Arang Cangkang Sawit Sebagai Bahan Filler Kompon Sawit

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal.

114 - 121

PEMBUATAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG CANGKANG


SAWIT

THE MAKING OF RUBBER COMPOUND USING PALM SHELL CHARCOAL


AS A FILLER
Nuyah dan Rahmaniar
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
e-mail: [email protected]; [email protected];
Diterima: 28 Juni 2013; Direvisi: 16 Juli – 13 November 2013; Disetujui: 28 November 2013

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mendapatkan formulasi yang tepat dalam pembuatan kompon
karet dan mengetahui perbandingan komposisi dengan menggunakan arang cangkang
sawit dengan metode sol gel. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) 3 (tiga) variasi ukuran partikel arang cangkang sawit, 2
(dua) variasi bahan pengisi Arang Cangkang Sawit (ACS) dan 2 (dua) kali ulangan.
Perlakuan ukuran partikel Arang Cangkang Sawit (ACS) dengan metode sol gel, masing-
masing berkisar A= 40-60 nm, B = 80-100 nm, C= 200 mesh. Variasi arang cangkang
sawit (ACS) 20 phr dan 40 phr. Parameter yang diuji waktu pemasakan kompon,
modulus, density, ketahanan retak lentur dan pampatan tetap. Hasil uji yang baik terdapat
pada formula 4 yaitu perlakuan ukuran partikel nano ACS berkisar 80-100 nm dan bahan
pengisi ACS 40 phr, dengan karakteristik kompon karet meliputi, waktu pemasakan Tc10
7 : 05 menit, Tc90 17 : 40 menit, tegangan tarik 17 %, masa jenis 1 g/ml, ketahan retak
lentur diamati secara visual tidak ada keretakan dan pampatan tetap 22%.
Kata kunci : arang cangkang sawit, sol gel, kompon karet.

Abstract
The objective of this research is to get the best formula in produced rubber compound and
known the appropriate composition of palm shell charcoal by sol gel process. The design
used was complete randomize design, consist of 2 factors : 3 (three) variations of
treatment in palm shell charcoal particle size (ACS) and 2 (two) variations of treatment for
the filler (ACS), with 2 (two) times repetition. The first factor of palm shell charcoal by sol
gel process is a follows : A = range 40-60 nm particle size, B = range 80-100 nm particle
size, C = 200 mesh particle size. The second factor is filler variations (ACS), namely C 1 :
ACS 20 phr, C2 : ACS 40 phr. Parameter tested cooking time Tc10, Tc90, modulus,
density, flex resistance and compression set . The result showed that the best treatment is
a combination of formula number 4 ACS nano particle size ranges 80-100 nm and 40 phr
filler ACS which characteristic of the rubber compound cooking time Tc10 7 : 05 minutes ,
Tc90 17 : 40 min , modulus : 17 % , density : 1 g/ml, flex resistance : no cracks and
compresion set 22%.

Key word : Palm shell charcoal, rubber compound, sol gel

PENDAHULUAN kecil. Setiap harinya dihasilkan tandan


kosong sejumlah 22% per ton (158,4 ton)
Luas areal perkebunan kelapa sawit dan cangkang sebanyak 7% per ton
di Indonesia tahun 2010 yaitu 7.824.623 (50,4 ton) setiap harinya (Kurniati E,
Ha, produksi CPO 19.844.900 ton dan 2008).
ekspor CPO 9.444.170 ton. Menurut Basri et al., (2007), limbah
(Kementerian Pertanian, 2011). Industri kelapa sawit merupakan limbah
minyak sawit menghasilkan limbah lignoselulosik yang merupakan limbah
berupa tandan kosong kelapa sawit dan organik dan terdapat dalam jumlah yang
cangkang yang pemanfaatanya sangat besar dialam, limbah ini akan

114
Nuyah Pembuatan Kompon Karet dengan ...
Rahmaniar

menimbulkan pencemaran. Limbah cangkang sawit, minyak biji karet,


tersebut belum dimanfaatkan secara minyak kemiri maka akan mengurangi
optimal. impor barang-barang yang digunakan
Pengolahan cangkang kelapa sawit dalam pembuatan kompon barang jadi
sebagai arang aktif adalah salah satu karet.
cara mudah untuk menambah nilai Produksi karet di Sumatera Selatan
ekonomis. Tempurung (cangkang) umumnya masih berupa karet mentah.
kelapa sawit, selain digunakan sebagai Karet dalam keadaan mentah tidak dapat
bahan bakar dan dibuat arang, juga dibentuk menjadi barang jadi karet yang
digunakan sebagai pengeras jalan. layak digunakan karena tidak elastis dan
Arang aktif dapat digunakan untuk mempunyai berbagai kelemahan, antara
berbagai industri, antara lain industri lain tidak kuat dan tidak tahan cuaca.
minyak, karet, gula dan farmasi. Agar dihasilkan barang jadi karet yang
Cangkang kelapa sawit termasuk bahan layak digunakan terlebih dulu karet
barlignocelulosa yang berkadar karbon mentah dicampur dengan bahan kimia
tinggi dan mempunyai berat jenis yang karet lain, lalu divulkanisasi. Campuran
lebih tinggi dari pada kayu yang antara karet dengan bahan-bahan
mencapai 1,4 g/ml sehingga karakteristik tersebut dikenal dengan nama kompon
ini memungkinkan bahan tersebut baik karet (Alfa, 2005).
dijadikan arang (Purwaningsih et al., Struktur molekul karet alam adalah
2000). cis-1,4-polyisoprene, karet alam
Secara teoritis arang cangkang sawit mempunyai kelemahan diantaranya
mengandung unsur kimia berupa carbon bersifat tidak tahan terhadap ozon,
yang dapat menambah kekuatan ikatan minyak dan suhu tinggi (Kahar, 2003).
yang terjadi pada komponen vulkanisat Menurut Nelly (2005), kelemahan karet
karet. alam mudah mengalami reaksi oksidasi
Dalam pembuatan kompon karet dan kurang elastis, sedangkan menurut
agar dihasilkan barang jadi karet yang Maspanger (2005), karet alam tidak
layak digunakan terlebih dulu karet tahan terhadap panas dan pelarut
mentah dicampur dengan bahan kimia hidrokarbon.
karet lain diantaranya bahan pengisi. Cangkang sawit salah satu potensi
Bahan pengisi merupakan bagian yang hasil samping dari kelapa sawit yang
cukup penting dalam pembuatan dimanfaatkan sebagai bahan pengisi
kompon karet, berpengaruh terhadap (filler) dalam pembuatan kompon karet.
vulkanisasi. Menurut Pujiastuti (2007) Arang cangkang sawit dimanfaatkan
vulkanisasi merupakan tahapan proses untuk berbagai keperluan dengan
yang paling penting dalam pembuatan berbagai ukuran tergantung aplikasi
kompon karet, dimana terjadi yang dibutuhkan seperti dalam industri
crosslinking antara molekul karet dengan ban, karet dan lain-lain.
bahan pemvulkanisasi belerang. Arang cangkang sawit yang
Vulkanisasi sangat dipengaruhi oleh digunakan dalam penelitian ini dibuat
waktu dan suhu, apabila waktu dan suhu dengan proses sol gel. Metode sol-gel
yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi dikenal sebagai salah satu metode
optimal, maka kualitas kompon karet sintesis nanopartikel yang cukup
yang dihasilkan menjadi kurang baik sederhana dan mudah. Metode ini
(Gosh et al., 2003). merupakan salah satu “wet method”
Indonesia merupakan negara karena pada prosesnya melibatkan
penghasil karet yang potensial, usaha larutan sebagai medianya. Pada metode
untuk menjadikan karet sebagai barang sol-gel, sesuai dengan namanya larutan
jadi (Rubber Goods Industry) dalam mengalami perubahan fase menjadi sol
negeri akan memberikan efek sosial (koloid yang mempunyai padatan
ekonomi yang sangat luas. Semakin tersuspensi dalam larutannya) dan
banyak memanfaatkan sumber sumber kemudian menjadi gel (koloid tetapi
alam yang dapat diperbaharui seperti

115
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 114 - 121

mempunyai fraksi solid yang lebih besar Faktor pertama arang cangkang
daripada sol). sawit dengan metode sol gel yaitu :
Penelitian ini menggunakan filler A= Ukuran partikel berkisar 40-60 nm.
dari arang cangkang sawit yang B= Ukuran partikel berkisar 80-100 nm.
disintesis dengan metoda sol gel, C = Ukuran 200 mesh.
dengan ukuran partikel yang diperkecil Faktor kedua variasi bahan pengisi
diharapkan dengan ukuran partikel (ACS), yaitu :
partikel yang kecil membuat produk C1= jumlah ACS 20 phr
memiliki sifat yang dapat meningkatkan C2= jumlah ACS 40 phr
kualitas. Selain itu arang cangkang sawit Pembuatan Kompon Karet dengan
dapat dijadikan sebagai bahan alternatif Bahan Pengisi Arang Cangkang Sawit
pengganti bahan pengisi yang berasal terdapat pada Tabel 1.
dari minyak bumi seperti carbon black,
dengan adanya beberapa pertimbangan Tabel 1. Formula pembuatan kompon karet
diatas, maka perlu diadakan penelitian dengan menggunakan metode sol
gel.
dengan tujuan mendapatkan formulasi
yang tepat dalam pembuatan kompon Sampel ACS A Sampel ACS B
karet dan mengetahui perbandingan No
Nama (phr) (phr)
komposisi yang tepat dengan Bahan Formula Formula Formula Formula
1 2 3 4
menggunakan arang cangkang sawit 1 RSS 70 70 70 70
dengan metode sol gel. 2 SBR 30 30 30 30
Arang
cangkang
BAHAN DAN METODE 3 20 40 20 40
sawit
(ACS)
Parafinic
A. Bahan dan Alat 4
oil
7 7 7 7
Bahan-bahan yang digunakan dalam 5 ZnO 4 4 4 4
penelitian ini adalah karet alam : Ribbed 6 SA 1,5 1,5 1,5 1,5
Anti
Smoke Sheet (RSS), stiren butadiene 7
Oksidan
1 1 1 1
rubber (SBR), sol gel arang cangkang 8
Parafin
0,5 0,5 0,5 0,5
sawit, parafinic oil, ZnO, Asam stearat, wax
9 MBTS 0,6 0,6 0,6 0,6
Anti Oksidan, parafin wax, 10 TMTD 0,6 0,6 0,6 0,6
Dibenzothiazyl disulfide (MBTS), 11
Coumaron
3 3 3 3
resin
Tetrmetilitiuram disulfide (TMTD), 12 Sulphur 1,5 1,5 1,5 1,5
Comaron Resin, sulfur, dan bahan untuk Jumlah 141,2 161,2 141,2 161,2
uji mutu produk di laboratorium.
Peralatan yang digunakan pada Tabel 1. Formula pembuatan kompon karet
penelitian ini adalah timbangan metler dengan menggunakan metode sol
p1210 kapasitas 1200 g, timbangan gel. (lanjutan)
duduk merek Berkel kapasitas 15 kg,
Sampel ACS C
open mill L 40 cm D18 cm kapasitas 1 (phr)
No Nama Bahan
kg, cutting scrab besar, gunting dan Formula 5 Formula 6
kuas.
1 RSS 70 70
2 SBR 30 30
B. Metode Penelitian 3
Arang cangkang
20 40
Desain riset merupakan desain sawit (ACS)
4 Parafinic oil 7 7
eksperimental karena dilakukan dalam 5 ZnO 4 4
skala laboratorium yang menggunakan 6 SA 1,5 1,5
7 Anti Oksidan 1 1
metode Rancangan Acak Lengkap, yang 8 Parafin wax 0,5 0,5
terdiri dari dua faktor yaitu (3) tiga 9 MBTS 0,6 0,6
perlakuan variasi ukuran partikel Arang 10 TMTD 0,6 0,6
11 Coumaron resin 3 3
Cangkang Sawit (ACS) dengan metode 12 Sulphur 1,5 1,5
sol gel dan 2 (dua) perlakuan jumlah Jumlah 141,2 161,2
bahan pengisi (ACS), dengan 2 (dua)
kali ulangan.

116
Nuyah Pembuatan Kompon Karet dengan ...
Rahmaniar

Prosedur Pembuatan Kompon ditentukan dengan tepat pada suhu t dan


1. Penimbangan ketebalan karet vulkanisasi tertentu.
Bahan kimia dari masing-masing Waktu matang optimum (tc 90)
resep kompon ditimbang sesuai merupakan waktu yang diperlukan sejak
dengan yang telah ditentukan. Jumlah awal pemanasan untuk mematangkan
dari setiap bahan didalam resep kompon sampai kematangan optimum
kompon dinyatakan dalam PHR (berat (Wicaksono et al., 2004).
per seratus karet) dengan Karakteristik pemasakan kompon,
memperhatikan faktor konversinya. terdapat pada Tabel 2.
2. Mixing/blending ( pencampuran )
Proses pencampuran dilakukan dalam Tabel 2. Karakteristik Pemasakan Kompon
gilingan terbuka (open mill), yang karet
telah dibersihkan. Selanjutnya
dilakukan proses: Formula Tc 10 menit Tc 90 menit
1 8 : 10 16 : 20
a. Mastikasi polymer selama 6 -7 2 8 : 30 17 : 42
menit RSS dan SBR. 3 7 : 19 17 : 21
b. Menambahkan bahan - bahan 4 7 : 05 17 : 40
kimia sesuai dengan urutan 5 5 : 50 19 : 41
pencampuran bahan tersebut 6 6 : 16 19 : 50
dan waktu pencampuran di
potong setiap sisi satu sampai Selama proses vulkanisasi
tiga kali selama 2-3 menit. berlangsung ukuran partikel bahan
c. Mencampur belerang hingga pengisi yang digunakan sangat berperan
mencapai kematangan yang sekali. Menurut Peng (2007), semakin
diinginkan. kecil ukuran partikel akan semakin
d. Mengeluarkan kompon dari open mudah proses pencampuran sehingga
mill dan tentukan ukuran proses vulkanisasi akan semakin cepat
ketebalan lembaran kompon, hal ini dikarenakan partikel bahan
keluarkan dan letakkan diatas pengisi nano arang cangkang sawit
plastik transfaran dan potong tersebar merata.
kompon disesuaikan dengan Waktu vulkanisasi kompon karet
barang jadi yang akan dibuat. yang baik terdapat pada formula 4
Lakukan prosedur ini untuk kompon 1 (partikel ACS berkisar 80 – 100 nm dan
sampai dengan kompon 6. konsentrasi filler 40 phr ) didapat Tc 10 ,
suhu curing membutuhkan waktu 7:05
Parameter yang diamati menit dan Tc 90 waktu vulkanisasi
Parameter yang diamati waktu optimum / Optimum cure time 17:40
pemasakan kompon (rheometer), menit, hal ini dikarenakan arang
Tegangan tarik (modulus), massa jenis cangkang sawit mengandung gugus
(density), ketahan retak lentur (flex karbon yang bereaksi dengan karet pada
resistance) dan pampatan tetap saat proses vulkanisasi sehingga
(compresion set). interaksi partikel partikel karbon dengan
rantai molekul isoprene berlangsung
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih cepat ( Omofum, 2001).

A. Karakteristik pemasakan kompon B. Tegangan Tarik (Modulus), kg/cm


(Rheometer) Tegangan tarik merupakan
Rheometer merupakan proses pengujian fisika karet yang terpenting
pengujian kompon untuk mengetahui dan paling sering dilakukan dengan
suhu dan waktu optimal vulkanisasi. pengujian ini dapat ditetapkan waktu
Sehingga diperoleh hasil vulkanisasi vulkanisasi optimum suatu kompon dan
dengan sifat-sifat fisika yang optimal, pengaruh pengusangan pada suatu
waktu vulkanisasi campuran karet harus vulkanisasi, selain itu juga pengujian ini
menggambarkan kekuatan dan
kekenyalan karet (Kusnata, 1976).

117
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 114 - 121

Tegangan Tarik (Modulus) besarnya formula 5 dan formula 6 menunjukkan


beban yang diperlukan untuk bahwa semakin bertambah ACS maka
meregangkan potongan uji sampai nilai modulus mengalami penurunan. Hal
perpanjangan tertentu, dinyatakan ini disebabkan ACS tidak terdispersi
dengan tiap cm2 luas penampang merata pada kompon karet, karena
potongan uji sebelum diregangkan partikel bahan pengisi ACS membentuk
(Basseri, 2005). Tegangan Tarik agregat dengan yang lainnya sehingga
merupakan sifat fisika bahan jadi karet menurunkan luas bidang interaksi antara
yang fungsi utamanya ukuran, struktur ACS dan kompon karet. Semakin lemah
dan banyaknya penambahan bahan daya interaksi antara bahan pengisi ACS
pengisi. dan kompon karet maka aktivitas
Hasil pengujian tegangan tarik permukaan keduanya akan menurunkan
kompon karet dapat dilihat pada Gambar modulus suatu vulkanisat karet. (Surya,I
1. 2006).

17 17 C. Berat Jenis (Density), g/ml


18 Berat jenis merupakan berat dari
16 14
satuan volume vulkanisat karet pada
14
10 suhu tetap, dinyatakan dalam miligram
modulus, %

12 9
10 8 permeter kubik (mg/m 3) atau gram per
8 centimeter kubik (g/cm 3) (Basseri, 2005).
6 Hasil pengujian berat jenis kompon
4 karet dapat dilihat pada Gambar 2.
2
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6 1,005 1 1
1
1
perlakuan 0,995 0,99 0,99
Berat jenis, g/ml

Gambar 1. Hasil pengujian Tegangan Tarik 0,99


(Modulus) kompon karet. 0,985
0,98
0,975 0,97
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
0,97
tegangan tarik yang diberikan oleh
0,965
kompon untuk formula 1 adalah 14
0,96
kg/cm, formula 2 adalah 17 kg/cm, 0,955
formula 3 adalah 10 kg/cm, formula 4 F1 F2 F3 F4 F5 F6
adalah 17 kg/cm, formula 5 adalah 9
kg/cm dan formula 6 adalah 8 kg/cm, perlakuan
dari hasil penelitian pada formula 2 dan Gambar 2. Berat Jenis Kompon Karet
formula 4 menunjukkan bahwa semakin
bertambah bahan pengisi arang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cangkang sawit maka nilai modulus berat jenis yang diberikan oleh kompon
mengalami kenaikan, hal ini disebabkan untuk formula 1 adalah 1 g/ml, formula 2
karena ukuran dari partikel arang adalah 1 g/ml, formula 3 adalah 0,99
cangkang sawit (ACS), sehingga ACS g/ml, formula 4 adalah 1 g/ml, formula 5
tercampur secara merata pada kompon adalah 0,97 g/ml dan formula 6 adalah
karet. ACS mengandung karbon yang 0,99 g/ml. Pengujian berat jenis
berperan sebagai bahan pengisi aktif, digunakan untuk mengontrol berat
yaitu bahan pengisi yang bersifat kompon karet yang akan digunakan
menguatkan pada kompon karet. Maka untuk membuat vulkanisat karet dengan
dengan adanya peningkatan jumlah dari hitungan volume.
arang cangkang kelapa sawit akan Pada penelitian dimana ukuran
menyebabkan peningkatan jumlah partikel berpengaruh tetapi tidak
kerapatan anatar bahan pengisi ACS signifikan terhadap berat jenis, jumlah
dan karet alam. Sedangkan pada bahan pengisi yaitu ACS semakin besar

118
Nuyah Pembuatan Kompon Karet dengan ...
Rahmaniar

menyebabkan kenaikan nilai berat jenis kemampuan suatu bahan untuk kembali
hal ini disebabkan makin banyak molekul ke bentuk semula setelah mengalami
yang terikat pada polimer karet pembebanan (Sinurat, 2001). Beban
menjadikan kompon karet makin padat. yang digunakan pada pengujian
(Supraptiningsih, 2005). pampatan tetap termasuk beban tetap
dalam jangka waktu yang telah
D. Ketahanan Retak Lentur (Flex ditentukan. Compresion set yaitu
Resistance), 100 cycle/mnt pampatan tetap yang diukur pada suhu
Uji ketahanan retak lentur untuk 55°C, dari penelitian yang telah
mengetahui berapa jauh kerusakan dilakukan terhadap 6 formula dengan
terhadap kompon karet jika dilenturkan variasi ukuran arang cangkang sawit
atau dilekukkan berulang kali secara dengan metode sol gel. Pada penelitian
terus menerus (Basseri, 2005). Hasil dimana ukuran partikel berpengaruh
pengujian ketahanan retak lentur tetapi tidak signifikan terhadap pampatan
terhadap kompon karet secara visual tetap, Hasil uji pampatan tetap terdapat
dinyatakan dengan retak atau tidak retak pada gambar 3.
(flex atau no flex). Hasil pengujian
ketahanan retak lentur terhadap kompon
karet untuk semua perlakuan dapat 30 24
23 22 22 22
dilihat pada Tabel 3. pampatan tetap, % 25
18
Tabel 3. Hasil pengujian Ketahanan Retak 20
Lentur. 15
Formula Hasil Pengamatan 10
1 Tidak retak
5
2 Tidak retak
3 Tidak retak 0
4 Tidak retak F1 F2 F3 F4 F5 F6
5 Tidak retak perlakuan
6 Tidak retak
Gambar 3. Pampatan Tetap Kompon Karet
Semua perlakuan pada Tabel 3
menunjukkan tidak ada tanda-tanda Hasil uji pampatan tetap (%) yang
mengalami keretakan setelah dilakukan diberikan oleh kompon untuk formula 1
bengkukan sebanyak 150.000 putaran. adalah 23%, formula 2 adalah 22%,
Hal ini dikarenakan ukuran partikel ACS formula 3 adalah 18%, formula 4 adalah
berpengaruh terhadap daya oksidasi 22%, formula 5 adalah 24% dan formula
pada kompon karet. ACS sebagai bahan 6 adalah 22%. Nilai terkecil terdapat
pengisi merupakan faktor yang dapat pada formula 3 dimana ukuran partikel
meningkatkan ketahanan retak lentur 80-100 nm dan ACS 20 phr dengan
kompon karet (Alfa, 2005). makin kecil nilai pampatan tetap maka
Bertambahnya bahan pengisi juga dapat produk yang dihasilkan makin elastis.
mempengaruhi sifat kompon seperti Sifat elastisitas suatu barang jadi
viskositas dan kekuatan kompon (Green karet ditimbulkan karena adanya ikatan
strength) akan bertambah, permukaan silang antar partikel karet. Ikatan silang
kompon bertambah baik/ tidak retak ini terjadi karena adanya proses
tetapi daya lekat kompon akan vulkanisasi.
berkurang (Abednego. 1998) Hasil penelitian pada penambahan
ACS 40 phr mempunyai nilai yang sama
E. Pampatan Tetap (Compression yaitu 22% hal ini dikarenakan sifat
Set), % pampatan tetap dipengaruhi oleh besar
Pampatan tetap merupakan salah suhu vulkanisasi dan lamanya
satu parameter uji elastisitas suatu vulkanisasi, karena sifat pampatan tetap
vulkanisat. Elastisitas adalah 50% dipengaruhi oleh kekenyalan.

119
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 114 - 121

Kekenyalan dipengaruhi oleh sempurna Kahar, N. (2003). Rapat Ikatan Silang


tidaknya proses vulkanisasi (Aprianita et pada Karet Alam yang divulkanisir.
al, 1985). Teknologi Indonesia. VIII(2).
Kementerian Pertanian Direktorat
KESIMPULAN Jendral Perkebunan. (2011).
Statistik Perkebunan Kelapa Sawit
Perlakuan yang baik diperoleh pada Jakarta: Ditjen Perkebunan
formula 4 dengan kombinasi perlakuan Kurniati. E. (2008). Pemanfaatan
ukuran partikel nano arang cangkang Cangkang Kelapa Sawit sebagai
sawit (ACS) berkisar 80 -100 nm dan Arang Aktif. Surabaya: Teknik Kimia
bahan pengisi ACS 40 phr, dengan Fti – UPN ”Veteran” Jawa Timur.
karakteristik kompon karet meliputi,
waktu pemasakan Tc10 7 : 05 menit, Kusnata. T. (1976). Pengujian Fisika
Tc90 17 : 40 menit, tegangan tarik 17 % Karet. Bogor: Balai Penelitian
, berat jenis 1 g /ml, ketahan retak Perkebunan Bogor.
lentur diamati secara visual tidak ada Maspanger, D.R. (2005). Sifat Fisik Karet
keretakan dan compresion set 22%. Teknologi Barang Jadi Karet Padat.
Bogor: Balai Penelitian Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Karet.
Nelly, R. (2005). Pengetahuan Dasar
Abednego, (1998). Bahan Kimia Elastomer. Makalah Kursus
Penyusun Kompon. Bogor: Balai Teknologi Barang Jadi Karet Padat.
Penelitian Teknologi Karet. Bogor: Balai Penelitian Karet.
Alfa, A. A. (2005). Bahan Kimia untuk Omofuma FE, Adeniye, SA and Adeleke,
Kompon Karet-Kursus Teknologi AE. (2001). The Effect of Particle
Barang Jadi Karet Padat. Bogor: Sizes on the Performance of Filler, A
Balai Penelitian Teknologi Karet Case Study of Rice Husk and Wood
Bogor. Flour. World Appl. Sci. J. 14(9): 1347
Aprianita, N., dan Sudibyo, A. (1987). -1352.
Penelitian dan Pengembangan Peng, Y.K. (2007). The Effect of Carbon
Pembuatan Sabut Berkaret dari Black And Silica Fillers on Cure
sabut Kelapa. Bogor: Balai Besar Characteristics and Mechanical
Penelitian dan Pengembangan Properties of Breakers Compounds.
Industri Hasil Pertanian (Thesis). Pulau Pinang: Universiti
Basseri, A. (2005). Teori Praktek Barang Science Malaysia
Jadi Karet. Bogor: Balai Penelitian Purwaningsih, S., Arung, E.T., dan
Teknologi Karet Bogor. Muladi, S. (2000). Pemanfaatan
Basri, H., Sari, L.N., Triastuti dan Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit
Rosalita, Y. (2007). Komponen Sebagai Adsorben Pada Limbah
Kimia Cangkang Sawit (Elaeis Cair Kayu Lapis. (Laporan
gineensis jacq) dan Pengaruhnya Penelitian). Samarinda: Fakultas
terhadap Sifat Beton Ringan. Jurnal Kehutanan Universitas Mulawarman.
Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Pujiastuti, L. (2007). Pengaruh Waktu
5(1): 22-28. dan Suhu Vulkanisasi pada
Ghosh, P., Katare, S., Patkar, P., Pembuatan Kasur dari Serat Sabut
Caruthers, J.M., and Venkata Kelapa Berkaret . (Skripsi). Bogor:
subramanian, V. (2003). Sulfur Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Vulcanization of Natural Rubber for Bogor.
Benzothiazole Accelerated Sinurat, M., Handoko, B., Arizal, R.,
Formulations from Reaction Santosa, A.M., dan Suparto, D.
Mechanisms to A Rational Kinetic (2001). Peningkatan Mutu Serat
Model. Rubber Chemistry and Sabut Kelapa Berkaret dengan
Technology. 76(3) : 592-693. Memperbaiki Sistem Vulkanisasi.
(Laporan Penelitian). Bogor: Balai
Penelitian Teknologi Karet.

120
Nuyah Pembuatan Kompon Karet dengan ...
Rahmaniar

Supratiningsih, A. (2005). Pengaruh


RSS/SBR dan Filler CaCO3
terhadap Sifat Fisis Kompon Karpet
Karet. Majalah Kulit, Karet dan
Plastik. 21(1): 3.
Surya, I. (2006). Buku Ajar Teknologi
Karet. Medan: Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara.
Wicaksono, R., Sutardi dan Herminiwati
(2004). Pembuatan Karet Riklim dari
Ban Bekas dengan Microwave
Ditinjau dari Karakteristik Vulkanisasi
Kompon. Majalah Kulit, Karet dan
Plastik. 20(2): 23-29.

121

Anda mungkin juga menyukai