Iut 85%
Iut 85%
Iut 85%
Disusun Oleh :
Kelompok : 3
Kelas : 1C
1. Alvet Bachtiar Lutvi (1731310057)
2. Fikri Fiddin Jazuli (1731310069)
3. Krisdianti (1731310136)
4. Nadiyah Rahmawati (1731310096)
5. Widyadhana Giantama S (1731310036)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok :3
Kelas : 1C
Pelaksanaan Praktik : Tanggal 21 s/d 25 Mei 2018
Nama Anggota Kelompok :
1. Alvet Bachtiar Lutvi (1731310057)
2. Fikri Fiddin Jazuli (1731310069)
3. Krisdianti (1731310136)
4. Nadiyah Rahmawati (1731310096)
5. Widyadhana Giantama S (1731310036)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Ilmu Ukur Tanah 2 tepat waktu dan
dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini ditujukan guna memenuhi
tugas akhir dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah 2. Laporan ini diambil dari
berbagai sumber atau refrensi yang terkait dan disusun sesederhana mungkin untuk
dapat cepat dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan
laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya :
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan
posisi relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relative suatu daerah. Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi
atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan
kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini
digunakan dalam pengukuran daerah yang luas.
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi
dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini
digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan
bidang hitung yaitu bidang datar.
Ilmu Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang
meliputi semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang
permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang
datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang
telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dapat diterapkan di lapangan.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan
pemetaan situasi . Mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan untuk
berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan lainnya yang
menggunakan peta sebagai acuan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
DASAR TEORI
3
2) Tujuan Penentuan Posisi Horisontal
Tujuan penentuan posisi horisontal yaitu untuk mengetahui posisi
planimetris suatu titik atau obyek di permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem
tertentu.
Untuk mengetahui posisi horisontal suatu titik, dapat diperoleh dengan
menggunakan pengukuran di lapangan, baik secara langsung maupun tidak
langsung berdasarkan titik yang telah ada(diketahui koordinatnya).
Titik – titik dasar yang digunakan sebagai acuan tersebut merupakan titik –
titik kerangka dasar horisontal yang telah diketahui koordinatnya dan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan koordinat titik – titik lain atau titik – titik baru
yang belum diketahui koordinatnya.
4
4) Metode Poligon Terutup
Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik
2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi
banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi
besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. Dengan peryataan tersebut, maka
secara matematis konfigurasi poligon tertutup dapat ditandai sebagai berikut:
1. Koordinat awal = Koordinat akhir
2. Azimuth awal = Azimuth akhir
Secara umum, ditinjau dari cara pengukuran sudutnya, poligon tertutup
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam
2. Poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar
(∑β) – n . 180o = 0
∑( d . sin α ) = 0
∑( d . cos α ) = 0
5
Perlu diketahui, dalam proses hitungan poligon tertutup bahwa :
a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam, maka nilai n = N + 2
b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai n = N – 2
Langkah penyelesaian :
5. Menghitung kesalahan jarak ukuran dalam arah absis (fx) dan ordinat (fy)
6. Menghitung nilai koreksi jarak
δx = (d / ∑d) . (-fx)
6
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y :
δy = (d / ∑d) . (-fy)
2.2.1 Waterpass
Waterpass merupakan alat pengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
titik acuan lainnya. Waterpass dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya. Untuk mengetahui apakah waterpass sudah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca yang berbentuk bulat. Jika gelembung tepat
berada di tengah, itu artinya waterpass sudah terpasang dengan benar. Pada
waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda
panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan
terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian didapatkan
dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan.
Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler,
dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banyak
tanah yang diperlukan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini sangat sensitif
7
terhadap sinar matahari, sehingga membutuhkan payung untuk menghindari
terkenanya cahaya matahari.
1) Kegunaan Waterpass
Mendapatkan pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama
tinggi, sehingga titik – titik yang tepat pada garis bidikan mempunyai ketinggian
yang sama.
Dengan pandangan mendatar tersebut akan diketahui jarak dari garis bidik
yang dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka
akan diketahui atau didapatkan beda ketinggian dari titik-titik tersebut.
2) Bagian-bagian Waterpass
Alat ukur Penyipat Datar ini atau yang dikenal dengan istilah Waterpass dan
mistar yang digunakan yaitu rambu ukur mempunyai bagian-bagian sebagai
berikut:
(1) Lingkaran horizontal berskala
(2) Skala pada lingkaran horizontal
(3) Okuler teropong
(4) Alat bidik dengan celah penjera
(5) Sekrup penyetel focus
(6) Sekrup penggerak horizontal
(7) Sekrup pengungkit
(8) Sekrup pendatar
(9) Obyektif teropong
(10) Nivo tabung
(11) Nivo kotak
(12) Kepala kaki tiga
Alat penyipat datar yang sederhana (waterpass) terdiri dari sebuah teropong
dengan garis bidiknya dapat dibuat horizontal dengan nivo tabung. Untuk mencari
sasaran sembarang sekeliling alat penyipat datar, maka teropong dan tabung nivo
dapat diputar pada sumbu pertama yang dapat diatur dengan tiga sekrup mendatar.
Dengan sekrup penyetel focus bayangan rambu ukur dapat disetel tajam. Dengan
sekrup penggerak horizontal bayangan dapat ditepatkan pada benang silang
8
diafragma. Dengan cermin pada nivo tabung kita dapat menyetel keseimbangan
waterpass.
3) Syarat Pengukuran Waterpass
Syarat alat ukur Waterpass untuk pengukuran sipat datar, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur secara benar.
(1) Garis bidik sejajar garis arah nivo
(2) Garis arah nivo tegak lurus sumbu 1 (satu)
(3) Benang diafragma tegak lurus sumbu 1 (satu)
(1) Sebelum melakukan pengukuran perlu pengecekan garis bidik dari alat
sipat datar yang digunakan, dan dicek kembali setelah selesai
pengukuran.
(2) Penempatan alat sipat datar harus dipasang pada tanah keras dan cukup
stabil.
(3) Pembacaan selalu didahulukan ke rambu belakang baru kemudian
rambu muka
(4) Saat pembidikan, yang dibaca angka rambu tepat pada ketiga benang
diafragma lensa okuler, yaitu:
BA (Batas Atas),
BT (Batas Tengah) dan
BB (Batas Bawah).
(5) Sebaiknya rambu dilengkapi dengan nivo kotak dan dipasang
tegak/stabil (tidak goyah) dan juga pemasangan rambu di atas tatakan
rambu.
2.2.2 Macam Cara Pengukuran Beda Tinggi
Dalam pelaksanaannya, pengukuran beda tinggi dengan alat penyipat
datar atau waterpass ada 3 macam cara, yaitu :
9
1) Alat sipat datar ditempatkan pada titik yang diketahui
ketinggiannya
Dengan cara ini maka perlu mengukur tinggi alat, untuk
mendapatkan nilai tinggi garis bidik. Apabila pembacaan rambu di titik
lain diketahui, maka tinggi titik yang ditempati rambu tersebut dapat
dihitung elevasinya.
Untuk menghitung tinggi stasion B digunakan rumus sebagai berikut :
∆ hAB = TA – BT = TA – b
HB = TGB – b
HB = HA + TA – b
HB = HA + ∆ hAB
Keterangan :
TA = tinggi alat waterpass di A
TGB = tinggi garis bidik
HA = elevasi / tinggi stasion A
HB = elevasi / tinggi stasion B
b = bacaan Benang Tengah (BT) rambu di B
∆ hAB = beda tinggi dari A ke B
2) Alat sipat datar ditempatkan di antara dua stasion (tidak harus
segaris)
Dengan cara ini maka tidak perlu mengukur alat tinggi. Rambu ukur
ditegakkan pada titik-titik yang akan diukur beda tingginya dan alat
waterpass dipasang di antara kedua rambu tersebut. Posisi alat tidak harus
tepat di tengah maupun segaris dengan kedua rambu, yang terpenting
dapat dilakukan pembacaan angka rambu dari posisi alat tersebut,
sehingga dapat dihitung beda tingginya dan dapat pula dihitung elevasi,
jika salah satu titik itu sudah diketahui elevasinya.
∆ hAB = BTA – BTB = a - b
∆ hBA = BTB – BTA = b – a
Bila tinggi stasion A adalah HA, maka tinggi stasion B adalah :
HB = HA + ∆ hAB = HA + a – b = TGB – b
10
Bila tinggi stasion B adalah HB, maka tinggi stasion A adalah :
HA = HB + ∆ hBA = HB + b – a = TGB – a
3) Alat sipat datar ditempatkan pada salah satu titik yang diukur
Dengan cara ini alat ukur tidak ditempatkan pada ataupun di antara
titik/stasion dan tidak perlu mengukur tinggia alat. Rambu ukur
ditegakkan pada titik-titik yang akan diukur beda tingginya dan alat
waterpass dipasang pada salah satu sisi titiknya, yang terpenting dapat
dilakukan pembacaan angka rambu dari posisi alat tersebut, sehingga
dapat dihitung beda tingginya dan dapat pula dihitung elevasi, jika salah
satu titik itu sudah diketahui elevasinya.
11
5) Pengukuran Sipat Datar Resipokal (Reciprocal Levelling)
Adalah pengukuran sipat datar di mana alat penyipat datar
(waterpass) tidak dapat ditempatkan antara dua stasion. Misalnya
pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.
6) Pengukuran Sipat Datar Teliti (Precise Levelling)
Adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan
sipat datar teliti.
Jarak mendatar optis antara posisi alat dan rambu: D=100 (BB-BA)
Dalam pelaksanaan pengukuran sipat datar memanjang, ditinjau dari jalurnya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
12
1) Jalur Pengukuran Sipat Datar Tidak Terikat
Jika dalam suatu jalur pengukuran sipat datar diketahui elevasi salah satu
titiknya, maka elevasi titik-titik yang lain dapat dihitung apabila telah dilakukan
pengukuran beda tinggi antara titik yang berurutan pada jalur tersebut.
Misalnya pada suatu jalur pengukuran sipat datar seperti pada sket dibaeah
ini (tampak atas), titik A telah diketahui elevasinya yaitu HA, selanjutnya diukur
beda tinggi dari titik A sampai titik 4 dengan melalui titik 1,2, dan 3. Elevasi titik-
titik yang dialui jalur tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Jika dalam suatu jalur pengukuran sipat datar terbuka, diketahui elevasi
kedua titik ujungnya, maka elevasi titik-titik yang lain pada jalur tersebut dapat
dihitung apabila telah dilakukan pengukuran beda tinggi.
13
Tinggi titik B diketahui = HB (titik ujung akhir)
Syarat yang harus dipenuhi pada suatu jalur sipat datar terikat :
𝒅
ᵟh = ∑𝒅 (-fh)
Elevasi titik 1,2,3 dalam contoh ini dapat dihitung sebagai berikut :
H1 = HA + ∆hA1 + ᵟhA1
H2 = H1 + ∆h12 + ᵟh12
H3 = H2 + ∆h23 + ᵟh23
HB = H3 + ∆h3B + ᵟh3B
14
Elevasi titik B perlu dihitung juga sebagai control hitungan yang nilainya
harus sama dengan titik B pada data yang diketahui.
Pada prinsipnya jalur sipat datar tertutup merupakan suatu bentuk jalur sipat
datar terikat, namun dalam hal ini titik awal dan titik akhir berada pada posisi yang
sama (berimpit), artinya H (awal) = H (akhir).
∑∆h (ukuran) = 0
Misalnya pada suatu jalur pengukuran sipat datar tertutup ABCDA seperti
pada sket di bawah ini (tampak atas), titik A telah diketahui elevasinya yaitu HA,
selanjutnya diukur beda tinggi antar titiknya (sesuai arah panah).
15
Nilai koreksinya (ᵟh atau kh) terhadap data ukuran beda tinggi secara teoritis
berbanding lurus dengan jarak antara kedua titik terukur dan dapat diformulasikan
sebagai berikut :
𝒅
ᵟh = ∑𝒅 (-fh)
Dengan menggunakan contoh pada sket jalur tersebut titik B, C, dan D dapat
dihitung sebagai berikut :
HB = HA + ∆hAB + ᵟhAB
HC = HB + ∆hBC + ᵟhBC
HD = HC + ∆hCD + ᵟhCD
HA = HD + ∆hDA + ᵟhDA
Elevasi titik A perlu dihitung juga sebagai control hitungan yang nilainya
harus sama dengan titik A pada data yang diketahui.
16
atau elevasi suatu titik adalah jarak vertical suatu titik atau obyek yang diukur atau
dihitung terhadap bidang referensi/acuan tertentu, baik si bawah, di atas ataupun
pada bidang referensi tertentu.
2) Beda tinggi
Pengertian beda tinggi antara 2 titik di permukaan bumi adalah jarak
terpendek antara 2 bidang nivo yang melintasi kedua titik tersebut. Bidang nivo
adalah suatu bidang di mana pada tiap titiknya dilalui garis yang tegak lurus
terhadap arah gaya berat.
Bidang referensi atau bidang DATUM adalah suatu bidang nivo tertentu di
mana ketinggian/elevasi titik-titik mulai dihitung atau sebagai bidang awal dengan
ketinggian NOL.
A BIDANGNIVO A A
17
maka jarak vertical terpendek dari 2 bidang tersebut merupakan beda tinggi antara
A dan B. apabila ditempatkan rambu ukur/mistar berskala di titik A dan B secara
tegak, kemudian ditarik garis sejajar bidang nivo dan memotong rambu ukur di A
(pada skala bacaan a), dan juga memotong rambu ukur di B (pada skala bacaan b),
maka beda tinggi antara A dan B dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut:
∆hAB = a – b
Dengan catatan bahwa garis awal skala kedua rambu tersebut mempunyai
angka bacaan yang sama danm satuan skalanya pun juga sama. Garis mendatar
tersebut, dalam praktiknya merupakan garis bidik dari suatu alat teropong alat ukur
tanah dan diposisikan mendatar. Dengan bantuan garis bidik inilah dapat ditentukan
angka pembacaan a dan b pada mistar/rambu.
18
8) Detail-detail lain yang memungkinkan untuk digambar/ disajikan sebagai
data dan informasi yang diperlukan
Salah satu metode yang praktis dalam hal pengukuran dan pemetaan detail/
situasi ini adalah metode Tacheometery. Istilah Tacheometry sendiri beralasal dari
bahasa Yunani, yaitu Tacheos yang berarti cepat dan Metron yang berarti
pengukuran.
Secara keseluruhan diartikan sebagai metode pengukuran jarak (tidak
langsung) tanpa menggunakan pita ukur (pengukuran jarak langsung), baik jarak
horizontal maupun vertikal, keduanya diukur bersamaan/ simultan.
19
Keterangan :
A, B, C,. . . . dst : titik-titik poligon yang telah diketahui /
dihitung koordinatnya
a, b, c,. . . . . dst : titik-titik detail / obyek yang akan dipetakan.
B1, B2, . . . .dst : sudut mendatar terhadap titik BA
Ba, Bb, . . . .dst : jarak mendatar dari alat ke obyek.
Dengan data-data tersebut (sudut mendatar dan jarak mendatar) posisi titik-
titik detail dapat ditentukan dan dipetakan. Pernyataan posisi horizontal dapat
ditulis sebagai berikut :
a (α1 , Bb)
b (α2 , Be)
c (α3 , Bf). . . . .dst
20
2) Rambu ukur 2 buah atau target bidik
3) Roll meter atau pita ukur
4) Alat hitung / kalkulator
B: besarnya sudut mendatar dihitung dari referensi salah satu sisi poligon, atau ∝
(azimuth magnetis)
21
2.4 Penggambaran Detail dan Kontur
22
Dalam pelaksanaannya, setiap titik-titik grid diukur tingginya
dengan metode TGB menggunakan referensi titik ikat yang ada pada
lokasi pemetaan atau memanfaatkan salah satu titik grid sebagai titik
acuan/ referensi lokal.
(2) Pola Persebaran Titik
Pengukuran titik-titik tinggi dengan pola ini lebih bebas dan leluasa
dalam memilih detail atau tempat-tempat yang akan diukur tingginya. Oleh karena
itu untuk pola persebaran titik (arah radial) ini dapat digunakan untuk pengukuran
daerah yang datar maupun terjal/ bervariasi ketinggiannya. Metode pengukurannya
disamping menggunakan TGB, dapat juga digunakan metode lain yaitu
Tacheometry, konsep sebaran titik atau arah radial ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
U 14
8
2 12 18
3
1
4
13
7
19
9 15 9
6
5
17
16
11
9 1 20
Prosedur pengukuran:
23
2.4.2 Penggambaran Detail Obyek
1) Gambar disesuaikan dengan bentuk detail atau obyek, antara lain batas-
batas kampung, swah, ladang atau ounggungan, selanjutnya titik-titik
yang telah diplot dapat dihubungkan sesuai skets yang ergambar pada
buku ukur lapangan (pinggir jalan, pinggir sungai, dan obyek lainnya)
2) Setelah tergambar jelas tentang detail atau obyeknya, berikan
keterangan (legenda/simbol) menuru ketentuan atau simbol-simbol
yang berlaku pada topografi. (lihat standard simbol peta topografi)
3) Catumkan nama-nama kampung , sungai dan bukit dititik/daerah yang
diukur. Perlu diperhatikan bagaimana bentuk dan ukuran tulisan untuk
nama-nama kapung, sungai, bukit, gunung dan detail lainnya.
4) Penggambaran garis ketinggian atau kontur sesuai interval tertentu,
yang bentuknya harus sesuai dengan yang tergambar pada sket buku
ukur. Bentuk kontur pada umumnya untuk skala kecil dan skala besar
akan ada perbedaan pada penggambaran daerah campuran maupun
lembahnya. Untuk skala kecil (lebih kecil dari 1:10.000) bentuk curam
seperti huruf V kelihatan runcing sedang untuk skala besar (lebih besar
dari 1:10000) bentuk curam seperti V tidak begitu runcing. Untuk skala
lebih besar dari 1:1000, bentuk curamnya tidak lagi seperti huruf V,
melainkan berbentuk busur yang lonjong.
5) Pada garis-garis kontur yang mempunyai kelipatan 0 dari intervalnya
harus digambar tebal dan diberi angka harga ketinggiannya yang berdiri
kearah kontur naik.
Pada umumnya interval kontur ditentukan berdasarkan skala peta.
1
Interval kontur = 2000 x bilangan skala.
24
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN
3.1 Peralatan
2) Prisma
Prisma adalah alat yang digunakan untuk pembacaan koordinat utama.
Alat ini diletakkan di atas statif yang berada pada forside atau backside.
Gambar 3.2Prisma
25
3) Statif
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.
Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.3Statif
4) Patok
Berfungsi sebagai tanda titik-titik yang akan dilakukan pengukuran.
26
Gambar 3.6Waterpass
Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
27
Gambar 3.7 Statif
3) Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang
berukuran ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang
panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi.
Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi
tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat
hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak
menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi
tiap patok utama secara detail.
28
Alat untuk mengukur panjang jarak yang diukur
7) Alat Tulis
Alat tulis seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya, yang dipakai
untuk memperlancar jalannya praktikum.
1) Total Station
Total station adalah pengukur sudut alat yang sudah dilengkapi dengan
alat pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektrolis atau degan kata
lain total station adalah theodolite yang telah dilengkapi dengan EDM
(Electric Distance Meter).
2) Prisma
Prisma adalah alat yang digunakan untuk pembacaan koordinat utama.
Alat ini diletakkan di atas statif yang berada pada forside atau backside.
29
Gambar 3.11Prisma
3) Jalon
Alat ini berwarna merah-putih dari bahan kayu atau alumunium.yang
dibulatkan dan biasanya berukuran panjang 160-200 cm. Fungsi dari
tongkat ini dalah untuk pelurusan. Tongkat ini terdiri atas 4 bagian: 2 merah,
2 putih berselang seling dan setiap bagian 50 cm. Setiap ujung tongkat kayu
ini dipasang besi yang lancip agar mudah ditancapkan kedalam tanah.
Apabila tongkat tersebut tidak dapat ditancapkan, misalnya pada jalan aspal,
maka dapat digunakan bantuan tripot (standar kakitiga) untuk
menegakkannya ataupun bisa juga dipegangi.
4) Statif
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.
Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
30
Gambar 3.13Statif
5) Roll meter
Roll meter digunakan untuk mengukur tinggi alat (Total Station)
6) Patok
Berfungsi sebagai tanda titik-titik yang akan dilakukan pengukuran.
31
Pengukuran beda tinggi menggunakan waterpass dilaksanakan 24 Mei 2018.
Dengan lokasi yang sama pada saat pengukuran poligon.
32
6) Kemudian putar theodolit 180º, sehingga nivo berputar mengelilingi
sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki kiap
1 dan 2.
7) Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung
nivo akan tetap berada ditengah.
33
4) Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal
dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5) Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan
catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth.
Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6) Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah
jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan
teropong ke titik P2.
7) Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan
luar biasa untuk bacaan muka.
8) Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan
pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan
ini merupakan bacaan belakang.
9) Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya
hingga kembali lagi ke titik P1.
10) Lakukan pembacaan vd, hd, ha dan va.
11) Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan
koordinat masing-masing titik.
12) Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.
1) Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam
Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki
tiga. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah
memasang alat ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap
sepele, jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada
di kaki tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini
harus diperhatikan juga antara lain :
(1) Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga
harus pas, sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.
34
(2) Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh
karena itu sebaiknya tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat
di bentuk segi tiga tersebut.
(3) Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup
kuat agar tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup
penghubung kaki tiga dan alat terlepas.
2) Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur
yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan
siap untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:
(1) Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh
kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah.
(2) Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan
gelembung nivo tabung ada di tengah
3) Membidikan Alat, membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan
mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan
diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek
yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma
tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.
4) Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada
rambu ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar
dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang
diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT),
sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas
(BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah
(BB). Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
(1) Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi
antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik
atau diantara rambu-rambu ukur yang dibidik.
(2) Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak
antara tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam
35
keadaan tegak dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya
dapat dinyatakan dalam satuan meter (m) atau centimeter (cm).
36
DATA HASIL PENGUKURAN VERTIKAL
Dosen Pembimbing : Ir. Rinto Sasongko Alat :
Tanggal Pelaksanaan : 21 MEI 2018 Cuaca : CERAH
Pelaksanaan : KELOMPOK 3 Lokasi : Politeknik Negeri Malang
f 90 20 11 90.33639 269 49 56 269.8322 360.1686 0.168611111 -0.08431 90.25208333 61.748 61.750 1.500 1.44 -0.21167345 -0.362 -0.181 -0.2115
A
b 91 48 40 91.81111 268 21 26 268.3572 360.1683 0.168333333 -0.08417 91.72694444 57.8930 57.897 1.500 1.28 -1.525473791 -1.83 -1.66 -1.525
57.87875 -1.4845 -0.01200 0.001673 75.00
a 88 24 11 88.40306 271 44 13 271.7369 360.14 0.140000000 -0.07 88.33305556 57.8650 57.860 1.270 1.51 1.443980314 1.613 1.755 1.444
B
c 90 7 45 90.12917 270 0 50 270.0139 360.1431 0.143055556 -0.07153 90.05763889 34.3820 34.384 1.270 1.42 -0.184587904 -0.077 -0.008 -0.1925
34.38225 -0.17625 -0.01200 0.000994 73.51717
b 90 1 4 90.01778 270 8 52 270.1478 360.1656 0.165555556 -0.08278 89.935 34.3810 34.382 1.410 1.3 0.149004024 0.011 0.089 0.16
C
d 93 0 32 93.00889 267 8 10 267.1361 360.145 0.145000000 -0.0725 92.93638889 52.8150 52.823 1.410 1.66 -2.959122765 -2.776 -2.642 -2.959
52.801 -2.93475 -0.01200 0.001527 73.34192
c 87 7 30 87.125 273 1 34 273.0261 360.1511 0.151111111 -0.07556 87.04944444 52.7860 52.780 1.600 1.41 2.91072133 2.651 2.79 2.9105
D
37
e 88 37 30 88.625 271 31 35 271.5264 360.1514 0.151388889 -0.07569 88.54930556 95.0900 95.083 1.600 1.5 2.508135841 2.283 2.534 2.5085
95.092 2.566 -0.01200 0.002749 70.40869
d 91 35 35 91.59306 268 34 14 268.5706 360.1636 0.163611111 -0.08181 91.51125 95.0940 95.101 1.490 1.605 -2.623808588 -2.644 -2.373 -2.6235
E
BAB IV
f 89 11 48 89.19667 270 56 58 270.9494 360.1461 0.146111111 -0.07306 89.12361111 112.9670 112.964 1.490 1.406 1.812063502 1.585 1.873 1.813
112.9688 1.822 -0.01200 0.003266 72.97744
e 90 57 56 90.96556 269 10 42 269.1783 360.1439 0.143888889 -0.07194 90.89361111 112.9700 112.974 1.410 1.48 -1.832074525 -1.903 -1.619 -1.831
F
PROSES DATA
a 89 51 4 89.85111 270 17 34 270.2928 360.1439 0.143888889 -0.07194 89.77916667 62.0740 62.074 61.9115 1.410 1.47 0.179251064 0.162 0.317 0.1795 0.1955 -0.01200 0.00179 74.80271
fh -0.01200
JUMLAH 415.0343 0.012 75.000
KOREKSI 0.012
FORMULIR PERHITUNGAN POLIGON
Titik
T. Alat
Target
T. Target
⁰ ′ " DEG ⁰ ′ " DEG B LB rata2 HRZ TERKOREKSI α B LB δx δy ∆x ∆y X Y
U 9 14 40 9.24444
A 1.500 F 1.435 43 18 32 43.3089 223 18 52 223.314 61.748 61.750 50.000 100.000
91.020556 91.021944 91.0213 -0.103333333 90.91791667 125.085
B 1.280 134 19 46 134.329 314 20 11 314.336 57.893 57.897
57.879 47.362194 -33.268187 0.02353145 0.04441813 47.385726 -33.22377 97.386 66.776
A 1.505 224 24 30 224.408 44 24 59 44.4164 57.865 57.860
B 1.265 260.91194 260.90806 260.910 -0.103333333 260.8066667 205.891667
C 1.420 125 19 13 125.32 305 19 28 305.324 34.382 34.384
34.382 -15.01373 -30.9310044 0.0139786 0.02638611 -14.999751 -30.90462 82.386 35.872
B 1.295 44 31 42 44.5283 224 31 58 224.533 34.381 34.382
C 1.410 99.995556 99.998889 99.99722 -0.103333333 99.89388889 125.785556
D 1.655 144 31 26 144.524 324 31 54 324.532 52.815 52.823
52.801 42.832969 -30.8756991 0.02146712 0.04052148 42.854436 -30.83518 125.240 5.036
C 1.405 329 31 38 329.527 149 27 14 149.454 52.787 52.780
D 1.60 86.863611 86.941389 86.9025 -0.103333333 86.79916667 32.5847222
E 1.500 56 23 27 56.3908 236 23 43 236.395 95.090 95.083
95.092 51.211428 80.12414159 0.03866103 0.07297685 51.250089 80.197118 176.490 85.234
38
D 1.605 234 35 7 234.585 54 35 49 54.5969 95.094 95.101
E 1.490 93.0975 93.091944 93.09472 -0.103333333 92.99138889 305.576111
F 1.406 327 40 58 327.683 147 41 20 147.689 112.969 112.964
112.969 -91.882794 65.72369147 0.04592929 0.08669646 -91.836865 65.810388 84.654 151.044
E 1.480 147 47 33 147.793 327 47 53 327.798 112.970 112.974
F 1.410 88.695278 88.693333 88.69431 -0.103333333 88.59097222 214.167083
A 1.470 236 29 16 236.488 56 29 29 56.4914 62.074 62.074 61.749 -34.67874 -51.0913299 0.02510495 0.04738829 -34.653635 -51.04394 50.000 100.000
JUMLAH 720.584 720.656 720.620 -0.62000 720.0000 414.8725 -0.1686724 -0.31838734 0.16867244 0.31838734
fß = 0.62
125.085
4.1.1 Perhitungan Elevasi Poligon
Zenith
39
σ = -(0°9’3.6”/2)= -0°4’31.8”
terkoreksi = 87°7’30” + (-0°4’31.8”)= 87°2’57.84”
Beda Tinggi
ΔhAF = dAF / tg terkoreksi + (TAA – TTF) =61.75/tg 90°15’7”+ (1,5–1,44)
= -0,212
ΔhAB = dAB / tg terkoreksi + (TAA – TTB) =57.89/tg 91°43’37”+ (1,5–1,28)
= -1,525
ΔhBA = dBA / tg terkoreksi + (TAB – TTA) =57.86/tg 88°19’60”+ (1,27–1,51)
= 1,444
40
ΔhBC = dBC / tg terkoreksi + (TAB – TTC)=34.38/tg 90°3’27.36”+ (1,27–1,42)
= -0,185
ΔhCB = dCB / tg terkoreksi + (TAC – TTB) =34.38/tg 89°56’6”+ (1,41–1,3)
= 0,149
ΔhCD = dCD / tg terkoreksi + (TAC – TTD) =52.81/tg 89°59’20,5” + (1,41–1,66)
= -2,959
ΔhDC = dDC / tg terkoreksi + (TAD – TTC) =52.78/tg 87°2’57.84”+ (1,6–1,41)
= 2,911
ΔhDE = dDE / tg terkoreksi + (TAD – TTE) =95.09/tg 88°32’57.48”+ (1,6–1,5)
= 2,508
ΔhED = dED / tg terkoreksi + (TAE – TTD) =95.09/tg 91°30’40.68”+ (1,49–1,605)
= -2,624
ΔhEF = dEF/ tg terkoreksi + (TAE – TTF) =112.96/tg 89°7’12”+ (1,49–1,406)
= 1,812
ΔhFE = dFE / tg terkoreksi + (TAF – TTE) =112.97/tg 90°53’24”+ (1,41–1,48)
= -1,832
ΔhFA = dFA / tg terkoreksi + (TAF – TTG) =62.07/tg 89°46’12”+ (1,41–1,47)
= 0,179
Rerata Beda Tinggi
41
Jumlah beda tinggi dari titik 1 – titik 6 :
Σ Δh = Δh1 + Δh2+ Δh3+ Δh4+ Δh5+ Δh6
= (-1,485)+( -0,167)+ (-2,935)+ 2,566+ 1,822+ (-0,195)
= -0,012
42
4.1.2 Hasil Perhitungan Horisontal Poligon
43
4. Menghitung azimuth
5. Menghitung jarak
∑d = d1 + d2 + d3 + d4 + d5 + d6
=57,879 + 34,382 + 52,801 + 95,092 + 112.969 + 61,749 = 414,875
6. Menghitung ∆x dan ∆y
∆x = (d . Sin 𝜶)
∆y = (d . Cos 𝜶)
Perhitungan ∆x
∆x1 = (d . Sin 𝛼) = 57,879 x sin 125,085 = 47,362 m
∆x2= (d . Sin 𝛼) = 34,382 x sin 205,891 = -15,013 m
∆x3 = (d . Sin 𝛼) = 52,801 x sin 125,785 = 42,832 m
∆x4 = (d . Sin 𝛼) = 95,092 x sin 32,584 = 51,211 m
∆x5 = (d . Sin 𝛼) = 112,969 x sin 305,576 = -91,882 m
∆x6 = (d . Sin 𝛼) = 61,749 x sin 214,167 = -34,678 m
fx = 47,362 + (-15,013) + 42,832 + 51,211 + (-91,882) + (-34,678) = -0,168
m
44
Perhitungan ∆y
∆y1 = (d . cos 𝛼) = 57,879 x cos 125,085 = -33,268 m
∆y2= (d . cos 𝛼)= 34,382 x cos 205,891 = -30,931 m
∆y3 = (d . cos 𝛼)= 52,801 x cos 125,785 = -30,875 m
∆y4 = (d . cos 𝛼)= 95,092 x cos 32,584 = 80,124 m
∆y5 = (d . cos 𝛼)= 112,969 x cos 305,576 = 65,723 m
∆y6 = (d . cos 𝛼)= 61,749 x cos 214,167 = -51,091 m
fy = (-33,268) + (-30,931) + (-30,875) + 80,124 + 65,723 +(-51,091) = -
0,318 m
7. Menghitung nilai koreksi setiap jarak ukuran
Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: δx = (d/Σd).(-fx)
δx1 = (𝑑1 / Σd) . (-fx) δx4 = (𝑑4 / Σd) . (-fx)
= (57,879/ 414,8725) . = (95,092/ 414,8725) .
(0,186) (0,186)
= 0,0235 m = 0,0386 m
δx2 = (𝑑2 / Σd) . (-fx) δx5 = (𝑑5 / Σd) . (-fx)
= (34,382/ 414,8725) . = (112,969/ 414,8725) .
(0,186) (0,186)
= 0,0139 m = 0,0459 m
δx3 = (𝑑3 / Σd) . (-fx) δx6 = (𝑑6 / Σd) . (-fx)
= (52,801 / 414,8725) . = (61,749/ 414,8725) .
(0,186) (0,186)
= 0,0214 m = 0,00409m
45
Besarnya koreksi setiap jarak dalam arah Y: δy = (d/Σd).(-fy)
=(57,879/414,8725) . =(95,092/414,8725) .
(0,318) (0,318)
= 0,0444 m = 0,0729 m
=(34,382/414,8725) . =(112,969/414,8725)
(0,318) (0,318)
= 0,0263 m = 0,0866 m
= 0,0405 m = 0,0473 m
46
∆y6 = δy + ∆y (d. Cos) = 0,0473 + (-51,091) = -51,043 m
9. Menghitung koordinat titik X
X1 = 50 m
X2 = X1 + ∆x1 = 50 + 47.385 = 97,386
X3 = X2 + ∆x2 = 97,386 + (-14,999) = 82,386 m
X4 = X3 + ∆x3 = 82,386 + 42,854 = 125,240 m
X5 = X4 + ∆x4 = 125,240 + 51,250 = 176,240 m
X6 = X5 + ∆x5 = 176,240 + (-91,836) = 84,654 m
X7 = X6 + ∆x6 = 84,654 + (-34,654) = 50 m
10. Menghitung koordinat titik Y
Y1 = 100
Y2 = Y1 + ∆y1 = 100 + (-33,233) = 66,776 m
47
HASIL PENGUKURAN DOUBLE STAND
Dosen Pembimbing : Ir.Rinto Sasongko Alat : Waterpass
Tanggal Pelaksanaan : KAMIS ,24 MEI 2018 Cuaca : MENDUNG
Pelaksana : Kelompok 3(D-III T.S 1-C) Lokasi : Politeknik Negeri Malang
4.2 Proses Data Waterpass
48
B C -0.1600
2 16.46 15.67 14.88 158 2 18.24 17.24 16.24 200 -0.157 34.382 0.001293 73.491
1 5.19 4.05 2.91 228 1 34.85 33.35 31.85 300 -2.930
C D -2.9285
2 4.65 3.43 2.21 244 2 34.20 32.70 31.20 300 -2.927 52.801 0.001985 73.332
1 35.00 32.50 30.00 500 1 9.60 7.40 5.20 440 2.510
D E 2.5084
2 33.67 32.87 32.07 160 2 9.95 7.802 5.654 429.6 2.507 95.092 0.003576 70.405
1 24.77 22.87 21.97 280 1 8.06 4.30 0.54 752 1.857
E F 1.8615
2 25.16 23.01 20.86 430 2 7.90 4.35 0.80 710 1.866 112.969 0.004248 72.917
1 17.70 16.20 14.70 300 1 15.66 14.06 12.46 320 0.214
F A 0.2145
2 18.15 16.55 14.95 320 2 15.91 14.40 12.89 302 0.215 61.749 0.002322 74.783
Total -0.0156 414.872 0.0156 75.000
HASIL PENGUKURAN WATERPASS
1. Beda Tinggi (∆H)
∆H = BT BELAKANG – BT MUKA
2. ∆H Rata-Rata
∆𝐇𝟏+ ∆𝐇𝟐
∆H RATA –RATA = 2
49
3. Hitung Jarak (d)
Jarak ( d ) = (Batas Atas – Batas Bawah) x 100
Df2 = (18,15 – 14,95) x100 = 320m DC2 = (4,65 – 2,21) x100 = 244m
DA1 = (7,90 – 6,10) x100 = 180m DD1 = (35,00- 30,00) x100 = 500m
DA2 = (7,79 – 6,03) x100 = 176m DD2 = (33,67 – 32,07) x100 = 160m
DB1= (16,5 – 14,64) x100 = 186m DE3 = (24,77 – 21,97) x100 = 280m
50
4. Jarak pada Theodolit
DF = 61,749m
DA = 57,879m
DB= 34,382m
DC= 52,801m
DD= 95,092m
DE= 112,969m
∑D= 61,749 + 57,879 +34,382 + 52,801 +95,092 + 112,969 = 414,872m
5. Koreksi ∆H
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐉𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚
Koreksi ∆𝑯 = ∑𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉𝒋𝒂𝒓𝒂𝒌𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 x (-∑∆Hrata-rata)
61,749
Koreksi ∆𝐻𝐹𝐴 = 414,872 𝑥 − 0,0159 = 0,002373977
57,879
Koreksi ∆𝐻𝐴𝐵 = 414,872 𝑥 − 0,0159 = 0,002225192
34,382
Koreksi ∆𝐻𝐵𝐶 =414,872 𝑥 − 0,0159 = 0,001321836
52,801
Koreksi ∆𝐻𝐶𝐷 =414,872 𝑥 − 0,0159 = 0,002029966
95.092
Koreksi ∆𝐻𝐷𝐸 =414,872 𝑥 − 0,0159 = 0,003655868
112,969
Koreksi ∆𝐻𝐸𝐹 =414,872 𝑥 − 0,0159 = 0,00434316
51
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
50.000 100.000 75
A
B 162 9 11 162.153 91 6 14 91.10388889 57.846 -1.114 1.53 2 125.085 47.39844 -33.205 97,398 66,795 -1.525 73.5175
1 332 51 48 332.863 92 51 3 92.85083333 15.390 -0.77 1.53 2 170.71 295.795 -13.86 6.70 36.14 106.70 -1.24 73.76
2 333 59 25 333.990 90 29 12 90.48666667 15.911 -0.14 1.53 2 171.84 296.922 -14.19 7.20 35.81 107.20 -0.61 74.40
3 291 55 38 291.927 92 15 49 92.26361111 24.110 -0.95 1.53 2 129.77 254.859 -23.27 -6.30 26.73 93.70 -1.42 73.58
4 293 25 53 293.431 90 57 39 90.96083333 24.333 -0.41 1.53 2 131.28 256.363 -23.65 -5.74 26.35 94.26 -0.88 74.12
5 270 20 43 270.345 91 12 11 91.20305556 51.121 -1.07 1.53 2 108.19 233.277 -40.98 -30.57 9.02 69.43 -1.54 73.46
6 180 13 46 180.229 91 9 51 91.16416667 60.459 -1.23 1.53 2 18.08 143.161 36.25 -48.39 86.25 51.61 -1.70 73.30
7 203 20 55 203.349 91 11 83 91.20638889 74.986 -1.55 1.53 2 41.20 166.281 17.78 -72.85 67.78 27.15 -2.02 72.98
8 230 0 41 230.011 91 28 20 91.47222222 52.275 -1.34 1.53 2 67.86 192.943 -11.71 -50.95 38.29 49.05 -1.81 73.19
9 216 58 23 216.973 92 15 33 92.25916667 31.682 -1.28 1.53 2 54.82 179.905 0.05 -31.68 50.05 68.32 -1.75 73.25
10 167 47 30 167.792 94 4 37 94.07694444 17.004 -1.21 1.53 2 5.64 130.724 12.89 -11.09 62.89 88.91 -1.68 73.32
11 160 22 13 160.370 91 5 49 91.09694444 16.669 -0.32 1.53 2 358.22 123.302 13.93 -9.15 63.93 90.85 -0.79 74.21
12 161 26 46 161.446 92 46 43 92.77861111 6.252 -0.30 1.53 2 359.29 124.378 5.16 -3.53 55.16 96.47 -0.77 74.23
13 119 41 36 119.693 91 59 31 91.99194444 9.359 -0.32 1.53 2 317.54 82.625 9.28 1.20 59.28 101.20 -0.79 74.21
14 25 35 44 25.596 88 18 45 88.31250000 18.144 0.54 1.53 2 223.44 348.528 -3.61 17.78 46.39 117.78 0.07 75.07
15 36 24 16 36.404 88 18 13 88.30361111 14.114 0.42 1.53 2 234.25 359.336 -0.16 14.11 49.84 114.11 -0.05 74.95
16 57 0 37 57.010 89 19 41 89.32805556 24.574 0.29 1.53 2 254.86 19.942 8.38 23.10 58.38 123.10 -0.18 74.82
17 75 46 30 75.775 89 43 32 89.72555556 23.166 0.11 1.53 2 273.62 38.707 14.49 18.08 64.49 118.08 -0.36 74.64
18 83 30 41 83.511 89 49 23 89.82305556 20.893 0.07 1.53 2 281.36 46.443 15.14 14.40 65.14 114.40 -0.41 74.60
19 101 10 4 101.168 90 24 57 90.41583333 23.496 -0.17 1.53 2 299.01 64.100 21.14 10.26 71.14 110.26 -0.64 74.36
20 92 46 13 92.770 90 0 57 90.01583333 32.953 -0.01 1.53 2 290.62 55.702 27.22 18.57 77.22 118.57 -0.48 74.52
21 115 11 2 115.184 90 54 47 90.91305556 28.695 -0.55 1.53 2 313.03 78.116 28.08 5.91 78.08 105.91 -1.02 73.98
22 101 38 2 101.634 90 48 48 90.81333333 43.607 -0.619 1.53 2 299.48 64.566 39.38 18.73 89.38 118.73 -1.09 73.91
4.3 Proses Data Titik Detail
23 95 56 28 95.941 89 5 32 89.09222222 11.927 0.189 1.53 2 293.79 58.873 10.21 6.17 60.21 106.17 -0.28 74.72
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
97.398 66.795 73.517
B C 109 12 53 109.215 89 34 16 89.57111111 34.319 0.257 1.47 2 205.89167 -14.992 -30.893 82.406 35.901 -2.93475 73.342
1 94 57 58 94.966 89 35 2 89.58388889 37.18 0.27 1.47 2 345.75 191.64 -7.50 -36.41 89.89 30.38 -0.26 73.257
2 88 53 11 88.886 88 55 23 88.92305556 23.927 0.45 1.47 2 339.67 185.56 -2.32 -23.81 95.08 42.98 -0.08 73.437
3 78 54 25 78.907 86 55 58 86.93277778 11.222 0.601 1.47 2 329.69 175.58 0.86 -11.19 98.26 55.61 0.07 73.588
4 34 44 38 34.744 84 57 28 84.95777778 7.093 0.626 1.47 2 285.53 131.42 5.32 -4.69 102.72 62.10 0.10 73.613
5 326 6 5 326.101 87 22 6 87.36833333 13.939 0.641 1.47 2 216.89 422.78 12.40 6.38 109.79 73.17 0.11 73.628
52
6 298 3 58 298.066 87 6 1 87.10027778 12.615 0.639 1.47 2 188.85 394.74 7.19 10.37 104.59 77.16 0.11 73.626
7 54 8 21 54.139 88 25 51 88.43083333 21.589 0.591 1.47 2 304.92 150.82 10.53 -18.85 107.93 47.95 0.06 73.578
8 303 36 42 303.612 88 40 37 88.67694444 22.422 0.518 1.47 2 194.40 400.29 14.50 17.10 111.90 83.90 -0.01 73.505
9 352 29 30 352.492 89 4 13 89.07027778 21.367 0.347 1.47 2 243.28 89.17 21.36 0.31 118.76 67.11 -0.18 73.334
10 351 36 39 351.611 90 0 49 90.01361111 39.787 -0.009 1.47 2 242.40 88.29 39.77 1.19 137.17 67.98 -0.54 72.978
11 250 21 19 250.355 88 46 36 88.77666667 33.113 0.707 1.47 2 141.14 347.03 -7.43 32.27 89.97 99.06 0.18 73.694
12 308 29 13 308.487 89 22 12 89.37 43.311 0.476 1.47 2 199.27 405.16 30.71 30.54 128.11 97.33 -0.05 73.463
13 266 48 29 266.808 88 48 16 88.80444444 44.327 0.925 1.47 2 157.59 363.49 2.69 44.25 100.09 111.04 0.40 73.912
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
82.406 35.901 73.3419
C B 268 21 0 268.350 88 58 16 88.97111111 34.322 0.616 1.465 2 25.89167 47.398 -33.205 97.398 66.795 -0.17625 73.5172
1 322 56 5 322.935 88 33 35 88.55972222 26.805 0.674 1.465 2 54.58 80.48 26.44 4.43 108.84 40.34 0.14 73.48
2 344 20 32 344.342 88 6 54 88.115 19.997 0.658 1.465 2 75.99 101.88 19.57 -4.12 101.97 31.78 0.12 73.46
3 356 31 25 356.524 91 33 17 91.55472222 25.313 -0.687 1.465 2 88.17 114.07 23.11 -10.32 105.52 25.58 -1.22 72.12
4 9 25 56 9.432 41 47 1 41.78361111 23.431 -0.73 1.465 2 101.08 126.97 18.72 -14.09 101.13 21.81 -1.27 72.08
5 52 20 54 52.348 93 12 15 93.20416667 37.036 -2.073 1.465 2 144.00 169.89 6.50 -36.46 88.91 -0.56 -2.61 70.73
6 50 38 14 50.637 95 30 52 95.51444444 25.352 -2.448 1.465 2 142.29 168.18 5.19 -24.81 87.60 11.09 -2.98 70.36
7 54 30 20 54.506 99 7 1 99.11694444 14.636 -2.349 1.465 2 146.16 172.05 2.02 -14.50 84.43 21.41 -2.88 70.46
8 7 41 12 7.687 92 23 14 92.38722222 39.067 -1.629 1.465 2 99.34 125.23 31.91 -22.54 114.32 13.37 -2.16 71.18
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
125.272 5.083 70.4087
D C 271 27 8 271.452 86 26 41 86.44472222 52.765 3.279 1.530 2 305.78556 -14.9922 -30.8935 82.406 35.901 -2.93475 73.3419
1 180 32 21 180.539 89 41 3 89.68416667 24.529 0.135 1.530 2 269.09 214.87 -14.02 -20.12 111.25 -15.04 -0.34 70.07
2 177 5 43 177.095 90 33 41 90.56138889 24.665 -0.242 1.530 2 265.64 211.43 -12.86 -21.05 112.41 -15.96 -0.71 72.63
3 155 3 35 155.060 90 26 47 90.44638889 26.558 -0.207 1.530 2 243.61 189.39 -4.33 -26.20 120.94 -21.12 -0.68 69.40
4 131 48 37 131.810 89 43 19 89.72194444 14.942 0.072 1.530 2 220.36 526.14 3.58 -14.51 128.85 -9.42 -0.40 72.23
5 356 27 41 356.461 84 55 1 84.91694444 9.713 0.864 1.530 2 85.01 390.79 4.97 8.34 130.24 13.43 0.39 69.79
6 359 54 36 359.910 87 24 3 87.40083333 25.193 1.144 1.530 2 88.46 394.24 14.18 20.83 139.45 25.91 0.67 72.91
7 359 24 15 359.404 87 53 59 87.89972222 50.277 1.844 1.530 2 87.95 393.74 27.92 41.81 153.20 46.89 1.37 71.16
8 42 16 34 42.276 87 53 29 87.89138889 16.24 0.598 1.530 2 130.82 436.61 15.80 3.76 141.07 8.84 0.13 73.03
9 20 13 14 20.221 88 19 52 88.33111111 31.932 0.93 1.530 2 108.77 414.55 26.01 18.52 151.29 23.60 0.46 71.62
10 12 33 15 12.554 88 24 20 88.40555556 50.927 1.418 1.530 2 101.10 406.89 37.18 34.81 162.45 39.89 0.95 73.98
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
176.543 85.311 72.9774
E D 11 24 6 11.402 91 20 14 91.33722222 95.115 -2.22 1.530 2 212.584722 42.86604 -30.8181 125.272 5.083 2.566 70.4087
1 8 56 19 8.939 90 54 12 90.90333333 33.252 -0.524 1.530 2 357.54 210.12 -16.69 -28.76 159.86 56.55 -0.99 71.98
2 15 34 41 15.578 89 47 40 89.79444444 26.144 0.094 1.530 2 4.18 216.76 -15.65 -20.94 160.90 64.37 -0.38 72.60
3 60 15 10 60.253 88 31 31 88.52527778 10.511 0.271 1.530 2 48.85 261.44 -10.39 -1.57 166.15 83.75 -0.20 72.78
4 0 59 54 0.998 90 19 31 90.32527778 9.443 -0.054 1.530 2 349.60 202.18 -3.57 -8.74 172.98 76.57 -0.52 72.45
5 331 38 43 331.645 91 5 16 91.08777778 20.106 -0.382 1.530 2 320.24 532.83 2.51 -19.95 179.05 65.36 -0.85 72.13
6 289 30 36 289.510 89 46 34 89.77611111 12.818 0.05 1.530 2 278.11 490.69 9.72 -8.36 186.26 76.95 -0.42 72.56
7 229 50 34 229.843 88 39 34 88.65944444 20.239 0.474 1.530 2 218.44 431.03 19.14 6.58 195.68 91.89 0.00 72.98
8 203 33 0 203.550 85 50 23 85.83972222 7.785 0.566 1.530 2 192.15 404.73 5.48 5.53 182.02 90.84 0.10 73.07
9 97 21 45 97.363 88 1 43 88.02861111 30.533 1.051 1.530 2 85.96 298.55 -26.82 14.59 149.72 99.90 0.58 73.56
10 113 56 49 113.947 87 35 20 87.58888889 31.594 1.331 1.530 2 102.55 315.13 -22.29 22.39 154.25 107.70 0.86 73.84
11 130 9 42 130.162 87 49 54 87.83166667 35.45 1.342 1.530 2 118.76 331.34 -17.00 31.11 159.54 116.42 0.87 73.85
12 143 11 36 143.193 87 25 41 87.42805556 23.181 1.041 1.530 2 131.79 344.38 -6.24 22.32 170.30 107.64 0.57 73.55
13 128 29 40 128.494 86 26 10 86.43611111 19.699 1.227 1.530 2 117.09 329.68 -9.95 17.00 166.60 102.32 0.76 73.73
14 164 23 58 164.399 81 24 52 81.41444444 9.179 1.386 1.530 2 153.00 365.58 0.89 9.14 177.44 94.45 0.92 73.89
15 170 29 53 170.498 84 13 42 84.22833333 13.688 1.384 1.530 2 159.10 371.68 2.77 13.40 179.31 98.72 0.91 73.89
16 144 51 28 144.858 83 34 39 83.5775 12.194 1.373 1.530 2 133.46 346.04 -2.94 11.83 173.60 97.14 0.90 73.88
17 72 59 10 72.986 86 18 42 86.31166667 15.651 1.000 1.530 2 61.58 274.17 -15.61 1.14 160.93 86.45 0.53 73.51
18 53 56 14 53.937 87 21 42 87.36166667 21.178 0.976 1.530 2 42.54 255.12 -20.47 -5.44 156.08 79.87 0.51 73.48
53
Pembacaan Sudut Horizontal Pembacaan Sudut Vertikal Jarak Horizontal Jarak Vertikal Tinggi Alat Tinggi Target
Titik Titik Detail Absis Ordinat Koordinat Beda tinggi Elevasi
HA VA HD VD TA TT
Pesawat Target
° ' '' Degree ° ' '' Degree m m m m β α ΔX ΔY X Y Δh H
84.731 151.158 74.8027
F A 224 20 1 224.334 89 32 11 89.53639 62.118 0.503 1.55 2 214.1670833 -34.7312 -51.1582 50 100 -1.4845 75
1 133 34 37 133.577 90 48 46 90.81278 53.521 -0.759 1.55 2 269.24 123.41 44.68 -29.47 129.41 121.69 -1.21 73.59
2 141 44 45 141.746 90 54 4 90.90111 55.428 -0.872 1.55 2 277.41 131.58 41.46 -36.79 126.19 114.37 -1.32 73.48
3 154 27 27 154.458 90 25 28 90.42444 30.592 -0.227 1.55 2 290.12 144.29 17.86 -24.84 102.59 126.32 -0.68 74.13
4 167 27 46 167.463 90 30 31 90.50861 21.978 -0.195 1.55 2 303.13 157.30 8.48 -20.27 93.21 130.88 -0.65 74.16
5 202 31 3 202.518 88 35 44 88.59556 10.723 0.263 1.55 2 338.18 192.35 -2.29 -10.47 82.44 140.68 -0.19 74.62
6 222 43 9 222.719 88 57 39 88.96083 29.033 0.527 1.55 2 358.39 212.55 -15.62 -24.47 69.11 126.69 0.08 74.88
7 234 36 47 234.613 88 57 61 88.96694 29.607 0.543 1.55 2 10.28 224.45 -20.73 -21.14 64.00 130.02 0.09 74.90
8 263 21 57 263.366 87 19 37 87.32694 10.998 0.513 1.55 2 39.03 253.20 -10.53 -3.18 74.20 147.98 0.06 74.87
9 293 40 28 293.674 87 19 39 87.32750 23.374 1.091 1.55 2 69.34 283.51 -22.73 5.46 62.00 156.62 0.64 75.44
10 307 42 16 307.704 88 20 11 88.33639 36.919 1.072 1.55 2 83.37 297.54 -32.74 17.07 51.99 168.23 0.62 75.42
11 319 44 1 319.734 88 18 53 88.31472 37.341 1.099 1.55 2 95.40 309.57 -28.79 23.79 55.95 174.94 0.65 75.45
12 319 51 9 319.853 87 39 4 87.65111 26.271 1.078 1.55 2 95.52 309.69 -20.22 16.78 64.51 167.93 0.63 75.43
13 328 55 9 328.919 85 16 57 85.28250 11.32 0.934 1.55 2 104.59 318.75 -7.46 8.51 77.27 159.67 0.48 75.29
14 5 17 29 5.291 86 56 14 86.93722 12.512 0.669 1.55 2 140.96 355.12 -1.06 12.47 83.67 163.62 0.22 75.02
15 19 40 41 19.678 87 41 58 87.69944 24.717 0.993 1.55 2 155.34 369.51 4.08 24.38 88.82 175.54 0.54 75.35
16 135 31 14 135.521 90 25 24 90.42333 25.035 -0.185 1.55 2 271.19 125.35 20.42 -14.49 105.15 136.67 -0.64 74.17
Perhitungan data dari beberapa titik detail
[Perhitungan β]
54
βD1 = αD1 - αDC = 180°32’21”– 271°27’8” = -90°54’47” ” + 360° = 269°5’13”
55
AZIMUTH
αBC = 205°53’31.2”
αCD = 25°53’30,01”
56
αC4 = αCD + βC4 = 25°53’30,01”+ 101°4’56” = 126°58’26,01”
αDC = 305°47’6”
αED = 212°34’48”
αFA= 214°9’36”
57
αF2 = αFA + βF2 = 214°9’36”” + 277°24’36” – 360° = 131°34’48”
ΔX
ΔXAB = 47.39844
ΔXBC = -14,992
58
ΔXCD = 47,398
ΔXDC = -14,9922
ΔXED = 42,86604
59
ΔXFA = -34,7312
ΔY
ΔYAB = -33.205
ΔYBC = -30,893
60
ΔYB5 = HDB5 cosαB5 = 13,939 cos 192°25’6,7” = 6,38
ΔYCD = -33,205
ΔYDC = -30,8935
ΔYED = -30,8181
61
ΔYFA = -51,158
KOORDINAT TITK X
XA = 50
XB = 97,398
XB = 97,398
XC = 82,406
62
XB5 = XB + ΔXB5 = 97,398 + 12,40 = 109,79
XC = 82,406
XB = 97,398
XD = 125,272
XC = 82,406
XE = 176,543
XD = 125,272
63
XE5 = XE + ΔXE5 = 176,543+ 2,51 = 179,05
XF = 84,731
XA = 50
KOORDINAT TITK Y
YA = 100
YB = 66,795
YB = 66,795
YC = 35,901
64
YB3 = YB + ΔYB3 = 66,795+ -11,19 = 55,61
YC = 35,901
YB = 66,795
YD = 5,083
YC = 35,901
YE = 85,311
YD = 5,083
65
YE3 = YE + ΔYE3 = 85,311+ -1,57 = 83,75
YF= 151,158
YA = 100
ΔhAB = -1.525
ΔhBC = -2.93475
66
ΔhB3 = VDB3 + (TAB – TTB) = 0,601 + (1.47 – 2) = -0.07
ΔhCD = -0.17625
ΔhDC = -2.93475
ΔhED = 2.566
67
ΔhFA = -1.4845
HA = 75
HB = 73.517
68
HC = 73.3419
HD = 70.4087
HE = 72.9774
HF = 74.8027
69
HF3 = HF + ΔhF3 = 74.8027 + (-0.68) = 74.13
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktek pengukuran tanah yang telah dilakukan dengan menggunakan alat
ukur total station kita dapat mengetahui bentuk dan kondisi permukaan tanah suatu
daerah. Hasil pengukuran lebih bagus menggunakan alat total station daripada
waterpass, hasilnya lebih detail dan akurat.
5.2 Saran
Dalam meletakkan sumbu ukur dan alat ukur harus tepat dan akurat agar data
yang dihasilkan akurat dan baik. Dan saat pengukuran harus berkoordinasi antar
anggota dengan baik .
71
DAFTAR PUSTAKA
72
LAMPIRAN
73
74