Makalah Komunitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Walaupun kebijakan kependudukan dan program pembangunan
sosial dan ekonomi yang dihasilkan Indonesia telah berhasil menurunkan
angka kelahiran dan kematian sehingga menghambat laju pertumbuhan
penduduk tetapi jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah.
Di daerah yang yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi
perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan
proporsi anak-anak usia 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat
proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia
lanjut (lansia) secara perlahan.
Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya
masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-4 tahun masih besar sehingga
memerlukan investasi social dan ekonomi yang besarr pula untuk
penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar
permasalahan kemiskinan. Jadi, aspek demografis mempunyai kaitan erat
dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini.
Kesimpulannya adalah bahwa pertumbuhan penduduk berkaitan dengan
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar demografi?
2. Bagaiman definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara
perhitungan fertilisasi ?
3. Bagaiman definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara
perhitungan mortalitas ?
4. Bagaiman definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara
perhitungan mobilitas ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan komunitas 2 tentang
kependudukan atau demografi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar demografi
b. Untuk mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
cara perhitungan fertilisasi
c. Untuk mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
cara perhitungan mortalitas
d. Untuk mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
cara perhitungan mobilitas
D. Manfaat
1. Untuk mahasiswa
Dapat mengatahui dan menambah wawasan tentang kependudukan
atau demografi
2. Untuk dosen
Sebagai tambahan literature dalam menambahan wawasan tentang
kependudukan atau demografi
3. Untuk kampus
Untuk menjadi audit internal kualitas pengajar Untuk
tambahan infomasi dan bahan keperpustakaan dalam memberi materi
pada mahasiswa mahasiswi instusi pendidikan tentang kependudukan
atau demografi
4. Untuk pembaca
Untuk pembaca memahami dan mengetahui tentang
kependudukan atau demografi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Demografi

1. Pengertian
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau
penduduk dan grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adalah
tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai penduduk. Menuruit
A. Guillaerd (1985), demoigrafi adalah elements de statistique
humaine on demographic compares. Definisi demografi antara lain
sebagai berikut.

a. Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah


kependudukan, terutama dalamm kaitannya dengan jumlah,
struktur, dan perkembangan suatu penduduk.
b. Demografi merupakan studi stastistik dan matematis tentang
besar, komposisi, dan distribusi penduduk, serta perubahan-
perubahannya sepanjang masa melalui komponen demografi,
yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
c. Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran
territorial dan komposisi penduduk, serta perubahan-perubahan
dan sebab-sebabnya.
2. Ruang lingkup
Demografi mencakup batasan-batasan umum kematian, kelahiran,
migrasi, dan perwakinan dengan proses penduduk dan hukum
pertumbuhan penduduk. Sedangkan menurut A. Laundry (1937),
demografi formal bersifat analitnik matematik dan teknik-teknik
sosiologikal. Demografi atau studi populasi adalah penghubungan
antara penduduk dan sistem sosiel.

3. Tujuan dan kegunaan


1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam daerah
tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan, masa lampau, penurunannya, dan
persebarannya.
3. Menggambarkan hubungan sebab akibat antara perkembangan
penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa akan datang
dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

4. Kebijakan penduduk
Kebijakan kependuduk merupakan gejala yang relatife baru.
Kebijakan dapat meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk
yang menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan,
meingkatkan kesejahteraan, serta usaha-usaha untuk menambah
kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai kebijakan itu
mempengaruhi penduduk, naik mengenai besar komposisi, distribusi,
pertumbuhannya, maupun cirri-ciri penduduk yang lain. Kebijakan
kependudukan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merupakan langkah-langkah dan program-program yang membantu
tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografi, dan tujuan-
tujuan umum yang lain dengan jalan mempengeruhi variabel-variabel
demografi utama, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk, serta
perubahan dan cirri-ciri demografi. Perlu dibedakan antara kebijakan
yang mempengaruhi variabel-variabel kependudukan maupun yang
menggapai perubahan-perubahan penduduk. Kebijakan yang
mempengaruhi variabel kependudukan, misalnya mengadakan
vaksinasi anak-anak dengan tujuan menyelamatkan mereka dari
berbagai penyakit yang berbahaya.

Kebijakan yang menggapai perubahan penduduk antara lain


pendirian sekolah-sekolah untuk menampung peningkatan jumlah
anak-anak yang disebabkan oleh penurunan angka kematian anak-
anak. Kebijakan kependudukan berhubungan dengan keputusan
pemerintah. Dengan merujuk pada kelahiran, kematian, dan
perbesaran penduduk pemerintah menyusun kebiakn yang
mempengaruhi penduduk.

5. Ruang lingkup kebijakan penduduk


Kebijakan kependudukan berhubungan dengan dinamika
kependudukan, yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas,
mortalitas, dan migrasi. Kebijakan kependudukan dapat
mempengaruhi fersilitas. Fersilitas sering hanya hubungankan dengan
penurunan fersilitas melalui Keluarga Berencana (KB). Kebijakan
mengenai mortalitas biasanya langsung dihubungkan dengan
kesehatan, bahkan sering dihubungkan dengan klinik, rumah sakit,
dan dokter. Mortalitas mempunyai hubungan yang erat dengan
morbidilitas.

Migrasi merupakan mekanisme redistribusi penduduk. Urbanisasi


sebagai keadaan dan proses pemutusan penduduk di daerah urban
(perkotaan) banyak dipengaruhi oleh migrasi dari desa ke kota.
Masalah yang dapat mempengaruhi fersilitas ialah nuptialitas, yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan.

6. Program – program kependudukan


Kegiatan nyata untuk melakukan kebijakan dengan dasar tertentu,
batas waktu, dan dana tertentu. Kegiatan KB adalah program
kependudukan. Peningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
akan menurunkan angka kematian bayi juga merupakan program
kepnduduk. Dalam kenyataannya, program kependudukan di
Indonesia diartikan sebagai beyond family planning yaitu kegiatan-
kegiatan yang menjangkau lebih jauh dari KB.

Transmigrasi merupakan kebijakn kependudukan mengenai


migrasi. Kebijakannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi
yang diatur oleh pemerintah sejak tahun 1972 dengan Undang-Undang
No. 3 yang mengatur tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan
Transmigrasi.
7. Kebijakan kependudukan diberbagai negara
Pengertian kebijakan kependudukan di banyak negera dihuungkan
dengan KB. Di negara-negara tersebut, usaha KB dilakukan oleh
organisasi-organisasi masyarakat dengan dana dari masyrakat pula.
Dengan demikian, pengetahuan dan sikap positif terhadap KB serta
praktik KB dimulai dari golongan atas menurun ke golongan
menengah terus ke golongan buruh akhirnya mencapai petani di desa-
desa.

8. Berbagai kebijakan kependudukan


Kebiajakan yang banyak dianut di berbagai negara adalah
kebijakan antinatalis. Negara-negara yang menjalankan kebijakan KB
bersifat antinatalis. Alasan umum yang digunakan adalah untuk
kesejahteraan ibu dan anak, baik ditinjau dari kesehatan ibu dan anak
maupun pertimbangan kesejahteraan sosial ekonomi keluarga.

Sedangkan kebijaksanaan pronatalis tidak banyak diikuti. Contoh


yang sering digunakan adalah Perancis yang sudah kalah perang
dengan Jerman pada tahun 1871, keluarga-keluarga dianjurkan untuk
memperbesar jumlah keluarga dengan meningkatkan kelahiran.
Sementara itu, pemerintahan Hongkong menggalakkan memperbesar
jumlah keluarga sebab tren ibu-ibu karier yang tidak ingin mempunyai
anak dulu. Macam kebijakan kependudukan dapat bersifat nasional
terpadu atau sektoral. Semua komponen yang mempunyai hubungan
dengan penduduk mempunyai orientasi yang sama.

Negara-negara Asia terbagi dua dalam kebijakan


kependudukannya. Negara-negara di Asia Selatan, Tenggara, dan
Timur hampir semua mengikuti kebijakan antinatalis. Dari Pakistan
sampai Jepang, dengan perkecualian Birma dan Vietnam, semuanya
menjalankan KB. Cina bahkan sejak akhir-akhir ini mengusahakan
keluarga dengan hanya satu anak setelah penduduk mendekati jumlah
satu miliar.
Program-program yang mempunyai akibat kependudukan lebih
bersifat sosial ekonomi atau sekadar menampung akbat-akibat
negative tindakan masyarakat. Di Amerika selatan kebijakan
kepndudukan dapat dibagi dua, yaitu kebijakan pronalitas di sebagaian
besar negara-negara yang penduduknya beragama Katolik dan
antinatalis. Negara-negara Amerika Latin mengikuti paham yang
mengatakan bahwa apabila keadaan sosial ekonomi diperbaiki, maka
angka kelahiran akan turun, seperti halnya dalam teori transisi
demografi.

9. Kebijakan kependudukan di indonesia


Kebijakan yang menyangkut distribusi penduduk sesudah diikuti
sejak permulaan abad ke-19 oleh pemerintah Hindia belanda. Jawa
diperkirakan hanya mampu menampung 30 juta penduduk dan
selebihnya harus ditransmigrasikan. Undang-undang No. 3 Tahun
1972 memberikan tujuan yang luas pada transmigrasi di mana
pertimbangan demografi hanya merupakan satu dari 7 sasaran yang
terdiri atas:

a. Peningkatan taraf hidup


b. Pembangunan daerah
c. Keseimbangan penyebaran penduduk.
d. Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia
e. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
f. kesatuan dan persatuan bangsa
g. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.

Kebijakan kependudukan telah dirumuskan dalam GBHN.


Kebijakan ini merupakan bagian dari kebijakan kependudukan yang
meliputi:

1. Bidang pengendalian kelahiran


2. Penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak;
3. Perpanjangan harapan hidup
4. Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang;
5. Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata
6. Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja.

Kebijakan kependudukan utama di Indonesia adalah Kebijakan


Keluarga Berencana. Kebijaksanaan ini sudah diketahui oleh semua
petugas KB maupun masyarakat.

1. Program KB sesuai dengan Deklarasi PBB mengenai


kependudukan di mana Presiden Soeharto ikut menandatangani
deklarasi ini. Kebijaksanaan pemerintah yang menjadi komitmen
pimpinan teringgi untuk melaksanakan program KB merupakan
salah satu produk “Orde Baru” yang paling penting dengan
jangkauan yang jauh.
2. Kenyataan bahwa dukungan masyarakat cukup besar dari golongan
maupun secara prinsipil tidak ada terhadap program KB.
3. Indnesia dapat membuktikan nbahwa KB dapat di laksanakan di
daerah pedesaan secara efektif. Kegagalan program KB di negara-
negara lain karena dimulai pada aspek teknis medis, yaitu
pengadaan klinik-klinik KB.
4. Menjadikan KB sebagai suatu lembaga atau pranata sosial, maka
KB diusahakan untuk menjadi bagian integral dari kehidupan
masyarakat dalam bentuk Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS).
5. Usahakan untuk melaksanakan kegiatan beyond family planning.
Konsep ini sebenarnya sebagai usaha untuk mempertemukan tiga
pandangan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya
dapat dicapai melalui pemangunan ekomomi. Apabila ekonomi
terbangun, fertilitas akan turun dengan sendirinya.
b. Pandanga bahwa perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang
mengurangi peranaan anak dalam kehidupan keluarga dan
sebagai jaminan hari tua maupun tenaga bantu untuk keluarga.
c. Pandangan bahwa dengan program KB yang dikelola dengan
baik, fertilitas akan dapat diturunkan.
Negara-negara yang berhasil menurunkan fertilitas dengan
cepat dalam masa dua dasawarsa terakhir adalah Korea Taiwan,
Hongkong, dan Singapura.

Dalam hal transmigrasi masih perlu untuk mencari pendekatan


yang lebih mantap. Cara berpikir yang inovatif dan lebih efisien perlu
dikembangkan sehingga sasaran kuantiatif (500 ribu kepala keluarga)
dalam Pelita III dapat dicapai. Sesuai dengan Undang-undang No. 31
Tahun 1972, transmigrasi swakarsa harus lebih didorong untuk
memulai proses migrasi berantai.

Baik KB maupun transmigrasi mempunyai implikasi sosial,


ekonomi, budaya, dan politik. Mengingat pentingnya masalah
kependudukan, sehingga perlu adanya undang-undang yang mengatur
pokok-pokok mengenai kependudukan sebagai suatu sistem yang
terpadu. Undang-undang yang mencakup aspek-aspek kependudukan
secara menyeluruh akan menjadi pegangan dalam menangani masalah
penduduk yang kompleks secara terpadu.

10. Masalah kependudukan di indonesia


Berikut ini adalah masalah kependudukan yang ada di Indonesia.

a. Jumlah penduduk relative besar; pada tahun 2000 diperkirakan


200 juta.
b. Laju pertummbuhan penduduk tinggi, pada tahun 1971-1980 =
2,32% tahun.
c. Kepadatan penduduk penyebarannya tak merata.
d. Susunan usia penduduk tak seimbang.

11. Transisi demografi


Angka kelahiran dan kematian
50

40

I II III IV 30

Keterangan :

1. Stabil tinggi : kelahiran tinggi, kematian tinggi.


2. Stabil rendah : kelahiran rendah, kematian rendah.
3. Dari stabil tinggi ke stabil rendah melalui tahapan transisi (tahap I-
IV).

Tahap I : Pratansisi

Angka kelahiran tinggi, kematian tinggi. Mengapa? Manusia


masih sangat bergantung pada alam musim panen, disamping itu
banyak peperangan, penyakit, dan lain-lain. Jadi kelahiran tinggi
merupakan kompensasi kematian yang tinggi.

Tahap II

Ada keterlibatan pemerintah, angka kematian manurun, tetapi


kelahiran meningkat karena masyarakat tidak tahu adanya penurunan
kematian. Shingga terjadilah peledakan penduduk dan krisis pangan.

Tahap III

Tahap ini pada garis dimulailah revolusi industri yang


memperkerjakan orang usia produktif laki-laki dan perempuan
sehingga ada tahap ini kelahiran menurun.
Tahap IV

Pada akhirnya industri membawa dampak penurunan


pertambahan kelahiran, karena orang sudah berubah pola pikinya.
Mereka memilih tidak punya anak/ tidak menikah karena dirasakan
lebih menguntungkan atau bisa dinikmati.

Transisi di Indonesia

Sebelum merdeka angka kelahiran tinggi, kematian tinggi


(karena budaya, seperti orang Jawa; adanya istilah anak ontang-
anting, pendawa lima, dan lain-lain). Transisi dimulai pada tahun 1966
dengan adanya angak kelahiran yang tinggi dan kematian rendah.
Program Keluarga Berencana dimulai pada tahun 70-an.

12. Struktur dan persebaran penduduk

Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada


komposisi penduduk dan persebaran penduduk. Dalam demografi ada
tiga fenomena yang merupakan bagian penting dari penduduk, yaitu:
1) dinamika kependudukan (change in population), 2) komposisi
penduduk (population composition), 3) besar dan persebaran
penduduk (size and poplation distribution) .

Sebagaimana kita ketahui, penduduk dapat dibagi dalam


berbagai cirri atau karakteristik tertentu, baik sosial ekonomi maupun
geografis. Pengelompokan penduduk sanat berguna untuk berbagai
maksud dan tujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui sumber daya manusia yang ada, baik menurut usia


maupun jenis kelamin.

2. Mengambil suatu kebijaksanaan yang berhubungan dengan


kependudukan.

3. Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk


lainnya.
4. Melalui penggambaran piramida penduduk dapat diketahui
“proses demografi” yang telah terjadi pada penduduk tersebut.

13. Komposisi penduduk


Pengelompokkan penduduk berdasarkan cirri-ciri tertentu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : 1) bilogis, meliputi: usia dan jenis
kelamin; 2) sosial, meliputi: tingkat pendidikan, status perkawinan dan
sebagainya; 3) ekonomi, meliputi: penduduk yang aktif secara
ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan
sebaginya; 4) geografis berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan,
pedesaan, provinsi, dan kabupaten.

1. Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin


Usia dan jenis kelamin merupakan karakter penduduk
yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting, baik
terhadap tingakh laku demografis maupun sosial ekonomi.
Distribusi usia dalam demografi penduduk dapat digolongkan
menurut usia satu tahunan juga lima tahunan.

2. Pengelompokan penduduk berdasarkan cirri-ciri sosial.


Pengelompokan penduduk berdasarkan cirri-ciri sosial
antara lain tingkat pendidikan pendudukk, status perkawinan, dan
sebaginya. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan
tercermin pada kepandaian membaca, menulis (literacy), dan
tingkat pendidikan.

3. Penduduk berdasarkan cirri-ciri ekonomi


Penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi meliputi:
lapangan pkerjaan, jenis pekerjaan, status pkerjaan, dan
sebagainya.

4. Komposisi penduduk Indonesia berdasarkan tempat tinggalnya.


Berdasarkan data sensus tahun 1971 komposisi penduduk
Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 17,4%
b. Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sebesar 72,6%.

14. Konsep, definisi, dan Ukuran-ukuran dalam Demograsi


Dalam membahas komposisi penduduk, terutama yang berhubungan
dengan komposisi menurut usia dan jenis kelamin, terdapat beberapa
konsep, definisi, dan ukuran-ukuran yang perlu diketahui, antara lain
sebagai berikut.

1. Usia Tunggul (Single Age)


Usia tunggal adalah usia sesorang yang dihitung berdasarkan hari
ulang tahun terakhirnya. Misalnya, jika sekarang berusia 11 ½
tahun, maka dalam pengertian di atas dianggap berusia 11 tahun.
Pada kenyataannya, baik dalam survey maupun sensus menanyakan
usia seseorang tidaklah mudah. Masih banyak penduduk Indonesia
yang tidak tahu sama sekali mengenai tanggal kelahiran maupun
tahunnya. Ada kecendurungan orang menyenangi usia-usia 30
tahun, keadaan seperti itu disebut age heaping atau age preference.
Kesalahan pelaporan usia bisa terjadi, baik lapangan (sewaktu
survey ataupun sensus) maupun pada saat memproses data usia.

2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)


Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu,
biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
perempuan. Rumus :

Sex Ratio = Jumlah penduduk laki-laki x k

Jumlah penduduk

Perempuan
Pada tahun 2008 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia 97. Ini
berarti tiap 100 perempuan terdapat 97 laki-laki, yaitu jumlah
penduduk laki-laki 58.338.664 dan jumlah penduduk perempuan
60.029.206

Sehingga sex ratio = dibulatkan menjadi 97.

3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)


Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang
yang tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun )
dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (usia 15-64
tahun )

4. Usia Median (Median Age)


Usia median adalah usia yang membagi penduduk menjadi dua
bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang pertama lebih muda
dan bagian yang kedua lebih tua daripada medium age. Usia
median ini ditentukan berdasarkan usia dari sebagian penduduk
yang lebih tua dan usia sebagian penduduk pada kelompok-
kelompok usia tertentu.

15. Persebaran penduduk


Secara garis besar, persebaran penduduk dapat digolongkan
menurut geografis serta adminiatrasi dan politik.

1. Geografis.
Indonesia yang terdiri atas beberapa kepulauan besar dan
kecil, penduduknya tersebar secara tidak merata. Terdapat 922
pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Pulau yang
terdapat penduduknya adalah pulau Jawa, lebih dari sepuluh (64%)
penduduk Indonesia bertempat tinggal di pulau tersebut, padahal
luasnya hanya 6,6% dari luas wilayah Indonesia. Sedangkan daerah
Kalimantan yang luasnya 27,2 % hanya dihuni oleh 4,4% dari
seluruh penduduk Indonesia. Persebaran penduduk yang belum
merata ini tentu saja menimbulkan masalah sosial ekonomi yang
serius bagi pemerintah. Persebaran penduduk dunia secara
geografis sebagaimana kita ketahui penduduk tersebar di lima
benua, yaitu : Asia, Afrika, Amerika, Eropa, dan Oseania.
2. Administrasi dan politis.
Secara administrasi dan politis penduduk Indonesia tersebar
di 27 provinsi; namun menjadi 26 provinsi setelah Timor-Timor
menjadi negara merdeka. Setela itu diadkan pemekaran untuk
wilayah administrasi provinsi, sihingga jumlah provinsi Indonesia
saat ini banyak 33 provinsi. Selanjutnya di tiap-tiap provinsi secara
administrasi dibagi dalam Kabupaten, Kecamatan, dan Kelurahan.
Dalam sistem administrasi pemerintahan di Indonesia terdapat tiga
daerah khusus atau istimewa yang setingkat dengan provinsi, yaitu:
Daerah Istimewa Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam), Daerah
Istimewa Yogyakrta, dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
16. Piramida penduduk
Komposisi usia dan jeni kelamin suatu penduduk secara grafik
dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berikut ini cara
penggambaran piramida penduduk.

1. Sumbu vertical untuk distribusi usia.


2. Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk, dapat absolute maupun
presentase.
3. Dasar piramida di mulai untuk usia muda ( 0 – 4) tahun, semakin
ke atas untuk usia yang lebih tua.
4. Puncak piramida untuk usia tua sering dibuat dengan sistem open
end interval , artinya untuk usia 75, 76, 77, 78 dan seterusnya
cukup dituliskan 75 +
5. Bagian sbelah kiri untuk penduduk laki-laki dan bagian sebelah
kanan untuk penduduk perempuan.
6. Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompokm usia
harus sama.

17. Tiga ciri penduduk


Berdasarkan komposisi usia dan jenis kelamin,maka karakteristik
penduduk dari suatu negara dapat dibedakan atas tiga ciri(the three
general population) berikut ini.

1. Expansive, yaitu sebagian besar penduduk berada dalam kelompok


usia termuda, contoh negara indonesia.
2. Constrictive, yaitu sebagian kecil penduduk berada dalam
kelompok usia muda, contoh negara Amerika Serikat.
3. Stationary, yaitu banyaknya penduduk tiap kelompok usia hampir
sama banyaknya dan mengecil pada usia tua kecuali pada
kelompok usia tertentu, contoh negara Swedia.

B. Fertilisasi
1. Definisi Fertilisasi
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
(FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan banyaknya bayi
yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya
seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak
diperkirakan berapa lama bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda
kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain bernafas, ada
denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi
tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).
Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang
demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar
dilahirkan hidup (Pollard, 1989). Disamping istilah fertilitas ada juga
istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan
fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak
lahir hidup (Mantra, 2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi
kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu. Disatu
pihak
mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai jumlah
kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan (Barcla,
1984).
Menurut Kotmanda (2010) yang mengutip pendapat Hatmadji
(1981), ferttilitas merupakan kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup. Fertilitas merupakan hasil reproduksi
nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam
pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup.
Menurut Ali (2011) yang mengutip pendapat Pollard (1984), fertilitas
adalah suatu istilah yang dipergunakan di dalam bidang demografi
untuk menggambarkan jumlah anak yang benar- benar dilahirkan hidup.
Fertilitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang diterapkan untuk
mengukur hasil reproduksi wanita yang diperoleh dari statistik jumlah
kelahiran hidup. Menurut Sukarno (2010)
Fertilitas merupakan jumlah dari anak yang dilahirkan hidup
dengan pengertian bahwa anak yang pernah dilahirkan dalam kondisi
hidup menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jika anak pada saat
dilahirkan dalam kondisi hidup kemudian meninggal pada waktu masih
bayi tetap dikatakan anak lahir hidup (ALH). Pengukuran fertilitas lebih
kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang
perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih
dari seorang bayi. Seorang perempuan yang telah melahirkan seorang
anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua
orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu
orang saja. Masalah lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas
ialah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada
kemungkinan dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah
tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.
Universitas Sumatera Utara. Memperhatikan masalah-masalah diatas,
terdapat variasi pengukuran fertilitas yang
dapat diterapkan yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan pengukuran
fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga
mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan
(vital rates/current fertility) ialah mengukur jumlah kelahiran pada
tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai
resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut (Mantra, 2006).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilisasi
Faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi tinggi
rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor demografi
dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur
umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi
(gangguan) perkawinan, dan proporsi yang kawin.
Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi
penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi
dan industrialisasi. Variabel variabel di atas dapat berpengaruh
langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh
tidak langsung (Mantra, 2009).
Dalam buku Pegangan Bidang Kependudukan dikatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kelahiran (fertilitas) adalah : struktur umur,
tingkat pendidikan, umur pada waktu perkawinan pertama, banyaknya
perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan
pendapatan/kekayaan (FEUI, 1984). Pendapat lain mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kelahiran dapat dilihat dalam buku
Kependudukan Liku-liku Penurunan Kelahiran oleh Masri Singarimbun
mengatakan faktor-faktor yang menurunkan kelahiran adalah
industrilisasi, urbanisasi, perbaikan keadaan ekonomi, kemajuan
pendidikan, pebaikan status wanita, pebaikan keadaan kesehatan, dan
penurunan angka kematian (UGM,1982). Kedua pendapat ini hampir
sama, yang perlu diambil kesimpulan dari kedua pendapat ini bahwa
banyak faktor yang dapat mempengaruhi/memperkecil kelahiran, tetapi
salah satu diantaranya yang mempunyai kaitan dengna keluarga
berencana adalah penggunaan alat kontrasepsi, sedangkan faktor lain
merupakan penunjang dari pada keluarga berencana (Sinuraya, 1990).
Jumlah anak dari seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang termasuk tingkat pendidikan (penundaan perkawinan), umur
kawin pertama, umur melahirkan anak pertama, jumlah anak yang
diinginkan, dan penggunaan metode kontrasepsi (SDKI, 2013).
Menurut Davis dan Blake (1956) yang dikutip oleh Mantra (2009),
dalam tulisan berjudul The Social Structure of Fertility : An Analitical
Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi
fertilitas melalui variabel antara. Dalam bukunya itu Davis dan Blake
menulis mengenai proses reproduksi seorang wanita usia subur melalui
tiga tahap, yaitu hubungan seks, konsepsi, kehamilan dan kelahiran.

3. Perhitungan Fertilisasi
Ukuran Dasar Dalam Pengukuran Fertilitas
Ada dua macam pendekatan, yaitu yearly performance (current
fertility) dan reproductive history ( comulative fertility).

1. Yearly performace (current fertility)


Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk untuk
jangka waktu satu tahun.

a. Crude birth rate (CBR) atau angka kelahiran kasar.


Rumus :

CBR = B x k

Di mana;

B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun.

R = banyaknya penduduk pada pertengahan tahun.


k = bilangan konstanta, biasanya 1.000.

Contoh :

Banyaknya kelahiran di Gresik pada tahun 2008 adalah 182.880 orang


bayi. Banyaknya penduduk Gresik pada pertengan tahun 2008
sebesar 4.546.942 orang.

Maka CBR = 182.880 x 1.000 = 40 per seribu penduduk

4. 546.942

b. Angka kelahiran umum atau General Fertiliti Rate (GFR)


GFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita yang berumur 15
– 49 atau 15 - 49 tahun.

Rumus : GFR = Pᶠ 4-49 K atau GFR = Pᶠ 15 - 44

Di mana :

B = banyaknya kelahiran selama 1 tahun.

Pᶠ4-49 = banyaknya penduduk wanita yang berumur 14 – 49 tahun


pada pertengahan tahun.

Pᶠ15-44 = banyaknya penduduk wanita yang berumur 14 – 44 tahun


pada pertengahan tahun.

K = bilangan konstanta, biasanya 1000.

Kelebihannya adalah ukuran ini hanya memasukan wanita yang


berusia 15 – 49 tahun, sedangkan kelemahan ukuran ini tidak
membedakan resiko melahirkan dari berbagai kelompok usia.

c. Angka kelahiran menurut kelompok usia atau Age Specific Fertiliti


Rate (ASFR)
ASFR adalah banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok
usia tertentu.
Rumus:

ASFR ͥ = b ͥ k ( i = 1-7 )

Di mana :

b ͥ = banyaknya kelahiran di dalam kelompok usia 1 selama 1 tahun.

K = bilangan konstanta, biasanya 1000.

Kelebihannya adalah ukuran lebih cermat dari GFR dan ASFR


dimungkinkan dilakukannya fertilitas menurut kohor, sedangkan
kelemahannya tidak menunjukan ukuran fertilitas untuk keseluruhan
wanita usia 15 – 49 tahun.

d. Total Fertility Rate (TFR)


Jumlah dari ASFR, bahwa usia dinyatakan dalam satu tahunan.

TFR = 5 i=17 ASFR i ( i = 1,2 …… )

Di mana ;

ASFR = angka kelahiran menurut kelompok usia

I = kelompok usia 5 tahunan di mulai dari 15 – 19

Kelebihan rumus ini adalah ukuran seluruh wanita usia 15 – 49 tahun


yang di hitug berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok usia.

2. Reproductive History ( Cumulative Vertility )


a. jumlah anak yang pernah di lahirkan
Mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok wanita selama
reproduksinya,

Kelebihannya adalah mudah di dapatkan informasinya dan tidak


ada referensi

Waktu, sedangkan kelemahannya adalah angka paritas kelompok


usia akan
Mengalamin kesalahan pelaporan usia penduduk dan angka
kecenderungan .Semakin tua semakin besar.

b. Child Woman Ratio (CWR)


Hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak di bawah 5 tahun.

Rumus:

CWR = Pᵒ-4 x k

P15-44 atau

CWR = Pᵒ-4 x k

P15-49

Dimana:

P0-4 = banyaknya penduduk usia 0-4 tahun.

P15-44 = banyaknya wanita usia 15-44 tahun.

P15-49 = banyaknya wanita usia 14-49 tahun.

K = konstanta, biasanya 1000.

Kelebihan metode ini adalah data yang di perlukan tidak memerlukan


pernyataan khusus, sedangkan kelemahanny langsung di pengaruhi
oleh kekurangan pelaporan tentang anak serta di pengaruhi olehh
tingkat moralitas anak di bawah 1 tahun lebih besar dari orang tua.

c. Menghitung GFR berdsarkan CWR


Asumsi yang di gunakan tidak ada migrasi

Langkah - langkah

 - Hitung jumlah anak di bawah 5 tahun ( P0-4 ) misal : 431.658


- Hitung jumlah wnita usia 15 – 44 tahun ( Pᶠ 15-44 )

- Hitung jumlah wanita usia ( Pᶠ 20-49 ) misal : 458.851


 Hitung jumlah wanita usia 17½ - 47½
Pᶠ 17½ - 47½ = ½ ( Pᶠ 15-44 + Pᶠ 20-49 ) = ½ ( 537.670 + 458.851 ) =
498.261
Hitung rasio masih hidup ( survival ratio )0-4 : L0-4
 Hitung
 Mencari
 Perkiraan
 GFR
C. Mortalitas
1. Definisi Mortalitas
 Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang
ibu secara lengkap tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah
pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-
tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali pusat,
atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandnag apakah tali puat sudah
dipotong atau belum (LIVE BIRTH)
 Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
(DEATH)
 Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)
1) Abortus, kemtian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
2) Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16
minggu sampai pada umur kandungan 28 minggu.
3) Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas
28 minggu sampai waktu lahir.
 Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
1) Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya
pada waktu keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
2) Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian
bayi sebelum berumur satu bulan.
3) Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah
kematian bayi setelah berumur satu bulan teetapi kurang dari
satu tahun.
4) Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir
hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mortalitas
Faktor faktor yang mempengaruhi mortalitas dibedakan menjadi 2
kategori, yaitu:
a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia, seperti:
 Umur
 Kelamin
 Penyakit
 Kecelakaan
 Kekerasan
 Bunuh diri
b. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang bersumber dari luar diri manusia, seperti:
 Tekanan psikis maupun fisik
 Kedudukan dalam perkawinan
 Kedudukan social ekonomi
 Tingkat pendidikan
 Pekerjaan
 Beban anak yang dilahirkan
 Tempat tinggal dan lingkungan
 Tingkat pencemaran lingkungan
 Fasilitas kesehatan
 Kemampuan mencegah penyakit
 Politik dan bencana alam
3. Perhitungan Mortalitas
Dasar pengukuran kematian ada dua yaitu angka kematian
kasar dan angka kematian menurut umur
a. Angka kematian kasar

CDR = D X K
P
CDR = Angka Kematian Kasar
D: Jumlah kematian
P: Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K: Konstanta (1000)
b. Angka kematian berdasarkan umur
ASDR = D1 X K
P1
ASDR = Angka kematian Berdasarkan Umur
D : Jumlah kematian usia tertentu
P : Jumlah penduduk kelompok umur tertentu
K : Konstanta (1000)

D. Mobilitas
1. Definisi Mobilitas
Mobilitas sosial disebut juga Gerak Sosial adalah perubahan,
pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran
anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil
dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti
jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang
yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh
miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosialmasyarakat
inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas
sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi
lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan
yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi,
meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang
lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan
orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka
hidup dalam kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi
pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah
strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup
kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat
feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada
masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta
yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang
rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi,
meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan
demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang
lebih tinggi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mortalitas


Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Perubahan kondisi social
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena
adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya,
kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke
atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
2. Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat
membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial.
Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan
berkurangnya penduduk.
3. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang
beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada
dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan
akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan
komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas
garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus
menerobos rintangan yang menghadang.
4. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh
tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi
dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan
menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena
spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini
memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat
menempati status tersebut.
5. Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan
pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi.
Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung
membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-
orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah
mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki
kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
6. Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah
orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu
yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam
mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak
menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status,
akibat dari kurangnya pengetahuan.
3. Perhitungan Mobilitas

Angka mobilitas (m): merupakan rasio dari banyaknya penduduk


(M) yang berpindah secara lokal dalam suatu jangka waktu tertentu
terhadap total jumlah penduduk (P). Angka mobilitas dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

Dengan:
m = angka mobilitas.
M = jumlah penduduk yang berpindah secara lokal dalam suatu
waktu.
P = jumlah total penduduk/populasi.

Angka migrasi masuk (mi) menunjukkan banyaknya migran


yang masuk (I), per 1000 jiwa di daerah tujuan dalam waktu setahun.

mi = angka migrasi masuk.


I = jumlah migran yang masuk.
P = biasanya adalah jumlah penduduk di pertengahan tahun.

Angka migrasi keluar (mo) menunjukkan banyaknya migran


yang keluar (O), per 1000 jiwa dalam waktu setahun.

mo = angka migrasi keluar.


O = jumlah migran yang keluar.
P = biasanya adalah jumlah penduduk di pertengahan tahun.
Angka migrasi netto (mn) merupakan selisih antara banyaknya
migran yang masuk (I) dan banyaknya migran yang keluar (O) pada
suatu wilayah, per 1000 jiwa dalam satu tahun.

mn = angka migrasi netto.


I = jumlah migran yang masuk.
O = jumlah migran yang keluar.
P = biasanya adalah jumlah penduduk di pertengahan tahun.

Angka migrasi bruto (mb) menunjukkan banyaknya kejadian


perpindahan penduduk per seribu penduduk, yaitu jumlah migrasi
masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah penduduk wilayah asal dan
jumlah penduduk wilayah tujuan.

mb = angka migrasi bruto.


I = jumlah migran yang masuk.
O = jumlah migran yang keluar.
P1 + P2 = jumlah penduduk wilayah asal ditambah jumlah
penduduk wilayah tujuan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan
ekonomi yang dihasilkan Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kelahiran dan kematian sehingga menghambat laju pertumbuhan penduduk
tetapi jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah.
Kebijakan kependuduk merupakan gejala yang relatife baru.
Kebijakan dapat meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk yang
menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan, meingkatkan
kesejahteraan, serta usaha-usaha untuk menambah kesejahteraan penduduk
lainnya.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan :
Bagi institusi pendidikan di harapkan untuk mendalami tentang
kependudukan atau demografi sehingga yang bersangkutan dapat
memberikan pengarahan yang lebih intensif.
2. Bagi mahasiswa :
Bagi mahasiswa mengenai makalah dapat dijadikan wawasan
tambahan mengenai kependudukan atau demografi
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Fery. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik

dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Iqbal Wahit, Mubarak. 2005. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan

Teori 1. Jakarta : Salemba Medika

Iqbal Wahit, Mubarak, dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan

Komunitas 1. Jakarta : Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai