LP - Perioperatif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Senin, 05 November 2018

Laporan Pendahuluan
Perawatan Perioperatif
Oleh Dina Mulisari. 1406574434. Mahasiswa Program Profesi Ners FIK UI 2018.
Ruang OK – RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
e-mail: [email protected]

A. PENGERTIAN
Pembedahan adalah seni dan sains untuk mengobati penyakit, injuri, atau
deformitas dengan operasi dan instrument yang melibatkan interaksi
mulitidisiplin antara pasien, dokter bedah, anastesi, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya (Lewis, 2013). Perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan seluruh proses pembedahan, dimulai dari sebelum hingga
setelah proses operasi (Timby & Smith, 2010).

B. KLASIFIKASI PEMBEDAHAN
a. Berdasarkan Tujuan
i. Diagnostik : untuk mengetahui adanya kondisi patologis
ii. Kuratif : memperbaiki atau mengeliminasi kondisi patologis
iii. Paliatif : mengurangi gejala
iv. Prevensi : mencegah terjadinya perburukan kondisi
v. Rekonstruksi/kosmetik
vi. Eksplorasi

b. Berdasarkan Luas atau Tingkat Risiko


i. Mayor : Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
hidup klien. Contoh : Bypass arteri koroner, total abdominal
histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain
ii. Minor : Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai
resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
Contoh : Operasi katarak, operasi plastik pada wajah, insisi dan
drainage kandung kemih, sirkumsisi.
c. Berdasarkan Kurun Waktu
i. Immediate : pembedahan dilakukan selang beberapa menit setelah
adanya keputusan untuk operasi yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, organ, atau ekstrimitas. Contohnya
pembedahan aorta yang rupture karena aneurisma atau pada pasien
yang membutuhkan angioplasty karena infark miokardium.
ii. Urgent : intervensi pembedahan yang dilakukan selang beberapa
jam setelah adanya keputusan untuk operasi guna mengatasi
kondisi yang mengancam nyawa atau onset akut. Contohnya
fiksasi dan debridemen pada pasien dengan fraktur terbuka
iii. Expedited : pembedahan yang dilakukan selang beberapa hari
setelah adanya keputusan untuk operasi pada kondisi yang
membutuhkan intervensi awal namun tidak mengancam nyawa,
ekstrimitas atau organ. Contohnya operasi untuk memperbaiki
retina yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan pada mata
yang terkena.
iv. Elective : tipe pembedahan ini merupakan operasi ketika
diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak dilakukan.
Contohnya pembedahan varises vena atau perbaikan jaringan
skar/parut

C. FASE PERAWATAN PERIOPERATIF


a. Preoperatif
i. Pengkajian
1. Kebutuhan fisik : TTV, tingkat kesadaran, integritas kulit,
2. Kebutuhan mental : keadaan emosi, support system,
strategi koping, etc.
3. Kebutuhan kultural : bahasa, kepercayaan yang dianut
4. Hasil laboratorium dan diagnostic : pemeriksaan darah
lengkap, urin lengkap, elektrolit, golongan darah, x-ray,
EKG, etc.
5. Riwayat kesehatan
ii. Persetujuan Pembedahan
Sebelum dilakukannya operasi, klien wajib untuk menandatangani
persetujuan dilakukannya pembedahan. Hal ini dilakukan untuk
mengindikasi bahwa klien setuju akan dilakukannya tindakan dan
mengetahui manfaat dan risiko komplikasi yang terjadi.

iii. Edukasi Preoperatif


Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang dapat dilakukan
antara lain: latihan napas dalam, latihan batuk efektif, latihan
pergerakan sendi.

iv. Persiapan Fisik


1. Status Kesehatan Fisik
Meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan
hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami
stress fisik, tubuh lebih rileks.
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan
atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang
bisa mengakibatkan kematian.
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit
serum harus berada dalam rentang normal. Keseimbangan
cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
4. Pengosongan lambung dan colon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya
adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Tujuan dari pengosongan lambung dan
kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses
ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan.
5. Personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber
kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
6. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi
balance cairan.

v. Persiapan Mental
Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses pembedahan,
sehingga persiapan mental perlu dilakukan karena tindakan
pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis. Kecemasan dapat timbul yaitu takut
terhadap nyeri yang akan dialami, takut terhadap keganasan, takut
menghadapi ruang operasi dan alat bedah, takut operasi gagal dan
cacat, takut meninggal di meja operasi.
Hal hal yang perlu digali untuk mengantisipasi masalah kecemasan
pasien antara lain pengalaman operasi pasien, pengertian pasien
tentang tujuan operasi, pengetahuan pasien tentang kondisi kamar
operasi, pengetahuan pasien tentang prosedur perioperatif,
pengertian yang salah tentang pembedahan, support system.

vi. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Cemas berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi,
nyeri) dan hasil akhir dari pembedahan
2. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-
operatif dan harapan pasca-operatif

b. Intraoperatif
Perawatan dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktivitas
perawat adalah memasang IV-line (infus), memberikan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan klien (menggenggam
tangan klien, mengatur posisi klien). Contoh tindakan: memberikan
dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat
scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
i. Perawatan Intraoperatif
1. Pengkajian pre-anastesi
2. Positioning
3. Drapping pada area pembedahan
4. Monitoring hemodinamik
5. Perawatan post anestesi di recovery room (RR)

ii. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Risiko cedera berhubungan dengan efek anastesi,
positioning, lingkungan intraoperatif.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya
luka pembedahan.
3. Powerlessness berhubungan dengan efek anastesi.

c. Post-Operatif
Perawatan dimulai dengan dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
dirumah. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan
melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting
untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan. Selama belum
sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di Recovery Room. Setelah
operasi, klien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh
perawat yang berkompeten di bidangnya (ahli dan berpengalaman).
i. Tugas perawat di Recovery Room
1. Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernafasan
setiap 15 menit, lalu setiap 30 menit selama 2 jam
berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik,
pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk
khusus, lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula bila ada
tanda-tanda syok, perdarahan dan menggigil.
2. Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga
diperhatikan
3. Jagalah agar saluran pernafasan tetap lancar. Klien yang
muntah dimiringkan kepalanya, kemudian bersihkan
hidung dan mulutnya dari sisa muntahan. Bila perlu,
suction sisa muntahan dari tenggorokan.
4. Klien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidak
menyumbat saluran pernafasan. Bila perlu, pasang bantal
di bawah punggung, sehingga kepala berada dalam sikap
mendongak. Pada klien dengan laparatomi, tekuk sedikit
lututnya agar perut menjadi lemas dan tidak
merenggangkan jahitan luka.
5. Usahakan agar klien bersikap tenang dan rileks.
6. Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang
perawat anggap perlu untuk mendapatkan perhatian,
termasuk gejala yang “tampaknya” tidak berbahaya.

ii. Hal yang perlu dikaji segera setelah pasien di operasi


1. Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan.
2. Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda
vital.
3. Anastesi dan medikasi lain yang digunakan
4. Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang
sekiranya dapat mempengaruhi perawatan pasca-operatif
5. Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian
cairan.
6. Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung
lainnya.
7. Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli
anesthesia yang akan diberitahu.
8. Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian
nadi-volume-keteraturan.
9. Evaluasi pernafasan : kedalaman, frakuensi, sifat
pernafasan.
10. Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan
berespon terhadap perintah.
iii. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas inefektif b.d efek depresan dari
medikasi dan agen anesthetik
2. Nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif
3. Risiko cedera b.d status anesthesia
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
5. Perubahan eliminasi urinarius (retensi urine) b.d penurunan
aktivitas, efek medikasi, dan penurunan masukan cairan
6. Konstipasi b.d penurunan motilitas lambung dan usus
selama fase intra operatif
7. Gangguan mobilitas fisik b.d efek depresan dari anesthesia,
penurunan intoleransi aktivitas dan pembatasan aktivitas
yang diprogramkan
8. Ansietas tentang diagnosis pasca operatif
Referensi

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.M. (2013). Nursing interventions
classification (NIC). 6th ed. Mosby: St Louis.

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2014). Nursing Care Plans: Guidelines
for Individualizing Client Care Across the Life Span, (9th ed). Philadelphia: F. A.
Davis Company.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2018). NANDA international nursing
diagnoses: definitions & Classification 2018-2020 11th ed. Oxford: Willey
Blackwell
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L., Harding, M.M. (2013).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and management of clinical problems (9th
ed). Missouri: Elsevier
Martini, F., & Nath, J. (2012). Fundamentals of anatomy & physiology. San Francisco:
Benjamin Cummings
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC). 6th ed. Mosby: St Louis.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Tortora, G.J., Derickson, B. (2017). Principles of anatomy & physiology: organization,
support and movement, and control sytems of the human body, (15th ed). New.
White, L., Duncan, G., Baumle, W. (2012). Medical-Surgical nursing: An integrated
approach (3rd ed). New York: Delmar

Anda mungkin juga menyukai