LP - Perioperatif
LP - Perioperatif
LP - Perioperatif
Laporan Pendahuluan
Perawatan Perioperatif
Oleh Dina Mulisari. 1406574434. Mahasiswa Program Profesi Ners FIK UI 2018.
Ruang OK – RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
e-mail: [email protected]
A. PENGERTIAN
Pembedahan adalah seni dan sains untuk mengobati penyakit, injuri, atau
deformitas dengan operasi dan instrument yang melibatkan interaksi
mulitidisiplin antara pasien, dokter bedah, anastesi, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya (Lewis, 2013). Perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan seluruh proses pembedahan, dimulai dari sebelum hingga
setelah proses operasi (Timby & Smith, 2010).
B. KLASIFIKASI PEMBEDAHAN
a. Berdasarkan Tujuan
i. Diagnostik : untuk mengetahui adanya kondisi patologis
ii. Kuratif : memperbaiki atau mengeliminasi kondisi patologis
iii. Paliatif : mengurangi gejala
iv. Prevensi : mencegah terjadinya perburukan kondisi
v. Rekonstruksi/kosmetik
vi. Eksplorasi
v. Persiapan Mental
Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses pembedahan,
sehingga persiapan mental perlu dilakukan karena tindakan
pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis. Kecemasan dapat timbul yaitu takut
terhadap nyeri yang akan dialami, takut terhadap keganasan, takut
menghadapi ruang operasi dan alat bedah, takut operasi gagal dan
cacat, takut meninggal di meja operasi.
Hal hal yang perlu digali untuk mengantisipasi masalah kecemasan
pasien antara lain pengalaman operasi pasien, pengertian pasien
tentang tujuan operasi, pengetahuan pasien tentang kondisi kamar
operasi, pengetahuan pasien tentang prosedur perioperatif,
pengertian yang salah tentang pembedahan, support system.
b. Intraoperatif
Perawatan dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktivitas
perawat adalah memasang IV-line (infus), memberikan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan klien (menggenggam
tangan klien, mengatur posisi klien). Contoh tindakan: memberikan
dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat
scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
i. Perawatan Intraoperatif
1. Pengkajian pre-anastesi
2. Positioning
3. Drapping pada area pembedahan
4. Monitoring hemodinamik
5. Perawatan post anestesi di recovery room (RR)
c. Post-Operatif
Perawatan dimulai dengan dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
dirumah. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan
melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting
untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan. Selama belum
sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di Recovery Room. Setelah
operasi, klien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh
perawat yang berkompeten di bidangnya (ahli dan berpengalaman).
i. Tugas perawat di Recovery Room
1. Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernafasan
setiap 15 menit, lalu setiap 30 menit selama 2 jam
berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik,
pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk
khusus, lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula bila ada
tanda-tanda syok, perdarahan dan menggigil.
2. Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga
diperhatikan
3. Jagalah agar saluran pernafasan tetap lancar. Klien yang
muntah dimiringkan kepalanya, kemudian bersihkan
hidung dan mulutnya dari sisa muntahan. Bila perlu,
suction sisa muntahan dari tenggorokan.
4. Klien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidak
menyumbat saluran pernafasan. Bila perlu, pasang bantal
di bawah punggung, sehingga kepala berada dalam sikap
mendongak. Pada klien dengan laparatomi, tekuk sedikit
lututnya agar perut menjadi lemas dan tidak
merenggangkan jahitan luka.
5. Usahakan agar klien bersikap tenang dan rileks.
6. Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang
perawat anggap perlu untuk mendapatkan perhatian,
termasuk gejala yang “tampaknya” tidak berbahaya.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.M. (2013). Nursing interventions
classification (NIC). 6th ed. Mosby: St Louis.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines
for Individualizing Client Care Across the Life Span, (9th ed). Philadelphia: F. A.
Davis Company.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2018). NANDA international nursing
diagnoses: definitions & Classification 2018-2020 11th ed. Oxford: Willey
Blackwell
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L., Harding, M.M. (2013).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and management of clinical problems (9th
ed). Missouri: Elsevier
Martini, F., & Nath, J. (2012). Fundamentals of anatomy & physiology. San Francisco:
Benjamin Cummings
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC). 6th ed. Mosby: St Louis.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Tortora, G.J., Derickson, B. (2017). Principles of anatomy & physiology: organization,
support and movement, and control sytems of the human body, (15th ed). New.
White, L., Duncan, G., Baumle, W. (2012). Medical-Surgical nursing: An integrated
approach (3rd ed). New York: Delmar