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah yang terjadi
pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi : pandangan mata kabur dan
sering pusing (Dian, 2012)
3. Kebutuhan
merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi di
dalam diagnose dan masalah. Kebutuhan pada ibu hamil dengan
hipertensi adalah diet tinggi protein dan rendah garam Dian, 2012)
menpenjelasan tentang penyebab terjadinya hipertensi tujuannya agar
ibu tidak cemas dan memberikan perencanaan untuk mengurangi
kecemasan dan ketidaknyamanan ibu tersebut.
TIJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 06 Agustus 2022
Jam masuk : 11.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS / BIODATA
Nama ibu : Ny. R Nama suami : Tn. M
Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan: SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : nanggalo siteba padang Alamat : nanggalo siteba
padang
No. HP : 08238356xxxx No. HP : 08127788xxxx
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Haid : Teratur : Ya
Siklus : 28 hari
c. Disminorea : Tidak ada
d. Warna : Merah kehitaman
e. Bentuk perdarahan/haid : Encer
f. Flour albus : Tidak ada
2. 6 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Dokte 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada r 3500gr/
P
3. 4 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3500gr/
LK
4 3 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 50cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3400gr/
p
5 2th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3600gr/
p
6 ini
9. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Menikah umur : 22 tahun
Lama menikah : 10 tahun
Setelah menikah berapa lama baru hamil : 3 bulan
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Berat Badan Sebelum Hamil : 49 kg
Berat Badan Sekarang : 59 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Lingkar Lengan Atas (LILA) : 26 cm
4. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. INSPEKSI
Linea alba : Ada
Striae : Tidak Ada
Bekas Luka Operasi : Ada
b. PEMESARAN PERUT : Sesuai usia kehamilan
c. TERLIHAT GERAKAN ANAK : Ya
d. PALPASI
Leopold I : TFU setinggi PX, bagian fundus
teraba bundar, lunak dan tidak
melenting kemungkinan bokong
janin.
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba
keras, memapan dan memanjang
kemungkinan punggung janin.
Bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil kemungkinan
ekstremitas janin
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba
bulat, keras dan masih bisa
digoyangkan kemungkinan kepala
janin, kepala belum masuk PAP.
Leopold IV : belum dilakukan
Mc. Donald : 32 cm
TBBJ : 2.945 gram
e. AUSKULTASI
DJJ : Positif (+)
Frekuensi : 145 kali/menit
Intensitas : Kuat
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LABORATORIUM :
HB : 10,5 gram %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
HBsAG : Positif
b. USG/CTG : Ada
c. RADIOLOGI : Tidak dilakukan
C. ANALISA
Asuhan kebidanan pada Ny. “R” G6P5A0H5 usia kehamilan 35-36 minggu
dengan hepatitis
Data Dasar :
1. Data Subyektif :
a. Ny R datang kepuskesmas inggin memeriksakan kehamilannya,ibu
mengatakan ini kehamilan yang ke enam dan inggin kontrol ulang
kehamilan
b. Ny R mengatakan haid terakhirnya 23-01-2018
2. Data Obyektif :
a. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
b. Pemeriksaan sklera terdapat ikterik
c. Pemeriksaan penunjang laboratarium didapatkan hasil HBsAg (+)
positif
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 06 Agustus 2022
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan dan mengenai hepatitis
pada ibu hamil adalah suatu infeksi hati atau liver dengan ciri
penguningan pada kuku, mata, dan kulit pada ibu hamil dan
kemungkinan dapat menular pada bayinya.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu sudah paham
mengenai hepatitis
2. Menganjurkan ibu untuk diit hepatitis yaitu dengan mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein, cukup vitamin
dan mineral, rendah garam
Evaluasi : Ibu sudah paham apa saja yang di konsumsi
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga agar ibu lebih
bersabar atas atas keadaannya
Evaluasi : Ibu sudah menerima keadaannya saat ini
4. Menjelaskan ibu bahwa Ibu hamil dengan hebatitis harus dirujuk ke RS
Evaluasi : Ibu bersedia dirujuk kerumah sakit
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dalam penerapan manajemen asuhan
kebidanan pada ibu bersalin Ny “R“ umur 37 tahun dengan Hepatitis. Pembahasan
ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata dengan asuhan kebidanan
yang terdiri dari 7 langkah Varney :
4.5 Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen
terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
data ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien
dan dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya.
Dengan kata lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencangkupi
semua hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan asuhan
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dari teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien.
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan dan mengenai hepatitis pada
ibu hamil adalah suatu infeksi hati atau liver dengan ciri penguningan pada
kuku, mata, dan kulit pada ibu hamil dan kemungkinan dapat menular pada
bayinya.
2. Menganjurkan ibu untuk diit hepatitis yaitu dengan mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan mineral,
rendah garam
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga agar ibu lebih
bersabar atas atas keadaannya
4. Menjelaskan ibu bahwa Ibu hamil dengan hebatitis harus dirujuk ke RS
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinjauan teori dan tinjauan kasus
tidak terdapat kesenjangan.
4.6 Penatalaksanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan
seluruh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun
bidan tidak melakukan sendiri bidan tetap bertanggungjawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana.
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan dan mengenai hepatitis pada
ibu hamil adalah suatu infeksi hati atau liver dengan ciri penguningan pada
kuku, mata, dan kulit pada ibu hamil dan kemungkinan dapat menular pada
bayinya.
5. Menjelaskan kepada ibu untuk diit hepatitis yaitu dengan mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan
mineral, rendah garam
2. Melakukan kolaborasi denga dokter dan tenaga medis lainnya, dalam
memberikan terapi tindakan dan pemeriksaan loboratorium ulang.
Pada kasus rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny ”R” sudah
dilaksanakan seluruhnya dengan demikian apa yang dijelaskan di tinjaun teori dan
yang ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.
4.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan
masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif dan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses menajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang lagi
dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manejemen yang tidak efektif
serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Pada kasus Ny ”R” hasil evaluasi yang penulis dapatkan tercapai seluruh
perencanaan tindakan dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan teori
dan yang ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis di sebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling
sering di jumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil, peniyebab hepatitis
terutama oleh virus hepatitis B walau kemungkinan juga dapat karena virus
hepatitis A atau C . hepatitis juga dapat terjadi pula setiap saat kehamilan dan
mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibunya. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Pada trimester I dapat terjadi keguguran pada trimester II dan III sering
terjadi premature . adapun beberapa jenis virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.
4.2 Saran
1. Penulis
Diharapkan menjadi koreksi diri dan juga bisa menjadi koreksi tentang
pembuatan makalah yang benar
2. Pembaca