Batu Empeduk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BATU EMPEDU

DISUSUN OLEH:

NURALIEF CIKITHA PUTRI

NIM : 16065

AKADEMI KEBIDANAN RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA PUSAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu yang
mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN BATU EMPEDU”
Dalam menyelesaikan Makalah ini tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada
dosen - dosen pembimbing CIA yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
Makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, dan untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Batu Empedu
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi Klinis
2.4 Patofisiologi
2.5 Pemeriksaan Penunjang
2.6 Penatalaksanaan
2.7 Komplikasi
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Observasi
3.3 catatan perkembangan pasien
3.4 Diagnosa
3.5 Intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi
penelitian batu empedu masih terbatas.
Kasus batu empedu sering ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20%
penduduk dewasa. Setiap tahun beberapa ratus ribu penderita ini menjalani pembedahan. Dua
per tiga dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien tidak mempunyai keluhan dan
yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 1-4%. Sementara pasien dengan gejala
simtomatik batu empedu mengalami komplikasi 12% dan 50% mengalami nyeri kolik pada
episode selanjutnya. Risiko penderita batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi
relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu menimbulkan masalah serangan nyeri
kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus
meningkat.
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena
belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan
secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk
tujuan yang lain
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut
dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran
empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. Pada beberapa keadaan, batu
saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu intra-atau ekstra-hepatik
tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan
pada pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara Barat.
Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan
lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimtomatik. Pada sekitar 80%
dari kasus, kolesterol merupakan komponen terbesar dari batu empedu. Biasanya batu - batu
ini juga mengandung kalsium karbonat, fosfat atau bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini
murni dari satu komponen saja.

1.2. Tujuan Penulisan


a. Mengetahui Pengertian Penyakit Batu Empedu?
b. Mengetahui Etiologi Penyakit Batu Empedu?
c. Mengetahui Tanda Gejala Penyakit Batu Empedu?
d. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Batu Empedu ?
e. Mengetahui Penatalaksanaan Penyakit Batu Empedu?
f. Mengetahui Pengobatan Penyakit Batu Empedu?
g. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Penyakit Batu Empedu?
h. Mengetahui Legal Etik pada pasien Penyakit Batu Empedu?
i. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Penyakit Batu Empedu?

1.3 MANFAAT

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat
asuhan keperawatan pada klien dengan BATU EMPEDU, serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kolelitiasis atau Koledokolitiasis merupakan adanya batu dikandung empedu, atau
pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolestrol
(Williams,2003)
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung
empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner & Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,
2005).
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut
dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.

2.2 Etiologi
Penyebab dari Kolelitiasis atau Koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui.
Satu teori menyatakan bahwa kolestrol dapat menyebabkan supersaturasi empedu dikandung
empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi
mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu
pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin yang terjadi ketika billirubin bebas berkombinasi
dengan kalsium. (Williams,2003)
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang paling
penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu,
stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Sementara itu, komponen utama dari batu
empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di
luar empedu.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Faktor resiko
tersebut antara lain :
a. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
b. Usia lebih dari 40 tahun .
c. Faktor keturunan
d. Aktivitas fisik
e. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
f. Hiperlipidemia
g. Diet tinggi lemak dan rendah serat
h. Pengosongan lambung yang memanjang
i. Nutrisi intravena jangka lama
j. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
k. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan kanker
kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
l. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru orang
Afrika).
2.3 Manifestasi Klinis
- Nyeri menyebar ke punggung dan bahu kanan
- Penderita dapat berkeringat banyak atau berjalan mondar-mandir atau berguling
ke kanan ke kiri
- Nausea dan muntah sering terjadi
- Nyeri perut kanan atas
- Nyeri tekan
- Defans otot
- Peubahan warna urine dan fases
- Perasaan penuh di eoigastrium

2.4 Patofisiologis
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada bagian
saluran empedu lainnya. Etiologi atau batu empedu belum diketahui dengan sempurna,akan
faktor predisposisi yang paling penting adalah ganngguan metabolisme yang disebabkan :
a. Perubahan susunan empedu.
Hati penderita penyakit batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan
kolestero. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu.
b. Status empedu dalam kandung empedu.
Disebabkan oleh gangguan kontraksi kandung empedu, spasme sphineter oddi atau
keduanya dan perlambatan pengosongan kandung empedu oleh faktor hormonal terutama saat
kehamilan. Akibatnya super satuturasi progresif perubahan susunan kimia.
c. Infeksi bakteri dalam saluran empedu.
Infeksi bakteri lebih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu. Setelah
terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak
menimbulkan masalah atau dapat menyebabkan komplikasi, seperti infeksi kandung empedu
dan obstruksi duktus sistikus atau duktus koledokus. Kadang-kadang batu empedu dapat
menembus dinding kandung empedu dan menyebabkan peradangan hebat, penritonitis atau
rupturnya dinding kandung empedu.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. laboratorium : lekositosis, blirubinemia ringan, peningkatan alkali posfatase.
2. USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus
yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
3. CT Scan Abdomen
4. MRI.
5. Sinar X abdomen
6. Koleskintografi / Pencitraan Radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan secara
intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih lama, membuat pasien
terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi batu empedu.
7. Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.
2.6 Penatalaksanaan
1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)
- Diet merupakan bentuk therapi umum pasien yang hanya mengalami intoleransi terhadap
makanan berlemak dan mengeluhkan gejala gatrointestinal ringan.
- pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan seperti pelarut batu empedu (farmakotherapi).
2. Pembedahan

2.7 komplikasi
1.Radang kantong empedu akut. Kondisi yang juga disebut dengan kolesistitis ini terjadi
ketika cairan empedu menumpuk di dalam kantong empedu dikarenakan batu empedu
menyumbat saluran keluarnya cairan tersebut. Gejala yang terjadi pada kolesistitis akut ini
diantaranya adalah demam tinggi, sakit di bagian perut atas yang menjalar ke tulang belikat,
dan detak jantung cepat. Antibiotik biasanya dipakai sebagai penanganan pertama dalam
mengatasi infeksi sebelum operasi pengangkatan kantong empedu dijalankan. Operasi lubang
kunci merupakan prosedur yang biasa dilakukan.
2.Abses kantong empedu. Di dalam kantong empedu yang sedang infeksi parah, nanah bisa
muncul. Jika hal tersebut terjadi, maka nanah perlu disedot karena penanganan menggunakan
antibiotik saja tidak akan cukup.
3.Peritonitis. Radang pada lapisan perut sebelah dalam ini dikenal dengannama
peritoneum. Komplikasi tersebut terjadi karena kantong empedu pecah dan mengalami
peradangan parah. Penanganan komplikasi ini diantaranya adalah operasi untuk mengangkat
peritoneum yang rusak parah atau dengan infus antibiotik.
4.Saluran empedu tersumbat. Saluran empedu yang tersumbat oleh batu membuat saluran
ini rentan terserang bakteri penyebab infeksi. Komplikasi tersebut bisa ditangani
menggunakan antibiotik serta prosedur yang bernama kolangio pankreatografi retrograde
endoskopik (ERCP). Gejala yang terjadi pada infeksi tersebut berupa sakit kuning, linglung,
demam tinggi, serta sakit di perut bagian atas yang menjalar hingga ke tulang belikat.
5.Pankreatitis akut. Kondisi ini terjadi ketika batu empedu keluar serta membuat saluran
pankreas tersumbat. Peradangan pankreas ini menyebabkan sakit hebat di bagian tengah
perutdan menjalar kepunggung terutama setelah makan. Tidak hanya sakit perut, pankreatitis
akut juga menyebabkan gejala lain seperti hilang nafsu makan, diare, sakit kuning, demam
tinggi, dan muntah. Posisi meringkuk atau bungkuk bisa meringankan sakit perut tersebut.
Komplikasi ini biasanya menyebabkan penderita harus dirawat di rumah sakit.
6.Kanker kantong empedu. Penderita batu empedu membuatnya memiliki risiko lebih
tinggi terkena kanker kantong empedu. Gejalanya adalah demam tinggi, sakit kuning,
dan sakit perut.
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN

No.Registrasi :
Nama Pengkaji : Nuralief Cikitha Putri
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Juli 2017
Waktu Pengkajian :09.00 WIB
Tempat Pengkajian : LT. 5 BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO

3.1 Pengkajian

I. DATA SUBJEKTIF

a. Identitas/ biodata klien

Nama : Ny. Theresia Agustina

Tempat tanggal lahir :Jakarta , 18/08/1976

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : kristen protestan

Diagnosa Medis : Other Cholelithias

Penanggung Jawab

Nama : Tn.nixon manalu

Alamat : Jl.raya tengah GG. Remaja RT/RW 005/003

Hubungan dengan klien : Suami

b. Keluhan Utama Pada Tanggal 07-08-2017 Pukul : 16.30 WIB

Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri di perut

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit masa lalu .

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita batu empedu.


e. Riwayat kesehatan sehari-hari

1) Nutrisi

Dirumah Dirumah

Sakit
a) kebiasaan makan 2x /hari 2x /hari

b) jenis makanan Nasi biasa Nasi biasa

c) keluhan tentang makanan Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan

2 ) Eliminasi

a) kebiasaan BAB 1x/hari 1x/hari

b) konsistensi padat Padat

c)Warna Kuning Kuning


kecoklatan kecoklatan
d) Bau

e) keluhan tentang BAB - -

f) Cara Mengatasi Kesulitan BAB - -

g) kebiasaan BAK 5x/hari 5x/hari

h) Jumlah 300ml 300ml

i) warna Kuning jernih Kuning jernih

j) Kesulitan BAK - -

k) Cara Mengatasi Kesulitan BAK - -


3) Olahraga

a) jenis olahraga - -

b) sejak kapan - -

c) secara teratur / tidak - -

4) Istirahat/ tidur

a)Tidur Siang 3 jam 3 jam

b) Tidur Malam 8-9 jam 8-9 jam

c) Masalah tidur - -

d)Hal-hal yang mempermudah tidur - -

5) Personal Hygiene

a) Mandi 2x/hari 1x/hari

b) Menggunakan sabun mandi Ya ya

c) Menggosok gigi 2x/hari 2x/hari

d)menggunakan pasta gigi Ya ya

e) Cuci Rambut 2x/minggu 2x/minggu

f) Menggunakan sampo ya Ya

g) Ganti Pakaian 2x/hari 1x/hari

h) Keadaan kuku tangan Tidak Tidak sianosis


sianosis,tidak tidak pucat
pucat, tidak tidak panjang
panjang
I )keadaan kuku kaki Tidak sianosis Tidak sianosis
tidak pucat, tidak tidak pucat,
panjang tidak panjang
6) Ketergantungan

a) Merokok - -

b) jumlah - -

c) Makanan - -

d)Minuman - -

e) Obat- Obatan - -

7) Alergi terhadap : Ibu mengatakan tidak ada alergi obat-obatan dan makanan

8) Lain- lain

B. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos metis
Penampilan : Sedang
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 85 x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,2 ° C
B. Antropometri
BB : 70
TB : 165
C. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Rambut : Bersih tidak berketombe
Wajah : bersih tidak ada odem
Mata : kunjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Mulut dan gigi : baik tidak ada caries, epulis dan stomatitis
Leher :baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada :baik tidak ada weezing
Perut : Simetris tidak ada bekas luka operasi
Kemaluan : Tidak ada keputihan, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholin, tidak ada pembesaran kelenjar sken
Ekstremitas atas : simetris, tidak ada odem
Ekstremitas bawah : simetris, tidak ada odem
Kulit : Tidak ada sianosis, tidak ada odem
Kuku : baik tidak ada sianosis kuku bersih tidak panjang
2. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran vena jugolaris
Dada : baik , simetris

Perut : Abdomen , tidak ada nyeri tekan

Tungkai : Tidak ada odem, tidak sianosis

3. Perkusi
Dada : fokal fremitus melemah, suara ketuk yang
redup
Perut : Tidak kembung
Tungkai : Tidak, tidak ada odem

4. Auskultasi
Dada :suara pernafasan tidak terdengar wheezing
( mengi k)
Perut : terdengar bising usus

D. Keadaan Psikologis
1. Pola interaksi : baik
2. Pengetahuan terhadap : ibu mengerti tentang penyakit yang diderita
Penyakit batu empedu
3. Status emosi : stabil
4. Lain lain :

E. Keadaan Sosial
1. Hubungan anatara keluarga : baik (pasien selalu didampingi oleh keluarga)
2. Lingkungan tempat tinggal : baik (bersih, terdapat taman dan teras)
3. Lain lain :

F. Data Spiritual
1. Ketaatan beribadah : berdoa
2. Keyakinan penyembuhan : ibu yakin atas kesembuhanya

G. Data Penunjang
Laboratorium :
Data Laboratorium.

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

Nama Pasien /Umur : Ny. T /40 Tahun Kesatuan : -


Tanggal lahir : 18-08-1976 Ruang / poli : 5 BEDAH/
Pangkat/NRP : / Tgl/ Jam Registrasi : 07-08-2017 20:07:15
No Lab/No RM : 170807 06238 / 857840 Status : BPJS MANDIRI
Diangnosa klinik :
Status Keluarga : Pribadi

HASIL
JENIS PEMERIKSAAN NILAI RUJUKAN
10-07-2017 SAAT INI
10:31:54

KIMIA KLINIK

Analisa Gas Darah :

 pH 7. 375 7.37 – 7. 45
 pCO2 32.4 * 33-44 mmHg

 pO2 108.3 * 71- 104 mmHg


 Bikarbonat (HCO3) 19.1 * 22-29 mmol/L
 Kelebihan Basa (BE) -4.8 (-2)-3 mmol/L

 Saturasi O2 99.9* 94-98 %

II. analisa
Diangnosa : OTHER CHOLELITHIAS
Masalah : nyeri di daerah uluhati
3.3 Catatan perkembangan pasien

TGL/ JAM Profesi / SOAP


Bagian
7-8-17 Perawat pagi Mererima pasien dari poli disgetive pasien Dr. Tail
Kesadaran :compos metis
Td : 120/80
S : 36,3 ˚c
Rr : 20 x/menit
N : 70 x/menit
Membawa status rawat inap dan rawat jalan

Konsul jantung : acc operasi toleransi ringan


Konsul paru : acc operasi
Konsul anasthesi :acc operasi, asa II

S : klien mengatakan cemas menghadapi operasi


O: kesadaran : compos metis
Td : 120/80 mmhg Rr : 20 x/menit
S : 36’3˚c N : 80 x/menit
A : 1. Cemas
P : 1. Cemas hilang minimal berkurang setelah mendapat
penjelasan tentang prosedur pre & post operasi
- Kan tingkat cemas
- Anjurkan klien berdoa & dekatkan keluarga
 R / operasi besok tangal 8-8-2017
7-8-17 Perawat sore Kesadaram : compos metis
15.00 wib Td : 120/80 mmhg
S : 36 ˚c
Rr : 20 x/menit
N : 80 x/menit

19.00 wib Memberikan yal enema


Mengambil sampel darah untuk cek AGD + elektrolit

20.00 wib S : pasien menanyakan kapan operasi


O : kesadaran : compos metis TD : 120 / 80 mmhg
N : 80 x/menit Rr : 20 x/menit
S : 36 ˚c
A : cemas
P : cemas hilang minimal berkurang setelah mendapat
penjelasan tentang prosedur operasi
- Anjurkan pasien untuk berdoa dan libatkan
keluarga untuk beri dukungan.
= ambil hasil lab
= R/ Laparaskopi cholesistektomi tgl : 08-08-17

07-08-17 Perawat malam Mengukur TTV

21.00 wib Hasil : TD : 120/80 mmhg S : 36 ˚C


N : 76 X/menit Rr : 20 x/menit

05.00 wib Yal enema dan skin test ceftriaxone di kerjakan

05.30 wib S : klien mengatakan siap operasi


O : -kesadaran compos metis
-Ttv : TD : 120/80 mmhg S : 36 ˚c
N : 76 x/menit Rr : 20 x/menit
A : 1. Cemas
P : 1. Cemas hilang setelah mendapatkan penjelasan
tentang prosedur tindakan operasi
- Kaji tingkat cemas
- Anjurkan klien berdoa
*R/ Laparaskopi cholesistektomi 08-08-17
Menjemput pasien dari OK lantai 2
08-08-17 perawat pagi Kesadaran : compos metis
13.00 wib Terpasang infus RL 20t/menit
Tampak luka operasi 3 titik di pusat
TD : 135/81 mmhg S : 36 ˚c
N : 82 x/menit Rr : 20 x/menit

TD : 130/80 mmhg S : 36 ˚C
13.15 N : 80 X/menit Rr : 20 x/menit
TD : 128/78 mmhg S : 36 ˚C
13.30 N : 80 x/menit Rr : 20 x/menit

S : klien belum menyampaikan keluhan


14.00 O : kesaran : compos metis
Tampak luka operasi 3 titik di perut
Terpasang infus RL 20t/menit
TD : 128/78 mmhg S : 36,2 ˚c
N : 80 x/menit Rr :20 x/menit
A : 1. Cemas teratasi tangal 08-08-17
2.gangguan ppukasi jaringan ppuifpu
3. gangguan mobilisasi fisik
P : 1. Prefasi jaringan ppuifer adpkual
- Obs tanda-tanda pendarahan
- Deep bila terjadi pendarahan
2 . mobilisasi fisik klien maksimal
- Bantu ADL klien dan libatkan keluarga
 Bising usus (+) minum bertahap
 Jaringan di pakan
 Infus D5 % : RL + 3 : 1
Td : 120/80 mmhg N : 80 x/menit
08-08-17 Perawat sore
Rr : 20 x/menit S : 36,0 ˚c
Klien mengatakan nyeri luka operasi skla <4
18 .00 wib
Terapi katerolac dan sevtriaxon IV
Td : 120/50 mmhg N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit S : 36,0 ˚c
Nyeri berkurang skala <3

S : klien mengatakan nyeri luka operasi <3


O : kesadaran : compos metis
Tampak luka post operasi 3 titik pusat di perut, 3 titik
tertutup plester
Tetesan infus RL 20 t/menit
A : - nyeri
- gangguan perfusi jaringan perifer
- Ganguan mobilisasi fisik

P : 1. Nyeri hilang minimal berkurang atau dapat di


kontrol dengan skala nyeri <3
- Kaji skala nyeri dan observasi ttv
- Anjurka tehnik relaksasi nafas dalam bila
nyeri timbul
2. Perfusi jaringan perifer adekuat
- kaji tanda-tanda pendarahan
- deep bila terjadi pendarahan
3. klien dapat mobilisasi secara bertahap
- bantu adu klien dan libatkan keluarga
- jaringan di PA kan
Infus D5 % : RL : 3 : 1
09-08-17 Perawat pagi Mengukur Ttv
10.00 wib Td : 120 / 80 mmhg N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit S : 36.0 ˚c

S : Klien mengatakan nyeri post operasi skala 3


O : kesadaran : compos metis
- Terpasang kateter urine
- Terpasang infus 20 t/menit
- Tampak luka post operasi 3 titik tertutup
plaster
Td : 125/75 mmhg N : 75 x/menit
Rr : 20 x/menit S : 36.0 ˚c
A : 1. Nyeri
2. gangguan perfusi jaringan perifer
3. gangguan mobilisasi fisik
P : 1. Nyeri hilang minimal berkurang dapat di kontrol
dengan skla < 3
- Obs ttv kaji skala nyeri
- Anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam
2. perfusi jaringan perifer adekuat
-obs tanda-tanda pendarahan
Deep bila terjadi pendarahan
3. klien dapat mobilisasi secara bertahap
- bantu adu klien dan libatkaan keluarga
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada
saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsure yang membentuk suatu material
mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Penyebab terjadinya kolelitiasis/batu
empedu belum diketahui secara pasti. Penatalaksanaan dari kolelitiasis ini dapat dilakukan
dengan pembedahan maupun non pembedahan serta menjalani diet rendah lemak, tinggi
protein, dan tinggi kalori agar tidak terbentuk batu empedu di dalam kandung empedu. Oleh
karena itu, asuhan keperawatan yang baik diperlukan dalam penatalaksanaan kolelitiasis ini
sehingga dapat membantu klien untuk dapat memaksimalkan fungsi hidupnya kembali serta
dapat memandirikan klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

4.2 Kritik dan Saran


 Makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun .
 Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnyamahasiswa/i Fakultas
Kesehatan Prodi D3 Akademi Kebidanan Rumah Sakit RSPAD Gatot Soebroto.
Peran perawat dalam penanganan kolelitiasis mencegah terjadinyakolelitiasis adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk
klien kolelitiasis harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang
dapat terjadi seiring dengan kejadian kolelitiasis
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.
Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, Edisi I. Jakarta : EGC.
Syaifudin, H, B.Ac, Drs. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2. Jakarta:
EGC.Patriani, Amd.Kep
Nic-Noc.2013

2. Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis)


 Melakukan tindakan secara aseptik antiseptik (alat telah disterilisasi sebelum
melakukan tindakan dan mencuci tangan 6 langkah)
 MengobservasI TTV (TTV dalam batas normal TD :130/80,ND :90x/mnt,Sh
:36,5°C ,Rr: 23x/mnt )
 Menjaga kebersihan pasien dan lingkunan pasien (tempat tidur, naskes dan
lingkungan sekitar pasien telah bersih )
 Memfasilitasi makan dan minum pasien (pasien telah makan dengan diet TKTP
setengah porsi , dan minum satu gelas )
 Mengajarkan pada pengunjung untuk mencuci tangan dengan teknik 6 langkah
sebelum masuk dan setelah memasuki ruangan (pengunjung telah mencuci tangan
secara 6 langkah dengan benar)
 Memberikan edukasi kepada pasien bahwa pentingnya makan makanan dengan gizi
seimbang )
 Mengobservasi tanda tanda infeksi (TTV dalam batas normal,hasil lab dalam batas
normal )

Anda mungkin juga menyukai