BAB II Isolasi Buah Naga
BAB II Isolasi Buah Naga
BAB II Isolasi Buah Naga
PENDAHULUAN
Buah naga merupakan sejenis pohon kaktus yang berasal dari Meksiko,
Amerika Selatan, dan Amerika Tengah. Saat ini buah naga sudah ditanam secara
Indonesia. Nama lain dari Buah naga adalah Dragon Fruit, dalam bahasa latin
buah naga dikenal dengan Phitahaya. Daging buah naga berwarna putih, merah,
Kulit buah naga atau yang memiliki nama ilmiah Hylocereus polyrhizus
ini memiliki banyak kandungan yang berguna bagi tubuh. Sebuah penelitian telah
menunjukan bahwa kulit buah naga mengandung senyawa aktif yang dapat
melenturkan pembuluh darah. Manfaat kulit buah naga yang lain yakni mengobati
tumor dan kulit buah naga diketahui dapat digunakan untuk mengetahui ada
perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder yang terkandung dalam
pasca panen. Maka dari itu perlu dilakukan penentuan kandungan kimia yang
1
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah percobaan isolasi kulit buah
metabolit sekunder dari kulit buah naga Hylocereus polyrhizus dan untuk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi buah naga merah yang menjadi objek praktikum ini adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cactales
Gambar 1. Buah Naga Merah
Famili : Cactaceae
Subfamily : Hylocereanea
Genus : Hylodereus
(Anonim, 2016).
tidak lengkap karena tidak memiliki daun seperti tumbuhan lain. Namun, tanaman
buah naga memiliki akar, batang, cabang, biji dan bunga (Anonim, 2016).
adalah akar buah naga yang berfungsi sebagai perekat sehingga memungkinkan
tanaman untuk melekat atau memanjat tumbuhan lain atau median tumbuh
3
lainnya. Sementara itu, batang tumbuhan buah naga mengandung sejumlah air
yang berbentuk layaknya lendir dengan lapisan lilin dan memiliki bentuk
memanjang dengan model segitiga atau menyiku. durinya sangat pendek dan tidak
mencolok, sehingga sering dianggap "kaktus tak berduri".Batang dan juga cabang
dari tanaman ini memiliki fungsi utama sebagai pengganti daun dalam proses
2016).
bunga ini terdapat putik sekaligus benang sari sebab tanaman ini memang
Buah dari tanaman ini tergolong buah berbatu dan berlendir. Kulit
buahnya berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah,
berwarna merah gelap untuk buah naga hitam (super merah), dan berwarna kuning
dianalogikan dengan sisik naga. Oleh sebab itu, buah ini disebut buah naga. Biji
tanaman ini terdapat di dalam daging buahnya. Bentuknya kecil seperti selasih
dengan warna yang juga hitam. Meski termasuk tanaman berbiji, buah naga
4
Konsentrasi metabolit sekunder yang tinggi bisa menghasilkan tumbuhan yang
lebih resistan.
alam atau konstituen dari tumbuhan yang berperan dalam sifat keobatan dari
tumbuhan itu sendiri. Peran yang dipegang oleh metabolit sekunder dalam
tumbuhan bisa saja lebih dari sekedar untuk proteksi. Metabolit sekunder dalam
tumbuhan, yang didapatkan dari metabolit primernya seperti asam nukleat, asam
karakteristik dari bahan-bahan kimia ini, dan bisa digunakan sebagai karakter
didasarkan pada struktur kimia, komposisi dan kelarutan dalam berbagai pelarut
yang ditemukan pada seluruh spesies dan diproduksi dengan menggunakan jalur
yang sama, senyawa metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada spesies
organisme, untuk bertahan hidup dari predator, kompetitor dan untuk mendukung
berikut:
5
1. Tidak terlibat langsung dalam metabolisme yaitu: pertumbuhan,
mikro molekul.
1. Terpen
larut dalam air, konstituen minyak esensial, lipid yang disintesis dari asetil KoA
atau dari intermediet glikolisis. Pada suhu tinggi terpen dapat didekomposisi
terpen atau 4 unit C5. Terpen yang lebih besar termasuk triterpen (30 karbon),
tetraterpen (40 karbon) dan politerpen (C5]n, dimana n > 8). Terpen disintesis
6
untuk menolak serangga, herbivor pemakan, dan untuk menarik insek predator
melalui dua lintasan, yaitu lintasan asam mevalonat. Adapun jalur biosintesis dari
lintasan pertama, yaitu tiga molekul asetil ko-A bergabung membentuk asam
(Mastuti, 2016).
2. Fenol
jumlahnya hampir mencapai 10.000. Beberapa senyawa fenol larut dalam pelarut
organik dan yang lainnya adalah polimer yang tidak larut (Mastuti, 2016).
sehingga menyusun banyak kelompok heterogen. Dua lintasan dasar yang terlibat
adalah lintasan asam sikimat yang berpartisipasi pada sebagian besar fenolik
tumbuhan, fungi dan bakteri tetapi tidak terdapat di hewan. Hewan tidak memiliki
lintasan untuk mensintesis tiga asam amino aromatik, yaitu phenilalanin, tyrosin
(Mastuti, 2016).
dari phenylalanine melalui eliminasi molekul ammonia dari asam sinamat. Reaksi
ini dikatalis oleh phenylalanine ammonia lyase (PAL), enzim yang paling banyak
7
dipelajari pada metabolisme sekunder tumbuhan. Phenylalanin berada pada titik
senyawa fenolik. Aktivitas PAL dapat ditingkatkan oleh faktor lingkungan, seperti
nutrien yang rendah, cahaya (melalui pengaruhnya pada fitokrom), dan infeksi
aktivitas PAL pada tumbuhan menjadi semakin kompleks karena banyaknya gen
Lignin
selulosa. Lignin terikat secara kovalen dengan selulosa dan polisakarida lain di
dinding sel sehingga sulit diekstraksi. Lignin umumnya dibentuk dari tiga
alkohol yang disintesis dari phenylalanin melalui berbagai derivat asam sinamat.
Lignin dijumpai di dinding sel berbagai tipe jaringan pendukung, yaitu trakeid dan
elemen pembuluh di xilem, terdapat pada penebalan dinding sekunder, tetapi juga
ada di dinding primer dan lamela tengah berdekatan dengan selulosa dan
8
hemiselulosa. Rigiditas lignin memperkuat batang dan jaringan pembuluh,
jaringan xilem dibawah tekanan negatif. Selain berperan dalam suport mekanik,
lignin juga berfungsi sebagai pelindung yang signifikan pada tumbuhan. Struktur
lignin yang kaku dan kuat menyebabakan lignin tidak mudah dicerna oleh
Flavonoid
berwarna pada tumbuhan ada dua yaitu karotenoid dan flavonoid. Karotenoid
yang terlihat adalah terpenoid berwarna kuning, oranye dan merah yang berfungsi
sebagai pigmen asesori pada fotosintesis. Flavonoid adalah senyawa fenolik yang
menyusun lebih banyak variasi warna. Pigmen flavonoid yang paling banyak
merah, pink, ungu, dan biru pada bagian-bagian tumbuhan. Sebagai warna bunga
dan buah antosianin penting untuk penarik hewan pollinator dan penyebar biji
(Mastuti, 2016).
Antosianin adalah glikosida yang memiliki gula pada posisi 3 atau kadang
antosianin dipengaruhi beberapa factor, yaitu jumlah gugus hidroksi dan metoksil
kerangka utama dan pH vakuola sel dimana senyawa ini disimpan. Antosianin
juga dapat berada di kompeks supra molekul bersama-sama ion ligan pengkelat
9
banyaknya variasi warna bunga dan buah yang dapat dilihat di alam. Evolusi
warna bunga yang disukai. Selain warna sebagai sinyal penarik polinator bunga
Tanin
Tanin yang merupakan Polimer fenol dari tumbuhan yang bersifat sebagai
pertahanan selain lignin. Jenis tanin pertama adalah tanin terkondensasi, yaitu
senyawa yang dibentuk melalui polimerisasi unit flavonoid dan banyak terdapat di
menjadi antosianidin dengan perlakuan asam kuat maka seringkali disebut pro-
antosianidin. Jenis tanin kedua adalah tanin terhidrolisis, yaitu polimer heterogen
yang mengandung asam fenolik, khususnya asam galat dan gula sederhana; lebih
kecil dari tanin terkondensasi sehingga lebih mudah dihidrolisis. Sebagian besar
tanin memiliki massa molekul antara 600-3000. Tanin adalah toksin yang
mengandung tanin dalam jumlah banyak yang terkonsentrasi di lapisan sel sebelah
3. Alkaloid
berjumlah lebih dari 15.000 dan dijumpai di sekitar 20% spesies tumbuhan
berpembuluh. Atom nitrogen biasanya bagian dari cincin heterosiklik, cincin yang
mengandung atom nitrogen dan karbon. Alkaloid adalah kelompok yang memiliki
alkalin. Pada nilai pH yang umum dijumpai di sitosol (pH 7.2) atau vakuola (pH
10
5-6) atom nitrogen bersifat proton, alkaloid bermuatan positif dan umumnya larut
Alkaloid disintesis dari asam amino, khususnya lisin, tirosin dan triptofan.
yang diperoleh dari lintasan terpen. Beberapa tipe berbeda termasuk nikotin dan
nicotinic acid (niacin) adalah prekursor cincin pyridine alkaloid; cincin pyrolidon
nikotin muncul dari ornitin. Nicotinic acid juga konstituen NAD+ dan NADP+
4. Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang menghasilkan satu atau Iebih gula (kon)
diantara produk hidrolisisnya dan sisanya berupa senyawa bukan gula (aglikon).
Bila gula yang terbentuk adalah glukosa maka golongan senyawa itu disebut
glukosida, sedangkan bila terbentuk gula Iainnya disebut glikosida. Di alam ada
hidroksil gula dengan gugus hidroksil dan komponen aglikon, serta gugus
hidroksil sekunder di dalam molekul gula itu sendiri juga mengalami kondensasi
Bentuk alfa dan beta mungkin saja ada, namun di alam atau di dalam tanaman
hanya bentuk beta (13) yang ada. Dari segi pandang biologi, glikosida berperan
11
digitalis, strophantus, squill, corivallaria, apocynum, dan lain-lain, sebagai obat
sagrada, frangula, dan lain-lain, sebagai penyedap atau lokal iritan, misalnya
gulanya akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas; sedangkan bila ditinjau
misalnya tanin, stenol, terpenoid, antosian, flavonoid dsb. Bila ditinjau dan segi
Manfaat kulit buah naga sudah dibuktikan oleh beberapa ahli dan telah
banyak diketahui oleh masyarakat. Buah naga ini tidak hanya lezat, tetapi kulitnya
juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Kulit buah naga bisa dimanfaatkan
bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan kimia buah naga dan kulit buah naga yaitu
flavonoid (Hilal, 2006) dan vitamin A, C, E dan polifenol (Siregar, 2011). Kulit
buah naga yang bersisik dipercaya mengandung zat pentacyclic, triyepene, dan
taraxast yang dapat membuat lentur pembuluh darah, sehingga darah akan
mengandung banyak zat yang bisa membasmi zat-zat asing yang membahayakan
12
tubuh. Tidak hanya itu, kulit tersebut dapat juga dapat mencegah diabetes dan
penyakit jantung. Kulit buah naga dapat pula dimanfaatkan sebagai alat
makanan akan tetap terjaga zat yang terkandung dalam kulit buah naga tersebut
(Handayani, 2014).
Tabel 1. Senyawa metabolit yang berhasil diidentifikasi dari Buah Naga Merah
dan Putih (Dong dkk., 2014).
13
24 Fructose 53 dopamine quinone
25 Glucose 54 3-methoxytryaminde
26 glucuronic acid 55 cyclo-DOPA
27 gluconic acid 56 L-tryptophan
Asam Lemak 57 betalamic acid
28 stearic acid 58 cyclo-5-O-glucoside
29 Oleamide Flavonoids
59 phlorizin
2.4 Ekstraksi
suatu zat dari lapisan yang satu ke lapisan zat yang kedua (Zenta, 2015).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan
terlebih dahulu. Menurut Sarker dkk. (2006) ada beberapa target ekstraksi
diantaranya:
struktural
2.4.1 Maserasi
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri (Agoes, 2007).
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang
14
sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup
banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa
senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
untuk memisahkan pelarut dalam keadaan vakum. Evaporator terdiri dari bak
lapisan tipis dalam permukaan dinding labu sehingga mudah menguap dengan
mudah. Tingkat penguapan diatur oleh suhu bak pemanas, ukuran labu, tekanan
dalam jumlah yang besar dari larutan pada penurunan tekanan, dan meninggalkan
komponen yang relatif tak mudah menguap. Rotary evaporator paling sering
15
dua fungsi penting yakni mencegah resiko bumping dan meningkatkan kecepatan
senyawa metabolit yang terkandung dalam suatu ekstrak sampel. Uji fitokimia
terdiri dari beberapa metode untuk mengetahui apakah suatu sampel tersebut
menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat,
yang ditunjukan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologis.
semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini penting dalam semua penelitian
kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam kajian biologis. Sejalan dengan
hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis fitokimia merupakan bagian dari
ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia
16
yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam
adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan,
(Harborne,1996).
menyusun data yang ada mengenai setiap golongan senyawa khusus. Kandungan
didasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan dan adanya gugus fungsi tertentu.
17
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
etanol 95%, HCl pekat, asam borat pekat, aseton pekat, H2SO4 pekat, kloroform,
alas bulat, gelas kimia, tabung reaksi, pipet tetes, batang pengaduk, sendok tanduk
dan corong.
serbuk kulit buah manggis dengan 110 mL etanol 95% pada suhu kamar selama 5
hari. Disaring untuk memisahkan residu dan filtrat, dipekatkan filtrat dengan
rotary vacuum evaporator pada suhu 50°C, selanjutnya diuapkan kembali dengan
18
3.4.2 Skrining Fitokimia
tetes, hasil positif ditandai dengan endapan jingga dan tabung 3 ditambahkan
pereaksi mayer, hasil positif ditandai dengan adanya endapan putih hingga
kekuningan.
asam asetat anhidrat pekat dan ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat kemudian
diamati, hasil positif ditandai dengan adanya warna biru atau hijau.
tabung dan diamati, hasil positif sterol ditandai dengan adanya warna hijau
violet.
19
3.4.2.4 Uji Saponin
diamati jika terbentuk buih ditambahkan HCL 2N dan uji positif apabila buih
tidak hilang.
diamati perubahan warna, uji positif apabila dihasilkan warna birutua kehitaman
20
BAB IV
4.2 Pembahasan
debu yang menempel pada daun. Sampel dipotong kecil-kecil dan dikeringkan.
21
Pengeringan sampel dilakukan pada suhu kamar selama 1 minggu untuk
menghilangkan air dan mencegah terjadinya perubahan kimia (kulit cepat busuk
senyawaan kimia yang terkandung di kulit buah naga tersebut). Sampel yang telah
ekstraksi. Residu dari esktraksi kemudian dimaserasi dengan pelaut etanol selama
berikutnya.
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi maserasi. Maserasi adalah salah
isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan,dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Pelarut yang
pelarut etanol 95% selama 2 x 24jam. Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan
22
untuk bersentuhan makin besar sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik
jenuh larutan. Kontak antara sampel dan pelarut dapat ditingkatkan apabila
menggunakan batang pengaduk sehingga kontak antara sampel dan pelarut terjadi
dan proses ekstraksi lebih sempurna. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini
adalah etanol 95%. Pemilihan pelarut ini karena senyawa metabolit sekunder yang
ada dalam kulit buah naga merupakan senyawa yang bersifat polar. Suatu molekul
bersifat polar apabila tersusun atas atom-atomyang berbeda dan molekul yang
tersusun atas atom-atom yang sama. Pemakaian pelarut etanol 95% bertujuan
Maserat yang sudah didapat disaring untuk memisahkan residu dan filtrat.
proses penguapan pelarut dengan memperkecil tekanan dalam vacum dari pada di
luar ruangan, sehingga temperatur di bawah titik didih pelarut dapat menguap.
Komponen yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit buah naga dianalisis
golongan senyawanya dengan tes uji warna dengan beberapa pereaksi untuk
golongan senyawa alkaloid, tanin dan polifenol, saponin dan glikosida. Pereaksi-
dengan sampel berdasarkan prinsip “like dissolve like”. Hasil skrining fitokimia
ekstrak etanol kulit buah naga mengandung alkaloid. Uji mayer pada percobaan
23
ini tidak dilakukan karena bahan yang digunakan untuk membuat pereksi Mayer
tidak tersedia di laboratorium. Sehingga uji yang dapat dilakukan hanya uji
Dragendorff saja.
Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismuth nitrat dilarutkan dalam HCl agar
Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam
sehingga kesetimbangan akan bergeser kea rah kiri. Selanjutnya ion Bi 3+ dari
bismuth nitrat bereaksi dnegan kalium iodide membentuk endapan hitam Bismut
(III) iodide yang kemudian melarut dalam kalium iodide berlebih membentuk
Pada uji tanin dan polifenol diperoleh hasil positif, yang ditunjukan
dalam air menimbulkan warna hijau, merah, ungu atau hitam yang kuat.
24
Terbentuknya warna hijau tua karena tanin bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk
senyawa kompleks.
mempunyai sifat seperti sabun ketika dilarutkan ke dalam air sehingga akan
membentuk busa. Saponin berssifat polar dan dapat larut dalam air karena adanya
gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air.
Busa yang dihasilkan diuji kestabilannya dengan penambahan HCl. Hal ini
warna jingga yang menandakan bahwa kulit buah naga merah mengandung
25
flavonoid. Magnesium dan asam klorida pada uji Wilstater bereaksi membentuk
pekat pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada
jingga. Jika dalam suatu ekstrak tumbuhan terdapat senyawa flavonoid maka akan
terbentuk garam flavilium saat penambahan Mg dan HCl yang berwarna merah
atau jingga.
dan 10 tetes asam sulfat kedalam simplisia yang telah dilarutkan dengan
warna menjadi biru atau hijau yang menandakan terbentuknya glikosida dalam
sampel ekstrak etanol kulit buah naga mengandung alkaloid, tanin dan polifenol,
26
4.3.1 Uji Reaksi Dragendorff
+ K[BiI4] + [BiI4]-
N N
K
Endapan Kalium-alkaloid
COOH OH
COOH COOH
HOOC OH
27
R
R
(HOAc/H2SO4)
-H2O
HO
+H+
R
R
+SO3
-SO2
28
O O
HCl +
Cl-
OH OH
O OH
O
O
Cl- +
OH Cl-
OH
OH
OH
Garam Flavilium merah tua
29
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Dong, S. H., Sunmin, L., Do, Y. L., Young, S. K., Song, K. C., Lee, S., dan
Chong, H. L., 2014, Metabolite Profiling of Red and White Pitayas
(Hylocereus polyrhizus and Hylocereus undatus) for Comparing Betalain
Biosynthesis and Antioxidant Activity, Journal Of Agricultural Food
Chemistry, ACS Publications.
Handayani, S., 2014, Kandungan Kimia Beberapa Tanaman dan Kulit Buah
Berwarna serta Manfaatnya Bagi Kesehatan, Universitas Yogyakarta,
Yogyakarta.
Hilal, M. F., 2006, Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Kulit Buah
Naga Hylocereus undatus Dalam Ekstrak Kloroform, Skripsi, FMIPA,
UNY.
Marliana S. D., Suryanti, V. dan Suyono, 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Jurnal Biofarmasi, 3(1): 26–31
McMurry, J. dan Fay, R.C., 2004, McMurry Fay Chemistry, 4th edition, Pearson
Education International, Belmont, CA.
31
Miroslav, V., 1971, Detection and Identification of Organic Compound, Planum
Publishing Corporation and SNTC Publishers of Technical Literatur, New
York.
Robinson, T., 1991, The Organic Constituen of Higher Plants, 6th Edition,
Department of Biochemistry, University of Massachusetts.
Santos, A. F., Guevera, B. Q., Mascardo, A. M., dan Estrada, C. Q., 1978,
Phytochemical, Microbiological and Pharmacological, Screening of
Medical Plants, Research Center University of Santo Thomas, Manila.
Saifudin, A., 2014, Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori Konsep dan Teknik
Pemurnian, Deepublish, Yogyakarta.
Siregar, N. K., 2011, Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Naga (Hylocereus undatus),
(Online), (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29088 diakses 01
Desember 2016).
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Edisi kelima, Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka, PT Kalman
Media Pusaka, Jakarta.
32