LP Post SC Dengan PEB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

PRODI PROFESI NERS

FIKES UNMUH JEMBER


2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN
POSTPARTUM SECTIO CAESARIA DENGAN PEB

I. Konsep Dasar Postpartum


A. Definisi
Post partum atau masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah placenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil (Siti
Saleha, 2009).
Post Partum ( puerpurium) adalah masa yang dimulai setetelah partus selesai dan
berakhir kira-kira setelah enam minggu, tetapi seluruh organ genitalia baru pulih kembali
seperti sebelum hamil dalam waktu tiga bulan ( Winkjosastro, 2006).
Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang
anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu
antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil.
(Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011; 4).
B. Adaptasi fisiologi dan psikologis post partum
1. Adaptasi fisiologi post partum (Bobak, 2004)
a. Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian energi
saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan darah stabil,
penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali
per menit.
b. Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya dialirkan
melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume darah biasanya
berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan. Trombosit pada hari ke
5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.
c. Sistem Reproduksi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu kemudian
500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu post partum
berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus normal : 30 gram). Involusi
disebabkan oleh :
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

1) Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
2) Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
3) Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi
sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan
lochea, yang dibagi menjadi 4, yaitu :
a) Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa
lanugo dan mekonium.
b) Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur
lendir.
c) 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
d) Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-
kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit
(Wiknjosastro, 2006 : 238).
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh menekan dari
estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1) Pembentukan / produksi air susu.
2) Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks yang
terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini bersumber dan
perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
1) Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus
didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang
memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah melalui sirkulasi
memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

2) Reflek Let Down


Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin masuk
ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan
duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).
d. Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal ini
disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan perineum.
e. Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan hilangnya
kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut terlihat
lembek dan kendor.
f. Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang maka
timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI
akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
g. Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari
post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih dikeluarkan
melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan.
2. Adaptasi psikologi post partum (Bobak, 2004)
a. Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri,
pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
b. Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan
bayinya, berlangsung 10 hari.
c. Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan bayinya
meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

C. Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1. Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2. Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila
selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
(Synopsis Obstetri I, 2002: 115)

D. Konsep Dasar Nifas


1. Kebutuhan Nutrisi
a. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI
sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya kurang
biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting , karena bayi
akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung
DHA.
b. Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai 500 kkal.
Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori
yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi
berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun,
yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya
(sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil.
Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy dari makanan yang
dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk
menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal energy. Maka dapat
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu akan kembali normal
dengan cepat.
c. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20
gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak
omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah
menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan
yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D Selain nutrisi, ibu
juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3
liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
4) Mengonsumsi tablet zat besi
5) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.

2. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak
dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan
keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-angsur,
mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat
melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

3. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar


Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin
lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat
meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas buang air
kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air besar
tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh
ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan minum air putih.

4. Kebersihan Diri
Perawat atau bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam
perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
b. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan
ke belakang, baru setelah itu anus.
c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
e. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.

5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali
kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa
kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

Perawat atau bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali
melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus
tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

6. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi
banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari
atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan
yang bersangkutan.

7. Latihan / Senam Nifas


Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan senam
nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada beberapa contoh
gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas :
a. Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
b. Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot
bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke
perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks
selama 10 hitungan.
c. Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan
otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks
selama 10 hitungan.
d. Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian
dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
e. Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15
kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang
lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

f. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan
perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama
5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10
hitugan.

E. Tanda-tanda bahaya postpartum


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
i. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
j. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri

II. KONSEP SECTIO CAESARIA (SC)


A. Definisi
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk mengeluakan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro,2005).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
&Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah alternative dari kelahiran vagina bila keamanan ibu
dan janin terganggu ( Doengoes, 2001).
Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi sectio
caesarea adalah perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin dengan cara
insisi/pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim sampai organ-
organ reproduksi ibu kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

B. Klasifikasi Sectio Caesaria


Ada beberapa jenis operasi Sectio Caesaria yang terdiri dari:
a. Sectio caesaria abdominalis, ada dua macam yaitu sectio caesaria
transperitonealisasi dan sectio caesaria ekstraperitonealisasi.
Sectiocaesaria transperitonealisasi sendiri terdiri dari dua cara.
1). Sectiocaesaria klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri yang
mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang
proksimal atau distal. Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi
mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi
yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.
2). sectio caesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen bawah
rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka
dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan
ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka
dapat melebar ke kiri, bawah dan kanan sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih post operatif
tinggi. Sedangkan Sectio Caesaria ekstraperitonealisasi, yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
b. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria
dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang
(transversal) dan sayatan huruf T (T-incision).

C. Etiologi
Sectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh :
a. Indikasi Ibu
1). Panggul sempit absolute
2). Placenta previa
3). Ruptura uteri mengancam
4). Partus Lama
5). Partus Tak Maju
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

6). Pre eklampsia, dan Hipertensi


b. Indikasi janin
1). Kelainan Letak
2). Gawat Janin
3). Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1). Janin Mati
2). Syok, anemia berat sebelum diatasi
3). Kelainan congenital Berat

D. Fisiologi Proses Penyembuhan Luka


1. Fase I ( Inflamasi)

Penyembuhan luka leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak. Fibrin bertumpuk
pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh darah tumbuh pada luka dari
benang fibrin sebagai kerangka. Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka
dan menutupi luka, pasien akan terlihat merasa sakit pada fase I selama 3 hari
setelah bedah besar.
2. Fase II (Proliferasi)

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk
mulai berisi kolagen serabut protein putih. Sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu.
Jaringan baru memiliki banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan
menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini,
tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
3. Fase III (Maturasi )

Kolagen terus bertumpuk. Ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah
menurun. Luka terlihat seperti merah jambu yang luas. Fase ini berlangsung
minggu kedua sampai minggu keenam. Pasien harus menjaga agar tidak
menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV

Fase terakhir berlangsung beberapa bulan setelah bedah. Pasien akan mengeluh
gatal di seputar luka. Walaupun kolagen terus menimbun pada waktu ini luka
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

menciut dan menjadi tegang. Karena penciutan luka terjadi ceruk yang
berwarna/berlapis putih. Bila jaringan itu aseluler, avaskuler, jaringan kolagen
tidak akan menjadi coklat karena sinar matahari dan tidak akan keluar keringat dan
tumbuh rambut (Smeltzer, 2001).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalisis : menetukan kadar albumin dan glukosa
3. Kultur urine : mengidentifikasi adanya virus Herpes

F. Komplikasi
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placental bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam
Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain Walaupun


pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria keefektifannaya masih
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Kateterisasi
3. Pengaturan Diit
Makanan dan minuman diberikan setelah klien Flatus, diilakukan secara bertahap
dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan yanf diberikan berupa bubur
saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan makanan biasa.
4. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
d. Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
e. tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita
f. sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
g. Pembalutan luka ( Wound Dressing / wound care)
h. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi

III. PRE EKSLAMSI BERAT (PEB)


A. Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
(Nanda, 2012)
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer
dkk, 2006). Preeklamsi Berat apabila:
1. TD 160/110 mmHg atau lebih
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

2. Proteinuria 5gr atau lebih perliter


3. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium
5. Terdapat edema paru dan sianosis

B. Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui. Vasospasmus menyebabkan :
1. Hypertensi
2. Pada otak (sakit kepala, kejang)
3. Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4. Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5. Pada hati (icterus)
6. Pada retina (amourose)
Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa
2. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

C. Factor Perdisposisi Preeklamsi


1. Molahidatidosa
2. Diabetes melitus
3. Kehamilan ganda
4. Hidrocepalus
5. Obesitas
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

6. Umur yang lebih dari 35 tahun

D. Manifestasi Klinis
1. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 160/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik >15 mmHg
d. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
e. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
f. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau
urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml.
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

F. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia
uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes,
Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi


uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.

G. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat


Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan
janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.

1. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah
kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada
satu atau lebih kriteria ini.
a. Ada tanda-tanda impending eklampsia
b. Ada hellp syndrome
c. Ada kegagalan penanganan konservatif
d. Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
e. Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus
dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal
2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20
tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml
dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : –
ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila
baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari
110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi
atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2,
bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.

2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan
konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera
dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit,
obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung
terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun
pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan
yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).

IV. ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan dan nama penanggung jawab/suami, umur, suku bangsa dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri karena trauma karena pembedahan section caesaria
b. Riwayat kesehatan sekarang
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

1) Provocative : adanya indikasi section caesaria , menyebabkan klien


dilkukan operasi SC  trauma pembedahan  discontinuiras jaringan
menimbulkan nyeri.
2) Qualitas / Quantitas : nyeri dirasakan klien setelah efek anestesi
secara perlahan hilang, nyeri akan timbul jika efek pemberian
analgetika berakhir ( 4 jam setelah pemberian) dan akan hilang saat
analgetika di berikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung
bagaimana klien mempersepsikan nyeri tersebut.
3) Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang
terdapat pada abdomen. Insisi pada SC klasik di Midline Abdomen
antara pusat dan simpisis pubis, pada SC Transprovunda di daerah
supra simpisis pubis dengan luka insisi melintang. Area penyebaran
nyeri dirasakan sampai bokong dan terkadang adanya after pain (
nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke pinggang.
4) Skala nyeri berkisar dari nyeri sedang sampai nyeri berat, dengan
skala numeric 1-10, berada pada rentang 5-10.
5) Timing : nyeri dirasakan setelah 6 – 12 jam post section caesaria, dan
1-3 hari pertama SC.
c. Riwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Ante Natal Care (ANC)
1) Kehamilan sekarang G…P…..A…..H…..mg
2) HPHT : tgl….bln….th…..HPL : tgl….bln…..th……
3) Keluhan saat hamil ;\:……………………..
4) Penyakit Yang di derita ibu saat hamil , penanganan penyakit
5) Riwayat imunisasi TT ( sudah/ belum )
6) Status imunisasi TT ( TT1,TT2,TT3,TT4.TT5)
7) ANC berapa kali.......tempat pemeriksaan bidan/perawat/DSOG
 Trimester I ……..X
 Trimester II …….X
 Trimester II……...X
Riwayat Intra natal
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

1) Riwayat Persalinan terdahulu : cara persalinan ( spontan, buatan (SC,


induksi)), penolong persalinan, tempat kelahiran, umur kehamilan (
aterm/preterm)
2) Plasenta ( spontan/ dibantu)
3) Jumlah darah yang keluar
4) Riwayat pemberian obat ( suntikan sebelum dan sesudah lahir)
5) Riwayat Intranatal saat ini, kaji etiologi/ indikasi SC antara lain :
partus lama, partus tak maju dan rupture uteri mengancam serta
adanya gawat janin, gagal induksi, KPD, CPD, atau adanya tumor
pelvic yang menghambat persalinan .
Riwayat post natal
1) Pengkajian pada nifas yang lalu:
Tanyakan apakah adanya gangguan / komplikasi pada nifas yang lalu
2) Pengkajian pada post Sectio Caesaria
Pada 4 jam sampai dengan 5 hari post partum kaji :
a) Sirkulasi darah : periksa kadar Hb dan Ht
b) Eliminasi : urin : pemasangan kateter indwelling; kaji warna, bau,
jumlah. Bila kateter sudah di lepas observasi vesika urinaria
c) Eliminasi : Faeces : pengosongan sistem pencernaan pada saat pra
operasi dan saat operasi menyebabkan tidak adanya bising usus
menyebabkan penumpukan gas  resiko infeksi
d) Pencernaan : kaji bising usus, adanya flatus
e) Neurosensori : kaji sensasi dan gerakan klien setelah efek anestesi
menghilang
f) Nyeri : rasa nyeri yang di nyatakan klien karena insisi Sectio
caesaria
g) Pernafasan : kaji jumlah nafas dalam 1 menit, irama pernafasan,
kemampuan klien dalam bernafas ( pernafasan dada/ abdomen),
serta bunyi paru.
h) Balutan insisi : kaji kebersihan luka, proses penyembuhan luka,
serta tanda- tanda infeksi.
i) Cairan dan elektrolit : kaji jumlah / intake cairan (oral dan
parenteral) , kaji output cairan, kaji adanya perdarahan.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

j) Abdomen : letak fundus uteri, kontraksi uterus, serta tinggi fundus


uteri.
k) Psikis ibu : kecemasan, kemampuan adaptasi,support system yang
mendukung ibu.
d. Riwayat pemakaian kontrasepsi
Kapan , jenis / metode kontrasepsi, lama penggunaan, keluhan, cara
penanggulangan, kapan berhenti serta alasannya.
e. Riwayat pemakaian obat-obatan
1) Pemakaian obat-obat tertentu yang sering di gunakan klien
2) Pemakaian obat sebelum dan selama hamil.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji adanya penyakit herediter, ada tdaknya keluarga yang menderita
tumor atau kanker

3. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Reproduksi
1) Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka
2) Uterus : TFU, kontraksi, letak fundus uter.
3) Lokhea : jumlah, warna, bau, serta kaji adanya bekuan/ tidak
4) Vulva &Vagina : kebersihan, ada tidaknya tanda-tanda radang
5) Payudara : laktasi, pengeluaran ASI, kesulitan dalam
pemberian ASI / menyusui, kemampuan bayi menghisap
b. Sistem Gastrointestinal
Bising usus di observasi setiap 1-2 jam post SC
c. Sistem Kardiovaskuler
Ukur Tekana Darah, Denyut nadi, HB,Ht. Leucosit
d. Sistem Genitourinaria
Vesicaurinaria, urine, warna, bau
e. Sistem Muskuloskeletal
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

Kemampuan bergerak dan respon terhadap rangsangan, ambulasi dini, kaji


Howman sign.
f. Sistem Respirasi
Kaji respirasi rate, pola serta jenis pernafasan.
g. System Panca Indra
Penglihatan, pendengaran, perasa, peraba serta penciuman.
h. Psikologis
Penerimaan ibu terhadap bayi, pelaksanan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD).
i. Pemeriksaan terhadap bayi baru lahir
Penilaiian APGAR SCORE

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA POST


PARTUM SECTIO CAESARIA a/i PEB
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post SC adalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan sekunder akibat pembedahan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan tubuh terhadap
bakteri sekunder pembedahan
4. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam
pembedahan, mual dan muntah
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri
6. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
7. Tid ak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan pasca persalinan SC

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Fokus rencana keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada pasien post SC
indikasi adalah :
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Doenges,
2001).
Tujuan : Mempertahankan kepetanan jalan nafas.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas bersih
Intervensi :
a. Awasi frekuensi pernafasan
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan RR
b. Catat dan observasi adanya kesulitan bernafas bernafas
Rasional :
Menentukan apakah klien memerlukan alat bantu atau tidak
c. Tinggikan apek 30-45 derajat
Rasional : Membantu pengaturan nafas agar tidak sesak
d. Dorong batuk efektif dan nafas dalam
Rasional : Mengeluarkan secret
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitus
jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001).
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
 Klien merasa nyeri berkurang /hilang
 Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi
a. Kaji skala nyeri dan karakteristik alokasi karakteristik termasuk kualitasnya
frekuensi, kwalitasnya
Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan menentukan tindakan
selanjutnya
b. Monitor tanda –tanda vital
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi
meningkat
c. Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler ,miring
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
d. Dorong penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam
Rasional : Merileksasikan otot, mengalihkan perhatian dan sensori nyeri
e. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

Rasional :Untuk mengurangi nyeri


f. Kolaborasi pemberian anal getik sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mempercepat proses
penyembuhan
3. Resiko tinggi infeksi b/d peningkatan parentanan tubuh terhadap bakteri sekunder
pembedahan (Carpenito, 2000)
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
 Tidak ada tanda- tanda infeksi (rubor, tulor, dolor, tumor, dan fungsiolaesa )
 Tanda- tanda fital normal terutama suhu (36-37 °C)
Intervensi
e. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukan terjadinya infeksi

f. Kaji luka pada abdomen dan balutan


Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus
g. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka
dengan anti septik
Rasional : Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran organisme
infeksius
h. Catat /pantau kadar Hb dan Ht
Rasional : Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat
bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan
i. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi pembedahan dan
nyeri (Doenges,2001)
Tujuan : klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan
tanpa di sertai nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat mengidentivikasi faktor-faktor yang menurunkan
toleransi aktvitas
Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam


keluhan kelemahan,keletihan yang berkenaan dengan aktivitas
b. Catat tipe anestesi yang di berikan pada saat intra partus pada waktu klien
sadar
Rasional : Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien
c. Anjurkan klien untuk istirahat
Rasional : Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenega untuk
beraktivitas, klien dapat rileks
d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sesuai kebutuhan
Rasional : Dapat memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena
kebutuhan klien terpenuhi
e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional : Dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping
emosional
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Dinata, Fredy. 2011. Perawatan Masa Nifas. (online:


http://www.rsazra.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109&Itemid
=2, diakses tanggal 12 April 2012)

Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.

Moctar Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta

Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas volume 2. Jakarta: EGC

Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUI

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
PRODI PROFESI NERS
FIKES UNMUH JEMBER
2018/2019
PATHWAY (WOC)
SC a/i PEB

Anemia

Anda mungkin juga menyukai