Lapsus Adnexitis

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ILMU RADIOLOGI

SEORANG WANITA 35 TAHUN DENGAN ADNEXITIS DEKTRA ED


SINISTRA

Pembimbing : dr. Hardiyanto, Sp,Rad

Oleh :

Selly Anniszavuri Primadhani

J510170065

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

1
LAPORAN KASUS

ILMU RADIOLOGI

SEORANG WANITA 35 TAHUN DENGAN ADNEXITIS DEXTRA ET


SINISTRA

Diajukan oleh :

Selly Anniszavuri Primadhani

J510170065

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari ………….
……………….

Pembimbing :

dr. Hardiyanto, Sp.Rad (..........................)

Dipresentasikan di hadapan :

dr. Hardiyanto, Sp.Rad (..........................)

2
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T

Usia : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : karanganyar

Agama : Islam

Pekerjaan : tukang cuci

Pendidikan : SMA

II. ANAMNESIS PASIEN


A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan demam dan nyeri pada perut
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Perempuan berusia 35 tahun datang ke RSUD dengan
keluhan demam 3 hari disertai nyeri pada perut bagian bawah sebelah
kanan dan kiri 6 HSMRS. Keluhan menetap dan dirasakan semakin
bertambah parah. pasien sudah berobat namun sakit pada pasien belum
berkurang.
Selain demam dan nyeri pada perut bawah kanan dan kiri, pasien
juga mengeluhkan adanya cairan yang berbau keluar dari jalan lahir.
Cairan tersebut berwarna hijau dan berbau busuk. Pasien mengaku
sebelumnya siklus mestruasi tidak teratur. Sudah 2 bulan ini pasien belum
mendapatkan menstruasi, sebelumnya pasien mendapatkan menstruasi
selama 20 hari lamanya. Dan akhir-akhir ini pasien sering mengeluhkan
nyeri pinggang.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Serupa : Diakui 1 Tahun Yang Lalu
2. Riwayat Hipertensi : Disangkal
3. Riwayat Alergi Obat/Makanan : Disangkal
4. Riwayat Diabetes Mellitus : Disangkal

3
5. Riwayat Asma : Disangkal
6. Riwayat KB : Dikui (IUD 2 Tahun Yang Lalu)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat Serupa : Disangkal
2. Riwayat Hipertensi : Disangkal
3. Riwayat Alergi Obat/Makanan : Disangkal
4. Riwayat Diabetes Mellitus : Disangkal
5. Riwayat Asma : Disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku jarang minum air putih dan biasa meminum jamu-
jamuan. Selain itu pasien sering meminum obat-obatan warung tanpa
konsultasi terhadap dokter.
F. Riwayat Pengobatan
Sebelumnya, pasien sudah memeriksakan diri ke dokter umum, dan
diberikan obat rawat jalan, namun keluhan itu tidak membaik malah
semakin bertambah.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai buruh cuci, suami pasien bekerja sebagai supir
antar kota yang jarang pulang.

III. HASIL PEMERIKSAAN FISIK PASIEN


A. Keadaan Umum
KU : pasien tampak sakit, sedang dan tampak lemas
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4 V5 M6)
Gizi : Kesan baik
B. Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 39,5◦C

C. Status Generalis
1. Kepala : Normocephali, warna rambut hitam, uban (-), lurus (+),
distribusi merata (+), rontok (-), alopesia (-), mudah dicabut (-)
2. Mata : oedem palpebra superior (+), Conjunctiva anemis (-/-),
pupil isokor (+/+), Sklera ikterik +/+, RCTL +/+, RCL +/+.
3. Hidung : Nafas cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-/-),
mukosa hidung hiperemis/pucat (-/-),
4. Telinga : Deformitas daun telinga (-/-),, nyeri tekan mastoid (-/-),
sekret (-/-),

4
5. Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-), sianosis (-).tepi hiperemis
(-), faring hiperemis (-),
6. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-) trakea tidak
ada deviasi
7. Thoraks
a) Inspeksi : kelainan bentuk (-), simetris, ketinggalan gerak kedua
sisi paru (-), retraksi otot-otot pernafasan (-), massa (-).
b) Palpasi :
Fremitus
Vocal Fremitus dextra melemah
c) Perkusi :
Anterior : Posterior :

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

d) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Suara tambahan : Wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
8. Jantung
1) Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Ictus cordis teraba tapi tidak kuat angkat
3) Perkusi :
Batas kanan àICS V, linea parasternal dextra
Batas kiri à ICS V, garis midklavikularis
Batas atas à ICS III, linea sternalis dextra
4) Auskultasi
Suara dasar à BJ I-II reguler,
9. Abdomen
- Inspeksi : Tidak terlihat striae,
- Auskultasi : BU (+) peristaltik
- Palpasi : Supel, Tidak teraba massa, Nyeri tekan (-),
ballotemen gijal (-), pembesaran hepar (-), Lien teraba (-)
- Perkusi : Ascites (+), tes undulasi (+), shifting dullness (+)
10. Genitalia :
Inspeksi : tampak cairan berwana hijau keluar dari jalan lahir
Palpasi : tidak teraba massa
VT : nyeri goyang portio dextra dan sinistra (+)
11. Ekstremitas

5
Akral hangat, edema (-/-), clubbing finger (-), pitting edema (+/+),
palmar eritema (-/-),
12. Status lokalis regio lumbalis
- Inspeksi: Tidak nampak adanya jejas, tidak nampak adanya massa,
- Palpasi: Teraba massa (-); Hidronefrosis / Ballotement ginjal (-)
- Perkusi : Nyeri Ketuk CVA -/-

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Nilai Satuan Normal


CDC + Diff count
Leukosit 17.0 4.0-10.0 Normal
Eritrosit 2.9 4.7-6.1 Menurun
Hemoglobin 10.2 14.0-18.0 Menurun
Hematokrit 48.0 42-52 Normal
HCV 78.2 76-98 Normal
MCH 26.2 27-31 Menurun
MCHC 33.5 33.0-37.0 Normal
Trombosit 199 150-400 Normal

Diff Count
Netrofil 68.0 50-70 Normal
Limfosit 9.3 25-40 Meningkat
Monosit 11.8 2-8 Meningkat
Eosinofil 10 2-4 Meningkat
Basofil 0.5 0-1 Normal

Kimia Klinik

HbSAg Negatif Negatif Normal

HIV (Rapid Test) Non reaktif Non reaktif Normal


Oncoprobe

6
V. Diagnosis Kerja

Adnexitis dektra et sinistra

VI. Diagnosis Banding

Salphingitis dextra et sinistra

VII. Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

7
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan


organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama,
sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan
sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Gambar 1 : Anatomi Genitalia Eksterna Wanita

Organ Genitalia Eksterna


 Vulva atau pudenda
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis
sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris,
selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur
vascular.
 Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan

8
umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke
bawah sampai sekitar anus dan paha.

 Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
 Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir
besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga
ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
 Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan
terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang,
penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
 Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan
dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di
belakang oleh perineum (fourchette).
 Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus
vagina ditutupi oleh selaput dara.
 Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma
urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis

9
posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak
eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan
simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea
profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang
menutupinya.

Gambar 2 : Anatomi Uterus

Organ genitalia interna


 Vagina (Liang Sanggama)
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan
dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masingmasing panjangnya
berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-
lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut
kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar

10
sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak
didapatkan kelenjar bersekresi. Vagina dapat darah dari:
(1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan
darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas;
(2)arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah kevagina
bagian 1/3 tengah;
(3) arteria hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang memberikan
darah ke bagian 1/3 bawah.
 Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnyaterdiri dari
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis
adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus terdiri atas :
(1) fundus uteri;
(2) korpus uteri dan
(3) serviks uteri.
 Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas :
(1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus
(2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya;
(3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk
sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi;
(4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunya fimbria
 Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan

11
kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.

12
Definisi
Radang tuba falloppi dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan.
Oleh sebab itu tepatlah nama salfingo-ooritis atau adneksitis untuk radang
tersebut. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus,
walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah
atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya.

Adnexsitis adalah inflamasi yang mengenai adnexsa yaitu salah satu atau
kedua tiba fallopi dan radang ovarium (adnexsa) biasanya terjadi secara bersamaa.

Etiologi

Adnesitis terutma disebabkan oleh infeksi bakteri dan jarang oleh virus.
Sebagian besar kasus infeksi disebabkan oleh gonococcus. Streptococcus,
staphylococcus, E.coli, chlamidya trachomatis, dan clostridium, dimana bakteri
tersebut hidup tanpa oksigen faktor air sangan dicurigai sebagai penyebab
adnexitis, hal ini dikarenakan air mengandung bakteri yang dapat masuk ke tuba
fallopi melalui vagina.

Dnexsitis dapat dengan mudah terjadi pada wanita saat dan setelah
menstruasi. Setelah abosri dan setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh karena
zat horsestyle yang ikut keluar. Zat tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh
terhadap mikroorganime atau benda asing yang menyebabkan terjadinya suatu
penyakit atau radang. Dengan brkurangnya at tersebut akan menyebabkan daya
tahan tubuh menurun. Sehingga mokrooganisme atau benda asing dapat dengan
mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna dan menimbulkan reaksi
beruba peradangan.

Klasifikasi

1. Salpingo-ooritis akut

13
Salpingo-ooritis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba
sampai uterus melalui mukosa . Pada endosalping tampak oedema serta
hyperemia dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih
utuh., tapi pada infeksi yang lebih beratkelihatan degenerasi epitel yang
kemudian menghilang pada daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat
lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen
yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan
peradangan di sekitarnya ( peritonitis pelvika )

Salpingitis akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau


pada abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat
berbagai tindakan, seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ),
stafilococcus, E.coli, Klostridium welchii, dan lain-lain. Infeksi ini
menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe
ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Di sini
timbul salpingitis interstisialis akuta, mesosalping dan dinding tuba
menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali
normal. Hali ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis
gonoroika, di mana radang terdapat terutama pada mukosa dengan dengan
sering terjadi penyumbatan lumen tuba. Dalam hubungan ini, dalam
salpingitis piogenik kemungkinan lebih besar bahwa tuba terbuka setelah
penyakitnya sembuh.

Ovarium biasanya ikut dalam salpingitis. Kadang-kadang ovarium tidak


ikut meradang, sebaliknya biarpun jarang bisa terjadi radang terbatas pada
ovarium, bahlan bisa terjadi abses ovarium.

2. Salpingo-ooforitis kronika

Dapat didadakan pembagian antara :

a. Hidrosalping, terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian


dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan
dengan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat

14
berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping folikularis. Pada
hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang
hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan kecil.

b. Piosalping, dalam stadium menahun merupakan kantong dengan


dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat
perlekatan dengan jaringan di sekitarnya.

c. Salpingitis interstisial kronika, pada salpingitis interstisial kronika


dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan
pengumpulan nanah sedikit-sedikit di tengah-tengah jaringan otot.
Terdapat pula perlekatan dengan jaringan-jaringan di sekitarnya,
seperti ovarium, uterus dan usus.

d. Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu


dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tuboovarial piosalping
bersatu dengan abses ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat
sendiri, daru stadium akut dapat memasuki stadium menahun.

e. Abses ovarial

f. Salpingitis tuberculosis

15
Patofisiologi

Perjalanan infeksi pada adneksitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium


dan tuba falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya.
Bisa dari asenden dan desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah
ovarium dan tuba falopii maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi
asenden faktor pencetus adnexitis bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke
tuba falopii. Faktor pencetus infeksi asenden antara lain: air, pembalut wanita
yang kurang steril, selama dan setelah menstruasi, setelah melahirkan, setelah
aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya adanya spiral, perubahan membran
mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah yang mengalir dari tuba
falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor.

Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar
misalnya appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang
menyebar ke tuba falopii. Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran
darah dan termasuk jenis adnexitis micobacterium tuberculosa yang
berhubungan dengan tuberculosa. Untuk mengetahui adanya adnexitis

16
diperlukan suatu pemeriksaan antara lain: anamnesa, pemeriksaan gynekologi
dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa biasanya penderita mengeluh
nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat menstruasi, nyeri saat
berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri pinggang. Pada saat
dilakukan palpasi pada abdomen ditemukan ketegangan pada dinding abdomen
oleh karena adanya kontraksi otot abdominalis sebagai reaksi proteksi terhadap
radang, terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Pada pemeriksaan
gynekologi saat uterus di palpasi (dengan tussue) juga dirasakan nyeri. Dan
pada pemeriksaan darah lengkap LED meningkat. Nyeri meningkat pada saat
kegiatan naik turun tangga dan mengangkat barang-barang berat.

Gejala

Gambaran klinis salpingo-ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan


rasa nyeri di sebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang terdapat
pada kedua adneksa. Setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan
batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan.Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri
mendadak dan apabila defence musculiare tidak teralu keras, dapat diraba tumor
nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata. Suhu dan leukositosis juga tidak
seberapa tinggi. Ruptura tuba pada kehamian ektopik terganggu disertai dengan
gejala-gejala yangmendadak, sangat nyeri, dan anemi. Umumnya peristiwa ini
tidak menimbulkan banyak kesukaran dalam diagnosis dferensial. Yang lebih
sulit ialah diagnosis abortus tuba. Umumnya pada abortus tuba suhu tidak naik
atau hanya naik sedikit, dan leukositosi juga tidak seberapa tinggi.

Gejala-gejala salpingo-ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa


didahului oleh penyakit-penyakit akut dengan panas, rasa nyeri yang cukup kuat
di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau
menahun. Umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri
atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit
pinggang. Leukorea sering terdapat disebabkan oleh servisitis kronika. Haid

17
umumnya lebih banyak dari biasa dengan siklus yang seringkali tidak teratur.
Penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas, disminore dapat
ditemukan juga pada kasus ini.

DIAGNOSIS

Penegakan diagnosa dimualai dengan anamnesis, dimana pasien dapat


mengeluhkan gejala yang bervariasi. Gejala yang muncul pada saat awal siklus
menstruasi qatau pada saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bgian bawah
dijumpai pada 90% kasus. Dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.
Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga atau koitus. Nyeri dapat juga dirasakan
seperti tertusuk, terbakar, atau kram.

Sekresi cairan vagina terjadi pada 75% kasus. Demam dengan subu >38
mual muntah, gejala tambahan lain meliputi perdarahan pervaginam, nyeri
punggung bawah dan disuria.

- Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, biasanya didpati :

 Nyeri tekan perut bagian bawah

 Pada pemeriksaan pelvis dijumpi : sekresi cairan


mukopurulen, nyeri pa gerakan servik, nyeri takan
uterus, nyeri tekan adneksa bilateral.

- Pemeriksaan laboratorium

 Pada pemeriksan darah rutin dijumpai leukosit lebih dari


10.000 pada 50% kasus

 Peningkatan eritrosit sedimen rate digunakan untuk


membantu diagnose namun tetap tidak spesifik

 Peningkatan c-reaktif protein, tidak spesifik

18
 Pemeriksaan DNA dan kulture gonorea dan clamidya

 Urunalisis harus dilakukan untuk menyingkirkan


kemingkinan infeksi salurah kemih

- Pemeriksaan radiologi

 Ultrasonografi

Pemeriksaan ini memperlihatkan adnexsa uterus termasuk


ovarium. Pada pemeriksaan ini akan tampak penebalan
dinding tuba fallopi lebih dari 5mm, adanya inkomplit pada
tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel.

Gambar diatas merupakan pencintraan USG pada adnexitis.


Dibelakang kandung kemih (B) merupakan massa dengan
tepi echigenik yang tiak tratur (irreguler) dan yang intinya
(T) tampak hypoechoic dimana terlihat cairan.

19
Terapi

Terapi pada salpingo-ooforitis akuta terdiri atas istirahat baring, perawatan umum,
pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat
menjadi sembuh atau mennjadi menahun. Jarang sekali terpai salpingo-ooforitis
akuta memerlukan pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :

1. Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium

2. Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan

3. Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendisitis akuta dan


salpingo-ooforitis akuta

Pada salpingo-ooforitis kronika, jika penyakitnya msaih dalam keadaan subakut,


penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spectrum luas. Jika
keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan
penderita dinasehatkan supaya penderita jangan melakukan pekrjaan yang berat-
berat. Dengan terapi ini, biarpun sisa- sisa peradangan masih ada, keluhan –
keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang.

Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi


untuk terapi ini adalah ;

1. Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada
dan mengganggu kehidupan sehari-hari

2. Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang

3. Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi
diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan
hidrosalping, piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya

Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya
dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa

20
dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat
dilepaskan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, 2005. Obstetri William. Edisi ke 18. EGC. Jakarta.

2. Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

3. Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta : EGC
4. Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
5. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai