Etnomatematika 6c52f6f3
Etnomatematika 6c52f6f3
Etnomatematika 6c52f6f3
2, September 2017
p-ISSN. 2503-0671, e-ISSN. 2548-5547
Tersedia Online di: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui unsur-unsur berpikir kreatif matematis di dalam
aktivitas membatik masyarakat Pelayangan Jambi Kota Seberang; untuk mengetahui unsur-
unsur berpikir kritis matematis di dalam aktivitas membatik masyarakat Pelayangan Jambi
Kota Seberang; dan untuk mengetahui implikasi hasil penelitian ini terhadap pembelajaran
matematika. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara dengan pengrajin batik,
dan wawancara dengan guru matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai
kegiatan proses membatik masyarakat Pelayangan mempunyai nilai etnomatematika yang
ditemukan dalam aspek-aspek etnomatematika seperti aspek membilang, mengukur,
penentuan letak, merancang dan menjelaskan. Bentuk aktivitas membatik masyarakat
Pelayangan yang bernuansa matematika seperti konsep perbandingan, kekongruenan, konsep
luas bidang datar, konsep refleksi, translasi dan rotasi dapat dipraktikkan dan dikembangkan
dalam pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kurikulum
2013. Penelitian ini menghasilkan suatu sintaks pembelajaran matematika dengan
pendekatan etnomatematika yang diadopsi dari kegiatan membatik yang digunakan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Olak Kemang Jambi Kota Seberang.
Kata kunci: proses membatik, etnomatematika, pembelajaran matematika
Abstract
This study aims to know the elements of mathematical creative thinking contained in batik
activity of Pelayangan Jambi Kota Seberang; to know the elements of critical thinking
mathematically contained in batik activity of Pelayangan Jambi Kota Seberang; and to know
the implication of the result of this study to mathematics learning. Research data was
obtained from observation, interviews with batik craftsmen, and interviews with math
teachers. The results showed that various activities of batik process of Pelayangan people
have ethnomatematic value found in aspects of ethnomatematics such as aspects of counting,
measuring, determining the location, designing and explaining. The batik activities of the
community displaying mathematical concepts such as comparison, congruence, broad
concept of flat field, the concept of translation, rotation and reflection can be practiced and
developed in learning mathematics of Junior High School in the 2013 curriculum. This
research produces a syntax of mathematics learning by using ethnomatematic approach
which is adopted from batik activities used in Madrasah Tsanawiyah Negeri Olak Kemang
Jambi Kota Seberang.
Keywords: batik process, etnomatematics, mathematics learning
133
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 133 – 144
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547
dilakukan tidak secepat perkembangan pembelajaran yang tidak efektif dan efisien pada
masyarakat. suatu materi atau pelajaran tertentu. Yager
Kurikulum 2013 menekankan (2002) berpendapat bahwa metode pembelajaran
pembelajaran berbasis saintifik yang meliputi matematika saat ini belum memiliki model
proses mengamati, menanya, mengumpulkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh
data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan apa karena itu diperlukan suatu model pembelajaran
yang dipelajari. Disamping itu proses proses matematika yang dapat menghubungkan konsep-
pembelajaran harus mempertimbangkan konsep matematika dengan permasalahan dalam
keragaman latar belakang, karakteristik peserta dunia nyata, salah satunya adalah model
didik dan kebhinekaan budaya. Jika dihubungkan pembelajaran berbasis etnomatematika.
maka dapat ditemukan bahwa pembelajaran Pembelajaran berbasis etnomatematika selain
saintifik dapat diterapkan salah satunya dengan dapat mempelajari matematika secara
melaksanakan pembelajaran berbasis budaya kontekstual, dapat memotivasi belajar siswa
yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar. untuk aktif dikelas, juga siswa dapat memahami
Mengingat beragamnya budaya Indonesia dan budaya dan dapat menumbuhkan nilai karakter.
masih minimnya sumber belajar matematika
II. Metode Penelitian
untuk kurikulum 2013 yang berbasis budaya
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
lokal, maka pemanfaatan budaya lokal sangat
unsur-unsur berpikir kreatif matematis di dalam
penting digunakan sebagai sumber belajar yang
aktivitas membatik masyarakat Pelayangan
kontekstual. Selain sebagai sumber belajar
Jambi Kota Seberang, untuk mengetahui unsur-
pemanfaatan budaya dalam proses pembelajaran
unsur berpikir kritis matematis di dalam aktivitas
juga penting dimanfaatkan guna pengenalan
membatik masyarakat Pelayangan Jambi Kota
budaya dan pelestarian budaya terhadap siswa.
Seberang dan untuk mengetahui implikasi hasil
Penelitian relevan yang membuktikan
penelitian ini terhadap pembelajaran matematika.
pentingnya pengintegrasian pembelajaran
Jenis penelitian yang dgunakan dalam
berbasis budaya ke dalam kurikulum matematika
penelitian ini adalah etnografi dengan
telah dilakukan oleh Sirate (2012) dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian etnografi
mengkaji implementasi etnomatematika dalam
bertujuan untuk mendeskripsikan dan
pembelajaran matematika. Hasil penelitian yang
menganalisis kebudayaan berdasarkan penelitian
diperoleh menunjukkan bahwa dalam proses
lapangan yang intensif. Sedangkan penelitian
pembelajaran matematika guru telah
kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena
memanfaatkan etnomatematika dalam
tentang yang dialami oleh subjek penelitian
pembelajaran matematika sebagai sarana untuk
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
memotivasi, menstimulasi siswa dalam
dan lan-lain secara holistik dengan
mengatasi kejenuhan dan memberikan nuansa
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
baru pada pembelajaran matematika.
Peneliti menggali informasi melalui
Perubahan kurikulum mungkin dapat
kepustakaan, pengamatan serta wawancara
dibuat secara paralel dengan pembelajaran yang
dengan informan yaitu empat orang pengrajin
tepat untuk siswa dan guru tentang pengetahuan
batik yang berasal dari rumah batik Siti Hajir dan
mengenai sistem penilaian dalam pembelajaran.
Al Hadad, guru matematika yang berasal dari
Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam
Madrasah Tsanawiyah Negeri Olak Kemang
melaksanakan pembelajaran dan penilaian, perlu
Jambi Kota Seberang.
dikembangkan sistem pendidikan tepat untuk
Analisis data penelitian dilakukan
mengatasi semua karakteristik-karakteristik dan
melalui pendekatan kualitatif. Data yang
perbedaan individual yang ada pada siswa.
diperoleh dari pengamatan, wawancara
Uraian tentang beberapa faktor yang
mendalam, dokumentasi dan diskusi kelompok
mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran
terfokus analisisnya dilakukan secara simultan
semakin lengkap dengan penggunaan metode
135
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 133 – 144
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547
mengukur jarak motif batik. Dalam langkah- Jika posisi motif tampuk manggis yang
langkah membuat pola batik dilakukan pertama terletak pada titik pusat O(0,0) maka
pengukuran dengan jarak 8 cm dari motif durian dengan pergeseran yang berjarak 16 cm, posisi
pecah ke motif tampuk manggis. motif tampuk manggis kedua dapat diketahui
Kegiatan mengukur jarak motif batik melalui konsep translasi. Jika titik A(x,y)
mengandung unsur-unsur berpikir kreatif ditranslasikan oleh T(a,b), koordinat hasil
Fluency (kelancaran), Flexibility (keluwesan) translasinya adalah A'(x + a, y + b), secara notasi
dan elaboration (elaborasi), karena terdapat ditulis:
banyak ide dari konsep matematika seperti
konsep refleksi, translasi dan kekongruenan yang
dibangun dari mengukur jarak motif batik
A T A
tersebut kemudian ide tersebut dapat
dikembangkan dalam menemukan hubungan
posisi motif batik dalam bidang kartesius.
Sedangkan unsur-unsur berpikir kritis di dalam Sedangkan motif durian pecah dianggap
kegiatan mengukur jarak motif batik adalah sebagai penggunaan konsep refleksi karena
analisis dan inference. Karena dalam mengukur belahan durian yang saling berhadapan
motif batik dapat diidentifikasi konsep-konsep dipandang memiliki bentuk dan ukuran yang
matematika seperti konsep translasi, refleksi dan sama. Besarnya motif durian pecah yang satu
kekongruenan kemudian ditemukan hubungan dengan yang lain adalah sama dan besarnya
dari konsep matematika tersebut. motif tampuk manggis yang satu dengan yang
Dalam pembelajaran konsep translasi, lain juga sama. Hal ini dikarenakan dalam
guru dapat memanfaatkan produk dari aktivitas pembuatan pola batik dilakukan dengan
membatik seperti membuat pola batik ke dalam menjiplak motif pada pola yang sudah tersedia,
proses pembelajaran matematika. Jika dimana pola tersebut dibuat dengan satu ukuran
diperhatikan dan diamati bentuk maupun ukuran pada tiap-tiap motif. Berarti motif durian pecah
setiap motif tampuk manggis yang bergeser di yang satu dengan yang lain adalah kongruen dan
bawah ini tidak mengalami perubahan bentuk motif tampuk manggis yang satu dengan yang
dan ukuran, tetapi letak motifnya saja yang lain juga kongruen. Aplikasi konsep refleksi dan
berubah, artinya koordinat dari motif batik kekongruenan bidang datar dari motif durian
setelah mengalami pergeseran akan berubah dari pecah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
koordinat semula. Perhatikan gambar di bawah
ini.
16
cm
Gambar 2. Pergeseran titik, bidang dan kurva Gambar 3. Pencerminan titik, bidang dan kurva
pada bidang koordinat kartesius pada sistem koordinat kartesius
137
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 133 – 144
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547
Pada sistem koordinat kartesius di atas, refleksi dan kekongruenan bangun datar seperti
objek (titk, bidang, kurva) mempunyai bayangan dalam mengukur jarak motif batik. Kegiatan
dengan bentuk dan ukuran yang sama tetapi letak merancang motif batik mengandung unsur-unsur
berubah bila dicerminkan (dengan garis). berpikir kreatif Fluency (kelancaran), Flexibility
Dalam aspek menentukan letak, secara (keluwesan) dan elaboration (elaborasi), karena
tidak langsung pengrajin batik telah terdapat banyak ide dari konsep matematika
menggunakan konsep matematika yaitu konsep seperti konsep translasi, refleksi dan
luas bidang datar dalam proses melakukan kekongruenan yang dibangun dari mengukur
pewarnaan pertama (nyolet) Pada pembelajaran jarak motif batik tersebut kemudian ide tersebut
konsep luas bidang datar, guru dapat dapat dikembangkan untuk menemukan
memanfaatkan produk dari aktivitas membatik hubungan posisi motif batik dalam bidang
seperti pemberian warna atau pencoletan warna kartesius. Sedangkan unsur-unsur berpikir kritis
ke dalam motif batik ke dalam proses di dalam kegiatan mengukur merancang motif
pembelajaran matematika. Perhatikan gambar di batik adalah analisis dan inference. Karena
bawah ini. dalam merancang motif batik dapat diidentifikasi
konsep-konsep matematika seperti konsep
translasi, refleksi dan kekongruenan kemudian
ditemukan hubungan dari konsep matematika
tersebut.
Aspek menjelaskan berkaitan dengan
tentang mengapa pola angka terjadi, mengapa
bentuk geometris berpola sama, mengapa satu
hasil mengarah ke hasil yang lain, mengapa
beberapa dari alam tampaknya mengikuti hukum
matematika. Dalam proses membatik, ada
beberapa tahapan yang termasuk dalam aspek
Gambar 4. Aplikasi konsep luas bidang datar menjelaskan. Tahapan dalam proses membatik
dalam kegiatan nyolet akan ada penjelasan seperti menjelaskan
langkah-langkah dalam membuat pola batik yang
Gambar di atas menjelaskan bahwa luas mana jarak motif harus seimbang 8 cm semua,
permukaan ikan adalah bagian yang diarsir atau kalau tidak 8 cm motif ini tidak akan rapi dan
bagian yang diberi warna yang dibatasi oleh sisi- tidak akan lurus, menjelaskan makna dan filosofi
sisi dari ikan tersebut. motif batik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan memberi warna pada motif batik bahwa dalam menjelaskan langkah-langkah
mengandung unsur-unsur berpikir kreatif pembuatan batik mengandung unsur-unsur
elaboration (elaborasi) yaitu kemampuan untuk berpikir kreatif elaboration (elaborasi) yaitu
mengembangkan atau membubuhi ide dari kemampuan untuk mengembangkan atau
konsep luas bidang datar. Sedangkan unsur- membubuhi ide dari proses pembuatan batik ke
unsur berpikir kritis di dalam kegiatan memberi dalam konsep-konsep matematika dan unsur-
warna pada motif batik adalah inference. Karena unsur berpikir kritis eksplanasi yaitu mampu
dalam memberi warna motif batik dapat menyatakan hasil-hasil dari penalaran seseorang
diidentifikasi konsep matematika yaitu konsep dari sisi konseptual, metodologis dan
luas bidang datar. konstektual. Unsur-unsur berpikir kritis dan
Dalam aspek merancang bangun berpikir kreatif di dalam kegiatan membatik
diidentifikasi mengandung konsep translasi, dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
138
Andriyani & Kuntarto: Etnomatematika: Model Baru … (6)
139
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 133 – 144
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547
140
Andriyani & Kuntarto: Etnomatematika: Model Baru … (6)
16
cm
2. Menanya
Menanya untuk membangun
pengetahuan peserta didik secara faktual,
konseptual, dan prosedural melalui kegiatan
diskusi, kerja kelompok dan diskusi kelas.
Dalam hal ini peserta didik dapat
mendiskusikan (antar peserta didik dalam satu
kelompok atau diluar kelompok, dan/atau guru)
tentang karakteristik motif batik yang diamati.
3. Mengumpulkan data / informasi
Mengumpulkan informasi atau mencoba
untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik
dalam mengembangkan kreatifitas, dapat
dilakukan melalui membaca, mengamati Gambar 7. Aplikasi rotasi dari kegiatan
objek/kejadian/aktivitas tertentu, mengolah data, merancang batik
dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan,
lisan atau gambar. 4. Mengasosiasikan
Dalam hal ini peserta didik melakukan Mengasosiasi dapat dilakukan melalui
eksplorasi unsur-unsur matematika seperti titik, kegiatan menganalisis data, mengelompokkan,
bidang datar, garis lengkung, garis lurus, dan membuat kategori, menyimpulkan dan
lingkaran, sifat-sifat refleksi, translasi, rotasi dari memprediksi.
kegiatan membuat pola batik seperti yang terlihat Dari berbagai gambar yang diamati,
dari gambar 6 berikut. peserta didik menyimpulkan tentang unsur-unsur
matematika seperti titik, bidang datar, garis
lengkung, garis lurus, dan lingkaran dari motif
142
Andriyani & Kuntarto: Etnomatematika: Model Baru … (6)
batik yang dirancang, refleksi, translasi, datar; 5) kegiatan nyelup memuat konsep
kekongruenan dan kesebangunan bidang datar, perbandingan; dan 6) kegiatan nglorot memuat
peserta didik menyimpulkan hubungan antara konsep perbandingan.
refleksi dan objek yang direfleksikan, peserta Kedua, unsur-unsur berpikir kreatif
didik menyimpulkan sifat-sifat refleksi dan matematis yang terkandung dalam aktivitas
translasi, dan peserta didik menyimpulkan sifat- membatik adalah unsur fluency (kelancaran)
sifat dari bangun-bangun datar yang saling dalam kegiatan mengukur jarak motif batik,
kongruen dan sebangun. elaboration dalam kegiatan menyiapkan bahan-
5. Mengkomunikasikan bahan pembuatan batik, mengukur jarak motif
Menyampaikan hasil konseptualisasi batik dan memberi warna pada motif batik, dan
dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, diagram, unsur flexibility dalam kegiatan mengukur jarak
atau grafik, dapat dilakukan melalui presentasi, motif batik. Sedangkan unsur-unsur berpikir
membuat laporan, atau unjuk kerja. kritis yang terkandung dalam aktivitas membatik
Dalam hal ini peserta didik dapat adalah unsur inference dalam kegiatan
menyampaikan kesimpulan tentang unsur-unsur menyiapkan bahan-bahan pembuatan batik,
matematika seperti titik, bidang datar, garis unsur analisis dalam kegiatan mengukur jarak
lengkung, garis lurus, dan lingkaran, motif batik dan unsur eksplanasi dalam kegiatan
menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki oleh menjelaskan langkah-langkah pembuatan batik.
bangun datar-bangun datar yang digunakan Ketiga, pengimplikasian hasil penelitian
dalam merancang motif batik, pengertian ini dalam pembelajaran matematika dapat
refleksi, translasi, rotasi, kekongruenan dan dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran
kesebangunan bidang datar dalam bentuk saintifik, karena dengan pembelajaran saintifik,
presentasi. peserta didik dapat mengamati, menanya,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan mengumpulkan informasi, mengolah informasi,
bahwa pengimplikasian hasil penelitian ini dan mengkomunikasikan hasil pengamatan
dalam pembelajaran matematika dapat dikaitkan tentang konsep-konsep matematika dibantu
dengan pendekatan pembelajaran saintifik, dengan kegiatan membatik yang pernah siswa
karena dengan pembelajaran saintifik, peserta lakukan saat membuat batik.
didik dapat mengamati, menanya,
Daftar Pustaka
mengumpulkan informasi, mengolah informasi,
Rachmawati, I. (2012). Eksplorasi
dan mengkomunikasikan hasil pengamatan
etnomatematika masyarakat Sidoarjo.
tentang konsep-konsep matematika dibantu
Universitas Negeri Surabaya.
dengan kegiatan membatik yang pernah siswa
Rosa, M & Orey, D.C. (2011).
lakukan saat membuat batik.
Ethnomathematics: the cultural aspects
IV. Penutup of mathematics. Revista
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Latinoamericana de Etnomatemática,
yang pertama, unsur-unsur matematika dalam 4(2), 32-54.
kegiatan membatik yang dapat diimplikasikan Shirley, L. (2001). Ethnomathematics as a
dalam pembelajaran matematika dapat di;ihat fundamental of instructional
pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) methodology. ZDM, 33(3).
kegiatan membuat pola memuat konsep refleksi, Sirate, F. (2012). Implementasi etnomatematika
translasi, rotasi, kesebangunan dan dalam pembelajaran matematika pada
kekongruenan; 2) kegiatan nglowong memuat jenjang pendidikan sekolah dasar.
konsep refleksi, translasi, rotasi, kesebangunan Lentera Pendidikan, 15(1), 41-54.
dan kekongruenan; 3) kegiatan nyolet memuat Tandililing, E. (2013). Pengembangan
konsep perbandingan dan luas bidang datar 4) pembelajaran matematika sekolah
kegiatan nembok memuat konsep luas bidang dengan pendekatan etnomatematika
143
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 133 – 144
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547
144