Format Analisis Jurnal Jiwa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Komponen Analisis Kritis Jurnal

1. Judul : Art Drawing Therapy Efektif Menurunkan Gejala Negatif Dan


Positif Pasien Skizofrenia
2. Identitas Jurnal
a) NamaPenulis : Febriana Sartika Sari, Rizqy Luqmanul Hakim, Irna Kartina,
Saelan, Aria Nurahman Hendra Kusuma
b) Tahun : 2018
c) Judul Tulisan : Art Drawing Therapy Efektif Menurunkan Gejala Negatif Dan
Positif Pasien Skizofrenia
d) Nama Jurnal : KesMaDaSka – Juli 2018
e) Kota Terbit Jurnal : Surakarta
3. Tujuan Penulisan Jurnal : untuk mengetahui efektifitas art drawing therapy terhadap
penurunan skor PANSS pasien skizofrenia di ruang
Srikandi RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta
4. Fakta unik jurnal :
a) Hasil penelitian lama
pra eksperimen dengan pendekatan design one group pre and post design. Jumlah
responden pada penelitian ini adalah 30 orang dengan accidental sampling.
Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran kemampuan kognitif sebelum
terapi dan sesudah terapi melukis. Uji analisa menggunakan uji T- test dependent
( Terapi Melukis DK Vol.3/No.2/September/2015 )

b) Hasil penelitian terbaru


Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimen dengan pre test–post
test with control group design. Jumlah sampel sebanyak 10 responden diambil
dengan teknik purposive random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan uji t
tidak berpasangan (independent sample t-test) untuk mengetahui kelompok mana
yang paling berbeda signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p =
0,000 (< 0,05) yang artinya art drawing therapy efektif terhadap penurunan skor
PANSS pada pasien skizofrenia

1
5. Pembahasan Jurnal :
a) Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan gangguan
pikiran, bahasa, persepsi, dan sensasi mencakup pengalaman psikotik berupa
gejala positif dan negatif

(WHO, 2015). Stuart (2013) menjelaskan empat kelompok utama dari


gejala skizofrenia, mengutip dari Lilly (1996) yaitu gejala negatif, gejala
positif, gejala kognitif, dan gejala suasana hati
Data WHO pada tahun 2012 menunjukkan bahwa angka penderita
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang
menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa
sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita
gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, 2012).
Gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
setiap negara tidak hanya di Indonesia saja. Indonesia pada tahun 2013
adalah 1.728 orang. Adapun proposi rumah tangga yang pernah memasung
ART gangguan jiwa berat sebesar 1.655 rumah tangga dari 14, 3% terbanyak
tinggal di pedasaan, sedangkan yang tinggal diperkotaan sebanyak 10,7%.
Selain itu prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur lebih
dari 15 tahun di Indonesia secara nasional adalah 6.0% (37. 728 orang dari
subjek yang dianalisis). Jumlah gangguan jiwa berat atau psikosis skizofrenia
tahun 2013 di Indonesia provinsi-provinsi yang memiliki gangguan jiwa
terbesar pertama antara lain adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0,27%),
kemudian urutan kedua Aceh (0,27%), urutan ketiga sulawesi selatan
(0,26%), Bali menempati posisi keempat (0,23%), dan Jawa Tengah
menempati urutan kelima (0,23%) dari seluruh provinsi di Indonesia
(Riskesdas, 2013).
Dilihat dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa, skizofrenia mulai
muncul sekitar usia 15-35 tahun. Gejala-gejala yang serius dan pola
perjalanan penyakit yang kronis berakibat disabilitas pada penderita
2
skizofrenia. Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif
dan gejala positif. Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau
kehilangan dorongan atau kehendak. Sedangkan gejala positif yaitu
halusinasi, waham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh
(Videbeck, 2008). Dari gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang
paling banyak ditemukan. Lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami
halusinasi.
Maramis (2009) menyatakan respons terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku
merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta
tidak

dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Pasien skizofrenia


mengalami halusinasi disebabkan karena ketidakmampuan pasien dalam
menghadapi stresor dan kurangnya kemampuan dalam mengenal dan cara
mengontrol halusinasi sehingga menimbulkan suatu gejala. Kemajuan status
kesehatan pasien skizofrenia yang dirawat inap umumnya dapat diukur
menggunakan Positive and Negative Symptoms Scale (PANSS). Penilaian
PANSS berdasarkan pada gejala- gejala yang timbul pada pasien
skizofrenia, meliputi gejala positif, negatif, dan psikopatologi umum. PANSS
terdiri dari 30 butir pertanyaan yang dinilai dengan skala 1-7 tergantung berat
ringannya gejala yang ditampakkan pasien (Arisyandi, 2015).
Penanganan pasien skizofrenia dengan masalah halusinasi dapat
dilakukan dengan kombinasi psikofarmakologi dan intervensi psikososial
seperti psikoterapi, terapi keluarga, dan terapi okupasi yang menampakkan
hasil yang lebih baik (Tirta dan Putra, 2008). Tindakan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi difokuskan pada aspek fisik, intelektual, emosional,
dan sosio spiritual. Satu diantaranya penanganan pasien skizofrenia dengan
halusinasi adalah terapi okupsi aktivitas menggambar. Berdasarkan data dari
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta jumlah penderita gangguan jiwa pada

3
tiga tahun terakhir cukup tinggi. Jumlah pasien skizofrenia pada tahun 2014
tercatat sebanyak
1.559 orang, pada tahun 2015 menjadi 2.136 kemudian pada tahun 2016
sebanyak 2.034 orang. Adapun data yang diambil dari bulan Januari- April
2017 di semua ruangan pasien rawat inap dengan skizofrenia menunjukan
angka 43-77%.
b) Rumusan masalah
Bagaimana Art Drawing Therapy Efektif Menurunkan Gejala Negatif Dan
Positif Pasien Skizofrenia

c) Metode Penelitian
1. Quasi Experiment dengan pre test – post test with control group.
Kelompok control diberikan perlakukan tindakan generalis
keperawatan jiwa, sedangkan kelompok intervensi diberikan tindakan
generalis keperawatan jiwa dan art drawing therapy. Pemberian
intervensi diberikan sebanyak 6 kali
2. Pengolahan data dilakukan dengan meng- gunakan komputer dengan
langkah-langkah edit- ing, koding, entri data, cleansing, dan tabulating
(Hidayat, 2009).
3. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
Pengujian hipotesis menggunakan uji Parametrik yaitu uji t tidak
berpasangan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Shapiro Wilk karena penelitian ini menggunakan 10 sampel (< 50
sampel). Kesamaan varian data diuji dengan menggunakan uji
Levene’s Test of Varians.

4. Pokok penekanan dalam tulisan


1. Skor PANSS pada pasien Skizofrenia

4
5. Kelemahan dan kelebihan
- Kelemahan :
1. Jumlah responden yang sedikit hanya 10 orang
2. Tidak dijelaskan cara pelaksanaan terapi melukis pada pasien
Skizofrenia
- Kelebihan :
Adanya saling keterkaitan terapi melukis dalam penurunan gejala
negative dan positif pada pasien Skizofrenia

6. Saran penulis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia. Saran untuk peneliti
selanjutnya untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan
perhitungan sampel yang lebih banyak.
7. Kesimpulan
Art drawing therapy lebih efektif dalam menurunkan skor PANSS pasien
skizofrenia dibandingkan hanya dengan diberi tindakan generalis
keperawatan jiwa. Terjadi penurunan gejala positif dan negatif yang lebih
signifikan pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Nilai signifikan pada kelompok kontrol sebesar 0.015, sedangkan
pada kelompok perlakuan sebesar 0.017 (α 0,05).
6. Pertanyaan yang muncul
1. Apakah terapi melukis ini mudah dilakukan pada pada pasien Skizofrenia ?
7. Refleksi
Saran perbaikan : penulis disarankan untuk menjelaskan cara pelaksanaan terapi
melukis pada Skizofrenia dalam jurnal ini, serta memperbanyak
sample / responden yang dijadikan bahan penelitian

Anda mungkin juga menyukai