LP Post SC Dengan PEB
LP Post SC Dengan PEB
LP Post SC Dengan PEB
LAPORAN PENDAHULUAN
POSTPARTUM SECTIO CAESARIA DENGAN PEB
1) Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
2) Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
3) Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi
sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan
lochea, yang dibagi menjadi 4, yaitu :
a) Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa
lanugo dan mekonium.
b) Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur
lendir.
c) 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
d) Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-
kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit
(Wiknjosastro, 2006 : 238).
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh menekan dari
estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1) Pembentukan / produksi air susu.
2) Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks yang
terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini bersumber dan
perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
1) Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus
didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang
memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah melalui sirkulasi
memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
C. Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1. Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2. Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila
selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
(Synopsis Obstetri I, 2002: 115)
disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu akan kembali normal
dengan cepat.
c. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20
gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak
omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah
menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan
yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D Selain nutrisi, ibu
juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3
liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
4) Mengonsumsi tablet zat besi
5) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.
2. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak
dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan
keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-angsur,
mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat
melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
4. Kebersihan Diri
Perawat atau bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam
perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
b. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan
ke belakang, baru setelah itu anus.
c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali
kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa
kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
Perawat atau bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali
melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus
tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.
6. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi
banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari
atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan
yang bersangkutan.
f. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan
perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama
5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10
hitugan.
C. Etiologi
Sectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh :
a. Indikasi Ibu
1). Panggul sempit absolute
2). Placenta previa
3). Ruptura uteri mengancam
4). Partus Lama
5). Partus Tak Maju
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
Penyembuhan luka leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak. Fibrin bertumpuk
pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh darah tumbuh pada luka dari
benang fibrin sebagai kerangka. Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka
dan menutupi luka, pasien akan terlihat merasa sakit pada fase I selama 3 hari
setelah bedah besar.
2. Fase II (Proliferasi)
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk
mulai berisi kolagen serabut protein putih. Sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu.
Jaringan baru memiliki banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan
menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini,
tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
3. Fase III (Maturasi )
Kolagen terus bertumpuk. Ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka terlihat seperti merah jambu yang luas. Fase ini berlangsung
minggu kedua sampai minggu keenam. Pasien harus menjaga agar tidak
menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Fase terakhir berlangsung beberapa bulan setelah bedah. Pasien akan mengeluh
gatal di seputar luka. Walaupun kolagen terus menimbun pada waktu ini luka
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
menciut dan menjadi tegang. Karena penciutan luka terjadi ceruk yang
berwarna/berlapis putih. Bila jaringan itu aseluler, avaskuler, jaringan kolagen
tidak akan menjadi coklat karena sinar matahari dan tidak akan keluar keringat dan
tumbuh rambut (Smeltzer, 2001).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalisis : menetukan kadar albumin dan glukosa
3. Kultur urine : mengidentifikasi adanya virus Herpes
F. Komplikasi
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placental bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
B. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui. Vasospasmus menyebabkan :
1. Hypertensi
2. Pada otak (sakit kepala, kejang)
3. Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4. Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5. Pada hati (icterus)
6. Pada retina (amourose)
Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa
2. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
D. Manifestasi Klinis
1. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 160/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik >15 mmHg
d. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
e. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
f. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau
urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia
uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes,
Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
1. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah
kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada
satu atau lebih kriteria ini.
a. Ada tanda-tanda impending eklampsia
b. Ada hellp syndrome
c. Ada kegagalan penanganan konservatif
d. Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
e. Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus
dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal
2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20
tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml
dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : –
ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila
baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari
110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi
atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2,
bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan
konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera
dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit,
obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung
terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun
pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan
yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Reproduksi
1) Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka
2) Uterus : TFU, kontraksi, letak fundus uter.
3) Lokhea : jumlah, warna, bau, serta kaji adanya bekuan/ tidak
4) Vulva &Vagina : kebersihan, ada tidaknya tanda-tanda radang
5) Payudara : laktasi, pengeluaran ASI, kesulitan dalam
pemberian ASI / menyusui, kemampuan bayi menghisap
b. Sistem Gastrointestinal
Bising usus di observasi setiap 1-2 jam post SC
c. Sistem Kardiovaskuler
Ukur Tekana Darah, Denyut nadi, HB,Ht. Leucosit
d. Sistem Genitourinaria
Vesicaurinaria, urine, warna, bau
e. Sistem Muskuloskeletal
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Fokus rencana keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada pasien post SC
indikasi adalah :
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Doenges,
2001).
Tujuan : Mempertahankan kepetanan jalan nafas.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas bersih
Intervensi :
a. Awasi frekuensi pernafasan
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan RR
b. Catat dan observasi adanya kesulitan bernafas bernafas
Rasional :
Menentukan apakah klien memerlukan alat bantu atau tidak
c. Tinggikan apek 30-45 derajat
Rasional : Membantu pengaturan nafas agar tidak sesak
d. Dorong batuk efektif dan nafas dalam
Rasional : Mengeluarkan secret
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitus
jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001).
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
Klien merasa nyeri berkurang /hilang
Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi
a. Kaji skala nyeri dan karakteristik alokasi karakteristik termasuk kualitasnya
frekuensi, kwalitasnya
Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan menentukan tindakan
selanjutnya
b. Monitor tanda –tanda vital
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi
meningkat
c. Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler ,miring
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
d. Dorong penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam
Rasional : Merileksasikan otot, mengalihkan perhatian dan sensori nyeri
e. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
PATHWAY (WOC)
SC a/i PEB
Anemia