Mini Riset Kel 3
Mini Riset Kel 3
Mini Riset Kel 3
Disusun oleh :
1. Auliaur Rokhim (SN181023) 6. Suci Mulyati (SN181165)
2. Ana Nurul Q (SN181011) 7. Sylvia Rosalina (SN181170)
3. Fitri Firmandha (SN181066) 8. Vidia Putpita S (SN181176)
4. Frida Amelia E (SN181068) 9. Yogi Utomo (SN181185)
5. Sari Istiqomah (SN181153) 10. Yuni Mustika (SN181191)
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi referensi yang aplikatif bagi
RSJD Dr.RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dalam intervensi yang
digunakan untuk pasien dengan skizofrenia.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah literatur ilmu keperawatan dibidang kuratif dan rehabilitative
untuk pengobatan pasien dengan skizofrenia.
1.3.3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain dapat menambah pengetahuan tentang intervensi keperawatan
yang dapat digunakan untuk pasien dengan skizofrenia.
1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat
diaplikasikan dilahan kerja, mengenai intervensi keperawatan yang dapat
digunakan untuk pasien dengan skizofrenia.
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Skizofrenia
2.1.1 Pengertian skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang
terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak salaing berhubungan secara
logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar atau tidak sesuai,
dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh),
pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Orang-
orang yang menderita skozofrenia umunya mengalami beberapa episode
akut simtom–simtom, diantara setiap episode mereka sering mengalami
simtom–simtom yang tidak terlalu parah namun tetap sangat menggagu
keberfungsian mereka. Komorbiditas dengan penyalahguanaan zat
merupakan masalah utama bagi para pasien skizofrenia, terjadi pada sekitar
50 persennya. (Konsten & Ziedonis. 1997, dalam Davison 2010).
Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler (dalam
Maramis, 2009) membagi gejala – gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu :
1) Gejala – gejala primer:
a. Gangguan proses berpikir
b. Gangguan emosi,
c. Gangguan kemauan,
d. Autisme
2) Gejala – gejala sekunder
a. Waham
b. Halusinasi
c. Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain
5
7
2.2 Kecemasan
2.2.1 Pengertian kecemasan
Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari
Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik. Ansietas (kecemasan) merupakan satu keadaan yang ditandai
oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu
kegiatan berlebihan dari susunan saraf automatic (SSA) (Ashadi, 2008).
Kecemasan juga dapat diartikan suatu kebingungan atau kekhawatiran pada
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Hawari,
2008). Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifiksi sebagai
stimulus ansietas (Videbeck, 2008).
menyempit. Dalam kondisi ini, seseorang masih bisa belajar dari arahan
orang lain.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi lahan persepsi orang yang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Seseorang memerlukan banyak
pengarahan untuk mengurangi ketegangan. Seseorang memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain .
d. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh,
ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik menyebabkan peningkaatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang, dan kehilangan pikiran yang rasional.
2.2.5 Faktor Penyebab Kecemasan
Beberapa faktor penyebab kecemasan menurut Daradjad (2010) yaitu:
1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
2. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini
sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-
kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
3. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi
1. Jenis dan Rancangan penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain
quasy experiment study one group pre test and post test (Nursalam,
2010).
2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Februari – 2 Maret 2019 diruang
Helikonia, RSJD Dr.RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
3. Populasi dan sampel
Pengambilan subjek penelitian menggunakan metode nonprobabiity
sampling dengan cara sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila
semua jumlah populasi digunakan sebagai sampel, hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil (Sujarwani, 2012).
Kriteria inklusi subyek penelitian sebagai berikut:
a. Pasien skizofrenia yang mengalami tingkat kecemasan ringan hingga
berat.
b. Pasien bersedia menjadi responden penelitian.
c. Tidak mengalami gangguan komunikasi.
Kriteria eksklusi subyek penelitian sebagai berikut:
a. Pasien kondisi akut dan menjalani terapi medis pada waktu penelitian.
Dari kriteria inklusi dan eksklusi diatas didapatkan sampel sebesar 10
orang.
4. Cara pengumpulan data
Satu hari sebelum melakukan kegiatan menggambar, pasien
dilakukan pre-test terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kecemasan
pasien sebelum intervensi. Setelah dilakukan pre test, pasien diberikan
intervensi menggambar sebanyak 1 kali sehari selama 30 menit dalam 3
hari. Setelah 3 hari pasien diberi post-test untuk mengetahui tingkat
kecemasan pada pasien setelah dilakukan intervensi.
Menurut Muthmainnah (2015), langkah-langkah dalam penerapan
terapi menggambar adalah sebagai berikut:
16
1. Mengembangkan hubungan
Menjalin hubungan merupakan langkah awal untuk menumbuhkan
kepercayaan dan kenyamanan klien pada peneliti. Apabila klien sudah
merasa nyaman dan dapat mempercayai peneliti, maka kecenderungan
klien akan lebih terbuka untuk mengungkapkan apa yang dialami.
2. Memberikan kesempatan kllien untuk menggambar
Peneliti dapat memulai dengan warna karena warna memiliki simbol
yang kuat. Salurkan perasaan lewat warna, pilih bentuk atau objek
dalam pikiran, teruslah menggambar hingga klien mampu
mengungkapakan perasaannya lewat menggambar.
3. klien diminta utuk mencerikan gambar
Setelah menggambar, klien dapat diminta untuk menceritakan gambar.
Namun jika klien enggan maka peneliti yang lebih aktif untuk
bertanya kepada klien tentang gambar yang telah dibuat.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengenali lebih dalam tentang apa yang
dirasakan dan dipikirkan klien.
5. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mencermati perilaku
klien.
Alat ukur kecemasan menggunakan HARS ( Hamilton Rating Scale
for Anxiety ). HARS terdapat pertanyaan yang diikutsertakan jawaban
yang diisi oleh klien terkait dengan kondisi klien tertentu. Jawaban yang
diberikan klien merupakan skala ( angka ) 1,2,3 atau 4 yang menunjukkan
tingkat/jumlah gangguan ada klien tersebut. Pertanyaan dalam bentuk
kuesioner akan diberikan kepada klien yang memenuhi kriteria, dan
pasien diminta oleh peneliti untuk mengisi lembar kuesioner tersebut
dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan dan sesuai
dengan kondisinya. Pengukuran pada jawaban yang teah disediakan dan
sesuai dengan kondisinya. Pengukuran tingkat kecemasan pada klien
dengan skizofrenia menggunakan kuesioner HARS, adapun gejala gejala
yang terdapat didalam kuesioner peneitian ini ada 14 gejala antara lain :
gejala perasaan cemas, gejala ketegangan, gejala ketakutan, gangguan
tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik/
17
6. Analisis data
a. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data demografi
skizofrenia dengan tingkat kecemasan meliputi nama/inisial, usia,
pendidikan dan pre-test dan pos-test intervensi dalam bentuk distribusi
frekuensi dan prosentase dengan bantuan SPSS. Tujuan dari analisis
univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti (Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam pnlitian
ini adalah karakteristik responden, kecemasan sebelum dan sesudah di
berikan terapi menggambar yang akan dimasukkan ke dalam bentuk
tabulasi minimum, maksimum, mean, median, stanndar deviasi unruk
menarik sebuah kesimpulan.
b. Analisis bivariate
Dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi
menggambar terhadap penurunan kecemasan pada pasien skizofrenia.
Dalam penelitian ini digunakan uji statistic wilcoxon yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia. Dengan
tingkat kepercayaan 95%/α = 5% dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika data P value > α (0,05) maka H0 di terima dan Hₐ ditolak yang
artinya tidak ada pengaruh terapi menggambar terhadap kecemasan
pasien skizofrenia di RSJD DR. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa
Tengah dan Jika data P value < α (0,05) maka H0 di terima dan Hₐ
ditolak yang artinya ada pengaruh terapi menggambar terhadap
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Frekuensi Persentase
Kecemasan Ringan 2 20.0%
Kecemasan Sedang 6 60.0%
Kecemasan Berat 2 20.0%
Panik 0 0%
Total 10 100%
22
Berdasarkan tabel 4.5 Uji Wilcoxon menunjukan bahwa p value 0.025 <
0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi menggambar dapat
mempengaruhi kecemasan pasien di ruang Helikonia di RSJD DR. RM
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
23
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian dengan lengkap dari tingkat
kecemasan pada pasien skizofrenia sebelum dan setelah diberikan terapi
menggambar, serta peneliti akan menguraikan sesuai dengan tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi menggambar terhadap
tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di ruang Helikonia RSJD DR. RM
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
5.1. Analisa Univariat
5.1.1. Berdasarkan usia
Hasil karakteristik responden berdasarkan usia, rata-rata
responden skizofrenia yang mengalami kecemasan adalah usia
40.10 tahun dengan nilai minimum 21 tahun dan nilai
maksimum 60 tahun.
Menurut Depkes RI (2009) : balita (0-5 tahun), anak-anak
(5-11 tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17-25
tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun),
lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun), manula
(>65 tahun). Tingkat kecemasan responden paling sering muncul
adalah 21 tahun. Usia sangat berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan pasien, hal ini dikarenakan usia berhubungan dengan
pengalaman dan pandang terhadap sesuatu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Lukman (2009)
yang menyatakan bahwa kematangan dalam proses berfikir pada
individu yang berusia dewasa lebih memungkinkannya untuk
menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan
kelompok usia anak-anak. Mekanisme koping merupakan
bentuk pengendalian diri individu terhadap perubahan yang
dihadapi atau diterima oleh tubuh.
BAB VI
PENUTUP
6.2. Kesimpulan
6.1.3. Karakteristik responden pada distribusi usia responden
menunjukkan bahwa rata-rata usia responden antara 21 tahun
sampai 60 tahun.
6.1.2. Dilihat dari tingkat kecemasan pasien skizofrenia sebelum
diberikan terapi menggambar memiliki rata-rata 2,50
(Kecemasan berat).
6.1.3. Dilihat dari tingkat kecemasan pasien skizofrenia sesudah
diberikan terapi menggambar memiliki rata-rata 2,00
(Kecemasan sedang).
6.1.4. Dilihat dari pengaruh signifikan sebelum dan sesudah pemberian
terapi menggambar terhadap tingkat kecemasan pada pasien
skizofrenia dengan hasil p value 0,025, yang artinya bahwa
tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi menggambar
berpengaruh terhadap tingakt kecemasan pada pasien
skizofrenia.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini
antara lain sebagai berikut :
6.2.1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan
untuk mengembangkan terapi modalitas khususnya terapi
menggambar terhadap tingkat kecemasan pasien skizofrenia.
6.1.2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat lebih meningkatan wawasan pengetahuan
untuk pengelolaan terhadap tingkat kecemasan pasien
skizofrenia dengan terapi menggambar.
6.1.3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan pada penelitian - penelitian berikutnya dapat
27
mengaplikasikan terapi modalitas yang lebih komplek terhadap
tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia.
29
DAFTAR PUSTAKA
Scott et al. (2010). Gender and the relationship between marital status
and first onset of mood, anxiety and substance use disorders.
Tirta I Gusti Rai & Putra Risdianto Eka. 2008.Terapi Okupasi pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.