Tugas Makalah Botani (Piper Cubeba. L)
Tugas Makalah Botani (Piper Cubeba. L)
Tugas Makalah Botani (Piper Cubeba. L)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberi rahmat dan
berkat-Nya kepada kami sebagai penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas
Makalah Botani Farmasi dengan Judul “Piper Cubeba. L”
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu untuk memenuhi Tugas Makalah Botani
Farmasi Pada Semester ganjil Tahun Ajaran 2018 - 2019 yang diberikan oleh Dosen bidang
studi. Dalam penulisan Makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik
secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kepada semua pihak kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kesalahan dan keterbatasan oleh kemampuan dan waktu, sehingga memiliki kekurangan dan
belum mencapai kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun dari kawan-kawan sangat
penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah yang
sederhana ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita semua, Amin.
Penulis
1|P a g e
DAFTAR ISI
2|P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
3|P a g e
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat umum serta untuk penulis pribadi sehingga kedepannya
dapat lebih mengetahui mengenai jenis tanaman yang ada di Indonesia Khusus nya
secara spesifik mengenai Taksonomi, Klasifikasi, Deskripsi maupun Kandungan dan
Manfaat dari Tanaman Kemukus (Piper Cubebea L.)
4|P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5|P a g e
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat
beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis
makhluk hidup
2.3. Tingkatan Taksonomi
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu
kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang
lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang
beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompokan
ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan
International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on
Zoological Nomenclature.
Urutan Taksonomi antara lain :
1. Kingdom. Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk
hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di
dunia ini dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert
Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera,
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
2. Filum/Divisio (Keluarga Besar). Nama filum digunakan pada dunia
hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau
division terdiri atas organisme-organisme yang memiliki satu atau dua
persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas
sedangkan nama division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain
phyta dan mycota.
3. Kelas (Classis). Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari
filum atau division.
4. Ordo (Bangsa). Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia
tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5. Famili. Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama
famili tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk
hewan biasanya diberi nama idea.
6. Genus (Marga). Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili.
Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf
6|P a g e
kapital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring
atau dibedakan dari huruf lainnya.
Selain itu, plantae memiliki organ dan sistem organ. Memiliki daun untuk
mengumpulkan sinar matahari yang digunakan untuk membuat glukosa. Memiliki
akar untuk memperkokoh tumbuhan dan menyerap air. Alat reproduksi seksualnya
adalah bunga (Soepomo,1987).
7|P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
1. Piperaceae
2. Saururaceae
3. Chlorantaceae
Suku Piperaceae meliputi kurang lebih 1.300 jenis yang terbagi dalam 10
marga. Hampir semua nya tumbuh di daerah tropika. Diantara nya : Piper Nigrum
(Lada Hitam), Piper Betle (Sirih), Piper Cubeba (Kemukus), Piper Retrofractum,
Piper Longum (Cabe Jawa), Semuanya berguna dalam obat – obatan.
8|P a g e
3.2. Piperaceae
Piperaceae merupakan salah satu Famili dalam kelas Magnoliopsida yang
banyak tersebar di wilayah tropis dan sub tropis. Salah satu genus dalam piperaceae
adalah Piper. Anggota genus ini terdiri dari hampir 3.000 spesies yang tersebar mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi di daerah tropis Asia (Steenis, 1975;
Asmarayani & Purnomo, 2004). Beberapa spesies telah dimanfaatkan secara
tradisional oleh masyarakat sebagai bahan obat, komoditi pertanian untuk rempah,
dan insektisida pada lahan pertanian (Heyne, 1987; Parmar et al., 1997).
Tumbuhan Genus Piper memiliki khasiat obat. Masyarakat Indonesia
menggunakan tumbuhan Genus Piper sebagai obat tradisional (Asmarayani &
Purnomo, 2004). Kajian penelitian lebih lanjut menemukan bahwa metabolit sekunder
P. methysticum dapat memberikan efek narkotik dan bersifat sedatif (Agusta, 1998).
Buah P. longum dapat digunakan untuk mengobati kejang usus (Perry & Metzger,
1980). P. aduncum secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, kencing
nanah, penolak serangga dan memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Bacillus
subtilis, Micricoccus luteus dan Escherichia coli (Orjala et al., 1993). Ekstrak etanol
dan senyawa murni Piperina dari P. longum diketahui mampu mengobati tikus yang
terjangkit caesal amoebiasis (Ghosal et al., 1996). Dua puluh dua (22) spesies Piper
telah terdaftar dalam bahan ramuan obat dan rempah dunia, antara lain P. aduncum,
L., P. attenuatum Miq., P. baccatum Bl., P. bantamense Bl., P. betle, L., P. crassipes
Korth., P. caducibrachteatum C.DC., P. caninum Bl., P. cubeba, L.f., P. decumanum,
L., P. elongatum Vahl., P. fragile Benth., P. guinense Schum. & Thon., P. lanatum
Roxb., P. lolot C.DC., P. longifolium Ruiz & Pavon, P. longum, L., P. methysticum
Forst, P. nigrum, L., P. retrofractum Vahl., P. saigonense C.DC., dan P. sarmentosum
Roxb. (Asmarayani & Purnomo, 2004).
9|P a g e
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping 2 / Dikotil)
Sub Kelas : Magnolidae
Ordo (Bangsa) : Piperales
Famili (Suku) : Piperaceae
Genus (Marga) : Piper
Spesies (Jenis) : Piper Cubeba
Nama Binomial : Piper Cubebe L.
10 | P a g e
Gambar 1.2 Biji/ Buah Kemukus
b. Akar
Tanaman kemukus tidak dapat tumbuh dengan baik apabila tidak
memiliki akar, jenis akar yang dimiliki berwarna kuning kecoklatan
11 | P a g e
c. Daun
Daun yang dimiliki kemukus adalah daun berjenis tunggal berbentuk
bulat telur yang pangkalnya seperti jantung dan ujungnya meruncing.
Daun tersebut memiliki bentuk tepi yang rata yang tumbuh secara
berselang – seling atau tersebar pada setiap batang. Bekas dudukan
sidaun sangat terlihat jelas dengan ukuran panjang sekitar 8 – 15,5 cm
dan lebarnya sekitar 3 – 10 cm berwarna hijau
d. Bunga
Bunga pada tanaman kemukus adalah jenis bunga majemuk yang
memiliki bentuk berbulir, memilikik ukuran panjang sekitar 3 – 10 cm
dengan tangkai berukuran 6 – 20 cm.
Bunga tersebut memiliki warna hijau, memiliki daun pelindung
berbentuk elips yang melekat pada tangkai bulir. Bunga kemukus
memiliki benang sari berjumlah 3 – 5 berwarna putih dan kuning
kehijauan.
Bulir yang dimiliki kemukus ada 2 yaitu, bulir jantan dan bulir betina
Bulir jantan memiliki daun pelindung berbentuk bulat memanjang
hingga bulat telur berbalik ukuran 1,5 – 2 cm
Bulir betina memiliki berbentuk agak melengkung dengan daun
pelindung berbentuk bulat memanjang berukuran sekitar 4-5 X 8 mm
12 | P a g e
Tanaman kemukus merupakan tanaman merambat dengan ketinggian
batang mencapai ± 15 meter (Heyne, 1987). Bentuk buah kemukus mirip
dengan buah lada, namun berbeda pada bagian ujung buah. Pada ujung buah
kemukus terdapat bagian yang menyerupai ekor sedangkan pada lada tidak
sehingga kemukus sering disebut sebagai lada berekor (tailed cubeb)
(Redgrove, 1933). Kemukus berbuah bulat dan daunnya hampir sama dengan
daun sirih. Buah kemukus kering berwarna coklat keabu abuan, berbau
aromatis, mempunyai rasa pahit dan getir (Ketaren, 1985). Kadar minyak atsiri
dari buah kemukus menurut Heyne (1987) adalah 10 – 18 persen dari berat
kering. Buah kemukus pada umumnya dipanen sebelum masak kemudian
dikeringkan. Kemukus sering dijual dalam bentuk kering yang masih memiliki
tangkai, sehingga sering disebut merica berekor. Biji kemukus berwarna putih,
keras dan berminyak.
Sedangkan menurut (Depkes RI, 1997) Piper Cubeba L. berupa
tumbuhan memanjat melilit, batang berkayu, cabang licin tidak berambut.
Daun berbentuk bundar agak lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau
membundar, ujung meruncing. Buah berbentuk hampir bulat, umumnya
bergaris tengah lebih kurang 5 mm, pada bagian pangkal terdapat tonjolan
panjang menyerupai tangkai, panjang tonjolan 5 mm samapi 10 mm, tebal
kurang dari 1 mm, kadang-kadang bagian pangkal didaerah tonjolan agak
cekung
13 | P a g e
tanaman gamal (Glyricidia Sp.). Media stek adalah tanah yang gembur dan
miskin pasir, lingkungan stek harus lembab, namun tidak becek
14 | P a g e
dikemukakan bahwa dalam buah kemukus terkandung 10 – 20% minyak atsiri,
namun hasil penelitian Rusli dan Soepandi (1981), buah kering kemukus asal
Jawa Tengah hanya mengandung sekitar 6.51% saja. Berdasarkan catatan
sejarah, seperti yang dikemukakan oleh Purseglove (1968) dalam bukunya
berjudul Tropical Crops Dycotyledonae, bahwa tanaman kemukus merupakan
tanaman asli Indonesia. Dahulu tanaman tersebut tumbuh secara liar di bagian
Barat Nusantara, terutama di tepi-tepi hutan payau. Dalam bahasa daerah
dikenal dengan nama kemukus (Indonesia), kemukus atau timukus (Jawa),
rinu (Sunda), kamokos (Madura), kemukuh (Simalur). Dalam bahasa
Inggrisnya dinamakan cubeb pepper.
Di Benua Eropa, tanaman kemukus yang pedas dan pahit sangat
dikenal sebagai pengganti lada hitam pada abad ke 16 dan 17, tapi kemudian
kurang disukai. Nasibnya serupa dengan lada negro, rempah-rempah dengan
aroma dan rasa yang serupa, yang sekarang juga jarang dijumpai di pasar
Eropa. Alasan utama hilangnya kedua rempah-rempah tersebut mungkin
karena rasanya yang pahit, yang membuat kurang disukai dibandingkan lada
hitam, segera setelah lada hitam diimpor dengan harga yang masuk akal. Saat
ini, kemukus banyak digunakan di beberapa bagian di Afrika Utara, khususnya
di Tunisia dan Moroko.
15 | P a g e
Keterangan :
1. Epikarp
2. Hipodermis dengan sel batu dan parenkim
3. Sel minyak didalam mesokarp
4. Parenkim mesokap
5. Endokarp
6. Kulit Biji
7. Perisperm
8. Butir pati
9. Sel minyak didalam perisperm
Mikroskopis buah kemukus terdiri dari jaringan epikarp terdiri dari satu
lapis sel berbentuk persegi panjang dnegan dinding luar menebal, berisi zat
berwarna kuning atau kecoklatan dan hablur kalium oksalat berbentuk prisma.
Kulit biji terdiri dari beberapa lapis sel terentang, tergensial, dan termampat,
berwarna
16 | P a g e
Komposisi kimia minyak atsiri termasuk biji kemukus umumnya dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok hidrokarbon yang disusun oleh atom C dan H
terutama terdapat dalam bentuk senyawa terpen.
2. Kelompok oxygenated hydrocarbon yang disusun oleh atom C,
H, O dan terdapat dalam bentuk senyawa alcohol, ester, eter,
keton, fenol dan asam-asam organik. Kelompok ini disebut
senyawa terpen-o.
3. Beberapa senyawa kimia yang mengandung atom nitrogen (N) dan
belerang (S) (Heat, 1978).
1. Sabinene (C10H16)
Sabinene adalah suatu monoterpen bisiklis yang secara alami
terdapat dalam bentuk dekstro dan levo. Merupakan cairan tidak
berwarna dan bersifat labil, memiliki berat jenis 0,844 g/ml dan titik
didih 163 – 164° C (www.wikipedia.com). Sabinen mempunyai aroma
lada, memiliki rasa hangat khas rempah-rempah dan pada konsentrasi
diatas 50 ppm terasa panas dan sedikit tajam di mulut. Banyak
digunakan dalam pembuatan minyak atsiri sintetis. Sabinene dapat
diperoleh dari minyak kemukus sebagai dekstro sabinene. Sabinene
merupakan senyawa terpen
17 | P a g e
2. Cineol (C10H18O)/ Eucalyptol
Merupakan monoterpen monosiklik berbentuk cairan bening
tidak berwarna dan bersifat larut dalam alkohol, minyak, kloroform
ester, asam asetat glasial dan sedikit larut dalam air. Mempunyai titik
didih 176°C – 177°C, bobot molekul 154,249 g/mol dan berat jenis
0,9225 g/cm3 (Boland et al., 1991). Memiliki bau segar, rasa pedas
dan dingin. Digunakan dalam perasa, parfum dan kosmetik serta
bahan tambahan pada rokok juga merupakan bahan yang digunakan
dalam penyegar mulut dan obat batuk. Eucalyptol telah ditemukan
dapat membunuh sel leukemia (Schiestl et al., 2004). Merupakan
komponen utama dalam pembasmi serangga Eugenia hailiensis.
Eucalyptol memiliki aktifitas antiseptik dan ekspektoran yang
digunakan pada banyak pelega hidung dan tenggorokan. Pada dunia
kedokteran hewan eucalyptol dipraktekkan sebagai obat rhinitis,
laryngitis, pharyngitis dan bronchitis (Jenkins et al., 1957). Eucalyptol
merupakan senyawa monoterpen-o.
3. Terpineol (C10H18O)
Merupakan monoterpen alcohol yang memiliki 3 isomer yaitu α
, β, γ merupakan cairan transparan tidak berwarna yang memiliki bobot
molekul 154,25 g/mol, berat jenis 0,938 g/cm3, indeks bias 1,4825 –
1,4850; dan titik didih antara 219°C. Larut dalam air, gliserol dan
alkohol. Terpeniol digunakan sebagai pelarut untuk hidrokarbon
material, pelarut untuk resin dan ester selulosa, parfum, sabun,
desinfektan, antioksida, serta perasa
4. Kadinen (C15H24)
Merupakan senyawa yang tergolong kedalam bisiklis
seskuiterpen yang memiliki bobot jenis 0,92, titik didih 275°C, tidak
larut dalam air dan larut dalam alkohol. Senyawa ini dipakai dalam
campuran parfum, campuran flavor, terutama sebagai pengikat dalam
flavor permen karena mempunyai sifat tahan atau stabil terhadap panas
dan meninggalkan aroma rempah- rempah yang lama merupakan
senyawa terpen.
18 | P a g e
5. α-Pinen (C10H16)
Merupakan cairan yang transparent dan tidak berwarna,
mempunyai bau terpen, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol,
kloroform dan eter. Memiliki bobot jenis 0,8620 – 0,8645, titik didih
antara 156 – 160°C, indeks bias 1,4640 – 1,4660 dan nilai putaran
optic -36° merupakan senyawa terpen.
6. Limonene (C10H16)
Limonene merupakan hidrokarbon monoterpen yang terdiri dari
dua unit isoprene. Limonene terdapat dalam dua bentuk optikal aktif
yaitu l limonene dan d-limonene. Kedua isomer tersebut memiliki bau
yang berbeda, l limonene memiliki bau cemara dan seperti turpentine
sedangkan d-limonene memiliki bau jeruk (www.phytochemical.com).
Limonene memiliki densitas 0,8411 g/cm3 dan titik ddih 176°C.
Sebagai komponen utama dalam citrus, d-limonene digunakan dalam
industri makanan dan beberapa obat-obatan sebagai flavoring dan juga
ditambahkan pada produk pembersih (Simonsen, 1947). D-limonene
juga dapat digunakan sebagai pelarut yang dapat menggantikan
beberapa varietas produk seperti metil etil keton, aseton, toluene,
glikol eter, dan pelarut organic fluorinated dan chlorinated.
7. Linalool (C10H18O)
Linalool merupakan monoterpen-o alami yang ditemukan pada
bermacam bunga dan tanaman rempah. Memiliki berat jenis 0,858 –
0,868 g/cm3, titik didih 198 – 199°C dan putaran optik -16° - -19°..
Digunakan sebagai wangi-wangian pada sabun, deterjen, sampo dan
lotion.
8. Charyophyllene (C13H24)
Merupakan senyawa seskuiterpen bisiklis salah satu komponen
penyumbang rasa pedas pada lada hitam. Memiliki bobot molekul
204,36 g/mol, densitas 0,9052 dan titik didih sebesar 262 – 264°C
(Corey et al., 1964). Caryophyllene merupakan cairan minyak jernih
tidak berwarna dan merupakan senyawa terpen
19 | P a g e
9. Copaene (C15H24)
Nama copaene diturunkan dari resin tanaman copaiba.
Copaene merupakan hidrokarbon yang terdapat dalam bentuk α dan β.
Copaene merupakan trisiklik seskuiterpen dengan bentuk molekul
chiral, umumnya memiliki putaran optik ke kiri -6°, memiliki bobot
jenis 0,910 g/cm3 dan titik didih sebesar 124°C (15mmHg).
10. Germacrene(C15H24)
Germacrene merupakan senyawa hidrokarbon seskuiterpen
yang dapat diperoleh dari beberapa spesies tanaman. Germacrene
digunakan sebagai antimicrobial dan pestisida juga pheromones
serangga. Terdapat dalam dua bentuk molekul yaitu germacrene A
dan germacrene D.
20 | P a g e
zaman dahulu sebagai salah satu komponen ramuan tradisional/jamu karena
bersifat antiseptik, diuretik, karminatif, dan ekspektoran.
Khasiat kemukus terutama untuk penyakit kelamin (gonorhea),
bronchitis, radang kantung kemih, disentri dan penyakit perut lainnya. Bahkan
minyak ini juga digunakan sebagai campuran saus rokok untuk penyakit asma.
Pada tahun 2001, perusahaan flavor and fragrance terkemuka asal Swiss,
Firmenich, mematenkan cubebol yakni salah satu komponen yang terkandung
dalam minyak kemukus sebagai cooling and refreshing agent.
21 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tananama Kemukus (Piper Cubeba L) merupakan tanaman khas Indonesia
4.2. Saran
Perlu ada
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 74-79, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, 44-45, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jilid 2, 271-272, Departemen
Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Jakarta
23 | P a g e
DAFTAR LAMPIRAN
24 | P a g e