Bab 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tokoh Ilmuan Matematika Islam (Arab)


Beberapa tokoh ilmuwan matematika Islam diantaranya adalah:
1. Al-Khawarizmi
Mungkin kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar
bahasa Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah
matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil dari
nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi seorang matematikawan muslim yang
dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan.
Al-Khawarizmi (Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M).
Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama
lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia
lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya al-
Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang
dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol,
para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak
saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi,
hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu
dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab,
termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol
baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-
Khawarizmi.
2. Al-Kindi
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke
dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-
Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di
samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan
sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 1


istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim Ahmad. Ia adalah filosof
berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama. Memang, secara
etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah
satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah
menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu
mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada
saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal
ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja
yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu
menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.
3. Al-Karaji
Di era keemasan Islam, para ilmuwan Muslim memang telah menguasai bidang
hidrologi. Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air
bersih, pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi.
Ilmuwan Muslim pada masa itu telah mampu mengintegrasikan, mengadaptasi dan
memperbaiki teknik irigasi dan metode distribusi air warisan dari keahlian lokal atau
peradaban kuno.
Pada awal abad ke-8 M, peradaban Islam telah menguasai teknologi mesin air.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-
Karaji: A Mathematician Engineer from the Early 11th Century. Menurut Abattouy,
pengusaan teknologi mesin air di dunia Islam telah melahirkan sebuah revolusi
pertanian yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi. Sejarawan sains
modern memandang al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber tertinggi. Karyanya
yang kekal pada bidang matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai
kanonik tabel koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan
bentuk).
Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai
orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 2


produk aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan
inti dari aljabar pada saat ini. Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan
aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya
pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du
Fakhri, traite d’Algabre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi,
Paris, 1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang
memperkenalkan teori aljabar kalkulus
Al-Karaji menginvestigasikan koefisien binomium segitiga Pascal. Dia juga yang
pertama menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk
membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral
kubus, yang sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.
4. Al-Battani
Zaman keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri.
Mereka antara lain adalah Al-Battani (850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar
Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal
sebagai bapak trigonometri. Ia lahir di Battan, Mesopotamia, dan meninggal di
Damaskus pada tahun 929.
Al-Battani adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan
astronom Muslim terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan
trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel
cotangen.
5. Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf, ahli
geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Enam ratus tahun sebelum
Galgeo, Al-Biruni telah membahas teori-teori perputaran (rotasi) bumi pada
porosnya.
Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan
keliling bumi dengan cara yang lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat
menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.
6. Umar Khayam

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 3


Selain itu, tokoh matematika lain yang tak kalah terkenal adalah Umar Khayyam.
Kendati ia lebih dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar Khayyam memiliki
kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama dalam bidang aljabar dan
trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang menemukan metode umum
penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam aljabar, dan memperkenalkan
solusi persamaan kubus.
7. Ibnu Sina
Seorang tokoh cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran, seorang
ilmuwan yang magnumopus-nya berjudul Canon (al-Qanun fi al-Tibb) menjadi buku
teks kedokteran di universitas-universitas Eropa selama lebih dari 5 abad. Selain itu,
dia juga seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan
kesatuan dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan,
dan seorang guru. Lahir di daerah Bukhara, Asia Tengah, pada tahun 981 Masehi.
Bakat dan ketekunannya yang besar mengantarkan menjadi dokter yang diakui
masyarakat Bukhara pada usia17 tahun. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak
Pengobatan Modern. Dia juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari sekolah
Avicennism, yang berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.

B. Sejarah Matematika Dalam Peradaban Islam (Arab)


Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat
(Eropa dan Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal
dari negeri Timur (Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai
matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
matematika adalah Al-Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak Aljabar dengan
memperkenalkan bilangan nol (0) dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah
angka nol telah berkembang sejak zaman Babilonia dan Yunani kuno, yang pada saat itu
diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus
berkembang dari waktu ke waktu.
Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India
memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila
dijumlahkan dengan nol adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 4


dengan nol akan menjadi nol. Tetapi Brahmagupta menemui kesulitan dan cenderung ke
arah yang salah ketika berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus
menjadi topik penelitian pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya
tahun 830, Mahavira (India) mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, bahkan menyatakan
bahwa "Sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah tetap". Tentu saja ini suatu kesalahan
fatal. Tetapi hal ini tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu. Ide-ide brilian dari
matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab.
Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi
meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari
bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah
yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam
basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal.
Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era
kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan
ilmu pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud
dengan Arab di sini meliputi wilayah Timur Tengah, Turki, Afrika Utara, daerah
perbatasan Cina, dan sebagian dari Spanyol yang sesuai dengan wilayah kekuasaan
kekhalifahan Islam pada saat itu.
Khalifah Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, sangat
memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya, yang
dimulai pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah
matematika (juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab.
Bahkan khalifah berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun lebih besar lagi perhatiannya
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya di Bagdad
didirikan Dewan Kearifan, yang menjadi pusat penelitian dan penerjemahan naskah
Yunani. Beasiswa disediakan bagi para penerjemah dan umumnya mereka bukan hanya
ahli bahasa, tetapi juga merupakan ilmuwan yang ahli dalam matematika. Misalnya Al-
Hajjaj menerjemahkan naskah Elements (berisi kumpulan pengetahuan matematika) yang
ditulis Euclid. Beberapa penerjemah lainnya misalnya Al-Kindi, Banu Musa bersaudara,
dan Hunayn Ibnu Ishaq. Seperti yang banyak dikemukakan ahli sejarah matematika,
terutama yang ditulis oleh orang Barat.

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 5


Kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas
penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah
matematika yang tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim terhadap
perkembangan matematika, baik karena sengaja atau ketidaktahuannya.
Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif
dalam mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang
ditulis oleh J. J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya
telah banyak berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut bahwa
perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad ke-18
di dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim berabad-abad
sebelumnya.
Al-Khawarizmi adalah seorang matematikawan yang memberikan kontribusi
dalam bidang aljabar. Beliau meneliti suatu revolusi besar dalam dunia matematika, yang
menghubungkan konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep
baru. Penelitian-penelitian Al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang
memungkinkan bilangan rasional/irasional, dan besaran-besaran geometri.
Generasi penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820) dan Abu
Kamil (lahir tahun 850), memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari
aljabar. Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap
trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri
dan sebaliknya. Penelitian-penelitian ini mendasari penciptaan aljabar polinom, analisis
kombinatorik, analisis numerik, solusi numerik dari persamaan, teori bilangan, dan
konstruksi geometri dari persamaan.
Selain itu generasi Al-Khawarizmi adalah Al-Karaji (lahir tahun 953). Beliau
diyakini sebagai orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan pengaruh operasi
geometri dalam aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan 1/x, 1/x2,
1/x3,…dan memberikan aturan-aturan untuk perkalian dari dua suku darinya. Selain itu,
ia juga berhasil menemukan teorema binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya
untuk memajukan matematika, ia mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200
tahun kemudian), yaitu Al-Samawal adalah orang pertama yang membahas topik baru

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 6


dalam aljabar. Menurutnya bahwa mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui
(variabel) adalah sama saja dengan mengoperasikan sesuatu yang diketahui.
Kemajuan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh kemajuan penerapan
matematika oleh kelompok manusia itu sendiri. Walaupun peradaban manusia berubah
dengan pesat, namun bidang matematika terus relevan dan menunjang pada perubahan
ini. Matematika merupakan objek yang paling penting di dalam sistem pendidikan di
seluruh negara di dunia ini. Negara yang mengakibatkan pendidikan matematika sebagai
prioritas utama akan tertinggal dari segala bidang, dibanding dengan negara-negara lain
yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting. Seperti
kita ketahui dari negara kita, sejak sekolah dasar sampai universitas syarat pengajaran
matematika sangat dibutuhkan terutama dalam bidang lain dan teknik. Tidak tertutup juga
untuk ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi yang membutuhkan analisis kuantitatif untuk
membantu membuat keputusan yang lebih akurat berdasarkan data-data pelajar yang
mempunyai nilai yang baik dalam matematika biasanya tidak akan mempunyai masalah
apabila dia akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, baik itu bidang lain, teknik
maupun sosial. Untuk bidang lain, matematika dan statistik adalah ratunya. Secara
umumnya, sistem pendidikan tidak akan mantap jika pelajaran-pelajaran mahasiswa-
mahasiswa di perguruan tinggi lemah dalam menguasai matematika.
Status ahli matematika zaman dahulu adalah tinggi dan selalu menjadi panutan
masyarakat. Ahli matematika mempunyai keahlian di berbagai bidang dan mudah untuk
menangani dan melaksanakan tugas yang diberikan. Karena itu matematika dapat
dikatakan sebagai tolak ukur kegemilangan intelektual suatu bangsa, yang artinya suatu
bangsa yang memasyarakatnya menguasai matematika dengan baik akan dapat bersaing
dengan bunga lain atau jatuh bangunnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh penguasaan
bangsa tersebut akan matematika.
Perkembangan matematika dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi
perkembangan matematika dalam kelompok ilmu matematika dan dari segi peranannya
dalam ilmu pengetahuan baik eksakta maupun sosial.
Menurut Brifits dan Hawsen (1974) mengatakan bahwa “Perkembangan
matematika dalam kehidupan sosial, sejak dikenalnya sejarah kehidupan peradaban

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 7


manusia dibagi dalam 4 tahap yaitu Mesir kuno, peradaban Yunani kuno, zaman Arab,
Cina, India pada tahun 1000 M dan zaman reinaisme”
Berikut adalah penjelasan dari keempat tahapan tersebut adalah:
1. Mesir Kuno (Babylonia dan Mesopotania); matematika telah dipergunakan dalam
perdagangan, peramalan dalam musim pertanian, teknik pembuatan bangunan air.
2. Peradaban Yunani Kuno; matematika digunakan sebagai cara berpikir nasional
dengan menerapkan langkah-langkah dan definisi tertentu tentang hal-hal yang
berhubungan dengan matematika. Pada saat itu kira-kira 300 SM Endid dalam
bukunya menyajikan secara sistematis berbagai postulat defenisis dan teorema.
3. Arab, Cina dan India pada tahun 1000 telah mengembangkan ilmu hitung dalam
aljabar bahkan kata aljabar dari bahasa Arab algebria. Pada saat itu telah
didapatkan cara perhitungan dengan angka 0 dan cara menggunakan decimal
untuk kepraktisan cara aljabar
4. Zaman renaisme matematikalah modern telah diterapkan antara lain kalkulus dan
defensial. Pada abad 18 terjadi revolusi industri, berkembang ilmu ukur non
Emelid oleh Ganes (1777-1855) dan oleh Einstein dikembangkan lebih lanjut dari
teori relativitani.

C. Sumbangan Ilmuan Islam (Arab) Bagi Ilmu Matematika Pada Abad Pertengahan
Salah satu hasil yang bisa dilihat dan dirasakan dalam proses perkembangan Islam
di abad pertengahan ini di antaranya adalah majunya ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Diakui atau tidak, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang saat ini kita gunakan dan
rasakan, sebenarnya semua ini memiliki basis dari Islam. Ada beberapa sektor penting
yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di abad pertengahan. Diantaranya
adalah sektor ilmu pengetahuan khususnya ilmu matematika.
“Beberapa cabang ilmu matematika yang diciptakan oleh ilmuan Islam pada
abad pertengahan diantaranya adalah kalkulus, aljabar, induksi matematika,
trigonometri, sejarah angka (1,2,3,…9), dan permainan kubus ajaib. “(Heriyanto, 2009:
270-282)
a. Sedikit tentang Kalkulus

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 8


Para ilmuan dan ahli sejarah Barat banyak yang mengakui peran besar
para ahli matematika Islam sebagai penjaga ilmu matematika dunia. Dalam
bukunya The Arabic Hegemony, Boyer (1991) menyebutkan bahwa masa-masa
menjalankan abad keemasan Islam mungkin merupakan titik awal dalam
perkembangan ilmu matematika di dunia. Hal ini karena bangsa Arab waktu itu
sebelum memiliki dorongan yang kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan,
sementara usaha-usaha untuk mempelajari ilmu pengetahuan telah mulai
memudar di berbagai penjuru dunia lainnya. Seandainya umat Islam tidak bangkit
dan bersemangat lagi dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan
maka tidak terbayangkan lagi betapa banyak ilmu pengetahuan dan ilmu
matematika kuno yang akan hilang dan musnah dari peradaban.
Sekitar tahun 1000 M, seorang ilmuan Arab bernama al-Karizimi telah
menemukan sebuah perhitungan untuk bilangan bulat berpangkat tiga atau
persaman kubik. I Barat, persamaan ini baru bisa dipecahkan oleh Nicolo
Tartalgia ketika ia mengajukan formula untuk memecahkannya pada abad ke-16.
Atas jasa al-Karizmi tersebut, seorang ahli sejarah matematika Barat, F.
Woekpcke memuji-muji beliau dengan “Orang pertama yang telah
memperkenalkan kalkulus aljabar (algebraic calculus).” Tidak berapa lama
kemudian, Ibnu al-Haytsman berhasil merumuskan formula atau rumus untuk
menghitung perpangkatan empat dan berhasil mengembangkan sebuah metode
untuk menentukan rumus umum menghitung perpangkatan dari setiap bilangan
bulat. Formula ini mempunyai peran yang luar biasa penting dalam
perkembangan perhitungan integral (integral calculus).
Sementara itu geometri almatis yang merupakan bagian penting dari
kalkulus pertama kali diterapkan oleh Omar Khayyam pada abad ke-11. Ahli
matematika sekaligus penyair kelahiran Persia ini mengalikasikan geometri
analitis untuk memecahkan persamaan pangkat tiga dengan menggunakan
diagram parabola yang berpotongan dengan bidang lingkaran. Satu abad
kemudian, seorang ahli matematika lain dari Persia bernama Sharaf Addinat-Tusi
menemukan turunan dari polinominal pangkat tiga yang merupakan temuan
penting dalam kalkulus differnsial. Saking berjasanya para ilmuan muslim

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 9


tersebut, nama-nama mereka digunakan untuk menamai nama kawah-kawah di
bulan.
b. Sejarah Angka 1, 2, 3, 4, … 9
Tidak diragukan lagi, perkembangan bidang aritmatika yang merupakan
cabang ilmu dari matematika, merupakan sumbangan besar dari peradaban Islam
untuk dunia. Cabang ilmu yang terkenal dengan angka-angka ini mencapai
puncak perkembangannya di tangan al-Khawarizmi pada pertengahan abad ke-9.
Buku al-Khawarizmi yang berjudul On The Calculation with Hindu Numeral
(ditulis sekitar tahun 825) dan buku al-Kindi yang berjudul Kitab fi Isti’mal al-
Adad al-Hindi atau On The Use of The Indian Numerals (ditulis sekitar tahun
830), merupakan dua referansi pertama yang berparan besar dalam
memperkenalkan sistem angka dari India ke Timur Tengah dan dunia Barat. Dari
kebudayaannya kita saat ini kita mengenal angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9
(yang dalam bahasa Inggris kini dikenal dengan nama Arabic Numeral).
Angka Arab ini telah mulai digunakan Baghdad pada abad ke-8 Masehi
ketika seorang terpelajar dari India memperkenalkan sistem angka India pada
tahun 771 M. Pada abad ke-10, para ahli matematika dari Timur tengah juga
menambahkan angka-angka pecahan desimal seperti 0.5, 0.25 dan 0.75 dengan
menggunakan titik (koma) sebagai penanda pecahan. Perhitungan model ini sudah
tertulis dalam sebuah risalah karya seorang ahli matematika dari Syria bernama
Abdul Hasan al-Uqlidisi yang ditulis tahun 952-953 M. Di dunia Arab sendiri
hingga masa modern, angka Arab hanya digunakan oleh ahli matematika saja.
Para ilmuam muslim lain lebih memilih sistem Babilonia, sementara para
pedagang menggunakan penomoran abjad arab. Ragam simbol angka “Arab
model Barat” yang agak berbeda mulai banyak digunakan sekitar abad ke-10 di
wilyah Magrib (Afrika Utara) dan Andalusia (Spanyol Islam). Angka-angka yang
mirip angka Arabik model sekarang ini disebut angka Gubbar yang bermakna
“Meja pasir atau meja debu.”
Di Barat sendiri, sistem angka Arab pertama kali disebutkan dalam
manuskrip berjudul Godex Vililanus yang ditulis di Spanyol tahun 976. Sejak
tahun 980-an Gerbert dari Aurilak mulai menggunakan sistem angka ke Eropa,

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 10


dimana ia kemudian mendapatkan banyak penolakan karena membawa
pengetahuan baru dan aneh dari dunia Islam. Gerberrt memang pernah belajar di
Barcelona saat masih muda, dan tida menutup kemungkinan kalau ia juga pernah
menimba ilmu pengetahuan Islam di Andalusia. Sejak saat itulah, sistem angka
Arab mulai digunakan di Eropa untuk menggantikan sistem angka romawi. Untuk
hal ini, dunia berutang banyak terhadap karya al-Khawarizmi dengan kitab
Perhitungan dengan Sistem Angka India-nya. Kitab ini kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa latin dengan judul Algoritmi de Numero Indorum. Nama al-
Khawarizmi sendiri diserap menjadi algoritma dan namanya diabadikan dalam
bahasa latin yakni al-goritbmus yang bermakna ‘metode perhitungan’.
c. Aljabar
Mohammad bin Musa al-Kharizmi (780 M) adalah tokoh utama dibalik
lahirnya cabang ilmu aljabar. Cendekiawan Matematika yang bekerja untuk Baitul
Hikmah di Baghdad ini merumuskan dengan jelas konsep penggunaan simbol
angka pada persamaan dalam bukunya al-Jabr wal Mugabalab Risalah atau
Ringkas Mengenai Perhitungan dengan Penyelesaian dan Persamaan. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Liber Algibrae et Almucabal oleh
Robert of Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerard of Cremona. Dari judul
buku karya al-Khawarizi itulah kita mendapatkan kata aljabar yang masih
digunakan hingga kini.
Risalah tersebut terbagi dalam enam bab, masing-masing bab membahas
tentang formula atau rumus persamaan yang berbeda. Bab pertama dari al-jabr
berkenaan dengan persamaan pangkat dua sama dengan akar-akarnya (ax2=bx),
bab kedua membahas persamaan pangkat dua sama dengan bilangan tersebut
(ax2=c), bab ketiga mengupas persamaan dengan akar-akar sama dengan sebuah
bilangan (bx = c), bab keempat membahas persamaan pangkat dua yang sama
dengan akar-akar sebuah bilangan (ax2+ bx + c), bab kelima menunjukan
persamaan pangkat dua dan bilangan-bilangan sama dengan akar-akarnya (ax2+c
= bx), sementara bab keenam sekaligus bab terakhir berkenaan dengan akar-akar
dan bilangan yang sama dengan pangkat dua (bx + c = ax2).

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 11


Aljabar adalah proses memindahkan unit negative dan mempunyai akar
yang sama di dua sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 dapat disederhanakan menjadi
5x2 = 40x. Aljabar berhasil menjadi sebuah teori nomor satu yang memungkinkan
bilangan dapat diukur, bilangan tidak dapat diukur dan elemen-elemen lain dapat
diserupakan sebagai “objek-objek yang dapat dikaji melalui ilmu aljabar.” Sejak
al-Khawarizmi menulis Aljabar-nya, ilmu matematika modern tidak pernah sama
lain dengan ilmu matematika era Yunani kuno yang ketinggalan zaman. Aljabar
kemudian dikembangkan lagi oleh ahli matematikawan Persia yaitu Omar
Khyyam (1050-1123). Beliau berhasil memecahkan persamaan pangkat tiga
dengan menggunakan pemecahan numerik yang sesuai melalui penggunaan tabel
trigonometri.
Fakta ini sekaligus membantah klaim yang menyatakan bahwa orang
pertama yang menggunakan aljabar adalah matematikawan Prancis yaitu Francois
Vieta (1591). Konon, ia menggunakan x dan y dalam buku aljabarnya untuk
menyatakan persamaan dalam lambang huruf. Padahal, penggunaan persamaan
model ini adalah murni temuan matematikawan muslim. Variable x misalnya
adalah penyederhanaan simbol dari huruf Arab ‘Syin’. Buktinya Xavier tetap
dilafalkan Syavier dan Xanana dibaca syanana. Bilangan negative sendiri sudah
lazim digunakan oleh matematikawan Islam dalam aritmatika 400 tahun sebelum
digunakan oleh Geronino Cardano dari Italia tahun 1545.
d. Permainan Kubus Ajaib
Permainan matematika sudah dikenal oleh ahli matematika Arab di abad
pertengahan. Misalnya saja permainan kubus ajaib sejak abad ke7 M, tepatnya
setelah mereka melakukan kontak dengan kebudayaan India dan Asia Selatan.
Para ilmuan muslim tersebut kemudian mempelajari matematika dan astronomi
India, termasuk di dalamnya bagian-bagian lain dari ilmu matematika terpadu.
Tipe kubus ajaib pertama yang diketahui beberapa ahli matematika Islam dengan
susunan 5 atau 6 kubus kecil telah tertulis dalam sebuah ensiklopedia dari
Baghdad sekitar tahun 983 M.
e. Induksi Matematika

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 12


Upaya induksi matematika pertama yang tercatat dalam sejarah ditulis
oleh al-Karaji pada sekitar tahun 1000 M. Beliau menggunakannya untuk
membuktikan adanya deret aritmatika seperti theorema binomial, segitiga paskal
dan formula untuk menghitung integral pangkat tiga. Pembuktikan yang ia
temukan adalah perhitungan pertama yang menggunakan dua komponen dasar
dari pembuktikan induktif yakni pernyataan bahwa “n = 1(1 -13) dan
membuktikan kebenaran dari n = k bila n = k – 1.” Tidak beberapa lama
kemudian, Ibnu al-Haytsam menggunakan metode induktif untuk membuktikan
hasil dari perpangkatan empat dan kemudian membuktikan hasil dari
perpangkatan semua bilangan bulat. Perhitungan ini merupakan sebuah
pencapaian yang luar biasa penting dalam bidang kalkulus integral.
Dalam kitabnya yang berjudul Analysis and Syntesis, Ibnu Haytsam
menemukan bahwa setiap bilangan genap-bulat dalam bentuk persamaan 2n-1 (2n
– 1) dimana 2n – 1 adalah bilangan prima. Sayangnya beliau belum mampu
membuktikan hasil perhitungannya. Pembuktikan tersebut baru berhasil dihitung
oleh Euler pada abad ke-18. Temuan Ibnu Yahya al-Mahgribi as-Samaw’al
bahkan hampir mendekati temuan modern matematika sebelum era modern.
Temuan ini beliau gunakan untuk memperluas bukti perhitungan theorema
binomial dan segitiga paskal yang sudah ditemukan terlebih dahulu oleh al-
Kharizmi.
f. Ilmu Trigonometri
Tidak bisa disangkal lagi, ilmu tentang bangun dan sudut segitiga ini
merupakan salah satu sumbangan terbesar ilmuan Islam bagi ilmu matematika
dunia. Konsep dan keunikan bangun segitiga ini memang telah diketahui oleh
bangsa Yunani kuno, namun perkembangan ilmu trigonometri hingga bisa
menjadi begitu memusingkan anak-anak sekolah saperti saat ini merupakan murni
karya para ilmuan Islam abad pertengahan. Bahkan kata sin, cos, dan tan berasal
dari bahasa Arab.
Menurut catatan sejarah, para ilmuan muslim dari Arab dan Persia
mempelajari trigonometri setelah menerjemahkan buku-buku matematika dari
India. Mereka kemudian mengembangkan lebih lanjut sebelum menyebarkan ilmu

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 13


trigonometri di penjuru dunia Islam. Tokoh paling jewara dalam hal ini masih di
pegang oleh al-Khawarizmi yang menulis tabel-tabel sinus dan tangen serta
mengembangkan tabel trigonometri bangun bola. Pada abad ke-10 dalam buku
Abu al-Wafa para ilmuan Islam telah menggunakan keenam fungsi trigonometri
yang dilengkapi tabel sinus dalam selisih 0,25 derajat dan ketepatan hingga
delapan angka di belakang koma. Beliau juga mengembangkan rumus
trigonometri sin 2x = 2 sin x cos x yang hingga kini masih diajarkan oleh guru-
guru matematika.
Al-Jayyani dari Andalusia menulis risalah pertama tentang trigonometri
bangun bola dalam kitabnya tentang lengkungan-lengkungan yang tidak dikenal
pada bangun bola. Dalam kitab tersebut terkandung rumus untuk segitiga bersisi
kanan, hukum-hukum umum tentang sinus, serta rumus menghitung segitiga bulat
melalui segitiga yang paling berlawanan. Sementara definisi Jayyadi mengenai
rasio-rasio sebagai bilangan serta metodenya untuk memecahkan perhitungan
pada segitiga bulat yang ketiga sisinya belum diketahui tampaknya sangat
berpengaruh. Selain itu, para insinyur muslim jugalah yang pertama kali
mengembangkan metode triangulasi yang belum diketahui dunia Yunani-Romawi
kuno untuk survei.

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 14


DAFTAR PUSTAKA

http://alfirisqotur.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-matematika-hindu-india-dan.html
Fathani, Abdul Halim.2008.Ensiklopedi Matematika.Jojakarta:AR-RUZZ MEDIA GROUP
http://permata91.wordpress.com/2012/12/07/7-tokoh-ilmuwan-matematika-islam/
http://muhammadichsanmadani.blogspot.com/2013/05/7-tokoh-ilmuwan-islam-paling.html
http://denuraenika17.blogspot.in/2012/12/sumbangan-ilmuan-islam-bagi-ilmu.html
http://dindameliana.blogspot.com/2011/12/sistem-numerasi-hindu-arab.html
http://luthfi04.blogspot.com/2013/12/matematika-india-tokoh-tokohnya.html
http://lianw17.blogspot.com/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlJumat, 25 April 2014

Sejarah Matematika Islam (Arab) Page 15

Anda mungkin juga menyukai