Makalah Jantung Koroner
Makalah Jantung Koroner
Makalah Jantung Koroner
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara
maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan
duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK)
merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan.
Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan
harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010).
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan
lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini
lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan ikat,
perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau
menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di
daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan
berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark
Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat
menyebabkan kematian mendadak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung koroner ?
3. Apa penyebab terjadinya penyakit jantung koroner ?
4. Apa saja gejala penyakit jantung koroner ?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung koroner ?
6. Apa saja klasifikasi penyakit jantung koroner ?
7. Apa saja komplikasi akibat penyakit jantung koroner ?
8. Apa faktor resiko dari penyakit jantung koroner ?
9. Bagaimana pemeriksaan pada penyakit jantung koroner ?
10. Apa saja pencegahan terjadinya penyakit jantung koroner ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung koroner.
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi jantung oroner.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit jantung koroner.
4. Untuk mengetahui gejala penyakit jantung koroner.
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit jantung koroner
6. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit jantung koroner.
7. Untuk mengetahui komplikasi akibat penyakit jantung koroner.
8. Untuk mengetahui faktor resiko dari penyakit jantung koroner.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan pada penyakit jantung koroner.
10. Untuk mengetahui pencegahan terjadinya penyakit jantung koroner.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit Jatung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung. Jantung diberi oksigen dalam darah melalui arteri - arteri koroner utama
yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien (Iman,
2001:13).
5
kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastic
eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan
membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan
adventisia. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi
oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol. (Anwar, 2004)
Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10%
dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75ml darah per 100 gram miokard.
Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary
flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada
keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran
basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja
aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada saat stress atau latihan,
sehingga menyebabkan iskemia (Shujuan, 2010)
Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri koronaria (arteri yang memasok
darah ke otot jantung) menjadi mengeras dan menyempit. Hal ini disebabkan
penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak, pada dinding
pembuluh darah. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Plak akan semakin besar
sehingga aliran darah ke otot jantung semakin sedikit dan semakin sulit. Akibatnya,
6
otot jantung tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkan. Ketika
jaringan kurang asupan, maka hal itu akan direspons sel sebagai apa yang kita
kenal dengan “nyeri dada khas” yang disebut dengan “angina”, atau jika arteri
koronaria tersumbat total, maka pasien dapat jatuh ke dalam kondisi “serangan
jantung”. Serangan jantung inilah yang merupakan kegawatan medis karena
menyebabkan kerusakan jantung permanen atau bahkan kematian.
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri - arteri sereberal. (Ariesty, 2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada
sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh
darah. (Ariesty, 2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke
area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian
memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area
lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan
senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarikkimia) yang
mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area
7
cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial
yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah
putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai
berimigrasi di antara sel - sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial,
monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan
sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang
ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima.
(Ariesty, 2011:hal 6).
Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan
Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau sering
dari sebelumnya).
Gangguan hemodinamik
8. Faktor resiko
a) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
Merokok
Hiperkolesterolemia
Hipertensi
9
Diabetes mellitus
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan >
21 % pada perempuan.Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan
LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelasmeningkat bila BB mulai melebihi 20% dari
BB ideal.
Inaktifitas fisik
Perubahan keadaan sosial dan stress
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua yang
menderita penyakit inisebelum usia 50 tahun) meningkatkan timbulnya
aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruhgenetic dan lingkungan masih
10
belum diketahui. Tetapi, riwayat keluarga dapat juga mencerminkankomponen
lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stress
atauobesitas.
Etnis
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit putih.
11
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah
kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan
sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 180/110
mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C.
(Gordon, 2015: hal 22)
c. Sistem Review
1. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh
ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal.
(Aziza, 2010: hal 13)
2. Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan
kabur.(Gordon, 2015: hal 22)
3. Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran telinga , tidak
mengalami gangguan. (Gordon, 2015:hal 22)
4. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati. (Gordon,
2015:hal 22)
5. Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dinit tanda
dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Pengkajian meliputi
persentase fraksi oksigen, volume tidal, frekuensi pernapasan dan modus
yang digunakan untuk bernapas. Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya,
pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia.
(Aziza, 2010: hal 13)
6. Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi, auskultrasi,
palpasi, dan perkusi perawat melakukan pengukuran tekanan darah; suhu;
denyut jantung dan iramanya; pulsasi prifer; dan tempratur kulit. Auskultrasi
bunyi jantung dapat menghasilkan bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal
jantung atau adanya bunyi gallop S4 tanda hipertensi sebagai komplikasi.
Peningkatan irama napas merupakan salah satu tanda cemas atau takut
(Wantiyah,2010: hal 18)
7. Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi auskultrasi
bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi). (Aziza,2010: hal 13)
8. Sistem muskuluskeletal, pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan
otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan
atau aktifitas yang biasanya dilakukan. (Aziza,2010: hal 13)
9. Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
(Aziza,2010: hal 13)
10. Sistem Integumen, pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik. (Gordon,
2015:hal 22)
12
11. Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar .
(Aziza,2010: hal 13)
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya:
a. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat.
b. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau adanya
kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler
(Kulick, 2014: hal 42).
c. Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika
arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan
maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014:
hal 42).
d. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua
bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas
memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama
serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012 hal 43).
e. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif minimal
dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah
ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini
disebut kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri
atau intravena ini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan
kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan
terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012: hal 43).
f. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi Koroner
adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras
disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat
menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT
scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang
mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan,
maka memungkinkan terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012: hal 43).
g. Magnetic resonance angiography (MRA)
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan
penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa
adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak
sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (Mayo Clinik, 2012: hal 44).
13
10. Pencegahan
Jalani pola hidup sehat
Hindari dan berhenti merokok
Hindari makanan berkolestrol tinggi agar terhindar dari penyakit jantung
koroner
Luangkan waktu untuk berolahraga setiap hari atau menciptakan gerakan-
gerakan kecil
Istirahat teratur dan cukup
Dengan menghindari makanan berkolestrol dan berlemak adalah cara
bijak untuk mencegah penyakit jantung koroner. Sebab lemak dan kolestrol
inilah yang nantinya akan menutupi dinding pembuluh darah arteri yang
memasok makanan ke jantung. Ketika anda telah di diagnosis mengidap
penyakit jantung, sebaiknya untuk segera mencari pengobatan penyakit
janntung koroner yang tepat. Dengan menggunakan bahan herbal seperti jus
buah manggis atau produk obat jantung herbal yang banyak di temukan di toko
obat. Dengan menggunakan obat berbahan herbal, tentunya akan sangat aman
dan tanpa efek samping. Selain itu anda juga bisa segera memeriksakannya ke
dokter secara medis.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ
jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki
oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu
penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko
yang antara lain adalah gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), riwayat
PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi
lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola
hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat,
menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur,
menghindari stress kerja.
B. SARAN
Penyakit jantung koroner dapat menyeran siapa saja, baik tua maupun
muda. Maka dari itu kita harus memulai berperilaku hidup sehat yang
seimbang dan menghindari resiko stress. Mengonsumsi makanan berserat
dan sehat, mengurangi makanan berkolestrrol, kontrol kolesterol, tekanan
darah dan gula darah, serta cek juga kesehatan secara rutin.
Hindari segala factor resiko dan pemicu penyakit jantung koroner
seperti menghindari rokok, dan lain-lain.
Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat agar
lebih memahami karakteristik penderita penyakit jantung koroner.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://aprilyantiakil.blogspot.com/2014/05/makalah-penyakit-jantung-
koroner.html
http://eprints.uny.ac.id/22957/2/BAB%20II.pdf
http://yellyfebriani.blogspot.com/2013/01/penyakit-jantung-koroner.html
https://doktersehat.com/jantung-koroner/
https://samoke2012.files.wordpress.com/2015/10/askep-pjk.pdf
https://www.academia.edu/9463486/MODUL_2_PENYAKIT_JANTUNG_KOR
ONER
16