40 Kaidah Ushul Fiqih - Agen Makalah Com PDF
40 Kaidah Ushul Fiqih - Agen Makalah Com PDF
40 Kaidah Ushul Fiqih - Agen Makalah Com PDF
HOME HUKUM ISLAM HUKUM UMUM PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN UMUM Search... Go
u K e N o T e r s e b u t d a n N a n t i d i b e r i k a n K o d e n y a U
147
BY AGEN MAKALAH 147
WEDNESDAY, Tweet 2015 ILMU
21 JANUARY ShareUSHU FIQIH
Suka Bagikan
40 Kaidah Ushul Fiqih
Kaidah pertama
اﻻﺟﺘﮭﺎد ﻻ ﯾﻨﻘﺪﺑﺎﻻﺟﺘﮭﺎد
Hukum hasil ijtihad yang terdahulu tidak batal karena adanya ijtihad yang
kemudian , sehingga sahlah semua perbuatan yang berdasarkan hasil ijtihad terdahulu,
namun untuk perbuatan kemudian hukumnya telah berubah dengan adanya hokum
hasil ijtihad yang baru. Yang demikian ini adalah karena :
1. Nilai ijtihad adalah sama, sehingga hasil ijtihad kedua tidak lebih kedua tidak
lebih kuat dari hasil ijtihad pertama.
2. Apabila suatu ketetapan hokum hasil ijihad dapat dibnatalkan oleh hasil ijtihad
yang lain, akan mengakibatkan tidak adanya kepastian hokum. Dan tidak adanya
kepastian hukum ini akan mengakibatkan kesulitan dan kekacauan besar.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 1/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Contoh :
Diresume oleh:
FarhatulAeni
Contoh lain :
1. Seorang sembahyang dengan menghadap suatu arah yang dianggap
kiblat, kemudian pada waktu masuk sembahyang berikutnya berubah
angapannya tetang kiblat, maka dia harus menghadapi arah yang
dianggapnya kiblat dan tidak wajib mengqadla shalatnya yang pertama.
2. Seseorang yang ijtihadnya telah menentukan sucinya salah satu dari
bejana kemudian mengunakannya dan meninggalkannya, kemudian
berubah anggapannya, maka tidak boleh melakukan seperti anggapan
yang kedua, tetapi harustayamum.
Catatan :
Rusak keputusan ijtihad seorang hakim apabilaberlawanan dengan nash atau
ijma’ atau qiyas jaly, atau menurut Al-Iraqy, berlawana dengan kaidah-kaidah yang
kully, atau menurut ulama-ulama Hanafi, hukumnya tidak berdasarkan suatu dalil.
Kaidah Kedua
ﺐ ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم َ ااﻟ َﺤ َﻼ ُل َو ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم
َ َﻏﻠ ْ اِذَااﺟْ ﺘ َ َﻤ َﻊ
“Apabila berkumpul antara yang halal dan yang haram, dimenangkan yang haram”.
Segolongan ulama mendasarkan kaidah ini pada suatu hadist :
ُﺻ َﻞ ﻟَﮫ
ْ َ َﻻا: ﻌﺮاﻗِﻰ ْ َﻆ اَﺑ ُْﻮ ْاﻟﻔ
َ ﻀ ِﻞ ا ِﻟ ُ ِﺐ ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم ﻗَﺎ َل اﻟ َﺤﺎﻓ َ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ْاﻟ َﺤ َﻼ ُل َو ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم ا ﱠِﻻ
َ َﻏﻠ َ َﻣﺎااﺟْ ﺘ َ َﻤ َﻊ
“Manakala berkumpul yang halal dengn haram, maka dimenangkan yang haram”.
Walaupun hadis diatas ini sanadnya dhaif, tetapi kaidahnya sendiri adalah
benar sesuai perintah agama, yaitu untuk selalu berhat-hati, yakni upaya preventif
sebelum terjadi pelanggaran yang lebih berat.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 2/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Demikian pula apabil dua dalil bertentangan yang satu mengharamkan, dan
yang lain menghalalkan, maka di dahulukan yang mengharamkan.
Contoh : ketika sahabat Utsman bin Affan RA ditanya tentang uumnya
mengumpulkan dua orang wanita bersaudara, yang satu merdeka, yang satu budak,
yang keadaanya menurut ayat An-Nisa :
َوا َ ْن ﺗَﺠْ َﻤﻌُ ْﻮا ﺑَﯨْﻦَ ْاﻻُ ْﺧﺘَﯨَﯨ ِْﻦ
“Dan haram mengumpulkan (dalam perkawinan) dan dua orang wanita
bersaudara.”(hal 51-52)
Pertentangan antara dua hadis, yaitu :
ِ ِﻟَﻚَ ِﻣﻦَ ْاﻟ َﺤﺎﺋ
ِ ْ َﺾ َﻣﺎ ﻓَ ْﻮق
.اﻻ زَ ِار
“bagimu boleh berbuat sesuatu terhadap istrimu yang sdang haid pada segala yang
berada di atas kainpinggang”.
Dengan Hadis:
Kaidah keiga
ِ ﺎرﺑِ ْﺎﻟﻘُ ْﺮ
َ ب َﻣ ْﻜ ُﺮ ْوهٌ َو ٌھﻮﻓِﻰ
ٌﻏﯿ ِْﺮھَﺎ َﻣﺤْ ﺒ ُْﻮب ِْ
ُ َ اﻹ ْﯨﺜ
“Mengutamakanorang lain dalam uruan ibadah adalah makruh, dan dalam urusan
selain ibadah adalah disenangi.”
Asal dari kaidah ini adalah firman Allah :
.ِﻓَﺎ ْﺳﺘَﺒِ ُﻖ ْاﻟ َﺨﯿ َْﺮات
“berlomba-lombalah kamu sekalian didalam kebajikan.”(hal 55)
Kaidah keempat
اَﻟﺘﱠﺎﺑِ ُﻊ ﺗ َﺎﺑِ ٌﻊ
“Pengikut tu adalah mengikuti”
Artinya : Sesuatu yang mengikuti kepada yng lain maka hukumnya adalah hukum yang diikuti.
Yang termasuk dalam kaidah ini adalah:
اَﺗﱠﺎﺑِ ُﻊ َﻻﯾَ ْﻔ ِﺮدُﺑِ ْﺎﻟ ُﺤ ْﻜ ِﻢ
“Pengikutnya hukumnya tidak tersendiri”
Hal ini karena hukum yang ada pada “yang diikuti” berlaku juga untu yang mengikuti.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 3/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Contoh: Jual beli binatang yang sedang bunting, anak yang ada didalam kandungannya termasuk kedalam
akad itu.
ْ ٌ ِﺳﺎﻗ
ِﺴﻘُ ْﻮ ِط اﻟ َﻤﺘْﺒ ُْﻮع
ُ ﻂ ِﺑ َ اَﺗﱠﺎ ِﺑ ُﻊ
“pengikut menjadi gugur dengan gugurnya yang dikuti”
Apabila hukum yang diikuti gugur, maka gugur pula huum yang mengikuti.
Contoh: Orang gila tidak berkewajiban shalat fardhu, karena itu tidak disunnahkan shalat sunnah rawatib,
kewajiban shalat fardhu telah gugur, dengan sendirinya shalat sunnah menjadi gugur pula.
Dekat dengan kaidah diatas adalah :
ْ َﻂ ْاﻻ
ﺻ ُﻞ َ َﺳﻘ ُ ُع ﯾَ ْﺴﻘ
َ ﻂ اِذَا ُ اَﻟﻔَ ْﺮ
“cabang menjadi jatuh apabila pokoknya jatuh”
Contoh : Apabila anak yang pandai dan baik itu bebas (dari kesalahan), bebas pula penanggungannya; dan
apabila dia jatuh (dinyatakan bersalah), salah pula penaggungnya, sebab penanggung adalah cabang dari
yang ditanggung.
ْ َ اَﺗﱠﺎﺑِ ُﻊ ﻻَﯾَﻘَﺪﱠ ُم
ِﻋﻠَﻰ اﻟ َﻤﺘْﺒ ُْﻮع
“pengikut itu tidak mendahului yang diikuti”.
Jadi yang diikuti harus lebih dahulu dari yang mengikuti.
Contoh: makmum tidak boleh mendahului iman, bik tempat berdirinya maupun gerakannya.
َ ﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓِﻰ اﻟﺘ ﱠ َﻮاﺑِﻊِ َﻣ َﺎﻻﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓِﻰ
ﻏﯿ ِْﺮھَﺎ
“dapat dimaafkan dari hal-hal yang mengikuti, tidak dimafkan pada yang lainnya”.
Dengan kaidah yang di atas;
َ ﺿ ْﻤﻨًﺎ َﻣ َﺎﻻﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓﻰ
ﻏﯿ ِْﺮھَﺎ َ ﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮ ِﻓﻰ
ِ ٍﺷ ْﻲء
“sesuatu itu dapat dimaafkan karena terkait yang lain,tidak dapat dimaafkan karena sengaja”.
Kadang-kadang dikatakan;
ﯾُ ْﻐﺘَﻔَ ُﺮﻓِﻰ اﻟﺜ ﱠ َﻮاﻧِﻰ َﻣ َﺎﻻﯾَ ْﻐﺘ َ ِﻔ ُﺮﻓِﻰ ْاﻻَ َوا ِﺋ ِﻞ
“dapat dimaafkan bagi yang meniru, tidak demikian bagi yang lain.
Contoh: Orang yang sedang ihram tidak sah nikah, tetapi sah rujuknya, karena adanta rujuk setelah adanya
nikah.(hal 57-60)
Kaidah kelima
ﺼﻠَ َﺤ ِﺔ ٌ اﻟﺮ ِﻋﯿﱠ ِﺔ ﻣﻨُ ْﻮ
ْ ط ﺑِﺎﻟ َﻤ ﻋﻠﻰ ﱠ
َ اﻻ َﻣ ِﺎم
ِ ف َ َﺗ
ُ ﺼ ﱠﺮ
“tharruf (tindakan) imama terhadap rakyat harus dihubungkan dngan kemaslahatan”.
Tindakan dan kebikalsanaan yang ditempuholeh pemempin/penguasa harus sejalan dengan
kepentingan umum bukan untuk golongan ayau diri sendii. Penguasa adalah engayom dan pengemban
kesengsaraan umat.
Kaidah ini berasal dari fatwa Imam Syafi’I :
ْ ط ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ
ﺼﻠَ َﺤ ِﺔ ٌ اﻟﺮ ِﻋﯿﱠ ِﺔ َﻣﻨُ ْﻮ ِ ْ َﻣ ْﻨ ِﺰﻟَ ِﺔ
اﻻ َﻣ ِﺎم ِﻣﻦَ ﱠ
“keduduan imam tergadap rakyat adalah seperti kedudukan wali terhadap anak yatim”.(hal 61).
Kaidah keenam
ت
ِ ﺸﺒُ َﮭﺎ ُ ُا َ ْﻟ ُﺤﺪ ُْودُ ﺗ َ ْﺴﻘ
ﻂ ِﺑﺎﻟ ﱡ
“hukum-hukuman itu gugur karena syubhat”
Suatu kasus yang belum bsa dbuktikan secara factual sebagai suatu tindak pelanggaran, tersangka
tidak bisa dijatuhi hukuman. Karena untuk memfonis pelaku tindak krimnalitas (jarimah) seorang hakim
memerlukan bukti-bukti obyektf meyakinkan.
Kaidah ini berasal dari sabda Nabi :
ت
ِ ﺸﺒُ َﮭﺎ ْ اٍد َْراؤ
ُااﻟ ُﺤﺪ ُْو ِد ِﺑﺎﻟ ﱡ
“hndarkanlah hukuman hukuman karena adanya syubhat”.
contoh: mengambil kendaraan ditempat perparkiran, karena cat dan merk sama, ternyata bukan.
ت ﻂ ِﺑﺎﻟ ﱡ
ِ ﺸﺒُ َﮭﺎ َ ا َ ْﻟ َﻜﻔﱠ
ُ ُﺎرة ُ ﺗ َ ْﺴﻘ
“kewajiban membayar kafarat gugur karena adanya syubhat”.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 4/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Contoh : orang melakukan persetubuhan di bulan Ramadlan karena lupa, tidak wajib membayar kafarat.
(hal 64)
Kaidah ketujuh
اْ ْﻟ ُﺤ ﱡﺮﻻَﯾَ ْﺪ ُﺧ ُﻞ ﺗَﺤْ ﺖَ ْاﻟﯿَ ِﺪ
“Orang yang merdeka itu tidak masuk dalam kekuasaan”.
Contoh : Seandainya mengurung orang yang merdeka, dengan memperlakukannya dengan baik, kemudina
da mati karena tertimpa tembok yang robohdan sebagainya, maka tidak wajib membayar ganti
ruginya.(hal 65)
Kaidah kedelapan
ُْاﻟ َﺤ ِﺮ ْﯾ ُﻢ ﻟَﮫُ ُﺣ ْﻜ ُﻢ َﻣﺎ ھ َُﻮ َﺣ ِﺮ ْﯾ ٌﻢ ﻟَﮫ
“yang engelilngi larangan hukumnya sama dengan yang dikelilingi”.
Dasar darikaidah ini ialah hadis Nabi :
ت ﻓَ َﻤ ِﻦ اﺗﱠﻘَﻲ اﻟ ﱡ.ﺎس
ِ ﺸﺒُ َﮭﺎ ِ ا َ ْﻟ َﺤ َﻼ ُل ﺑَﯿ ٌّﻦ َو ْاﻟ َﺤ َﺮا ُم ﺑَﯿْﻦَ َوﺑَ ْﯿﻨَ ُﮭ َﻤﺎا ُ ُﻣ ْﻮ ٌر ُﻣ ْﺸﺘ َ ِﺒ َﮭﺎﺗٌﻼَﯾَ ْﻌﻠَ َﻤ ُﮭ ﱠﻦ َﻛﺜِﯿ ٌْﺮ ِﻣﻦَ اﻟﻨﱠ
ﻓَﻘَﺪِا ْﺳﺘَﺒ َْﺮ َء ِﻟ ِﺪ ْﯾﻨِ ِﮫ
.ﻋﻰ َﺣ ْﻮ َل ْاﻟ ِﺤ َﻤﻰ ﯾَ ْﻮ ِﺷﻚُ ﯾَ ْﺮﺗ َ َﻊ ﻓِ ْﯿ ِﮫ
َ ﺎرا ِﻋﻰ ﯾَ ْﺮ ت َوﻗَ َﻊ ﻓِﻰ ْاﻟ َﺤ َﺮ ِام َﻛ ﱠ ﺿ ِﮫ َو َﻣ ْﻦ َوﻗَ َﻊ اﻟ ﱡ
ِ ﺸﺒُ َﮭﺎ ِ َو ِﻋ ْﺮ
“Yang halal telah jelas dan yang haram talah jelas, dan diantarakeduanya ada masalah-masalah
mutsyabihat( yang tidak jelas hukumnya), yang kebanyakan orang tidak mengetahui hukumnya. Maka
barangsiapa yang menjaga diri dari syubhat, berti ia halal membersihkan agama dan dirinya;dan barang
siapa yang jatuh kepada keharaman, seperti seorang penggembala yang mengembala disekitar pagar dan
larangan, dikhawatirkan akan melanggar (memasuk) ke dalam pagar”.(hal-67)
Kaidah kesembilan
ﺼ ْﻮدُ ُھ َﻤﺎدَ َﺧ َﻞ ﻓِﻰ ْاﻻ ِﺧ ِﺮﻏَﺎ ِﻟﺒًﺎ
ُ ﻒ َﻣ ْﻘ
ْ اﺣ ٍﺪ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺨﺘ َ ِﻠ ِ اِذَاﺟْ ﺘ َ َﻤ َﻊ ا َ ْﻣ َﺮ
ِ ان ِﻣ ْﻦ ِﺟ ْﻨ ٍﺲ َو
“Apabla berkumpul dua perkara satu jenis, dan tidak berbeda makud dari keduanya, maka menurut
biasanya yang satu masuk kepada yang lain”.
Contoh : Apabila orang hadas kecl dab hadas besar (junub), maka cukup dengan bersucu saja, seperti
kalau orang junub dan mandi.(hal 69)
Kaidah kesepuluh
َ اْ ْﻋ َﻤﺎ ُل
اﻟﻜﻼ ِم ا َ ْوﻟَﻰ ِﻣ ْﻦ اِھﻤﺎ ِﻟ ِﮫ
“Mengamalkan maksud suatu kalimat, lebih utama daripada menyia-nyiakannya”.
Perkara itu ada kalanya jelas maksudnya, dan ada kalanya kurang jelas maksudnya. Terhadap yang
telah maksudnya. Maka haruslah diamalkan sesuai dengan yang dimaksud itu, dan terhadap yang belum
jelasmaksudny, maka mengamalkan lebih baik daripada meniadakannya atau menyia-nyiakannya.
Contoh : Orang berwasiat membeekan hartanya kepada anak-anaknya, padahaal a sudah tidak mempunyai
anak lagi kecuali cucu-cucunya, maka harta harus diberikn kepada cucu-cucunya.
ﻟﻰ ِﻣﻦَ اﻟﺘﱠﺄ ْ ِﻛ ْﯿ ِﺪ ُ اَﻟﺘﱠﺄ ْ ِﺳﯿ
َ ْﺲ ا َ ُو
“Membuat dasar tu lebih utama dari pada memperkuat”.
Contoh : seorang laki-laki berkata pada istrinya : “engkau saya tolak, enkau saya talak” dengan tdak ada
niat apa-apa dalam pengulangannya, maka yang lebih sah adalah diartikan sebagai ta’sis ( ucapan
permulaan, bukan memperkuat).(hal 69)
Kaidah kesebelas
ﺎن ا َ ْﻟﺨ ََﺮا ُج ﺑِﺎاﻟ ﱠ
ِ ﻀ َﻤ
“Hak mendapatkan hasil disebabkan oleh keharusan menaggung kerugian”.(hal 70)
Kaidah kedua belas
ِ َا َ ْﻟ ُﺨ ُﺮ ْو َج ِﻣﻦ
ِ َاﻟﺨﻼ
ف ُﻣ ْﺴﺘ َ َﺤﺐﱞ
“keluar dari khilaf itu diutamakan”.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 5/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Maksud dari kaidah ini ialah bahwa menghindari barang atau perbuatan yang hukum halalnya atau
bolehnya diperselisihkan adalah terpuji atau dianjurkan.
Dasar kidah ini ialah sabda Nabi SAW :
ت ﻓَﻘَﺪِا ْﺳﺘَﺒ َْﺮأ َ ِﻟ ِﺪ ْﯾ ِﻨ ِﮫ ﻓَ َﻤ ِﻦ اﺗﱠﻘَﻰ اﻟ ﱡ
ِ ﺸﺒُ َﮭﺎ
“Maka barang iapa yang menjaga diri dari syubhat (tidak jelas hukumnya), maka ia mencari
kebersihan untuk agama dan kehormatannya”.
Maksud kaidah ini ialah bahwa menghindari barang atau perbuatan yang
hukum halalnya atau bolehnya diperselisihkan adalah terpuji atau dianjurkan.
Dalam memperhatikan dan menjaga khilaf itu ada beberapa syarat yaitu :
1. Jangan sampai membawa khilaf yang lain.
2. Jangan sampai menselisihi sunnah yang tsabit.
3. Hendaknya kuat dasarnya.(hal 73)
Di Resume Oleh:
Ahmad Fanani
Kaidah Keenam Belas
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 6/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 7/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
“Keutamaan yang dipautkan dengan ibadah sendiri, lebih baik dari pada yang
dipautkan dengan tempatnya”.
Pensyarah kitab Al-Muhadzdzab berkata: segolongan dari segolongan kami
(Syafi’iyyah) menegaskan, bahwa kaidah ini adalah penting, dan kaidah ini
difahamkan dari perkataan ulama-ulama yang terdahulu.
Diantara hokum yag ditetapkan berdasarkan kaidah ini ialah:
Shalat fardlu di masjid lebih utama daripada diluar masjid
Shalat sunnah dirumah adlah lebih uta daripada suhalat sunnah di masjid.
Thawaf dekat dengan ka’bah adlah sunnah, larikecil disunatkan dengan dekat pada
ka’bah.
Kaidah Kedua Puluh Tiga
اﻟﻮاﺟﺐ ﻻ ﯾﺘﺮ ك اﻻ ﻟﻮا ﺟﺐ
“Sesuatu yang wajib tidak boleh ditinggalkan kecuali karena sesuatu yang wajib”
Jadi dari kaidah ini dapat ditegaskan, bahwa sesuatu yang telah diwajibkan,
tidak boleh ditinggalkan kecuali ada sesuatu kewajiban, tidak boleh ditinggalkan
kecuali ada sesuatu kewajiban yang mengahruskan untuk meninggalkan.
Contoh: Memotong tangan pencuri, seandainya tidak wajib tentu hukumnya haram,
sebab memotong/melukai adalah tindak pidana haram.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 8/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 9/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Artinya apabila ada sesuatu yang sudah menjadi obyek sesuatu aqad, tidak
boleh dijadikan obyek aqad lain, karena itu telah terikat dengan aqad yang pertama.
Contoh: Tidak boleh barang yang sudah dijadikan jaminan sesuatu hutang, kemudian
dijadikan jaminan hutang yang lain.
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 11/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
RELATED POSTS :
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 12/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
Tambahkan Komentar...
Ayi Sobarna
Terima kasih. ini ilmu yang sangat berguna
Suka · Balas · 2t
Reply
Reply
Reply
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 13/14
17/4/2018 40 Kaidah Ushul Fiqih | Agen Makalah Com
maaf mau nambahin resensi aja nih kajian ILMU FIQIH bab kaidah-kaidah
ilmu fiqih - BINTANG ULAMA mampir kesini juga ya gan
Reply
bagus gan artikelnya... ada apa gk yg gk gundul arabnya. soalnya blm bisa
tasrif hehe
Reply
Reply
Copyright 2016 Agen Makalah Com About- Contact- Privacy Police- Declaimer- Sitemap-
http://agenmakalah.blogspot.co.id/2015/01/40-kaidah-ushul-fiqih.html 14/14