Gaji Atau Upah Kerja Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

Pertanyaan mengenai Gaji atau Upah Kerja

Apa itu upah minimum? Apa kita bisa complain bila gaji dibayarkan terlambat? Gaji/Upah
merupakan hal krusial dalam bekerja karena merupakan penghargaan dari hasil pencapaian kerja
kita. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita belajar mengenai Gaji/Upah!

Apa kata Undang-Undang mengenai Upah?


Menurut Pasal 1 ayat 30 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Namun, dalam menetapkan besarnya upah, pengusaha dilarang membayar lebih rendah dari
ketentuan upah minimum yang telah ditetapkan pemerintah setempat (Pasal 90 ayat 1 UU No. 13/
2003). Apabila pengusaha memperjanjikan pembayaran upah yang lebih rendah dari upah
minimum, maka kesepakatan tersebut batal demi hukum (Pasal 91 ayat 2 UU No. 13/2003)
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003). Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan
yang melindungi pekerja/buruh meliputi:
• upah minimum
• upah kerja lembur
• upah tidak masuk kerja karena berhalangan
• upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
• upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
• bentuk dan cara pembayaran upah
• denda dan potongan upah;
• hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
• struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
• upah untuk pembayaran pesangon; dan
• upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Komponen upah sendiri terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok
sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap (Pasal 94 UU No. 13/2003).

Apa itu Upah Minimum Propinsi (UMP)?


Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku
industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena
pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap provinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum
Provinsi.
Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah minimum diarahkan
kepada pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak. Upah minimum ditentukan oleh Gubernur
setelah mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi yang terdiri dari pihak
pengusaha, pemerintah dan serikat buruh/serikat pekerja ditambah perguruan tinggi dan pakar.

Apakah Upah Minimum Provinsi (UMP) sama dengan upah pokok?


UMP tidak sama dengan upah pokok, melainkan upah pokok ditambah dengan tunjangan
tetap. Tunjangan tidak tetap tidak termasuk dalam komponen Upah Minimum. Besarnya upah pokok
sekurang-kurangnya harus sebesar 75 % dari jumlah Upah Minimum.
Apa yang dimaksud dengan pemberian upah?
Pemberian Upah merupakan suatu imbalan/balas jasa dari perusahaan kepada tenaga kerjanya
atas prestasi dan jasa yang disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah kerja yang diberikan
biasanya tergantung pada:

• Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya


• Peraturan perundang – undangan yang mengikat tentang Upah Minimum Provinsi (UMP)
• Kemampuan dan Produktivitas perusahaan
• Jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
• Perbedaan jenis pekerjaan

Kebijakan komponen gaji/upah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Yang jelas, gaji tidak
boleh lebih rendah dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah.

Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai penggajian?


Besaran upah atau gaji dan cara pembayarannya merupakan salah satu isi dari perjanjian kerja
(Pasal 54 ayat 1 huruf e UU No. 13/2003). Akan tetapi dalam perjanjian kerja, tidak dijabarkan
secara detail mengenai sistem penggajian, hal tersebut akan dituangkan lebih lanjut dalam
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB), atau dibuat dalam bentuk struktur
dan skala upah menjadi lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari PP/PKB. PP dan PKB merupakan kesepakatan tertulis dan hasil perundingan antara
pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha

Berdasarkan pasal 14 ayat (3) Permenaker No. 1 Tahun 1999, Peninjauan besarnya upah pekerja
dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan atas kesepakatan tertulis antara
pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha. Kesepakatan tertulis tersebut ditempuh dan dilakukan
melalui proses perundingan bipartit antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan
yang bersangkutan. Dari perundingan bipartit tersebut kemudian melahirkan kesepakatan, yang
selanjutnya kesepakatan tersebut dituangkan secara tertulis Peraturan Perusahaan (PP), atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Apa saja yang termasuk dalam komponen upah?
Yang termasuk dalam komponen upah berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan
Pendapatan Non Upah, yaitu:

1. Upah Pokok: adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau
jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
2. Tunjangan Tetap: adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang
diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu
yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan Isteri; Tunjangan Anak;
Tunjangan Perumahan; Tunjangan Kematian; Tunjangan Daerah dan lain-lain. Tunjangan
Makan dan Tunjangan Transport dapat dimasukan dalam komponen tunjangan tetap apabila
pemberian tunjangan tersebut tidak dikaitkan dengan kehadiran, dan diterima secara tetap
oleh pekerja menurut satuan waktu, harian atau bulanan.
3. Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja dan
keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu
pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan Transport yang didasarkan pada kehadiran,
Tunjangan makan dapat dimasukan ke dalam tunjangan tidak tetap apabila tunjangan
tersebut diberikan atas dasar kehadiran (pemberian tunjangan bisa dalam bentuk uang atau
fasilitas makan).

Apa ada Undang – Undang yang mengatur mengenai Tunjangan pekerja?


Ada Tunjangan yang diatur ada juga yang tidak. Undang – Undang tidak mengatur mengenai
tunjangan tidak tetap (tunjangan makan, transportasi, dll). Kebijakan mengenai tunjangan jenis ini,
tergantung perusahaan masing-masing. Untuk Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan, dalam UU no
13 pasal 99 mengatur adanya Jaminan Sosial untuk para pekerja.

Adapula Tunjangan Hari Raya (THR), pemberian THR Keagamaan bagi pekerja di perusahaan
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang
Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan. Menurut peraturan tersebut,
pengusaha diwajibkan untuk memberi THR Keagamaan kepada pekerja yang telah mempunyai
masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih secara terus-menerus. Pekerja yang bermasa kerja 12 bulan
secara terus menerus atau lebih, mendapat THR minimal satu bulan gaji. Sedangkan Pekerja/buruh
yang bermasa kerja tiga bulan secara terus-menerus tetapi kurang dari 12 bulan, mendapat secara
proporsional, yaitu dengan menghitung masa kerja yang sedang berjalan dibagi 12 (dua belas)
bulan dikali satu bulan upah.
Apa yang dimaksud dengan tunjangan keahlian?
Tunjangan keahlian merupakan salah satu bentuk tunjangan yang diterimakan kepada pekerja
berkenaan dengan posisi, kondisi atau suatu penilaian tertentu, bisa dalam bentuk uang, dan dapat
berbentuk natura. Tunjangan tersebut, adalah bagian dari komponen upah disamping upah pokok
dan pendapatan non-upah, seperti: fasilitas, bonus dan/atau THR.
Tunjangan keahlian diklasifikasikan tunjangan tetap karena dibayarkan secara teratur bersamaan
dengan upah pokok sesuai dengan jenjang keahlian dan kompetensi serta profesionalisme
seseorang pekerja. Sebab, menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No.
13/2003, seseorang pekerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi (sesuai dengan keahlian
dan profesionalismenya) yang diperoleh melalui sertifikasi kompetensi kerja atau melalui
pengalaman kerja.
Dengan demikian, bagi pekerja yang memiliki suatu keahlian atau kompetensi tertentu, disamping
berhak atas pengakuan kompetensi sesuai keahliannya, juga dengan sendirinya berhak
memperoleh hadiah berupa tunjangan keahlian.
Berapa besaran dan apa tolok ukur untuk menentukan tunjangan keahlian tersebut ?
Tidak ada pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan. Sepanjang tidak melanggar
prinsip-prinsip kebijakan pengupahan, besaran dan tolok ukur penentuan tunjangan (termasuk
tunjangan keahlian) merupakan domain para pihak untuk mengaturnya atau memperjanjikan secara
sukarela berdasarkan atas azas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Apa saja yang dimaksud dengan pendapatan non-upah?
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun
1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah, komponen pendapatan
non upah adalah sebagai berikut ini:

1. Fasilitas: adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan oleh
karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti
fasilitas kendaraan (antar jemput pekerja atau lainnya); pemberian makan secara cuma-
cuma; sarana ibadah; tempat penitipan bayi; koperasi; kantin dan lain-lain.
2. Bonus: adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima
pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja
lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas;
besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan.
3. Tunjangan Hari Raya (THR), Gratifikasi dan Pembagian keuntungan lainnya.

Apa saja jenis pemotongan gaji yang bisa dilakukan perusahaan?


Upah kotor adalah gaji pokok dan tunjangan tetap yang kita terima sebelum dilakukan pemotongan-
pemotongan. Upah bersih yang didapat pekerja tiap bulan biasa kita kenal dengan istilah “take
home pay”. Perbedaan antara upah kotor dan upah bersih disebabkan oleh adanya pemotongan-
pemotongan gaji, seperti :

1. Pemotongan Pajak Penghasilan


Menurut pasal 4 ayat 1 huruf a UU No.36/2008 tentang Pajak Penghasilan, “Yang menjadi objek
pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini”

Jadi, perusahaan wajib melakukan pemotongan pajak penghasilan dari gaji kotor karyawannya.
Jumlah pajak penghasilan yang harus dipotong, besarnya tergantung dari :
• Jumlah penghasilan kotor karyawan
• Status perkawinan (single, menikah, jumlah anak)
• Adanya penghasilan yang tidak boleh dikenakan pajak penghasilan
• Tarif pajak yang berlaku

2. Pemotongan Pembayaran Iuran Jaminan Sosial (Asuransi kesehatan, jaminan pensiun, dll)
Pemotongan upah pekerja karena suatu pembayaran terhadap negara atas iuran
keanggotaan/peserta untuk suatu dana yang menyelenggarakan jaminan sosial dan ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan, maka secara hukum pemotongan tersebut merupakan
kewajiban dari pekerja (Pasal 22 ayat 2 PP No. 8 Tahun 1981).

3. Pemotongan Lainnya
• Pemotongan upah karena absen tanpa alasan yang jelas
Secara hukum, apabila pekerja tidak bekerja, maka upah tidak dibayar (Pasal 93 ayat 1 UU
No.13/2003). Namun, pemotongan upah pekerja yang tidak masuk kerja tidak dapat dilakukan
begitu saja, karena berdasarkan Undang-Undang 13 tahun 2003, pekerja dilindungi haknya untuk
mendapatkan upah penuh untuk hari atau hari-hari ia tidak masuk bekerja, antara lain dalam
hal pekerja tidak masuk kerja karena sakit, menjalani cuti yang merupakan haknya, menikah,
menikahkan anaknya, sedang haid bagi pekerja perempuan, atau ada anggota keluarga (orang tua,
mertua, keluarga dalam satu rumah) meninggal dunia.
• Pemotongan upah karena pekerja melakukan pelanggaran
Pemotongan upah mengenai denda atas pelanggaran yang dilakukan pekerja dapat dilakukan
apabila hal tersebut diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis atau perjanjian perusahaan
(Pasal 20 ayat 1 PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah)
• Pemotongan upah karena membayar cicilan
Cicilan ini bisa mencakup berbagai hal seperti membayar cicilan rumah, cicilan mobil, dsb.
Upah tidak perlu dibayarkan bila pekerja tidak melakukan pekerjaan, kecuali dalam situasi
tertentu. Dalam situasi apa saja pengusaha tetap wajib memberikan gaji/upah?

 Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan


 Pekerja perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan
 Pekerja tidak masuk bekerja karena menikah, menikahkan,mengkhitankan, membaptiskan anaknya,
isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang
tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia
 Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap
negara
 Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya
 Pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat
dihindari pengusaha
 Pekerja melaksanakan hak istirahat/cuti
 Pekerja melaksanakan tugas serikat pekerja atas persetujuan pengusaha
 Pekerja melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan

Apakah kita bisa mengajukan keluhan terhadap perusahaan yang terlambat membayar upah
tiap bulannya atau bila kita tidak mendapat upah seperti yang dijanjikan?
Tentu saja bisa. Dalam pasal 95 Undang – Undang Nomor 13 ditulis bahwa penguasaha yang
karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan
denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja.

Gaji/ Upah adalah hak pekerja, kita berhak menanyakan ke bagian manajemen sumber daya
manusia (HRD) mengenai upah. Jika negosiasi penyelesaian masalah dengan pihak HRD tidak
berhasil, kita bisa melaporkan perusahaan ke polisi/ Departemen Tenaga Kerja. Pasal 169 Undang-
Undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja bisa mengajukan permintaan resmi kepada
pemerintah untuk mendapatkan penetapan terhadap berbagai perselisihan industri
mengenai pemutusan hubungan kerjanya dengan pengusaha ketika pengusaha tidak membayar
upahnya pada waktu yang disepakati selama tiga bulan berturut-turut atau lebih.

Bagaimana prosedur memperkarakan masalah keterlambatan pembayaran gaji oleh


perusahaan?
Apabila Anda ingin memperkarakan masalah keterlambatan pembayaran gaji, maka Anda harus
menggunakan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial seperti yang diatur dalam UU
No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Prosedurnya adalah:

1. Mengadakan perundingan bipartit (antara pekerja dan pengusaha) secara musyawarah


untuk mencapai mufakat.
2. Apabila dalam waktu 30 hari setelah perundingan dimulai tidak tercapai kesepakatan, upaya
selanjutnya adalah perundingan tripartit, yaitu dengan melibatkan Dinas Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi setempat. Pada tahap ini, anda perlu mengajukan bukti-bukti bahwa
perundingan bipartit telah dilaksanakan, namun gagal mencapai kesepakatan.
3. Apabila perundingan tripartit tetap tidak menghasilkan kesepakatan, maka salah satu pihak
dapat mengajukan perselisihan ini kepada Pengadilan Hubungan Industrial.
Bagaimana bila perusahaan terlambat memberi upah? Apakah perusahaan akan dikenakan
sanksi?
Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung dari
hari pembayaran upah, perusahaan wajib membayar sanksi keterlambatan yakni sebesar 5% dari
gaji untuk tiap hari keterlambatan. Diatas hari kedelapan, sanksi keterlambatan menjadi 1%/hari
keterlambatan.
Apabila sesudah satu bulan upah masih belum dibayar, maka disamping berkewajiban untuk
membayar tambahan upah, perusahaan diwajibkan membayar bunga yang ditetapkan oleh bank
untuk kredit perusahaan yang bersangkutan.

Apakah saya tetap mendapat upah apabila saya tidak masuk kerja karena melakukan
pernikahan?
Ya, pekerja tetap berhak mendapatkan upah apabila tidak masuk kerja karena sakit, menikah,
menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan, atau ada anggota keluarga
yang meninggal.
Untuk perhitungan upah berbayar saat sakit bisa Anda lihat di Kerja dan Kondisi Sakit
Dalam pasal 93 ayat 4 UU no.13/2003 tentang Tenaga Kerja, upah tidak masuk kerja karena
halangan adalah sebagai berikut :

 Pekerja menikah, dibayar untuk 3 (tiga) hari


 Menikahkan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Membaptiskan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Istri melahirkan/mengalami keguguran kandungan, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Suami/istri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk 1 (satu) hari.

Pengaturan pelaksanaan tentang upah tidak masuk kerja karena berhalangan ditetapkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama (PKB).

Apakah upah kerja selalu harus dalam bentuk uang?


Ya, upah yang diterima pekerja umumnya dalam bentuk uang.Akan tetapi, ada kalanya perusahaan
membayar sebagian dari upah dalam bentuk lain, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi
25% dari nilai upah yang seharusnya diterima.

Bagaimana tata cara pembayaran upah?


Pembayaran upah harus dilakukan dengan alat pembayaran yang sah. Bila pembayaran upah tidak
ditentukan dalam perjanjian atau peraturan perusahaan, maka pembayaran upah dilakukan di
tempat kerja atau kantor perusahaan.
Jangka waktu pembayaran upah secepat-cepatnya bisa dilakukan seminggu sekali atau selambat-
lambatnya sebulan sekali, kecuali dalam perjanjian kerja tertulis waktu pembayaran kurang dari satu
minggu.
Saya bekerja di perusahaan asing. Bagaimana tata cara pembayaran upah apabila gaji yang
saya terima dalam bentuk mata uang asing?
Apabila upah ditetapkan dalam mata uang asing, maka pembayaran dilakukan berdasarkan kurs
resmi pada hari dan tempat pembayaran.

Apabila pekerja melanggar peraturan perusahaan yang ada, apakah juga dikenakan
denda/pemotongan upah?
Dalam pasal 95 UU no 13/2003 tentang Tenaga Kerja, pemerintah mengatur pengenaan denda
kepada perusahaan dan/atau pekerja dalam pembayaran upah.
Perusahaan dapat mengenakan denda kepada pekerja yang melakukan pelanggaran, sepanjang
hal itu diatur dalam secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis, peraturan perusahaan
ataupun Perjanjian Kerja Bersama. Besarnya denda untuk setiap pelanggaran harus ditentukan dan
dinyatakan dalam perjanjian tertulis, peraturan perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama
Apabila untuk satu perbuatan sudah dikenakan denda, perusahaan dilarang untuk menuntut ganti
rugi terhadap pekerja yang bersangkutan. Ganti rugi dapat diminta oleh perusahaan dari pekerja,
apabila terjadi kerusakan barang/kerugian lainnya baik milik perusahaan maupun milik pihak ketiga
oleh pekerja karena kelalaian/kesengajaan. Ganti rugi harus diatur terlebih dahulu dalam perjanjian
tertulis/peraturan perusahaan dan setiap bulannya tidak boleh lebih dari 50% dari upah
Denda yang dikenakan oleh perusahaan kepada pekerja tidak boleh dipergunakan untuk
kepentingan pengusaha atau orang yang berwenang untuk menjatuhkan denda tersebut.

Sumber:
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang
Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan
Indonesia. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun
1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah
Rekson Silaban, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota Dewan Pengawas ILO
Markus Sidauruk, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota Dewan Pengupahan
Nasional
Upah Minimum di Indonesia dengan efek dari 01-
01-2017 sampai dengan 31-12-2017
Perkiraan tanggal revisi : 31-12-2017
Informasi terakhir diupdate pada halaman ini : 30-12-2016
Upah Minimum dalam tabel semua dalam IDR (ID Rupiah)
Provinsi Upah Minimum per bulan

Nangroe Aceh Darussalam 2,500,000.00

Sumatera Utara 1,961,354.00

Sumatera Barat 1,949,284.00

Sumatera Selatan 2,388,000.00

Riau 2,266,722.00

Kepulauan Riau 2,358,454.00

Jambi 2,063,000.00

Kepulauan Bangka Belitung 2,534,673.00

Bengkulu 1,730,000.00

Jakarta 3,355,750.00

Banten 1,931,180.00

Nusa Tenggara Barat 1,631,190.00

Nusa Tenggara Timur 1,525,000.00

Kalimantan Barat 1,882,900.00

Kalimantan Selatan 2,258,000.00

Kalimantan Tengah 2,222,986.00

Kalimantan Timur 2,339,556.00

Maluku 1,925,000.00

Maluku Utara 1,975,000.00


Provinsi Upah Minimum per bulan

Gorontalo 2,030,000.00

Sulawesi Tenggara 2,002,625.00

Sulawesi Tengah 1,807,775.00

Sulawesi Barat 2,017,780.00

Sulawesi Selatan 2,435,625.00

Sulawesi Utara 2,598,000.00

Papua 2,663,646.00

Papua Barat 2,416,800.00

Lampung 1,908,447.00

Jawa Barat 1,420,624.00

Jawa Tengah 1,367,000.00

Jawa Timur 1,388,000.00

Yogyakarta 1,337,645.00

Bali 1,956,727.00

North Kalimantan 2,358,800.00

Catatan / Catatan kaki


1. Formula Baru Dalam Menghitung Upah Minimum: Pemerintah Indonesia telah
memberlakukan mekanisme baru untuk menentukan upah minimum, yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 78/2015 tentang Pengupahan. Lewat PP Pengupahan,
Pemerintah memperkenalkan formula baru yang nantinya akan digunakan untuk
menetapkan Upah Minimum setiap tahunnya, dimulai pada tahun 2016.Formula baru
mengharuskan upah minimum disesuaikan setiap tahun berdasarkan akumulasi tingkat
inflasi dan angka pertumbuhan ekonomi. Formula pengupahan yang baru ditetapkan
pemerintah ialah UMP tahun depan = UMP tahun berjalan + (UMP tahun berjalan (inflasi +
pertumbuhan ekonomi)).
2. Upah minimum di hitung dengan ketentuan 40 jam/minggu. Hal ini di dasarkan pada UU
13/2003 Pasal 77 ayat (2) yang menjelaskan sbb: a). 7 jam per hari and 40 jam perminggu
untuk selama 6 hari kerja dalam 1 minggu atau b). 8 jam per hari dan 40 jam per minggu
untuk selama 5 hari kerja dalam 1 minggu.
Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat
hidup layak secara fisik dalam 1 bulan. KHL juga menjadi dasar dalam penetapan Upah Minimum.

Sebelumnya menetapkan Upah Minimum Propinsi, Dewan Pengupahan yang terdiri dari perwakilan
serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi akan melakukan survey
Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Tetapi apa yang dimaksud survey KHL, komponen kebutuhan hidup
apa yang disurvey dan mekanisme standarisasi KHL hingga menjadi penetapan Upah Minimum.
Mari kita bahas bersama!
Apa yang dimaksud dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)?
Berdasarkan Peraturan Presiden No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan, Kebutuhan Hidup Layak
yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat
hidup layak secara fisik dalam 1 bulan.
Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan
standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam pasal 88
ayat 4.
Adakah Peraturan yang mengatur mengenai Kebutuhan Hidup Layak?
Ada. Peraturan mengenai KHL diatur dalam UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
Peraturan Presiden No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Pembahasan lebih mendalam
mengenai ketentuan KHL, diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 21 tahun 2016
Tentang Kebutuhan Hidup Layak.
Apakah Upah Minimum tiap tahunnya ditetapkan berdasarkan KHL?
Penetapan Upah Minimum oleh Gubernur dilakukan setiap tahun berdasarkan KHL dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Peraturan Presiden No.78 tahun 2015
tentang Pengupahan mengatur mengenai formula perhitungan Upah Minimum sebagai berikut :
Upah Minimum tahun berjalan ditambah dengan hasil perkalian antara Upah Minimum tahun
berjalan dengan penjumlahan tingkat inflasi nasional tahun berjalan dan tingkat pertumbuhan produk
domestic bruto tahun berjalan. KHL terdapat pada Upah Minimum tahun berjalan.
Apakah KHL disesuaikan tiap tahun?
Ya, berdasarkan PP. No.78/2015, penyesuaian nilai KHL secara langsung terkoreksi melalui
perhitungan antara Upah Minimum tahun berjalan dengan tingkat inflasi nasional tahun berjalan.
Apakah KHL ditinjau setiap tahun?
KHL terdiri dari beberapa komponen kebutuhan hidup. Berbeda dengan sistem sebelumnya dimana
tiap tahun dewan pengupahan melakukan peninjauan KHL dengan melakukan survey pasar , kali ini
komponen KHL ditinjau dalam jangka waktu per 5 (lima) tahun.
Jumlah jenis kebutuhan yang semula 46 jenis dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun
2005 menjadi 60 jenis KHL dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012.
Penambahan baru sebagai berikut :
1) Ikat pinggang
2) Kaos kaki
3) Deodorant 100 ml/g
4) Seterika 250 watt
5) Rice cooker ukuran 1/2 liter
6) Celana pendek
7) Pisau dapur
8) Semir dan sikat sepatu
9) Rak piring portable plastic
10) Sabun cuci piring (colek) 500 gr per bulan
11) Gayung plastik ukuran sedang
12) Sisir
13) Ballpoint/pensil
14) Cermin 30 x 50 cm
Selain penambahan 14 jenis baru KHL tersebut, juga terdapat penyesuaian/ penambahan Jenis
kualitas dan kuantitas KHL serta perubahan jenis kebutuhan.
Komponen apa saja yang termasuk dalam standar KHL?
Standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu :

 Makanan & Minuman (11 items)


 Sandang (13 items)
 Perumahan (26 items)
 Pendidikan (2 item)
 Kesehatan (5 items)
 Transportasi (1 item)
 Rekreasi dan Tabungan (2 item)

Selengkapnya mengenai komponen-komponen standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) berdasarkan


Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 :

No Komponen Kualitas/Kriteria Jumlah Kebutuhan

I MAKANAN DAN
MINUMAN

1 Beras Sedang Sedang 10 kg

2 Sumber Protein :

a. Daging Sedang 0.75 kg


b. Ikan Segar Baik 1.2 kg

c. Telur Ayam Telur ayam ras 1 kg

3 Kacang-kacangan : Baik 4.5 kg


tempe/tahu

4 Susu bubuk Sedang 0.9 kg

5 Gula pasir Sedang 3 kg

6 Minyak goreng Curah 2 kg

7 Sayuran Baik 7.2 kg

8 Buah-buahan (setara Baik 7.5 kg


pisang/pepaya)

9 Karbohidrat lain (setara Sedang 3 kg


tepung terigu)

10 Teh atau Kopi Celup/Sachet 2 Dus isi 25 = 75 gr

11 Bumbu-bumbuan Nilai 1 s/d 10 15%

JUMLAH

II SANDANG

12 Celana panjang/ Katun/sedang 6/12 potong


Rok/Pakaian muslim

13 Celana pendek Katun/sedang 2/12 potong

14 Ikat Pinggang Kulit sintetis, 1/12 buah


polos, tidak
branded

15 Kemeja lengan Setara katun 6/12 potong


pendek/blouse

16 Kaos oblong/ BH Sedang 6/12 potong

17 Celana dalam Sedang 6/12 potong

18 Sarung/kain panjang Sedang 1/12 helai

19 Sepatu Kulit sintetis 2/12 pasang

20 Kaos Kaki Katun, Polyester, 4/12 pasang


Polos, Sedang

21 Perlengkapan pembersih
sepatu

a. Semir sepatu Sedang 6/12 buah

b. Sikat sepatu Sedang 1/12 buah

22 Sandal jepit Karet 2/12 pasang

23 Handuk mandi 100cm x 60 cm 2/12 potong

24 Perlengkapan ibadah

a. Sajadah Sedang 1/12 potong

b. Mukena Sedang 1/12 potong

c. Peci,dll Sedang 1/12 potong

JUMLAH
III PERUMAHAN

25 Sewa kamar dapat menampung 1 bulan


jenis KHL lainnya

26 Dipan/ tempat tidur No.3, polos 1/48 buah

27 Perlengkapan tidur

a. Kasur busa Busa 1/48 buah

b. Bantal busa Busa 2/36 buah

28 Sprei dan sarung bantal Katun 2/12 set

29 Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48 set

30 Lemari pakaian Kayu sedang 1/48 buah

31 Sapu Ijuk sedang 2/12 buah

32 Perlengkapan makan

a. Piring makan Polos 3/12 buah

b. Gelas minum Polos 3/12 buah

c. Sendok garpu Sedang 3/12 pasang

33 Ceret aluminium Ukuran 25 cm 1/24 buah

34 Wajan aluminium Ukuran 32 cm 1/24 buah

35 Panci aluminium Ukuran 32 cm 2/12 buah


36 Sendok masak Alumunium 1/12 buah

37 Rice Cooker ukuran 1/2 350 watt 1/48 buah


liter

38 Kompor dan
perlengkapannya

a. Kompor 1 tungku SNI 1/24 buah

b. Selang dan SNI 10 liter


regulator

c. Tabung Gas 3 kg Pertamina 1/60 buah

39 Gas Elpiji masing-masing 3 2 tabung


kg

40 Ember plastik Isi 20 liter 2/12 buah

41 Gayung plastik Sedang 1/12 buah

42 Listrik 900 watt 1 bulan

43 Bola lampu hemat energi 14 watt 3/12 buah

44 Air Bersih Standar PAM 2 meter kubik

45 Sabun cuci pakaian Cream/deterjen 1.5 kg

46 Sabun cuci piring (colek) 500 gr 1 buah

47 Setrika 250 watt 1/48 buah

48 Rak portable plastik Sedang 1/24 buah

49 Pisau dapur Sedang 1/36 buah


50 Cermin 30 x 50 cm 1/36 buah

JUMLAH

IV PENDIDIKAN

51 Bacaan/radio Tabloid/4 band 4 buah/ (1/48)

52 Ballpoint/pensil Sedang 6/12 buah

JUMLAH

V KESEHATAN

53 Sarana Kesehatan

a. Pasta gigi 80 gram 1 tube

b. Sabun mandi 80 gram 2 buah

c. Sikat gigi Produk lokal 3/12 buah

d. Shampo Produk lokal 1 botol 100 ml

e. Pembalut atau alat Isi 10 1 dus/set


cukur

54 Deodorant 100ml/g 6/12 botol

55 Obat anti nyamuk Bakar 3 dus

56 Potong rambut Di tukang 6/12 kali


cukur/salon
57 Sisir Biasa 2/12 buah

JUMLAH

VI TRANSPORTASI

58 Transportasi kerja dan Angkutan umum 30 hari (PP)


lainnya

JUMLAH

VII REKREASI DAN


TABUNGAN

59 Rekreasi Daerah sekitar 2/12 kali

60 Tabungan (2% dari nilai 1 2%


s/d 59)

JUMLAH

JUMLAH (I + II + III +
IV + V + VI + VII)

Bagaimana mekanisme proses penetapan Upah Minimum berdasarkan standar KHL?

 Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota membentuk tim survey yang
anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak
netral dari akademisi.
 Standar KHL ditetapkan dalam Kepmen No. 13 tahun 2012, berdasarkan standar tersebut,
tim survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk menentukan nilai harga KHL yang
nantinya akan diserahkan kepada Gubernur Provinsi masing-masing.
 Survey dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan Januari s/d September , sedang untuk bulan
Oktober s/d Desember dilakukan prediksi dengan membuat metode least square. Hasil survey tiap
bulan tersebut kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapat nilai KHL.
 Nilai KHL ini akan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah
minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Upah bagi
pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja
atau serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.
 Berdasarkan nilai harga survey KHL tersebut, Dewan Pengupahan juga mempertimbangkan faktor
lain : produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha yang paling tidak mampu, kondisi pasar kerja dan
saran/pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kotamadya.
 Gubernur menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan memperhatikan rekomendasi
bupati/walikota serta saran dan pertimbangan dari dewan pengupahan Provinsi. Rekomendasi
tersebut didasarkan pada hasil peninjauan kebutuhan hidup layak yang komponen dan jenisnya
ditetapkan oleh Menteri dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
 Gubernur nantinya akan menetapkan besaran nilai upah minimum. Penetapan Upah Minimum ini
dilakukan 60 hari sebelum tanggal berlakunya yaitu setiap tanggal 1 Januari.

Sumber :
Peraturan Presiden No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 21 tahun 2016 Tentang Kebutuhan Hidup Layak.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan
Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 tentang Perubahan Penghitungan Kehidupan
Hidup Layak
Pengertian Upah Minimum
Periksa Upah Minimum Indonesia. Tahu lebih banyak tentang tingkat upah minimum saat ini di
industri yang berbeda dari Indonesia. Dapatkan informasi lebih lanjut tentang upah minimum dan
membandingkan upah Anda dalam industri Anda.

Kita perlu mengkaji lebih dalam mengenai apa itu Upah Minimum, dasar dari penetapan Upah
Minimum dan siapa saja yang bertanggung jawab atas Upah Minimum. Kurangnya informasi
mengenai Upah Minimum sering memicu terjadinya salah paham atau permasalahan bagi para
pekerja.

1. 1. Pengertian Upah Minimum

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku
industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena
pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum
Propinsi.
Menurut Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan, pasal 41 ayat 2 “Upah
minimum sebagaimana dimaksud merupakan Upah bulanan terendah yang terdiri atas: a. Upah
tanpa tunjangan; atau b. Upah pokok termasuk tunjangan tetap”. PP Pengupahan ini juga
menegaskan, bahwa Upah Minimum hanya berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang
dari 1 (satu) tahun pada Perusahaan yang bersangkutan. Sementara upah bagi pekerja/buruh
dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja/buruh
dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.
Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah
pokok sedikit-dikitnya 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi tunjangan tetap
disini adalah tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan
kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya : tunjangan jabatan, tunjangan komunikasi,
tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Beda halnya dengan tunjangan makan dan
transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena penghitungannya berdasarkan kehadiran atau
performa kerja.
Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Provinsi (UMP)?
Upah Minimum Propinsi (UMP) adalah Upah Minimum yang berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota
di satu Provinsi. Upah minimum ini di tetapkan setiap satu tahun sekali oleh Gubernur berdasarkan
rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah
(sekarang Dewan Pengupahan Provinsi). Penetapan upah minimum propinsi selambat-lambatnya
60 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum, yaitu tanggal 1 Januari
Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)?
Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota.
Penetapan Upah minimum kabupaten.kota dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya harus lebih
besar dari upah minimum propinsi. Penetapan upah minimum ini dilakukan setiap satu tahun sekali
dan di tetapkan selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari sebelum tanggal berlakunya upah
minimum yaitu 1 Januari.
Apa yang dimaksud dengan Upah Minimum Sektoral?
Upah minimum sektoral dapat terdiri atas upah minimum sektoral propinsi (UMSP) dan upah
minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK). Upah minimum sektoral propinsi adalah upah minimum
yang berlaku secara sektoral di seluruh kabupaten/kota di satu propinsi, sedang Upah minimum
sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) adalah Upah Minimum yang berlaku secara Sektoral di Daerah
Kabupaten/Kota.
Upah minimum sektoral merupakan hasil perundingan dan kesepakatan antara asosiasi perusahaan
dan serikat pekerja/serikat buruh. Usulan upah minimum sektoral (hasil kesepakatan) tersebut
disampaikan kepada gubernur melalui Kepala Kantor wilayah Kementerian tenaga kerja untuk
ditetapkan sebagai upah minimum sektoral propinsi dan atau upah minimum sektoral kabupaten.

1. 2. Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah minimum

● Sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup minimum.
● Sebagai wujud pelaksanaan Pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata.
● Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki
kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan
keluarganya.
● Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah
● Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak – hak dasar Buruh dan keluarganya sebagai warga
negara Indonesia.
● Merupakan indikator perkembangan ekonomi Pendapatan Perkapita.

1. 3. Mekanisme Penetapan Upah

Upah minimum ditetapkan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kotamadya, dan Sektoral. Berdasarkan


Pasal 89 UU 13/2003, setiap wilayah diberikan hak untuk menetapkan kebijakan Upah minimum
mereka sendiri baik di tingkat provinsi dan tingkat Kabupaten/kotamadya.
Peraturan pelaksana terkait upah minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2015
tentang Pengupahan. Berdasarkan PP Pengupahan, Gubernur wajib menetapkan upah minimum
provinsi, yang dihitung berdasarkan formula perhitungan upah minimum sebagaimana diatur dalam
PP tersebut.
Menurut Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, Gubernur memiliki
kewenangan untuk menentukan Upah Minimum tanpa rekomendasi dari Dewan Pengupahan, tidak
seperti sebelumnya di mana setiap provinsi memutuskan upah minimum berdasarkan rekomendasi
dan usulan dari Dewan Pengupahan Provinsi untuk menentukan Upah Minimum Provinsi; dan
rekomendasi dari Walikota dan/atau dari Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota untuk menentukan
Upah Minimum Kabupaten/Kota
PP Pengupahan memperkenalkan formula baru untuk provinsi untuk menghitung upah minimum
setiap tahunnya. Formula baru mengharuskan upah minimum disesuaikan setiap tahun berdasarkan
akumulasi tingkat inflasi dan angka pertumbuhan ekonomi. Misalnya, dengan asumsi bahwa tingkat
inflasi dan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah sebesar 5 persen, maka upah minimum 2016
akan meningkat sebesar 10 persen.
Juga akan ada penyesuaian indeks kebutuhan hidup layak (KHL) setiap lima tahun, yang ditentukan
oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang terdiri dari wakil-wakil dari pemerintah
daerah, asosiasi pengusaha dan serikat buruh.
Mengenai penetapan Upah Minimum Sektoral Provinsi, PP Pengupahan juga menegaskan,
gubernur dapat menetapkan upah minimum sektoral provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan
hasil kesepakatan asosiasi pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh pada sektor yang
bersangkutan.
Penetapan upah minimum sektoral sebagaimana dimaksud, dilakukan setelah mendapat saran dan
pertimbangan mengenai sektor unggulan dari dewan pengupahan provinsi atau dewan pengupahan
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Selain itu, upah minimum sektoral juga
harus lebih besar dari upah minimum kabupaten/kota di kabupaten/kota yang bersangkutan.

1. 4. Banyaknya angkatan kerja, perusahaan dan serikat buruh/pekerja di Indonesia.

Upah Minimum berlaku di 33 propinsi dan kurang lebih 340 kabupaten/kotamadya di Indonesia.
Berdasarkan data tahun 2008, terdapat 176.986 perusahaan sektor formal (punya legalitas seperti
PT,CV) tercatat memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), di tahun 2011 diperkirakan
meningkat menjadi 197.000 yang tercatat.
Data Statistik yang dilansir BPS pada Februari 2012, menunjukan jumlah angkatan kerja mencapai
120,4 juta jiwa bertambah sekitar 3,0 juta jiwa dibanding angkatan kerja pada Agustus 2011 sebesar
117,4 juta orang; dengan jumlah penduduk yang bekerja mencapai 112,8 juta jiwa dan sisanya 4,6
juta jiwa merupakan jumlah pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran di Indonesia mencapai
6,32% mengalami penurunan dibanding tingkat pengangguran terbuka Agustus 2011 sebesar
6,56%.
Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2012 menunjukkan adanya perbaikkan yang
digambarkan dengan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja
dan penurunan tingkat pengangguran. Kenaikkan penduduk yang bekerja dapat terlihat di sektor
perdagangan sekitar 780 ribu jiwa (3,36%), serta sektor keuangan sebesar 720 ribu (34,95%).
Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian 1,3 juta jiwa (3,01%),
dan sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi sebesar 380 ribu jiwa (6,81%).
Berdasarkan data terakhir tahun 2008, tercatat 3.405.615 jumlah anggota Serikat Pekerja (yang
terdaftar, sesuai Kepmenaker No.16/ 2001 tentang Pencatatan Serikat Buruh/Pekerja). Sedang bila
melihat jumlah total anggota Serikat Pekerja terdapat 1.092.832 lagi anggota Serikat Pekerja yang
tidak terdaftar. Bila dilihat dari tingkat keanggotaan Serikat Pekerja, maka densitas serikat di
Indonesia hanya mencapai 5 - 10% dari jumlah pekerja.

1. 5. Instansi yang bertanggung jawab memperbaiki Upah Minimum

Dewan Pengupahan bertanggung jawab melakukan kajian studi mengenai Upah Minimum yang
nantinya akan diserahkan kepada Gubernur, Walikota/Bupati masing-masing daerah. Dewan
Pengupahan sendiri terdiri dari 3 unsur, yaitu Pemerintah, Pengusaha dan Serikat Pekerja.
Dewan Pengupahan Propinsi untuk upah minimum tingkat Propinsi. Dewan Pengupahan
Kabupaten/Kotamadya untuk tingkat Kabupaten/Kotamadya

1. 6. Komponen Upah Minimum

Upah Minimum = Gaji Pokok + Tunjangan Tetap


Apakah Anda mengetahui apa saja yang termasuk dalam komponen upah? Dalam Undang-Undang,
ada 3 (tiga) komponen upah yaitu gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Lalu apa
pengertian dari ketiga komponen upah tersebut?
Berikut adalah pengertian dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap menurut Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-07/Men/1990 tentang Pengelompokan Upah dan Pendapatan
Non Upah :
a. Gaji Pokok
Gaji pokok adalah adalah imbalan dasar (basic salary) yang dibayarkan kepada pekerja menurut
tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
b. Tunjangan Tetap
Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak
dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu (penjelasan pasal 94
UU No. 13/2003). Tunjangan tetap tersebut dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan
pembayaran upah pokok, seperti tunjangan isteri dan/atau tunjangan anak, tunjangan perumahan,
tunjangan daerah tertentu.
c. Tunjangan Tidak Tetap
Tunjangan Tidak Tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan pekerjaan yang diberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan waktu yang
tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti tunjangan transpor dan/atau tunjangan
makan yang didasarkan pada kehadiran.
Jadi, apakah besarnya gaji yang diterima pekerja setiap bulan (gaji pokok + tunjangan tetap +
tunjangan tidak tetap) setara dengan Upah Minimum?
TIDAK. Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang Tenaga
Kerja, komponen Upah Minimum hanya terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap. Tunjangan tidak
tetap tidak termasuk dalam komponen Upah Minimum. Besarnya gaji pokok sekurang-kurangnya
harus sebesar 75 % dari jumlah Upah Minimum.
UPAH MINIMUM = GAJI POKOK (75% dari Upah Minimum) + TUNJANGAN TETAP (25% dari
Upah Minimum)
Contoh : Upah Minimum Provinsi Jakarta sebesar Rp. 2.200.000. Apabila Anda bekerja di DKI
Jakarta, perusahaan dilarang membayar pekerja tersebut dengan upah yang lebih rendah dari Rp
2.200.000. Perusahaan juga harus memberikan gaji pokok sekurang-kurangnya 75% dari Rp.
2.200.000 yakni sebesar Rp. 1.650.000. Jadi apabila gaji keseluruhan Anda Rp. 2.300.000 (yang
notabene lebih besar dari UMP Jakarta) akan tetapi gaji pokok Anda hanya sebesar Rp. 1.400.000
(kurang dari 75% UMP Jakarta) maka Anda telah dibayar dibawah Upah Minimum DKI Jakarta.
Pada prakteknya, sering kali jumlah tunjangan menjadi lebih besar dari gaji pokok yang diterima
oleh seorang pekerja. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan salah pengertian di dalam hubungan
kerja yang akhirnya akan dapat mengganggu hubungan antara pengusaha dengan pekerja.
Karena tunjangan yang diberikan besar maka jumlah gaji keseluruhan (take home pay) dirasa telah
melebihi Upah Minimum, padahal Upah Minimum hanya terdiri dari Gaji pokok + tunjangan tetap
saja.
Semoga pengetahuan Anda mengenai komponen upah dan upah minimum semakin bertambah.

Sumber:

 Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


 Indonesia. Keputusan Menteri No.1 tahun 1999
 Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja no.16 tahun 2001
 Wawancara dengan anggota Dewan Pengupahan Nasional Markus Sidauruk. KSBSI Indonesia
 Wawancara dengan anggota dewan pengawas ILO, Rekson Silaban.
 Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
 Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP 49/MEN/1994 tentang
Struktur dan Skala Upah
Upah Lembur dan Perhitungan Upah Lembur
Upah/Uang Lembur saya berapa? Gajimu memaparkan perhitungan upah lembur dan waktu kerja
lembur Anda, dengan rumus yang sesuai dengan Peraturan Menteri, Anda akan bisa mengetahui
berapa upah dan uang lembur yang patut Anda terima dari perusahaan

Banyak diantara pekerja yang masih belum mengetahui secara detail mengenai perhitungan upah
lembur. Terkadang pekerja hanya menerima saja upah lembur yang ditetapkan perusahaan atau
kadang masih banyak yang tidak mendapat uang lembur. Apa itu uang lembur dan bagaimana
perhitungannya?
1. Apa yang dimaksud dengan Upah Kerja Lembur?
Upah Kerja Lembur adalah upah yang diterima pekerja atas pekerjaannya sesuai dengan jumlah
waktu kerja lembur yang dilakukannya.
2. Apa yang dimaksud dengan waktu kerja lembur?
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam
dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja
pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1
ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu
diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.
3. Adakah Undang – Undang yang mengatur tentang Upah dan waktu kerja lembur?
Ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dalam Undang –Undang no.13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2),(4), pasal 85 dan lebih lengkapnya diatur
dalam Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 mengenai Waktu dan Upah Kerja Lembur.
4. Bagaimana dengan perhitungan upah lembur?
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung upah sejam adalah
1/173 upah sebulan.
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 , Rumus
perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja

PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA

Jam Rumus Keterangan


Lembur

Jam 1,5 X 1/173 x Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang berlaku di perusahaan terdiri
Pertama Upah Sebulan dari upah pokok dan tunjangan tetap.

Jam Ke-2 2 X 1/173 x Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok,
&3 Upah Sebulan tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan ketentuan Upah sebulan tidak
boleh lebih rendah dari upah minimum
Contoh:
Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur selama 2
jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda adalah Rp. 2.000.000/bulan termasuk gaji pokok
dan tunjangan tetap. Berapa upah lembur yang didapat Manda?
Manda hanya melakukan kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay Manda berupa Gaji pokok
dan tunjangan tetap berarti Upah sebulan = 100% upah
Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Manda :
Lembur jam pertama :
2 jam x 1,5 x 1/173 x Rp. 2.000.000 = Rp. 34.682
Lembur jam selanjutnya :
2 jam x 2 x 1/173 x Rp. 2.000.000 = Rp. 46.243
Total uang lembur yang didapat Manda adalah
Rp. 34.682 + Rp. 46.243 = Rp. 80.925

b) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Libur/Istirahat

PERHITUGAN UPAH LEMBUR PADA HARI LIBUR/ISTIRAHAT

JAM LEMBUR KETENTUAN UPAH LEMBUR RUMUS

6 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)

7 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 7 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam Ke 8 3 Kali Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam Ke-9 s/d Jam ke-10 4 Kali Upah/Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

Hari Libur Resmi Jatuh Pada Hari Kerja Terpendek misal Jum’at

5 Jam pertama 2 X Upah/jam 5 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam ke-6 3 X Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam Ke-7 & 8 4 X Upah/jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

5 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)

8 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 8 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam ke-9 3 Kali Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam ke-10 s/d Jam ke-11 4 Kali Upah/Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan
Contoh :
Andi biasa bekerja selama 8 jam kerja/hari atau 40 jam/minggu. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari
istirahat Andi. Akan tetapi perusahaan Andi memintanya untuk masuk di hari Sabtu selama 6 jam
kerja. Gaji Andi sebesar Rp. 2.800.000/bulan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap dan
tunjangan tidak tetap. Lalu, berapa uang lembur yang patut didapat Andi yang bekerja selama 6 jam
di hari liburnya?
Andi melakukan kerja lembur di hari liburnya total 6 jam. Take home pay Andi berupa Gaji pokok,
tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap berarti Upah sebulan = 75% upah sebulan = 75% x Rp.
2.800.000 = Rp. 2.100.000.
Apabila waktu kerja lembur jatuh pada hari libur/istirahat, upah lembur dihitung 2 kali upah/jam untuk
8 jam pertama kerja.
Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Andi :
6 jam kerja x 2 x 1/173 x Rp. 2.100.000 = Rp. 145. 665
5. Apakah perusahaan akan mendapat sanksi apabila tidak memenuhi hak upah lembur
pekerjanya?
Ya, tentu saja. Barang siapa melanggar ketentuan pemberian Upah lembuh sebagaimana diatur
dalam pasal 78 ayat 2 dan pasal 85 ayat 3 Undang-Undang Tenaga Kerja no.13/2003, akan
dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 bulan, paling lama 12 bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp. 10.000.000 dan paling banyak Rp. 100.000.000. Tentang sanksi ini, tercantum
dalam ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan pasal 187 ayat 1
Ketahui informasi lebih banyak mengenai peraturan atau hukum tenaga kerja mengenai upah
kerja, jam kerja, cuti tahunan, hak maternal sesuai dengan Undang – Undang no.13 tentang
Ketenagakerjaan di bagian Hukum Tenaga Kerja di situs Gajimu.com
Sumber :
Indonesia. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Indonesia. Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 mengenai Waktu dan Upah Kerja Lembur
Pertanyaan mengenai Cuti Kerja Tahunan
Apakah anda merasa membutuhkan liburan sejenak untuk melepas penat? Anda punya pertanyaan
seputar hak cuti kerja tahunan? Mari kita bahas bersama!

Apa saja jenis – jenis cuti?

 Cuti Tahunan
 Cuti Sakit
 Cuti Bersalin/Cuti Melahirkan
 Cuti Besar
 Cuti karena alasan penting

Cuti kerja dalam satu tahun itu berapa hari?


Berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 2003 Pasal 79 ayat (2), seorang pekerja berhak atas cuti
tahunan sekurang kurangnya 12 hari kerja.
Bagaimana ketentuannya apabila pekerja ingin mengambil cuti tahunan padahal masa
kerjanya masih kurang dari 1 tahun?
Berdasarkan Undang-undang no. 13 tahun 2003 Pasal 79 ayat (2), hanya karyawan yang sudah
bekerja minimal 12 bulan yang berhak mendapat cuti tahunan 12 hari. Karena itu, perusahaan
berwenang untuk menolak permintaan cuti dari karyawan yang belum genap 1 tahun bekerja.
Apabila perusahaan bersedia memberikan ijin, maka disebut sebagai “cuti di luar tanggungan” dan
perusahaan dapat memotong gaji pekerja tersebut secara pro rata sesuai dengan jumlah ketidak-
hadirannya.
Tetapi disebutkan juga dalam Undang-undang tersebut bahwa pelaksanaan dari cuti tahunan
ditentukan dari Perjanjian Kerja Bersama; dan/atau Peraturan Perusahaan; dan/atau Perjanjian
Kerja. Artinya, cuti tersebut bergantung dari kesepakatan antara karyawan dengan pengusaha.
Pada situasi ini, keberadaan dan pelaksanaan cuti bergantung pada negosiasi personal masing-
masing karyawan dengan pengusaha.
Apabila seorang karyawan pernah meminta izin tidak masuk kerja atau sakit, apakah itu
diperhitungkan ke dalam cuti tahunan?
Peraturan mengenai pelaksanaan cuti baik cuti seharusnya diatur secara jelas oleh perusahaan
untuk memberikan kejelasan kepada karyawan mengenai karyawan yang boleh mengambil cuti
dengan gaji tetap dibayar. Termasuk mengenai cuti tambahan ketika karyawan tidak bisa datang
bekerja karena sakit. Jadi, pada dasarnya ini kembali pada kesepakatan antara perusahaan dengan
karyawan untuk memberlakukan cuti sakit ke dalam cuti tahunan atau tidak.

Apa kata Undang-Undang mengenai cuti sakit apabila pekerja mengalami kecelakaan karena
menjalankan kewajiban pekerjaan?
Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajiban
pekerjaannya sehingga ia memerlukan perawatan berhak atas cuti sakit sampai sembuh dari
penyakitnya, pekerja yang bersangkutan menerima akan menerima penghasilan penuh.
Apa kata Undang-Undang mengenai cuti bersalin/cuti melahirkan?
Informasi lebih lanjut mengenai cuti hamil, melahirkan dan masa setelah melahirkan dapat Anda
baca di Hak Maternal
Apa yang dimaksud dengan cuti karena keperluan penting?
Pekerja berhalangan hadir/melakukan pekerjaannya dikarenakan suatu alasan penting. Dalam pasal
93 ayat 4 UU no.13/2003 tentang Tenaga Kerja disebutkan bahwa pekerja berhak atas cuti tidak
masuk kerja karena halangan dan tetap dibayar penuh. Alasan/keperluan penting tersebut
mencakup :

 Pekerja menikah, dibayar untuk 3 (tiga) hari


 Menikahkan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Membaptiskan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Istri melahirkan/mengalami keguguran kandungan, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Suami/istri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk 2 (dua) hari
 Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk 1 (satu) hari.

Apa maksud dari “cuti berbayar di mana pekerja berhak atas upah penuh?”. Apakah gaji
pokok termasuk tunjangan-tunjangan atau hanya gaji pokok saja?
Pekerja yang sedang mengambil cuti, berhak atas upah penuhnya yaitu gaji pokoknya dan tidak
termasuk tunjangan-tunjangan yang diperhitungkan berdasarkan kehadirannya di tempat kerja per
hari seperti tunjangan makan dan transportasi.

Sumber :
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 51/MEN/2004 tentang Istirahat
Panjang Pada Perusahaan Tertentu.
Peraturan Penyusunan Struktur dan Skala Upah
Struktur dan Skala Upah menurut UU No. 13/2003 dan Kepmenakertrans No. 49/Men/2004, apa
isinya, tujuannya, dan bagaimana mekanismenya agar struktur dan skala upah/gaji sejalan dengan
Kepmenakertrans No 49 tersebut.

Dalam pasal 92 UU No. 13/2003 tentang Tenaga Kerja menyebutkan bahwa Pengusaha menyusun
struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan jabatan, masa kerja, pendidikan dan
kompetensi. Gajimu akan membahas lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan struktur dan
skala upah.
Apa yang dimaksud dengan struktur dan skala upah?
Menurut pasal 1 Kepmenakertrans No. 49/Men/IV/2004 tentang Struktur dan Skala Upah , struktur
upah adalah susunan tingkat upah dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya dari
yang tertinggi sampai yang terendah. Sedangkan, skala upah adalah kisaran nilai nominal upah
menurut kelompok jabatan.
Apakah penyusunan struktur dan skala upah penting? Apa fungsinya?
Penyusunan struktur dan skala upah sangat penting karena :

 Mencegah diskriminasi upah (gender, suku, ras dan agama)


 Kesetaraan upah untuk pekerjaan yang nilainya sama
 Dasar dalam menetapkan upah seorang karyawan
 Gambaran masa depan pekerja di perusahaan tersebut
 Acuan dalam perundingan upah secara kolektif
 Perhitungan premi BPJS
 Perhitungan Pajak Penghasilan

Dapatkah pihak Perusahaan membuat penyusunan struktur skala upah tanpa mengacu
kepada peraturan yang ada (UU No. 13/ 2003 dan Kepmenakertrans No. 49/Men/IV/2004
tentang Struktur dan Skala Upah) ?
Menilik dari isi peraturan yang ada di UU. No.13/2003 dan Kepmenakertrans No.49/2004, tidak ada
ketentuan yang mewajibkan penyusunan struktur dan skala upah dengan pengenaan suatu sanksi
tertentu. Namun, untuk mewujudkan hubungan industrial yang harmonis serta untuk menghindari
adanya kecemburuan/kesenjangan sosial terstruktur di antara para pekerja, perlu diatur struktur dan
skala upah berdasarkan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi kerja, tanpa
mengurangi hak pengusaha untuk memberi penghargaan berdasarkan kemampuan perusahaan
dan tingkat produktivitas serta kinerja masing-masing pekerja, serta memberi sanksi bila ada pekerja
yang melanggar (pasal 92 ayat [2] UU Tenaga Kerja).
Dengan demikian, berdasarkan azas kebebasan berkontrak, boleh saja dilakukan penyusunan
struktur dan skala upah (dalam Peraturan Perusahaan/PP atau Perjanjian Kerja Bersama/PKB)
tanpa mengacu pada peraturan perundang-undangan, sepanjang dilakukan sesuai dengan
mekanisme pembuatan PP atau PKB yakni adanya saran dan masukan dari pekerja (dalam PP)
atau disepakati di antara para pihak (dalam PKB) dan tetap mengindahkan syarat sahnya perjanjian.
Bagaimana mekanisme penyusunan struktur dan skala upah?
Penyusunan struktur dan skala upah dilaksanakan melalui :

o Analisa jabatan
Analisa jabatan adalah proses metode secara sistimatis untuk memperoleh data jabatan,
mengolahnya menjadi informasi jabatan yang dipergunakan untuk berbagai kepentingan program
kelembagaan, ketatalaksanaan dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

o Uraian jabatan

Uraian jabatan adalah ringkasan aktivitas-aktivitas yang terpenting dari suatu jabatan, termasuk
tugas dan tanggung jawab dan tingkat pelaksanaan jabatan tersebut.

 Evaluasi Jabatan

Evaluasi jabatan adalah proses menganalisis dan menilai suatu jabatan secara sistimatik untuk
mengetahui nilai relatif bobot jabatan-jabatan dalam suatu organisasi.
Apa saja yang menjadi dasar pertimbangan penyusunan struktur upah?
Dasar pertimbangan penyusunan struktur upah dapat dilakukan melalui :

 Struktur organisasi
 Rasio perbedaan bobot pekerjaan antar jabatan
 Kemampuan perusahaan
 Upah minimum
 Kondisi pasar

Sumber :
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP 49/MEN/1994 tentang
Struktur dan Skala Upah
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah hal yang paling ditakuti oleh pekerja akan tetapi sangat
lazim dan sering ditemui di Indonesia. Apa pun penyebab berakhirnya hubungan kerja antara
perusahaan dan karyawannya disebut dengan PHK.

Dalam dunia kerja, kita lazim mendengar istilah Pemutusan Hubungan Kerja atau yang sering
disingkat dengan kata PHK. PHK sering kali menimbulkan keresahan khususnya bagi para pekerja.
Bagaimana tidak? Keputusan PHK ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan masa
depan para pekerja yang mengalaminya. Bagaimana aturan Pemutusan Hubungan Kerja menurut
Undang-Undang Ketenagakerjaan?

Apa yang dimaksud dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)?


Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan/majikan. Hal ini
dapat terjadi karena pengunduran diri, pemberhentian oleh perusahaan atau habis kontrak.

Apa yang menyebabkan hubungan kerja dapat berakhir?


Menurut pasal 61 Undang – Undang No. 13 tahun 2003 mengenai tenaga kerja, perjanjian kerja
dapat berakhir apabila :

 pekerja meninggal dunia


 jangka waktu kontak kerja telah berakhir
 adanya putusan pengadilan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
 adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

Jadi, pihak yang mengakhiri perjanjian kerja sebelum jangka waktu yang ditentukan, wajib
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
Dalam hal apa, perusahaan dilarang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja?
Perusahaan dilarang melakukan PHK dengan alasan :

 Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak
melampaui 12 bulan secara terus-menerus
 Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya, karena memenuhi kewajiban terhadap negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
 Pekerja menikah
 Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya
 Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam
satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama
 Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja, pekerja melakukan
kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan perusahaan,
atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama
 Pekerja yang mengadukan perusahaan kepada yang berwajib mengenai perbuatan perusahaan
yang melakukan tindak pidana kejahatan
 Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi
fisik, atau status perkawinan
 Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja
yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat
dipastikan.

Baca juga:

 Alasan-alasan Pemberhentian Kerja


 Pemutusan Hubungan Kerja
 PHK dan THR

Sumber
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Indonesia. Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 78/2001 tentang Perubahan Kepmenaker
No. 150/2000 tentang PHK, Pesangon, dan lainnya
Gaji sebagai Sumber Penghasilan Pekerja dan
Keluarga
Hubungan antara gaji sebagai sumber penghasilan seorang pekerja dan kehidupan keluarga/rumah
tangga. Gajimu membahas mengenai peraturan pajak penghasilan bagi pribadi dan keluarga,
jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan pensiun bagi ahli waris.

Hubungan antara gaji sebagai sumber penghasilan seorang pekerja dan kehidupan keluarga/rumah
tangga. Gajimu membahas mengenai peraturan pajak penghasilan bagi pribadi dan
keluarga, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan pensiun bagi ahli waris.
Bagi pekerja yang telah memiliki keluarga, Bagi pekerja yang berstatus lajang, gaji biasanya
dipergunakan untuk dirinya sendiri. Lain halnya dengan pekerja yang telah memiliki keluarga,
keberadaan keluarga tentunya meningkatkan kebutuhannya akan uang untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Lalu apa sangkutannya antara gaji sebagai sumber penghasilan seorang pekerja dan
keluarga/rumah tangga?

Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan?


Pajak merupakan kontribusi wajib seorang pekerja terhadap Negara. Pajak Penghasilan menurut
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, adalah “pajak yang dikenakan
terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya selama satu tahun pajak”. Sedangkan yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan
(PPh) Karyawan Pribadi Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan/ jabatan, jasa, dan kegiatan.

Bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan?


Cara menghitung pajak penghasilan ini diatur dalam Pasal 16 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan yang berbunyi:
1. Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi Wajib Pajak dalam negeri dalam
suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) dengan pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan
ayat (2), Pasal 7 ayat (1), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g.
2. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dan badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 dihitung dengan menggunakan norma penghitungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 dan untuk Wajib Pajak orang pribadi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
3. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dalam suatu tahun pajak dihitung dengan
cara mengurangkan dari penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dengan
memerhatikan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dengan pengurangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c,
huruf d, huruf e, dan huruf g.
4. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam
suatu bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2A ayat (6) dihitung berdasarkan
penghasilan neto yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun pajak yang disetahunkan.
Secara sederhana, perhitungan pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi (dalam hal ini
pegawai) dilakukan antara lain dalam beberapa tahap berikut:

 Seluruh penghasilan (bruto) – biaya-biaya = Penghasilan Netto (Penghasilan bersih)


 Penghasilan bersih – Penghasilan Tidak Kena Pajak = Penghasilan Kena Pajak (“PKP”)

Berapa tarif Pajak Penghasilan Pribadi menurut Undang-Undang?


Berapa tarif Pajak Penghasilan bagi pekerja yang sudah kawin dan/atau yang sudah memiliki
anak menurut Undang-Undang?
Apakah perusahaan tetap memberikan gaji selama pekerja perempuan menjalani cuti
hamil/melahirkan?
Selama 3 bulan cuti hamil/melahirkan, perusahaan tetap wajib memberikan hak upah penuh, artinya
perusahaan tetap memberi gaji pada pekerja perempuan yang hamil meskipun mereka sedang
menjalani cuti hamil/melahirkan.

Pada usia berapa seseorang diperbolehkan bekerja?


Pasal 68 Undang-Undang No.13 tahun 2003 menyebutkan bahwa pengusaha dilarang
mempekerjakan anak. Dan dalam ketentuan undang-undang tersebut, anak adalah setiap orang
yang berumur dibawah 18 tahun. Berarti 18 tahun adalah usia minimal yang diperbolehkan
pemerintah untuk bekerja. , namun di dalam undang-undang yang sama pasal 69, 70, dan 71
menjelaskan pengecualian bagi anak usia 13 – 15 tahun diizinkan melakukan pekerjaan ringan
sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.

Kemudian juga anak minimal usia 14 tahun dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang
merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan dan anak dapat melakukan pekerjaan
untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

Bagaimana sistem pengupahan untuk remaja bekerja ini?


Mengenai pengupahan terhadap pekerja remaja, perusahaan diberikan hak sesuai Pasal 92 ayat 1
Undang-undang Tenaga Kerja tahun 2003 untuk menyusun struktur dan skala upah dengan
memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Maka, biasanya upah
bagi golongan pekerja usia sangat muda ini berada di bawah pekerja biasanya.

Apa yang terjadi terhadap keluarga apabila pasangan mengalami kecelakaan kerja dan tidak
bisa bekerja?
Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, setiap pekerja di
Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja untuk menanggulangi hilangnya
sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti
kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental. Berdasarkan data di BPJS
Ketenagakerjaan, iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dibayar sepenuhnya oleh pengusaha,
besarnya berkisar antara 0,24 % s/d 1,74% dari upah sebulan tergantung dari tingkat resiko di
lingkungan kerja.
Dengan adanya jaminan kecelakaan kerja, pekerja maupun keluarganya akan mendapat manfaat-
manfaat salah satunya adalah manfaat Pelayanan Kesehatan, yang mencakup :
 Pemeriksaan dasar dan penunjang
 Perawatan tingkat pertama dan lanjutan
 Rawat inap dengan kelas ruang perawatan yang setara dengankelas I rumah sakit pemerintah
 Perawatan intensif (ICU,ICCU,HCU)
 Penunjang diagnostic
 Pengobatan dengan obat generik atau obat paten
 Pelayanan khusus
 Alat kesehatan dan implant
 Jasa dokter/medis
 Operasi
 Transfusi darah
 Rehabilitasi medik

Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja juga menerima santunan berupa uang tunai yang
diberikan kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau mengalami cacat. Seperti halnya :

 Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) : 6 bulan pertama : 100% x upah sebulan, 6
bulan kedua : 75% x upah sebulan dan 6 bulan ketiga dan seterusnya : 50% x upah sebulan.
 Santunan cacat sebagian anatomis sebesar : % sesuai tabel kecacatan yang diatur dalam PP No.44
tahun 2015 x 80 x upah sebulan
 Santunan cacat total tetap sebesar 70% x 80 x upah sebulan
 Santunan cacat kekurangan fungsi sebesar : % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel kecacatan
yang diatur dalam PP No.44 tahun 2015 x 80 x upah sebulan
 Santunan kematian dibayarkan secara sekaligus (lumpsum) sebesar 60% x 80 x upah sebulan dan
secara berkala sebesar Rp 200.000, selama 24 bulan.
 Biaya Pemakaman sebesar :Rp. 3.000.000

Bagaimana dengan tanggungan pendidikan anak apabila pekerja meninggal dunia atau
mengalami cacat tetap akibat kecelakaan kerja?
BPJS Ketenagakerjaan akan memberikan beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang
meninggal dunia atau mengalami cacat tetap akibat kecelakaan kerja sebesar Rp. 12.000.000 untuk
setiap peserta.

Apa yang terjadi terhadap keluarga apabila pasangan menderita sakit yang berkepanjangan?
Sakit bukanlah keinginan pekerja, jadi upah kerja tetap harus dibayarkan oleh perusahaan agar
keluarga masih tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan pasal 93 Undang-
undang Tenaga Kerja tahun 2003, upah yang dibayarkan kepada pekerja yang sakit adalah :

 untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah;
 untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah;
 untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan
 untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

Jadi, sebenarnya perusahaan berkewajiban akan upah pekerjanya selama sakit, hanya perbedaan
jumlah upah yang diberikan disesuaikan dengan waktu lama sakit karyawan seperti yang dijelaskan
di atas.
Pasal 172 Undang-undang no. 13 tahun 2003 menyebutkan karyawan yang mengalami sakit
berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya
setelah melampaui batas 12 bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja dan diberikan
uang pesangon 2 kali, uang penghargaan masa kerja 2 kali, dan uang pengganti hak 1 kali.

Apa yang terjadi terhadap keluarga pekerja apabila pekerja mempunyai jaminan pensiun?
Jaminan Pensiun merupakan program yang memberikan jaminan pendapatan bulanan seumur
hidup untuk pekerja yang pensiun atau berhenti kerja karena cacat, dan untuk ahli warisnya. Jadi,
tentu saja jaminan pensiun sangat dibutuhkan oleh keluarga. Besarnya manfaat pensiun untuk
setiap tahun iuran dapat berupa persentase dari rata-rata gaji atau nominal tertentu. Dan peserta
jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran.
Manfaat jaminan pensiun berwujud uang tunai yang diterima setiap bulan sebagai:

 Pensiun hari tua, diterima peserta setelah pensiun sampai meninggal dunia
 Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat kecelakaan atau akibat penyakit sampai
meninggal dunia
 Pensiun janda/duda, diterima janda/duda ahli waris peserta sampai meninggal dunia atau menikah
lagi
 Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai mencapai 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja,
atau menikah; atau
 Pensiun orang tua, diterima orang tua ahli waris peserta lajang sampai batas waktu tertentu sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Setiap peserta jaminan pensiun atau ahli warisnya berhak mendapatkan pembayaran uang pensiun
berkala setiap bulan setelah memenuhi masa iuran minimal 15 (lima belas) tahun, kecuali ditetapkan
lain oleh peraturan perundang-undangan. Apabila peserta meninggal dunia pada masa
pembayaran iuran selama 15 (lima belas) tahun tersebut, ahli warisnya tetap berhak mendapatkan
manfaat jaminan pensiun.
Baca Juga

 Tarif Pajak Penghasilan Pribadi


 Pajak Penghasilan
 Tax Amnesty

Sumber :
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Tanggal 22 Juni 2016 Tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.
BPJS Ketenagakerjaan
Tarif Pajak Penghasilan Pribadi dan Keluarga
Bagaimana perhitungan pajak penghasilan bagi pribadi maupun keluarga? - Gajimu.com

Berapa tarif Pajak Penghasilan Pribadi menurut Undang-Undang?


Berdasarkan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, maka
tarif potongan pajak penghasilan pribadi adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp 0 sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

>Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 15%


250.000.000

>Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 25%


500.000.000

> Rp 500.000.000 30%

Tarif pajak di atas diberlakukan setelah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dikurangi dari
penghasilan bersih dalam satu tahun. Besarnya PTKP tergantung dari status pekerja (Wajib Pajak).
Ada perbedaan PTKP antara yang belum kawin, kawin dan belum punya anak , kawin dan punya
anak 1, kawin dan punya anak dua, dan kawin dan punya anak 3. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan No. 101/PMK.010/2016, PTKP bagi pekerja yang belum kawin adalah sebesar
Rp.54.000.000

Berapa tarif Pajak Penghasilan bagi pekerja yang sudah kawin dan/atau yang sudah memiliki
anak menurut Undang-Undang?
Dasar hukum atas kenaikan PTKP adalah PMK Nomor 101/PMK.010/2016 Tanggal 22 Juni 2016
Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Untuk menghitung pajak
penghasilan, harus diketahui besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagaimana diatur
dalam dengan Peraturan Menteri tersebut, yakni:

No Besaran Penghasilan Tidak Kena Tahun 2015 Tahun 2016


Pajak (PTKP) (dalam Rp) (dalam Rp)

1 Untuk diri Wajib Pajak orang 36,000,000 54,000,000


pribadi

2 Tambahan untuk Wajib Pajak 3,000,000 4,500,000


kawin
3 Tambahan untuk istri yang 36,000,000 54,000,000
penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami

4 Tambahan untuk setiap anggota 3,000,000 4,500,000


keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga

Berdasarkan tabel di atas, maka tarif PTKP 2016 yang berlaku adalah sebagai berikut :

PTKP Wajib Pajak Lajang

Uraian Status PTKP

Wajib Pajak TK0 54,000,000

Tanggungan 1 TK1 58,500,000

Tanggungan 2 TK2 63,000,000

Tanggungan 3 TK3 67,500,000

PTKP Wajib Pajak Kawin

Uraian Status PTKP

Wajib Pajak Kawin K0 58,500,000

Tanggungan 1 K1 63,000,000

Tanggungan 2 K2 67,500,000

Tanggungan 3 K3 72,000,000

PTKP Wajib Pajak Kawin, Penghasilan Suami Istri Digabung


Uraian Status PTKP

Wajib Pajak Kawin K/I/0 112,500,000

Tanggungan 1 K/I/1 117,000,000

Tanggungan 2 K/I/2 121,500,000

Tanggungan 3 K/I/3 126,000,000

Perbedaan perhitungan antara karyawan yang telah kawin dan yang belum kawin terletak pada
Penghasilan Tidak Kena Pajak -nya. PTKP untuk pegawai yang belum kawin adalah
Rp.54.000.000,-, sedangkan untuk pegawai yang telah kawin PTKP-nya menjadi Rp. 54.000.000,-
ditambah Rp.4.500.000,- sehingga menjadi Rp.58.500.000,-.
Jika pegawai tersebut telah kawin, penghasilannya digabung dengan suami/istri dan memiliki 2
anak, maka PTKP-nya menjadi:
Rp. 54.000.000 + Rp. 4.500.000 + Rp. 54.000.000 + (Rp. 4.500.000 x 2) = Rp 121.500.000,-
Baca Juga

 BPJS Ketenagakerjaan
 Keluarga dan Gaji
 Tax Amnesty
 Pajak Penghasilan

Sumber :
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Tanggal 22 Juni 2016 Tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Anda mungkin juga menyukai