Hakikat Alam Semesta

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Makalah Hakikat Alam semesta

Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian
kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan
menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan
tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan
dari potensi manusia yang sudah ada saat ajali.

Proses pendidikan yang berlangsung di dalam interaksi yang pruralistis (antara subjek dengan
lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh aspek manusianya. Sebab
kedudukan manusia sebagai subyek didalam masyarakat, bahkan didalam alam semesta,
memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi diri manusia. Manusia mengemban
amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bersama. bahkan
manusia terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).

Di dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh sebab itu,
alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada dan berada di
antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja mencakup
hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga
merupakan segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.

alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang
kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini,
selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dari itulah pemakalah khusus membahas
tentang Esensi Alam Semesta menurut Persfektif Filsafat Pendidikan Islam yang terdiri dari
pengertian, proses penciptaan Alam Semesta, tujuan dan fungsi penciptaan Alam Semesta dan
implikasi Alam Semesta terhadap pendidikan islam

BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Hakikat Alam semesta

1. Alam Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam


Alam dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata alam
berasal dari bahasa Arab ’alam (‫ ) عالم‬yang seakar dengan ’ilmu (‫علم‬, pengetahuan) dan alamat ( ‫مة‬
‫عال‬, pertanda). Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan
merupakan identitas yang penuh hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh
pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan
adanya Tuhan.[1] Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang berarti serasi,
harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak kacau. Alam atau cosmos
disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an
sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia.[2]
Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali
yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari
keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.[3]

Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin merupakan
bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beraneka ragam.
Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa hanya Allah Swt yang Ahad, Maha
Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi. Kemudian beliau menuturkan kembali bahwa konsep islam
megenai alam semesta merupakan penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah
Swt.[4]

Dari satu sisi alam semesta dapat didefenisikan sebagai kumpulan jauhar yang tersusun dari
maddah (materi) dan shurah (bentuk), yang dapat diklasifikasikan ke dalam wujud konkrit
(syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari sisi lain, alam semesta bisa juga dibagi
ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat),
hewan (hayyawanat), dan manusia.[5]

Menurut Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany dalam bukunya Falsafah
Pendidikan Islam menyatakan bahwa alam semesta atau alam jagat ialah selain dari Allah swt
yaitu cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan dataran, sungai dan lembah, tumbuh-
tumbuhan, binatang, insan, benda dan sifat benda, serta makhluk benda dan yang bukan benda.
Beliau juga menuturkan bahwa sebahagian ulama Islam mutaakhir membagi alam ini kepada
empat bahagian yaitu ruh, benda, tempat dan waktu. Sedangkan manusia menjadi salah satu
unsur alam semesta sebagai makhluk baharu dengan fungsi untuk memakmurkan alam semesta
serta meneruskan kemajuaannya.[6]

Menurut Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Al-rasyidin dalam bukunya falsafah pendidikan
Islam menerangkan bahwa semua yang maujud selain Allah Swt baik yang telah diketahui
maupun yang belum diketahui manusia disebut alam. Kata `alam terambil dari akar kata yang
sama dengan `ilm dan `alamah, yaitu sesuatu yang menjelaskan sesuatu selainnya. Oleh karena
itu dalam konteks ini, alam semesta adalah alamat, alat atau sarana yang sangat jelas untuk
mengetahui wujud tuhan, pencipta yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui. Dari
sisi ini dapat dipahami bahwa keberadaaan alam semesta merupakan tanda-tanda yang menjadi
alat atau sarana bagi manusia untuk mengetahui wujud dan membuktikan keberadaan serta
kemahakuasaan Allah Swt.[7]

Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan istilah
"assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al
Qur'an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65

Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa
yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa (64). Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-
apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut
disembah)?(65)
Dalam surat ar-rum ayat 22
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-
lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.

Dalam surat al-anbiya ayat 16


Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan
bermain-main.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa
yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak
(ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.

Untuk dapat Memahami dan meneliti alam yang kemudian menghasilkan science yang benar,
haruslah melalui pendidikan yang benar dan berkualitas. Oleh karena itu, Islam mempunyai
ajaran yang sangat penting dalam pendidikan, dalam rangka menghasilkan para scientist,
ilmuwan atau ulama, yang kemudian akan memelihara dan memakmurkan alam ini.

2. Proses penciptaan alam semesta


Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah
terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalamnya.
Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk pada segala
yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.

Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir”
dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an,
sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak
memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.[9]

Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang
mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut al-
Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat Al
Anbiya ayat 30:

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
yang beriman?"

Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern, maka
konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi
kebenarannya.

Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau
dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh
Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya[10]. Berkenaan Ayat tentang asal
mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam surat fushilat ayat 9 sampai 12 yaitu:

Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam".(9) Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia
memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam
empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(10) Kemudian
dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(11) Maka dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.
dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.(12)

Dapat ditarik kesimpulan melalui ayat-ayat diatas, yaitu: Disebutkan bahwa antara langit dan
bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan lalu mengalami proses pemisahan. Disebutkan
adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos. Disebutkan pula bahwa
penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus, tetapi secara bertahap.

Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak sekaligus
atau sekali jadi, akan tetapi melalui beberapa tahapan, masa atau proses. Dalam sejumlah surah,
al-Qur`an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam
hari, enam masa atau enam periode.[11] Adapun ayat yang menceritakan tentang penciptaan
alam dalam enam masa terdapat pada surat yunus ayat 3 dan surat Al-Araf ayat 54 adalah:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang
akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah , Tuhan
kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah . Maha Suci Allah , Tuhan semesta alam.

Dalam surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta.

Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya(27), Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28), Dan dia menjadikan malamnya gelap
gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29), Dan bumi sesudah itu dihamparkan-
Nya (30), Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya (31), Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh (32), (semua itu)
untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu (33).
Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam seperti
Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini
mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan, dengan tidak
meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta
tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu.[12]

Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan telah terjadi perdebatan
panjang yang bermuara pada adanya perbedaan interpretasi etimologis terhadap terma-terma
yang digunakan oleh AlQur`an. Para teolog muslim berpendapat bahwa ala mini diciptakan dari
ketiadaaan (al-khalq min `adam) atau creation ex nihillo. Bagi mereka, karena Allah maha kuasa,
maka dalam menciptakan sesuatu dari ketiadaaan bukanlah suatu kemustahilan.[13] Di pihak
lain, dengan berdasarkan logika dan ilmu serta dengan pengamatan terhadap fenomena alam
secara alamiah, para filosof berpendapat bahwa penciptaan terjadi atas dasar pengubahan bahan
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.[14]

Terlepas dari perdebatan panjang mengenai penciptaan alam semesta ini, maka Al-Qur`an telah
menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses, dan tidak
terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa:

a. Alam semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses


b. Asal mula penciptaan alam semesta berasal dari asap
c. Penciptaan alam semesta terbentuk melalui enam masa atau enam hari atau enam periode

Dari keterangan di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan tentang proses


penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, adalah manusia yang sudah
mempunyai potensi dari Allah Swt dalam mengembangkan potensi tersebut tidak dapat
dilakukan secara spontan, namun harus dilakukan dengan proses dan tahapan panjang melalui
alam ini, sebagai sarana dan fasilitas yang menghantarkan manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang seluas-luasnya.

3. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Alam Semesta


Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah sarana untuk
menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan
kemahakuasaan Allah Swt.[15] Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas
tentang keberadaaan Allah Swt. Oleh karena itu dalam mempelajari alam semesta, manusia akan
sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta.

Omar menjelaskan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai penerima
amanah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ilham melalui
potensi akal yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.[16] Lebih lanjut beliau menjelaskan
bahwa manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat besar apabila manusia
tersebut mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam semesta ini.

Al-qur`an dalam hal ini menjelaskan bahwa penciptaan alam semesta bertujuan bukan menjadi
seteru bagi manusia, bukan menjadi penghambat manusia dalam berpikir dan berkembang, juga
bukan menjadi musuh manusia, akan tetapi alam semesta diciptakan oleh Allah Swt untuk
bekerjasama dengan manusia dengan menggunakan alam sebagai sumber dan mediasi untuk
mendapatkan respon ilmu, yang dapat membantu mereka dalam menjalankan amanah yang telah
diberikan Allah Swt sebagai khalifah dalam menjalankan roda kehidupan dan serta dalam
menjalankan kemaslahatan umat manusia seluruhnya.[17] Kemudian juga di terangkan bahwa
alam semesta merupakan ladang ilmu bagi manusia yang darinya dapat diperoleh berbagai
manfaat dalam memenuhi segala kebutuhan manusia yang pada akhirnya manusia itu akan
dituntut untuk dapat mensyukuri atas apa-apa yang mereka peroleh dan mereka nikmati dari
pemberian Allah swt. Hal ini terlihat dari firman Allah swt dalam surat an-nahl:14 yaitu:

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang
kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

Manusia mengemban amanat dari Allah Swt sebagai khalifah untuk mengelola bumi secara
bertanggungjawab. Peran penting yang diamanahkan kepada manusia adalah memakmurkan
bumi (al ‘imarah) dan memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan (ar-ri’ayah). Manusia
mempunyai kewajiban kolektif untuk mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-
luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan
merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah sehingga generasi selanjutnya dapat
melanjutkan eksplorasi itu. Melihara bumi termasuk memelihara aqidah dan akhlak manusianya,
memelihara dari kebiasaan jahiliyah (merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan
sesaat) karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. [18]

Untuk lebih jelas bagaimana hakikat dari tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta adalah
sebagai berikut:
Penciptaan alam semesta bertujuan untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt
adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala kekuasaanNya[19].
Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39

Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-
main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak
Mengetahui.
Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam semesta ini adalah untuk
memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda (ayah) atas keberadaan dan kekuasaan Allah
Swt[20]. Sebagaimana firmanNya dalam surat Fushshilat ayat 53

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia
untuk menggali khazanah rahasia Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat
menyumbangkan suatu kebajikan dan faedah manusia seluruhnya yang pada akhirnya manusia
akan memahami apa hakikat diciptakannya alam semesta ini[21]. Hal ini tertera dalam surat
Yunus : 4

Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah ,
Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya Kemudian mengulanginya
(menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar dia memberi pembalasan kepada orang-
orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan untuk orang-orang
kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.

Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia, untuk memenuhi kebutuhan
manusia selama hidup di permukaan bumi ini. Oleh karenanya alam telah ditundukkan oleh
Allah Swt untuk mereka, sebagai tempat tinggal bagi manusia, ini dimaksudkan agar manusia
mudah dalam memahami alam semesta dan tahu bagaimana cara memanfaatkannya untuk
kepentingan mereka[22]. Salah satu ayat yang menerangkan akan hal ini terdapat dalam surat
Ibrahim ayat 33

Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.

Alam semesta ini diciptakan bertujuan untuk menunjuk manusia sebagai Khalifah yang
mengemban amanah dari Allah Swt, dalam mengemban amanah tersebut apakah manusia
mampu menjalankannya dengan menghadapi berbagai ujian dan cobaan atau sebalikya, manusia
justru mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya dengan berbuat kerusakan dimuka bumi
ini[23]. Ini tercantum dalam surat Al-baqarah ayat 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."

Dari keterangan di atas pemakalah mengambil kesimpulan dengan keterkaitannya terhadap


pendidikan Islam adalah alam semesta tercipta sebagai sesuatu yang khusus bagi manusia untuk
mengemban amanah dari Allah Swt sebagai khalifah yang akan memimpin, memelihara,
menjaga serta menjadikan alam ini sebagai sarana dalam berkehidupan dengan meraih berbagai
wawasan ilmu pengetahuan. Dengan memamfaatkan sebaik-baiknya apa saja yang terkandung
dari penciptaan alam ini. Dari itulah manusia akan tahu apa hakikat tujuan diciptakannya alam
semesta bagi mereka yang pada intinya akan menghantarkan manusia menjadi hamba yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

4. Implikasi penciptaan alam semesta terhadap pendidikan islam


Islam menegaskan bahwa esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah al-Rabb,
yaitu Tuhan Maha Pencipta yang menciptakan seluruh Makhluk yang makro dan mikro kosmos.
Al-syaibany sebagaimana yang tertera dalam bukunya Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam
menjelaskan bahwa proses pendidikan adalah menyampaikan sesuatu kepada titik
kesempurnaannya secara berangsur-angsur. Karenanya, implikasi filosofi terhadap pendidikan
islam adalah bahwa pendidikan islam merupakan suatu proses atau tahapan dimana peserta didik
diberi bantuan kemudahan untuk mengembangkan potensi jismiyah dan ruhaniyahnya sehingga
fungsional untuk melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya dalam kehidupan di alam
semesta.[24] oleh karena pendidikan merupakan proses dan tahapan, maka pendidikan Islami
akan berlangsung secara kontiniu sepanjang kehidupan manusia di muka bumi ini.

Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh manusia
untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak dapat hidup
dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta saling
membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini
butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam semesta
sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.[25]

Seorang pendidik muslim yakin bahwa pendidikan sebagai proses pertumbuhan dalam
membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku individu dan
kelompok hanya akan berhasil melalui interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda
sekitarserta dengan alam sekeliling, tempat ia hidup. Omar[26] berpendapat bahwa makhluk,
benda dan apa yang ada di sekelilignya adalah bahagian alam luas dan insan itu sendiri dianggap
sebagai sebahagian dari alam ini. Sebab itu proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu
akhlaknya bukan sekedar nyata terbentuk dari alam yang bersifat sosial, akan tetapi dapat juga
terbentuk melalui alam alamiah yang bersifat material.

Perbedaaan dalam watak, akhlak, adat, tradisi dan cara hidup manusia adalah sangat berpengaruh
dalam sebuah pembentukan karakter. Penduduk pesisir umpamanya, mempunyai watak dan cara
hidup tersendiri. Demikian juga halnya dengan penduduk yang bertempat tinggal di daerah
pegunungan atau sahara. Dalam hal ini juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan sifat dan
watak manusia yang bertempat tinggal di daerah perkotaan dan pedesaaan. [27]

Dari keterangan di atas mengindikasikan bahwa alam juga dapat memberikan pengaruh besar
bagi setiap individu atau kelompok manusia yang berbeda-beda melalui tempat tinggal, daerah
atau iklim. Sehingga secara tidak langsung akan membentuk sebuah watak dan sifat yang
berbeda-beda.

Meskipun alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk manusia, bukan berarti manusia
dapat mengetahui dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, karena sampai sekarang
pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam menciptakannya masih menjadi
misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh dasar inilah Al-Quran mengajurkan kepada
manusia untuk terus menggali khazanah yang terdapat dari penciptaan alam semesta ini. Anjuran
dan kemungkinan untuk mempelajari alam semesta tertuang di berbagai ayat-ayat al-quran yang
di antaranya:

Surat Yunus ayat 101


Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman".

Dalam surat al-Ankabut ayat 20


Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi, Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam surat At-Tariq ayat 5


Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?

Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa memahami dan
mempelajari alam adalah mungkin, apabila tidak, maka Allah Swt dalam ayat-ayatNya tidak
akan menganjurkan untuk mempelajarinya.[28]

Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaanya di alam semesta,
baik sebagai Syahid Allah , `abd Allah maupun Khalifah Allah . Dalam konteks ini menurut Al-
Rasyidin bahwa Allah Swt menjadikan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk
bersyahadah akan keberadaaan dan kemahakuasaan-Nya. Wujud nyata yang menandai syahadah
itu adalah penuaian sebagai makhluk `ibadah dan pelaksanaan tugas-tugas sebagai khalifah.
Beliau juga menjelaskan bahwa alam semesta merupakan institusi pendidikan, yakni tempat di
mana manusia dididik, dibina, dilatih, dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau
mewujudkan fungsi dan tugasnya sebagai `abd Allah dan khalifah dalam menerapkan amal
ibadah dan amal shalih kepada Allah Swt. Melalui proses pendidikan di alam semesta inilah,
kelak Allah Swt akan menilai siapa diantara hamban-Nya yang mampu meraih markah atau
prestasi terbaik.[29]

Sebagaimana yang diketahui bahwa selain Allah Swt adalah alam semesta, dari keterangan
tersebut menjelaskan bahwa alam semesta terwujud dari bentuk-bentuk yang konkrit (alam
nyata) dan bentuk-bentuk yang Abstrak ( alam Ghaib). Oleh karena itu pendidikan islam dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulumnya harus mengacu kepada konsepsi islam tentang
alam semesta. Alam semesta terbagi kedalam dua bahagian yaitu alam nyata dan ghaib, alam
nyata adalah alam yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia melalui pengamatan dan
fenomena alam ini, sedangkan alam ghaib adalah alam yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indera manusia. Kepercayaan mengenai keberadaaan alam ghaib hanya dapat diyakini dengan
keimanan yang bersumber dari Allah Swt melalui ayat-ayat yang termaktub di dalam Al-Qur`an.

Wilayah studi objek pendidikan islam tidak saja berkaitan dengan hal-hal yang dapat diamati
oleh indera manusia ( fenomena) saja, tetapi mencakup segala sesuatu yang tidak dapat diamati
oleh indera manusia (noumena). Yang berhubungan dengan hal-hal yang konkrit, maka
keberadaaan alam syahadah sebagai objek kajian pendidikan islam menghendaki aktivitas
pengamatan inderawi, penalaran rasional, dan eksperimentasi ilmiah. Sementara itu, yang
berkaitan dengan hal-hal yang ghaib, untuk dapat memahami dan mengetahuinya dibutuhkan
aktivitas supra inderawi dan supra rasional. Karenaya dalam pendidikan islam , ilmu-ilmu
pengetahuan yang akan ditransformasikan ke dalam diri peserta didik tidak hanya terbatas pada
pengetahuan inderawi dan rasional, tetapi juga mengenai ilmu-ilmu laduny, isyraqi, ilumunasi,
dan kewahyuan[30].

Proses pendidikan menghantarkan manusia untuk dapat memahami dengan benar tentang
keberadaaan alam semesta bersamaan dengan apa yang terkandung di dalamnya, bagaimana
manusia mampu menggunakan alam sebagai institusi dan objek dalam mengembangkan potensi
yang sudah ada. Di sisni pemakalah memaparkan bagaimana manusia dapat memahami alam
dengan proses pendidikan. banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk menggali khazanah
alam semesta ini, namun, hanya beberapa hal yang dapat pemakalah paparkan.

Dalam al-quran dijelaskan cara-cara memahami alam. Salah satu cara memahami alam raya ini
dapat dilakukan lewat indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium dan peraba[31].
Artinya, semua alat utama ini dapat membantu manusia untuk melakukan pengamatan dan
eksperimen. Hal ini terdapat pada surat An-Nahl ayat 78

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Panca indera belumlah cukup atau satu-satunya jalan memahami alam, tetapi dibutuhkan lagi
yaitu penalaran atau akal.[32] Di samping alat indera dan akal manusia, ada lagi cara lain yaitu
melalui wahyu dan ilham (inspirasi)[33].

BAB III
PENUTUP
Makalah Hakikat Alam semesta

1. Simpulan dan Saran


Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pada hakikatnya Allah swt sebagai pencipta
dan sekaligus sebagai penunjuk jalan bagi manusia (maha guru) Tuhan didalam menciptakan
manusia di muka bumi ini adalah semata-semata untuk mengabdi kepada-Nya dan untuk menjadi
khalifah dimuka bumi. Dalam hal manusia dapat mengelola alam semesta , maka manusia perlu
mendapatkan pendidikan (Subyek pendidikan dan sekaligus sebagai obyek pendidikan).

Dalam pemikiran filsafat pendidikan Islami. Allah menciptakan alam semesta ini bukan
untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan
sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan
menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah
telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi amanat itu, yaitu
MANUSIA. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang
sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti,
bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan meminta pertanggungjawaban dari
seluruh manusia dalam menjalankan amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses
panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah Swt tidak mampu
atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka
tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi
mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt, yakni flora dan fauna. Kehidupan yang
demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling
menunjang antara manusia, alam dan segala isinya.

Anda mungkin juga menyukai