Makalah Komunitas
Makalah Komunitas
Makalah Komunitas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Walaupun kebijakan kependudukan dan program pembangunan
sosial dan ekonomi yang dihasilkan Indonesia telah berhasil menurunkan
angka kelahiran dan kematian sehingga menghambat laju pertumbuhan
penduduk tetapi jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah.
Di daerah yang yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi
perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan
proporsi anak-anak usia 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat
proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia
lanjut (lansia) secara perlahan.
Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya
masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-4 tahun masih besar sehingga
memerlukan investasi social dan ekonomi yang besarr pula untuk
penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar
permasalahan kemiskinan. Jadi, aspek demografis mempunyai kaitan erat
dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini.
Kesimpulannya adalah bahwa pertumbuhan penduduk berkaitan dengan
kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar demografi?
2. Bagaiman definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara
perhitungan fertilisasi ?
3. Bagaiman definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara
perhitungan mortalitas ?
4. Bagaiman definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan cara
perhitungan mobilitas ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan komunitas 2 tentang
kependudukan atau demografi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar demografi
b. Untuk mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
cara perhitungan fertilisasi
c. Untuk mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
cara perhitungan mortalitas
d. Untuk mengetahui definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan
cara perhitungan mobilitas
D. Manfaat
1. Untuk mahasiswa
Dapat mengatahui dan menambah wawasan tentang kependudukan
atau demografi
2. Untuk dosen
Sebagai tambahan literature dalam menambahan wawasan tentang
kependudukan atau demografi
3. Untuk kampus
Untuk menjadi audit internal kualitas pengajar Untuk
tambahan infomasi dan bahan keperpustakaan dalam memberi materi
pada mahasiswa mahasiswi instusi pendidikan tentang kependudukan
atau demografi
4. Untuk pembaca
Untuk pembaca memahami dan mengetahui tentang
kependudukan atau demografi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau
penduduk dan grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adalah
tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai penduduk. Menuruit
A. Guillaerd (1985), demoigrafi adalah elements de statistique
humaine on demographic compares. Definisi demografi antara lain
sebagai berikut.
4. Kebijakan penduduk
Kebijakan kependuduk merupakan gejala yang relatife baru.
Kebijakan dapat meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk
yang menghendakinya, memberikan kesempatan pendidikan,
meingkatkan kesejahteraan, serta usaha-usaha untuk menambah
kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai kebijakan itu
mempengaruhi penduduk, naik mengenai besar komposisi, distribusi,
pertumbuhannya, maupun cirri-ciri penduduk yang lain. Kebijakan
kependudukan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merupakan langkah-langkah dan program-program yang membantu
tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografi, dan tujuan-
tujuan umum yang lain dengan jalan mempengeruhi variabel-variabel
demografi utama, yaitu besar dan pertumbuhan penduduk, serta
perubahan dan cirri-ciri demografi. Perlu dibedakan antara kebijakan
yang mempengaruhi variabel-variabel kependudukan maupun yang
menggapai perubahan-perubahan penduduk. Kebijakan yang
mempengaruhi variabel kependudukan, misalnya mengadakan
vaksinasi anak-anak dengan tujuan menyelamatkan mereka dari
berbagai penyakit yang berbahaya.
40
I II III IV 30
Keterangan :
Tahap I : Pratansisi
Tahap II
Tahap III
Transisi di Indonesia
Jumlah penduduk
Perempuan
Pada tahun 2008 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia 97. Ini
berarti tiap 100 perempuan terdapat 97 laki-laki, yaitu jumlah
penduduk laki-laki 58.338.664 dan jumlah penduduk perempuan
60.029.206
1. Geografis.
Indonesia yang terdiri atas beberapa kepulauan besar dan
kecil, penduduknya tersebar secara tidak merata. Terdapat 922
pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Pulau yang
terdapat penduduknya adalah pulau Jawa, lebih dari sepuluh (64%)
penduduk Indonesia bertempat tinggal di pulau tersebut, padahal
luasnya hanya 6,6% dari luas wilayah Indonesia. Sedangkan daerah
Kalimantan yang luasnya 27,2 % hanya dihuni oleh 4,4% dari
seluruh penduduk Indonesia. Persebaran penduduk yang belum
merata ini tentu saja menimbulkan masalah sosial ekonomi yang
serius bagi pemerintah. Persebaran penduduk dunia secara
geografis sebagaimana kita ketahui penduduk tersebar di lima
benua, yaitu : Asia, Afrika, Amerika, Eropa, dan Oseania.
2. Administrasi dan politis.
Secara administrasi dan politis penduduk Indonesia tersebar
di 27 provinsi; namun menjadi 26 provinsi setelah Timor-Timor
menjadi negara merdeka. Setela itu diadkan pemekaran untuk
wilayah administrasi provinsi, sihingga jumlah provinsi Indonesia
saat ini banyak 33 provinsi. Selanjutnya di tiap-tiap provinsi secara
administrasi dibagi dalam Kabupaten, Kecamatan, dan Kelurahan.
Dalam sistem administrasi pemerintahan di Indonesia terdapat tiga
daerah khusus atau istimewa yang setingkat dengan provinsi, yaitu:
Daerah Istimewa Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam), Daerah
Istimewa Yogyakrta, dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
16. Piramida penduduk
Komposisi usia dan jeni kelamin suatu penduduk secara grafik
dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berikut ini cara
penggambaran piramida penduduk.
B. Fertilisasi
1. Definisi Fertilisasi
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
(FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan banyaknya bayi
yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya
seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak
diperkirakan berapa lama bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda
kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain bernafas, ada
denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi
tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).
Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang
demografi untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar
dilahirkan hidup (Pollard, 1989). Disamping istilah fertilitas ada juga
istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan
fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak
lahir hidup (Mantra, 2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi
kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu. Disatu
pihak
mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai jumlah
kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan (Barcla,
1984).
Menurut Kotmanda (2010) yang mengutip pendapat Hatmadji
(1981), ferttilitas merupakan kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup. Fertilitas merupakan hasil reproduksi
nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam
pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup.
Menurut Ali (2011) yang mengutip pendapat Pollard (1984), fertilitas
adalah suatu istilah yang dipergunakan di dalam bidang demografi
untuk menggambarkan jumlah anak yang benar- benar dilahirkan hidup.
Fertilitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang diterapkan untuk
mengukur hasil reproduksi wanita yang diperoleh dari statistik jumlah
kelahiran hidup. Menurut Sukarno (2010)
Fertilitas merupakan jumlah dari anak yang dilahirkan hidup
dengan pengertian bahwa anak yang pernah dilahirkan dalam kondisi
hidup menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jika anak pada saat
dilahirkan dalam kondisi hidup kemudian meninggal pada waktu masih
bayi tetap dikatakan anak lahir hidup (ALH). Pengukuran fertilitas lebih
kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang
perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih
dari seorang bayi. Seorang perempuan yang telah melahirkan seorang
anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.
Kompleksnya pengukuran fertilitas, karena kelahiran melibatkan dua
orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu
orang saja. Masalah lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas
ialah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada
kemungkinan dari mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah
tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.
Universitas Sumatera Utara. Memperhatikan masalah-masalah diatas,
terdapat variasi pengukuran fertilitas yang
dapat diterapkan yaitu pengukuran fertilitas tahunan, dan pengukuran
fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas kumulatif ialah mengukur
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan hingga
mengakhiri batas usia subur. Sedangkan pengukuran fertilitas tahunan
(vital rates/current fertility) ialah mengukur jumlah kelahiran pada
tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai
resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut (Mantra, 2006).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilisasi
Faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi tinggi
rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor demografi
dan faktor non demografi. Faktor demografi diantaranya adalah struktur
umur, struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi
(gangguan) perkawinan, dan proporsi yang kawin.
Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi
penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi
dan industrialisasi. Variabel variabel di atas dapat berpengaruh
langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh
tidak langsung (Mantra, 2009).
Dalam buku Pegangan Bidang Kependudukan dikatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kelahiran (fertilitas) adalah : struktur umur,
tingkat pendidikan, umur pada waktu perkawinan pertama, banyaknya
perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan
pendapatan/kekayaan (FEUI, 1984). Pendapat lain mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kelahiran dapat dilihat dalam buku
Kependudukan Liku-liku Penurunan Kelahiran oleh Masri Singarimbun
mengatakan faktor-faktor yang menurunkan kelahiran adalah
industrilisasi, urbanisasi, perbaikan keadaan ekonomi, kemajuan
pendidikan, pebaikan status wanita, pebaikan keadaan kesehatan, dan
penurunan angka kematian (UGM,1982). Kedua pendapat ini hampir
sama, yang perlu diambil kesimpulan dari kedua pendapat ini bahwa
banyak faktor yang dapat mempengaruhi/memperkecil kelahiran, tetapi
salah satu diantaranya yang mempunyai kaitan dengna keluarga
berencana adalah penggunaan alat kontrasepsi, sedangkan faktor lain
merupakan penunjang dari pada keluarga berencana (Sinuraya, 1990).
Jumlah anak dari seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang termasuk tingkat pendidikan (penundaan perkawinan), umur
kawin pertama, umur melahirkan anak pertama, jumlah anak yang
diinginkan, dan penggunaan metode kontrasepsi (SDKI, 2013).
Menurut Davis dan Blake (1956) yang dikutip oleh Mantra (2009),
dalam tulisan berjudul The Social Structure of Fertility : An Analitical
Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi
fertilitas melalui variabel antara. Dalam bukunya itu Davis dan Blake
menulis mengenai proses reproduksi seorang wanita usia subur melalui
tiga tahap, yaitu hubungan seks, konsepsi, kehamilan dan kelahiran.
3. Perhitungan Fertilisasi
Ukuran Dasar Dalam Pengukuran Fertilitas
Ada dua macam pendekatan, yaitu yearly performance (current
fertility) dan reproductive history ( comulative fertility).
CBR = B x k
Di mana;
Contoh :
4. 546.942
Di mana :
ASFR ͥ = b ͥ k ( i = 1-7 )
pͥ
Di mana :
Di mana ;
Rumus:
CWR = Pᵒ-4 x k
P15-44 atau
CWR = Pᵒ-4 x k
P15-49
Dimana:
Langkah - langkah
CDR = D X K
P
CDR = Angka Kematian Kasar
D: Jumlah kematian
P: Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K: Konstanta (1000)
b. Angka kematian berdasarkan umur
ASDR = D1 X K
P1
ASDR = Angka kematian Berdasarkan Umur
D : Jumlah kematian usia tertentu
P : Jumlah penduduk kelompok umur tertentu
K : Konstanta (1000)
D. Mobilitas
1. Definisi Mobilitas
Mobilitas sosial disebut juga Gerak Sosial adalah perubahan,
pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran
anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil
dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti
jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang
yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh
miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosialmasyarakat
inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas
sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi
lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan
yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi,
meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang
lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan
orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka
hidup dalam kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi
pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah
strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup
kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat
feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada
masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta
yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang
rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi,
meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan
demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang
lebih tinggi.
Dengan:
m = angka mobilitas.
M = jumlah penduduk yang berpindah secara lokal dalam suatu
waktu.
P = jumlah total penduduk/populasi.