Proposal Skripsi Fikran Jamil

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

1

PROPOSAL

MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN


SISTEM PENGEDALIAN INTERNAL TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

(studi kasus pada Pemerintah Provinsi Jambi).

OLEH:

Fikran Jamil

NIM : C1C015086

DOSEN PENGAMPU:

Dr.Wiralestari, SE., M.Si

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2017
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal tentang PENGARUH KEJELASAN SASARAN
ANGGARAN DAN SISTEM PENGEDALIAN INTERNAL TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (studi kasus pada
Pemerintah Provinsi Jambi).

Proposal ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi


Penelitian. dan penulis juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Wiralestari, SE.,
M.Si selaku Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai PENGARUH
KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN SISTEM PENGEDALIAN
INTERNAL TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (studi kasus pada Pemerintah Provinsi Jambi). Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan proposal yang telah kami buat yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jambi, 16 April 2018

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang Penelitian....................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 10
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 10
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................... 11
BAB II ............................................................................................................................... 12
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 12
2.1. Landasan Teori ..................................................................................................... 12
2.1.1. Anggaran Sektor Publik ................................................................................. 12
2.1.2. Akuntabilitas Kinerja ..................................................................................... 18
2.1.3. Kejelasan Sasaran Anggaran ......................................................................... 23
2.1.4. Pengendalian Internal ................................................................................... 24
2.2. Penelitian Sebelumnya ........................................................................................ 30
2.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 32
2.4. Hipotesis............................................................................................................... 35
BAB III .............................................................................................................................. 41
METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 41
3.1. Metode Penelitian yang Digunakan ..................................................................... 41
3.2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 41
3.2.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 41
3.2.2. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 42
3.2. Path Analisis ......................................................................................................... 43
3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................................. 45
3.4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................................. 45
Daftar Pustaka................................................................................................................. 46
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Penetapan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah mengharuskan pemerintah

memenuhi akuntabilitas dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain :

anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan. Pengelolaan

pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran

pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Mardiasmo, 2002), yang

mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan

sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata

untuk mencapai akuntabilitas publik. Lebih lanjut dijelaskan (Mardiasmo,

2002), anggaran berfungsi sebagai : (1) alat perencanaan, (2) alat pengendalian,

(3) alat kebijakan fiskal,(4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6)

alat penilaian kinerja, (7) dan alat motivasi. Oleh karena itu, anggaran

diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut untuk mencapai kinerja

yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap

masyarakat.

Anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian

manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi
5

juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

motivasi (Kenis, 1979);; (Govindrajan & Anthony, 2005),. Informasi anggaran

membantu manajemen puncak untuk mengevaluasi kinerja dari manajer

fungsional dan mendistribusikan penghargaan (rewards) dan hukuman

(punishments). Dalam konteks ini, keberadaan anggaran menjadi penting

sebagai bagian dari perancangan sistem organisasi untuk meningkatkan sikap

dan kinerja manajerial. Anggaran juga dapat digunakan sebagai evaluasi kinerja

karena sistem penganggaran dapat mendorong atau menghambat pencapaian

tujuan perusahaan.

(Kenis, 1979)mengatakan terdapat beberapa karakteristik sistem

penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran

anggaran. Pada k onteks pemerintah daerah, sasaran anggaran tercakup dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja

Perangkat Daerah (RKPD). Menurut (Kenis, 1979), adanya sasaran anggaran

yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran.

Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran

yang ingin dicapai organisasi. Pada konteks pemerintah daerah, kejelasan

sasaran anggaran berimplikasi pada aparat untuk menyusun anggaran sesuai

dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah sehingga aparat akan

memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat.

Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran yang disusun

dengan estimasi terbaik bagi organisasi.


6

Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu

instansi pemerintah atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam waktu satu

tahun yang disusun melalui media pelaporan. Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah wujud pertanggungjawaban pejabat publik

kepada publik tentang kinerja pemerintah selama satu tahun anggaran yang

bertujuan untuk menggambarkan penerapan rencana strategis dalam pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi organisasi di masing-masing perangkat daerah, serta

keberhasilan capaian saat ini untuk percepatan dalam meningkatkan kualitas

capaian kinerja yang diharapkan pada tahun yang akan datang. Melalui

penyusunan LAKIP juga dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip

good governance, yaitu terwujudnya transparansi dan akuntabilitas di

lingkungan Pemerintah Daerah.

Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan

pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap

akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, anggaran merupakan

dokumen/kontrak politik antara pemerintah dan DPRD untuk masa yang akan

datang (Mardiasmo, 2002). Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinerja

pemerintah melalui anggaran. Oleh karena itu anggaran daerah harus bisa

menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehinggga perencanaan

anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja yang jelas.

Penelitian-penelitian mengenai hubungan kejelasan sasaran anggaran

dengan dampaknya yang terfokus pada sektor publik diantaranya


7

dalam(Abdullah, 2004) dan Kenis (Anjarwati, 2012), (Darma, 2004), (Abdullah,

2004). Penelitian Locke (1967) dalam (Abdullah, 2004)menunjukkan hubungan

kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja akuntabilitas menunjukkan hasil yang

signifikan. Demikian juga, penelitian (Darma, 2004) mendukung adanya

hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja dalam konteks

pemerintah daerah. Hal ini didukung penelitian (Abdullah, 2004) yang

mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran

anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah(Anjarwati, 2012)juga

menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh terhadap

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Tetapi demikian terdapat

ketidakkonsistenan hasil penelitian. Penelitian (Jumirin, 2002)mengatakan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antarakejelasan sasaran anggaran dengan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian (Herawati,

2012)menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh

negative terhadap akuntablitas kinerja instansi pemerintah.

Penelitian ini mengacu pada penelitian (Kenis,1979; Pasoloran,2002;

Munawar dkk,2006; ) tentang pengaruh karakteristik sasaran anggaran terhadap

sikap dan kinerja Akuntabilitas. Hal yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yaitu penambahan satu variabel independen yaitu

Pengendalian Intern.

Hasil evaluasi Kemenpan RI atas akuntabilitas Provinsi Jambi Tahun

Anggaran 2015 menunjukan bahwa Provinsi Jambi memperoleh predikat CC

(cukup . Predikat tersebut menunjukkan belum optimalnya tingkat akuntabilitas


8

atau pertanggung jawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran

dalam rangka terwujudnya pemerintah yang berorientasi terhadap hasil.

Perkembangan nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Jambi

dapat dilihat pada tabel

Tabel 1.1
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Provinsi Jambi Tahun 2011-2015

Tahun Nilai Akutabilitas Predikat

Kinerja

2011 44,71 C (agak kurang)

2012 50,95 CC (cukup baik)

2013 56,71 CC ( cukup baik)

2014 59,36 CC (cukup baik)

2015 52,87 CC (cukup baik)

(Sumber: Laporan Kinerja Provinsi Jambi)

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai akuntabilitas kinerja pemerintah

Provinsi Jambi menunjukkan peningkatan dari predikat C (agak kurang) pada

ahun 2011 hingga menjadi predikat CC (cukup baik) pada tahun 2012, namun

dari tahun 2012 sampai 2015 tidak terjadi peningkatan. Jika terlihat dari target

yang ditetapkan yaitu mendapatkan predikat B , maka Provinsi Jambi perlu

menganalisa faktor-faktor pendukung dalam upaya meningkatkan penganggaran

berbasis kinerja.
9

Fenomena-fenomena masalah terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Provinsi Jambi menjadi landasan utama

dalam melakukan penelitian. Kejelasan sasaran anggaran Pemerintah Provinsi

Jambi ditetapkan melalui RPJMD Provinsi Jambi, selanjutnya ditindaklanjuti

dalam dokumen tahunan berupa RKPD yang menjadi dasar penyusunan APBD

Provinsi Jambi. Penilaian terhadap kejelasan sasaran anggaran ditetapkan

melalui Laporan Akuntabilitas Provinsi Jambi dengan melakukan

pengukuran atas indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.

Permasalahannya adalah perumusan sasaran strategis dalam RPJMD

belum sepenuhnya menjadi pedoman dalam sasaran strategis pada Restra

SKPD masing-masing instansi. Hasil evaluasi atas akuntabilitas instansi

pemerintah poin 2. Menunjukkan bahwa rumusan rencana strategis dan ukuran

keberhasilan belum sepenuhnya dijabarkan secara baik kedalam berbagai sasaran

strategis dan indikator kinerja di Renstra SKPD, para pejabat Administrator, dan

para Pejabat Pengawas . Kondisi ini menunjukkan belum terbangunnya budaya

kinerja sampai pada level unit organisasi yang paling rendah.

Pengendalian internal yang merupakan salah satu kriteria dalam

pemeriksaan terhadap laporan keuangan menunjukkan bahwa pemerintahan

provinsi jambi telah efektif dalam melakukan sistem pengendalian internal hal

tersebut dibuktikan dari opini BPK terhadap laporan keuangan pemerintah

provinsi jambi yang memperoleh predikat wajar tanpa pengecualian yang

jadi permasalahan adalah pengendalian dalam meningkatkan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah belum maksimal hal tersebut sesuai dengan


10

hasil evaluasi poin 3. Belum terbangun mekanisme pemantauan dan

pengendalian kinerja secara berkelanjutan pada level provinsi maupun SKPD.

Pemantauan capaian kinerja menggunakan cara-cara manual hingga cukup

menyulitkan pimpinan untuk mendapatkan gambaran utuh atas capaian kinerja

yang telah diperjanjikan.

Dengan memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi maka penelit

tertarik untuk meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah. Adapun judul yang diambil dalam penelitian ini adalah

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN SISTEM

PENGEDALIAN INTERNAL TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (studi kasus pada Pemerintah Provinsi Jambi).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian , maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara langsung terhadap

akuntabilitas kinerja pemerintah daerah?

2. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap akuntabilitas

kinerja pemerintah daerah?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan

sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kejelasan sasaran anggaran

terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah secara langsung.


11

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh sistem penendalian internal

terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah secar langsung

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak, terutama pemerintah dan akademisi yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Bagi Pemerintah , penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan maupun

evaluasi dalam rangka mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah . Dengan indentifikasi tersebut akan

menjadi masukkan mengambil langkah dan kebijakan sebagai upaya

peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2. Bagi akademisi , diharapkan penelitian ini melengkapi temuan-temuan empiris

yang telah ada di bidang ekonomi dan dapat diajadikan sebagai bahan

informasi atau sumber referensi dalam penelitian yang lebih mendalam.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Landasan teori memuat kajian mendalam terhadap teori-teori ekonomi

yang relevan dengan objek atau aspek yang diteliti. Teori berfungsi sebagai

landasan untuk memperkokoh pijakan dalam memecahkan masalah penelitian,

memilih variabel-variabel pengamatan , mengetahui bentuk hubungan variabel

dan memutuskan hipotesis penelitian

2.1.1. Anggaran Sektor Publik

2.1.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik


Anggaran adalah pernyataan tentang estimasi kinerja yang akan dicapai

selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Proses

penyusunan anggaran disebut sebagai penganggaran . penganggaran dalam

organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah merupakan tahapan yang

cukup kompleks karena tidak hanya mempertimbangkan faktor ekonomi, tetapi

juga terdapat faktor sosial politik yang sangat kental. Penganggaran pada

pemerintah terkait dengan penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

program atau aktivitas yang akan dilakukan dalam satuan moneter. Beberapa

aspek yang harus dipenuhi dalam anggaran pemerintah adalah aspek

perencanaan, aspek pengendalian , serta aspek transparansi dan akuntabilitas.

(Keuangan, 2003) tentang Keuangan Negara, menyatakan bahwa

anggaran adala alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi anggaran

sebagai instrumen kebijakan ekonomi berfungsi untuk mewujudkan


13

pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapat dalam

rangka mencapai tujuan bernegara.

Anggaran publik merupakan kegiatan yang di representasikan dalam

bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam

bentuk yang paling sederhana , anggaran publik merupakan suatu dokumen yang

menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi

mengenai pendapatan , belanja, dan aktifitas , anggaran berisi estimasi mengenai

apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang, setiap anggaran

memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa

periode yang akan datang.

2.1.1.2. Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran dalam akuntansi berada didalam ruang lingkup akuntansi

manajemen (Mardiasmo, 2002) mengidentitifikasi beberapa fungsi anggaran

dalam manajemen sektor publik adalah sebagai berikut:

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool)

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai

tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat uantuk merencanakan

tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang

dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah

tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan , digunakan untuk :

a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan

visi dan misi yang ditetapakan,

b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai


14

tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber

pembiayaan,

c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang

telah disususun,

d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencaoaian strategi.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas

pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang

dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran,

pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran.

Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan eksekutif.

Pengendalian Anggran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu:

a. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;

b. Menghitung selisih anggaran

c. Menemukan penyebab yang dapat dikendaliakan dan tida dapat

dikendalikan atas satu varians

d. Merevisi standard biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

3. Anggaran sebagai kebijakan fiskal

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk

menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui

anggran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal

pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan


15

estimasiekonomi. Anggaran dapat digunakan mendorong,

memfasilitasi, dan mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakat

sehinnga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4. Anggaran sebagai alat politik

Anggaran digunakan untuk memutuskan perioritas-perioritas dan

kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik

anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen

eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk

kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan tetapi

lebih merupakan alat politik. Oleh karena pembuatan anggaran

memerlukan political skill, coalition building, keahlian bernegoisasi, dan

pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para

manajer publik.

5. Anggaran sebagai alat komunikasi dan koordinasi

Setiap unit kinerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan

anggran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian

pemerintahan. Anggran publik yang disusun dengan baik akan mampu

mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian

tujuan organisasi. Disamping itu juga anggaran publik berfungsi

sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.

6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja

Anggaran merupakan wujud komitmen dari eksekutif kepada legislatif.

Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran


16

dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai

berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran

yang telah ditetapakan.

7. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan

stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efesien dalam

mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Target

anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat

dipenuhi,namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah

untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan

DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai

organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam prises penganggaran

sektor publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba

mempengaruhi anggara pemerintah untuk kepentingan mereka.

Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi

akanmempercayakan aspirasinya melalui proses yang ada.


17

2.1.1.3. Prinsip Anggaran Sektor Pubik


Dalam penganggaran sektor publik perlu juga diperhatikan prinsip-

prinsip sebagai dasar dalam penyusunan anggaran, berikut prinsip-prinsip

anggaran sektor publik :

1. Akuntabilitas

Prinsip ini bermakna bahwa pengeuaran daerah yang dibiayai oleh pajak

dan retribusi harus di pertanggungjawabkan dan disajikan dalam bentuk

laporan yang didalamnya terungkap segala hal yang menyangkut

penggunaan dana publik. Pertanggungjawaban ini dilakukan kepada dua

pihak yaitu DPRD dan Masyarakat

2. Value for Money

Anggaran berbasis kinerja menuntut adanya output yang optimal atas

pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluaran harus

berorientasi atau bersifat ekonomis , efektif dan efesien.

3. Kejujuran

Kejujuran ini bermakna bahwa dalam pengoperasionalan keuangan

daerah ini harus diserahkan kepada staf jujur, memiliki integritas yang

tinggi sehingga korupsi sejak awal dapat dicegah, penempatan staf yang

jujur didukung oleh sistem pengolaan yang baik akan mendorong

terjadinya penghematan sebagai akibat kecilnya korupsi.

4. Transparansi

Tranparansi merupakan bentuk kebukaan pemerintah dalam membuat

kebijakan.
18

Pengeluaran daerah sehingga publik dengan mudah mendapatkan

informasi tentang rencana-rencana anggaran pemerintah daerah dalam

tahun anggaran tertentu

5. Pengendalian

Pengendalian adalah proses keterbukaan melakukan kontrol terhadap

proses perencanaan peneluaran dengan implementasi . Bentuk

pengendalian ini dapat dilakukan dalam 2 bentuk yakni preventif dan

refresif.

2.1.2. Akuntabilitas Kinerja

2.1.2.1 Pengertian Akuntabilitas


Akuntabilitas berasal dari bahasa Latin, yaitu

accomptare(mempertanggungjawabkan), bentuk kata dasar computare

(memperhitungkan) yang juga berasal dari kata putare (mengadakan

Perhitungan) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), akuntabilitas

berarti keadaan untuk bertanggungjawab. Dari asal kata tersebut, akuntabilitas

timbul karena adanya pemberian tanggungjawab kepada orang atau pihak

tertentu untuk menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan

tertentu.

Akuntabilitas menurut Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintahan-BPKP adalah kewajiban untuk menyampaikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada


19

pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawabanSelanjutnya mendefinisikan akuntabilitas sebagai suatu

pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh

masyarakat/individu dimana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan

didalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas mempunyai arti

pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri terapan good governance

atau pengelolaan pemerintah yang baik .Artinya akuntabilitas menunjukkan

apakah pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan

peraturan yang berlaku dan apakah pelayanan publik tersebut

mengakomodasikan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.

Akuntabilitas mensyaratkan agar pemerintah memberikan laporan dan

pertanggungjawaban mengenai penguasaan atas dana–dana publik dan

penggunaannya sesuai peruntukan. Dengan akuntabilitas, pihak yang menerima

tanggungjawab harus transparan dan terbuka menjawab setiap pertanyaan

mengenai segala sesuatu yangdengan implementasi tanggungjawab tersebut.

2.1.2.3 Kinerja
Menurut Mangkunegara (2001),kinerja adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ,kinerja tidak

hanya menunjukkan hasil kerja tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung.

Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara


20

mengerjakannya.Jadi dari kinerja suatu organisasi atau perusahaan dapat dilihat

berhasil atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dengan membandingkan apa

yang telah direncanakan dengan apa yang dicapai dalam periode tertentu.

Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapain hasil suatu

instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta

mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional yang

.Dengan adanya informasi mengenai kinerja tersebut dapat dijadikan suatu alat

bagi organisasi untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai dalam

jangka waktu tertentu dan mengambil tindakan yang dibutuhkan untuk

pengerjaan tugas berikutnya.

2.1.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Adapun beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap

kinerjapelayanan publik, antara lain :

a. Efektifitas

Menurut Chester Barnard dalamNurmandi(2010:43-44): ”Efektifitas dari

usaha kerjasama (antar individu) berhubungan dengan pelaksanaan yang dapat

mencapai tujuan dalam sistem, dan hal itu ditentukan dengan suatu pandangan

yang dapat memenuhi kebutuhan sistem itu sendiri. Sedangkan dari suatu

kerjasama dalam suatu sistem itu sendiri (antar individu) adalah hasil gabungan

efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu.” Merujuk pada

kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa efektifitas dari suatu kelompok

(organisasi) adalah jika tujuankelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan


21

kebutuhan yang direncanakan. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah

pengorbanan yang telah dikeluarkandalam upaya dapat mencapai tujuan

tersebut.

b. Otoritas dan tanggung jawab (Autority and Responsibility)

Dalam suatu organisasi yang baik, wewenang dan tanggung jawab telah

dilakukandan dilimpahkan dengan baik pula, sehingga tidak terjadi adanya

tumpang tindih tugas atau kewajiban yang harus dilakukan. Masing-masing

individu mengetahui apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya dalam

rangka organisasi mencapai tujuannya.

c. Disiplin (Discipline)

Menurut (Quin, 1990), dalam bukunya yang berjudul Becoming A

Master Manager, A Competency Framework, dijelaskan bahwa : “Disiplin

meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara

perusahaandan karyawan.” Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang

berlaku kepada atasan (superordinate) maupun bawahan (subordinat) dimana

disiplin tersebut akan memberikan corak terhadap kinerja pelayanan suatu

organisasi publik.

d. Inisiatif

Menurut (Quin, 1990): ”Inisiatif seseorang (atasan atau

bawahan)berkaitan dengan daya fikir, kreatifitas dalam bentuk ide untuk

merencanakansesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.” Setiap inisiatif

sebaiknyamendapat perhatian atau tanggapan positif. Apabila seorang atasan

menghambatinisiatif, akan menyebabkan organisasi kehilangan energi atau daya


22

dorong untukmencapai kemajuan dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja

pelayanan suatu organisasi publik.

2.1.2.5 Pengertian Akuntabilitas Kinerja


Berdasarkan Deklarasi Tokyo tahun 1985, akuntabilitas tidak hanya

merupakan pertanggungjawaban keuangan saja, melainkan kewajiban-kewajiban

dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola

sumber-sumber publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab

hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program.

Jadi akuntabilitas tidak hanya terbatas pada bidang keuangan saja,melainkan

kinerja secara keseluruhan. akuntabilitas kinerja merupakan pertimbangan

dalam membuat kebijakan dan program dan mengukur hasilnya atau hasil

dibandingkan dengan standarnya.

Pengertian akuntabilitas kinerja dalam (Inpres, 1999)adalah perwujudan

kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-

tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat

pertanggungjawaban secara periodik.

Menurut BPKP, akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu

instansi pemerintah untukmempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan

pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku

kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan

sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi

pemerintah yang disusun secara periodik.


23

Namun pemerintah yang berkinerja tidak hanya dilihat dari program yang sudah

dikerjakan melainkan bagaimana program tersebut bermanfaat bagi masyarakat.

2.1.3. Kejelasan Sasaran Anggaran


Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen

yangberfungsi sebagai alat perencanaan agar manajer dapat melaksanakan

kegiatan organisasi secara efektif dan efisien. Selain itu, anggaran juga

merupakan alat bantu manajemen dalam mengalokasikan keterbatasan sumber

daya alam dan sumberdaya dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai

tujuan.

Karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Adanya

sasaran

anggaran yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target

anggarannya. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai

dengan anggaran yang ingin dicapai organisasi. Hal ini berimplikasi pada

penurunan senjangan anggaran..

(E. A. Locke, 1968)menyatakan bahwa penentuan sasaran anggaran

secara spesifik lebih produktif dibandingkan jika tidak ada penentuan sasaran.

Hal tersebut akan mendorong karyawan untuk dapat melakukan yang terbaik.

Kesenjangan anggaran merupakan tindakan bawahan yang mengecilkan

kapasitas produktifnya ketika bawahan diberi kesempatan untuk menentukan

standar kinerjanya. Hal ini menyebabkan perbedaan antara anggaran yang

dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik bagi organisasi.
24

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas

organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan

menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas

dalam bekerja.

Anggaran merupakan pedoman rencana manajemen dimasa yang akan

datang mempunyai beberapa manfaat.anggaran memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, dan berartianggaran

mewakili kesepakatan dari negosisasi diantara partisipasi dominan dalam

suatu aorganisasi mengenai tujuan kegiatan pada masa yang akan datang.

2. Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber dayayang

dimiliki karena dapat bertidak sebagai blue print aktivitas perusahaan.

3. Sebagai alat komunikasi antar divisi, dimana anggaran sangatmembantu

melakukan komunikasi internal antar divisi dalam organisasimaupun

dalam manajemen puncak.

2.1.4. Pengendalian Internal

2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Internal


Menurut Ruchijat (2010:2) sistem pengendalian intern pemerintah adalah

“Sistem pengendalian yangdiselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mencapaipengelolaan keuangan

negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel”Menurut (RI, 2008),


25

sistem pengendalian intern pemerintah adalah “Proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yangdilakukan Secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai”. Sistem pengendalian intern memberikankeyakinan memadai

atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,

keandalanpelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan yangdiselenggarakan secara menyeluruh di

lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Menurut COSO (2000:4) sistem pengendalian intern pemerintah adalah

“Rangkaian kegiatan, prosedur,proses, dan aspek lain yang berkaitan dengan

pencapaian tujuan penciptaan pengendalian intern”. Padaperkembangannya,

kemudian terjadi pergeseran karakter pengendalian yang tidak hanya mencakup

rangkaiankegiatan dan prosedur, namun menjadi suatu proses yang integral yang

dipengaruhi oleh setiap orang di dalamorganisasi pemerintah. Akibatnya

karakter pengendalian intern bergeser dari hard control menuju soft control.Hal

ini akan ditandai dengan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas

kinerja organisasi. Pencapaianitu tidak hanya dilakukan melalui prosedur dan

mekanisme pengendalian tetapi juga dengan meningkatkankompetensi,

kepercayaan, nilai etika, dan penyatuan pandangan terhadap visi, misi, dan

strategi organisasi.

Menurut Waskito Hadi (2010:5) tujuan sistem pengendalian intern

adalah “Solusi untuk perbaikancontrol internal pemerintah”. Secara eksplisit hal

ini merupakan langkah dari pemerintah untuk melakukanperbaikan dalam

menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan BPK.


26

Internalcontrol merupakan suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan

keyakinan serta konsultasi yangdirancang untuk memberikan suatu nilai tambah

(to add value) serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi.Jadi, pengawasan

internal justru membantu organisasi dalam pencapaian tujuan dengan cara

memberikan suatupendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas manajemen risiko,pengendalian, dan proses tata kelola

(governance processes).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun

2008 Tentang Sistem PengendalianIntern, tujuan sistem pengendalian intern

adalah “Untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi

tercapainyaefektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan

pemerintahan negara, keandalan pelaporankeuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”. Pengendalian

ataspenyelenggaraan kegiatan pemerintahan untuk mencapai pengelolaan

keuangan negara yang efektif, efisien,transparan, dan akuntabel,

menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib

melakukanpengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.Menurut

Ruchiat (2010:3) Sistem pengendalian bertujuan untuk “Memberikan jaminan

terhadap kualitaskinerja pemerintahan secara keseluruhan, sehingga diharapkan

dapat mewujudkan akuntabilitas keuangan


27

2.1.4.2. Tujuan Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancanguntuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini

sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian

intern entitas tersebut. Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip

Sawyer dkk. (2005:61) adalah sebagai berikut:

“Pengendalian (control) internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang

memadai tentang pencapaian dalam hal efektivitas dan efisiensi operasi,

keandalan informasi keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan

yang berlaku”.

2.1.4.3Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi di dalam instansi pemerintah

yang dapat mempengaruhi efektifitas pengendalian intern. Terkait dengan

penerapan SPIP, pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan

memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan

kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan

kerjanya, melalui:

1. Penegakan integritas dan nilai etika, dengan cara menyusun dan

menerapkan aturan perilaku, memberikanketeladanan pelaksanaan aturan

perilaku pada setiap tingkat pimpinan instansi pemerintah, menegakkan

tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan

prosedur,atau pelanggaran terhadap aturan perilaku, menjelaskan dan


28

mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian

pengendalian intern dan menghapus kebijakan atau penugasan yang

dapat mendorong perilaku tidak etis.

2. Komitmen terhadap kompetensi, dengan cara mengidentifikasi dan

menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan

fungsi pada masing-masing posisi dalam instansi pemerintah, menyusun

standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing

posisi dalam instansi pemerintah, menyelenggarakan pelatihan dan

pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan

meningkatkan kompetensi pekerjaannya, memilih pimpinan instansi

pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman

teknis yang luas dalam pengelolaan instansi pemerintah.

3. Kepemimpinan yang kondusif, dengan cara mempertimbangkan risiko

dalam pengambilan keputusan,menerapkan manajemen berbasis kinerja,

mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP, melindungi aset dan

informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah, melakukan interaksi

secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah dan

merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan

keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.

4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, dengan

cara menyesuaikan dengan ukurandan sifat kegiatan instansi pemerintah,

memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam instansi

pemerintah, memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan


29

intern dalam instansi pemerintah, melaksanakan evaluasi dan

penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan

perubahan lingkungan strategis dan menetapkan jumlah pegawai yang

sesuai, terutama untuk posisi pimpinan.

5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, dengan cara

wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat

tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan instansi pemerintah,

pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa wewenang dan

tanggungjawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam instansi

pemerintah yang bersangkutan memahami bahwa pelaksanaan

wewenang dan tanggungjawab terkait dengan penerapan SPIP.

6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan

sumber daya manusia, dengan carapenetapan kebijakan dan prosedur

sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai, penelusuran

latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen, supervisi periodik

yang memadai terhadap pegawai.

2.1.4.4. Pemantauan Pengendalian Intern


Pemantauan adalah proses penilaian terhadap mutu kinerja sistem

pengendalian intern dan merupakan proses yang dapat memberi keyakinan

bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Pimpinan

instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian intern.

Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan

berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan
30

review lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan

pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang

terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui

penilaian sendiri, review, dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern.

Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern

pemerintah atau pihak eksternal pemerintah. Evaluasi terpisah dapat dilakukan

dengan menggunakan daftar uji pengendalian. Tindak lanjut rekomendasi hasil

audit dan review lainnya sebagaimana dimaksud harus segera diselesaikan dan

dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit

dan review lainnya yang ditetapkan.

2.2. Penelitian Sebelumnya


Tabel 2.1

Nama Peneliti Tahun Variabel yang Hasil Penelitian

Penelitian digunakan

Wenda Pregiwa 2013 Kompetensi sumber Hasilpenelitian


daya manusia (X1) , menunjukkan bahwa
sistem pengendalian Kompetensi sumber
internal daya manusia
pemerintahan (X2) memberikan
dan kualitas laporan pengaruh sebesar
keuangan 41,1% terhadap
pemerintah daerah kualitas laporan
(Y) keuangan pemerintah
daerah dan
sistempengendalian
internal pemerintahan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kualitas
laporan keuangan
31

pemerintah daerah
dan kualitas laporan
keuangan pemerintah
derah secara parsial
dan simultan
memberikan
pengaruh yang
signifikan terhadap
kompetensi sumber
daya manusi a,
sistem pengendalian
internal
pemerintahan
Indriyana 2013 Sistem Hasil
Pengendalian Intern penelitian
Kartika Pemerintah (X1) menunjukkan
dan Kualitas Laporan bahwa Sistem
Keuangan Pengendalian Intern
Daerah (X2 ) dan berpengaruh positif
Implikasinya dan signifikan
Akuntabilitas terhadap Kualitas
Keuangan (Y) Laporan Keuangan
Daerah dan
Akuntabilitas
Keuangan
Sri Ayu 2014 Akuntabilitas (X1), Hasil
Wulandari Transparansi (X2) penelitian
Aswadi dan Kualitas menunjukkan
Laporan Keuangan bahwa
(Y) Akuntabilitas dan
Transparansi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
baik diuji secara
parsial maupun
simultan
32

Abdurahman 2013 Pengaruh Kejelasan tidak terdapat


Sasaran Anggaran hubungan yang
Terhadap signifikan antara
Akuntabilitas Kinerja kejelasan sasaran
( Studi Empiris SKPD anggaran dengan
Kota Salatiga) akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah

2.3. Kerangka Pemikiran


Tercapainya indikator kinerja instansi pemerintah merupakan suatu

prestasi yang dapat meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah daerah. Hal ini sesuai (Inpres, 1999)dalam kusumaningrum (2009)

yang menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah adalah

perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan melalui alat

pertanggungjawaban secara periodik. Akuntabilitas kinerja ini dilakukan dengan

memperhatikan indikator kinerja, yang merupakan ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang

telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (inputs), keluaran

(outputs), proses (process), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan dampak

(impact).

Ketidakoptimalan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah disebabkan

oleh kinerja anggaran sektor publik yang belum maksimal. Pengukuran kinerja

anggaran lebih dilihat pada rencana dan realisasi anggaran tanpa menitikberatkan

pada outcome. Hal ini disebabkan kinerja anggaran lebih dikaitkan dengan

pelaksanaan anggaran tanpa melihat pada hasil dari pemanfaatan suatu anggaran.
33

Terkait dengan hal ini, kinerja aparat dapat dipengaruhi oleh kejelasan sasaran

anggaran sehingga ikut berdampak pada kinerja anggaran dan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu antara kejelasan sasaran

anggaran dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memungkinkan adanya

variabel yang menjadi perantara dengaan pendekatan kontijensi. Pendekatan

kontijensi menunjukkan bahwa sistem pengendalian akan lebih dapat menunjang

pencapaian tujuan organisasi apabila desainnya sesuai dengan kondisi lingkungan

organisasi.

Pengendalian yang efektif dapat mendorong manajer untuk membuat

keputusan yang mengarah kepada tujuan organisasi. Aktivitas pengendalian juga

berusaha dalam memotivasi pada karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pengendalian berbeda dengan perencanaan. Perencanan berkaitan dengan

penentuan tujuan dan sasaran perusahaan sedangkan pengendalian memotivasi

karyawan untuk mencapai tujuan

Dalam sistem pengendalian manajemen, anggaran merupakan elemen

penting karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga

sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi

(Kenis, 1979);;(Govindrajan & Anthony, 2005),Informasi anggaran membantu

manajemen puncak untuk mengevaluasi kinerja dari manajer fungsional dan

mendistribusikan penghargaan (rewards) dan hukuman (punishments).

Adanya pengetahuan mengenai sasaran yang telah dianggarkan dan

informasi mengenai tingkat dimana sasaran tersebut telah tercapai memberikan


34

dasar bagi para manajer untuk mengukur efisiensi, mengidentifikasi masalah, dan

mengontrol biaya. Komunikasi sasaran yang dianggarkan secara menurun di suatu

organisasi memberi informasi kepada para anggota manajemen yang lebih rendah

mengenai apa yang diharapkan manajemen tingkat atas. Selanjutnya, informasi

anggaran membantu manajemen tingkat atas untuk mengevaluasi kinerja para

manajer tingkat lebih rendah dan memberikan reward atau hukuman (Kenis,

1979).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kejelasan sasaran

anggaran diperkirakan dapat berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah baik

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Sistem Pengendalian
Intern

H1 (+) H2 (+)

Kejelasan Sasaran Akuntabilitas Kinerja


H3 (+)
Instansi
Anggaran Pemerintah
35

Pengembangan Hipotesis

2.4. Hipotesis
Menurut (Kenis, 1979) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran

merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas spesifik dengan

tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang

bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut sehingga dapat

mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang

dikehendaki. Penelitian (Locke, 1968)); L(Kenis, 1979) dalam (Mawikira,

2007)menyatakan bahwa sasaran anggaran yang jelas dan spesifik memiliki

pengaruh yang positif terhadap komitmen dan pencapaian sasaran anggaran serta

kepuasan karyawan.

Sedangkan sistem pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur

yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa

perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini

sering disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian internal

entitas. Sistem pengendalian intern dilakukan untuk menjaga agar aktivitas

organisasi tetap mengarah kepada tujuan organisasi semula. Sistem pengendalian

intern yang efektif dapat mendorong manajer untuk membuat keputusan yang

mengarah kepada tujuan organisasi. Adanya sistem pengendalian intern yang baik

juga dapat mengatasi tingkat kecurangan (fraud) dari karyawan serta diharapkan
36

sistem pengendalian intern dapat mengendalikan proses penganggaran sesuai

dengan sasaran anggaran yang telah ditetapkan .

Oleh karena itu, adanya sasaran anggaran yang jelas diperkirakan dapat

mempengaruhi sistem pengendalian intern karena adanya sasaran anggaran yang

jelas dapat memberikan dasar bagi para manajer untuk mengukur efisiensi,

mengidentifikasi masalah, dan mengontrol biaya sehingga para manajer dapat

mengambil keputusan yang mengarah kepada tujuan organisasi dan meningkatkan

sistem pengendalian intern. Selain itu, sasaran anggaran yang jelas dapat

membantu manajemen tingkat atas untuk mengevaluasi kinerja para manajer

tingkat lebih rendah sehingga dapat menjaga aktivitas organisasi agar tetap

mengarah kepada tujuan semula. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh terhadap Sistem Pengendalian

Intern.

Sistem Pengendalian Intern dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Daerah Adanya sistem desentralisasi di sektor publik mengakibatkan semakin

menguatnya tuntutan akuntabilitas publik kepada lembaga-lembaga publik, baik di

pusat maupun di daerah Dengan adanya tuntutan tersebut mengakibatkan

pemerintah daerah harus meningkatkan perencanaan dan kontrol aktivitasnya

(Miah dan Mia, 1996 dalam (Abdullah, 2004). Pilihan struktur (misal tingkat

desentralisasi) memiliki implikasi yang signifikan bagi sistem informasi akuntansi

(Chusing dan Romey, 1994 dalam (Darma, 2004)Agar kinerja yang diharapkan
37

dapat meningkat setelah adanya desentralisasi pengambilan keputusan

operasi,organisasi harus mengadopsi pengendalian-pengendalian yang diperlukan

(Darma, 2004)

Selain itu, wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil

dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik (Mardiasmo, 2004). Pemanfaatan

sumber daya secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata dapat dilakukan

apabila dilakukan pengendalian manajemen yang baik. Salah satu jenis

pengendalian manajemen adalah pengendalian intern. Berdasarkan uraian diatas,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2: Sistem Pengendalian Intern berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah DaerahAnggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian

akuntabilitas kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah

harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas. Menurut (Kenis, 1979),

kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan

secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti

oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut.

Oleh sebab itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas,spesifik dan

dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk melaksanakannya.


38

(Kenis, 1979)menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi

positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran

anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan

ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja

anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika

sasaran anggaran dinyatakan secara jelas(Locke, 1968)dalam (Kenis,

1979)menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada

tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk

melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki sehingga akan

berimplikasi pada akuntabilitas kinerjanya.

Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas

organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini berimplikasi pada peningkatan akuntabilitas

kinerja. Beberapa penelitian seperti Lathandalam (Darma, 2004; Kenis,

1979)menunjukkan adanya pengaruh positif antara kejelasan sasaran anggaran

yang spesifik dengan kinerja dan akan meningkatkan akuntabilitas kinerjanya

(Abdullah, 2004) ,(Locke, 1968)dalam (Kenis, 1979)mengatakan kejelasan

sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan

sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak

tenang dan tidak puas dalam berkerja. Hal ini menyebabkan pelaksana anggaran

tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan sehingga akan

menurunkan akuntabilitas kinerjanya ((Abdullah, 2004); (Jumirin,


39

2002)Sebaliknya, jika terdapat kejelasan sasaran anggaran maka pelaksana

anggaran termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan sehingga akan

meningkatkan akuntabilitas kinerjanya. Berdasarkan uraian di atas, disusun

hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut:

H3: Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah Daera


40
41

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Menurut

(Indriantoro, 2000)penelitian korelasional (correlational research) merupakan

penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara

dua variabel atau lebih. Penelitian korelasi merupakan salah satu bagian

penelitian ex–post facto karena peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel

yang ada, kemudian langsung mencari ada tidaknya hubungan serta tingkat

hubungan variabel yang dinotasikan dalam koefisien korelasi. Penelitian

korelasional ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan pada suatu

variabel, apabila ada hubungan, seberapa erat hubugan antar variabel serta

seberapa penting hubungan tersebut.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

3.2.1. Jenis dan Sumber Data


Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer , yaitu

sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data

primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan

penelitian . data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara

langsung dari survey yang dilakukan oleh peneliti.Variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kejelasan sasaran anggaran sebagai

variabel independen, variabel sistem pengendalian intern sebagai variabel

intervening dan variabel akuntabilitas kinerja pemerintah daerah sebagai variabel


42

dependen.

3.2.2. Populasi dan Sampel


Pupolasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subyek yang

mempunyai kualitasi dan karakterisri yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Populasi dalam penelitian ini

adalah pejabat struktural yang menduduki jabatansebagai kepala dinas , kepala

bagian dan kepala sub bagian , kepala subidang dan kepala seksi .

Tabel 3.1
Jabatan Struktural di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi

NO PEJABAT STRUKTURAL

SKPD ESELON ESELON ESELON JUMLAH


II III IV
1 Setda Provinsi 8 32 96 136

Jambi

2 Sekretaris DPRD 1 4 11 16

3 Inspektorat 1 5 3 9

4 Dinas 17 88 264 369

5 Badan 15 75 163 253

6 Rumah Sakit 5 15 33 53

Daerah

JUMLAH 47 219 570 836

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh struktural


43

sebanyak 836 orang, terdiri dari 47 otang pejabat eselon II, 219 oran pejabat

eselon III dan 570 orang pejabat eselon IV.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki ole h

populasi tersebut (Sugiyono, 2012) . untuk mengetahui ukuran sampel dari

populasi yang diketahui jumlahnya peneliti akan menggunakan rumus Slovin

sebagai barikut:

𝑁 .....................................................(3.1)
n=1+𝑁(𝑒)2

Keterangan:

n= UkuranSampel
N= Ukuran Populasi
e= persen kelonggaran ketidakpastian karena kesalahnm pengambilan keputusan
sampel yang masih dapat di tolerir, dimana e= 0,1

3.2. Path Analisis


Pengujian hipotesis yang telah disusun dalam penelitian ini

menggunakan analisis path (analisis jalur). Analisis path adalah penggunaan


44

analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah

ditetapkan Persamaan Regresi pada Penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sistem Pengendalian Intern

p2 p3

Kejelasan Sasaran Akuntabilitas Kinerja


Anggaran p1 Instansi

Pemerintah

Diagram path di atas memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antar

variabel yang ditunjukkan oleh anak panah. Setiap nilai p menggambarkan jalur

dan koefisien path. Nilai koefisien path tersebut dihitung dengan menggunakan

analisis regresi (Ghozali, 2006).

Persamaan regresinya adalah:

Y = b0 + bX + e1....................................................... Persamaan Regresi 1

Z = b0+ b1X + b2Y + e2 .................................... Persamaan Regresi 2

Keterangan:

X = Kejelasan Sasaran Anggaran

Y = Sistem Pengendalian Intern


45

Z = Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

b1 = Intercept Kejelasan Sasaran Anggaran

b2 = Intercept Sistem Pengendalian Intern

e1 = Residual Sistem Pengendalian Intern

e2 = Residual Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas dilakukan dengan uji homogenitas data, yaitu dengan

melakukan uji korelasi antara skor item-item pertanyaan dengan skor total

(Pearson Correlation).

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan tingkat kepercayaan minimal

yang dapat diberikan terhadap kesungguhan jawaban yang diterima. Uji

reliabilitas instrumen penelitian dilaksanakan dengan melihat konsistensi

koefisien Cronbach Alpha untuk semua variabel.Menurut Nunnaly (1994) dalam

Ghozali (2011), instrumen penelitian dikatakan handal (reliable), jika nilai

Cronbach Alpha lebih dari 0,7. Berdasarkan tabel 3, nilai Cronbach Alpha

diketahui lebih besar dari 0,7. Hal ini berarti instrumen penelitian dinyakan

reliabel.

3.4. Uji Asumsi Klasik


Penelitian ini menggunakan tiga jenis uji asumsi klasik yang mendasari

model analisis regresi, yaitu pengujian multikolinieritas dengan menggunakan

nilai VIF, pengujian heteroskedastisitas dengan metode park dan pengujian

normalitas dengan menggunakan normal probability plot


46

Daftar Pustaka
Abdullah. (2004). Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi, dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada kabupaten dan Kota di daerah
Istimewa Yogyakarta). KOMPAK, 13(Januari-april), 37-67.
Anjarwati, M. (2012). Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Accounting Analysis Journal, 1(2).
Darma, E. S. (2004). Pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan sistem
pengendalian akuntansi terhadap kinerja manajerial dengan komitmen
organisasi sebagai variabel pemoderasi pada pemerintah daerah:: Studi
empiris pada Kabupaten dan kota se-Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. S2, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Govindrajan, & Anthony. ( 2005). Manajemen Control System. Jakarta: Salemba
Empat.
Herawati, N. (2012). Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi, dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah Kota Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi: Seri
Humaniora, 13(2).
Indriantoro, N. (2000). An Empirical Study of Locus of Control and Cultural
Dimentions as Moderating Variables of Effect of Participative Budgeting
on Job Performance and Job Satisfaction. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, 15, 97-114.
akuntabilitas kinerja (1999).
Jumirin. (2002). Persepsi kepala instansi pemerintah terhadap otonomi daerah
dan akuntabilitas kinerja. [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada.
Kenis, I. (1979). Effects on Budgetary Goal Characteristic on Managerial
Attitudes and Performance. The Accounting Review, 4, 707-721.
Undang-Undang Nomor 17 tentang Keuangan Negara (2003).
Locke. (1968). Toward a Theory of Task Motivation and Incentives.
Organizational Behavior and HumanPerformance, 3(157-189), 157-189.
Locke, E. A. (1968). Toward a theory of task motivation and incentives.
Organizational behavior and human performance, 3(2), 157-189.
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Mawikira. (2007). pengaruh karakteristik sasaran anggaran terhadap sikap dan
kinerja Akuntabilitas.
Quin, R. E. (1990). Becoming A Master Manager, A Competency Framework.
RI. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008
Tentang Sistem Pengendalian Intern.

Anda mungkin juga menyukai