5 TF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PORTOFOLIO KASUS

No. ID dan Nama Peserta : dr. Achmad Muthoillah


No. ID dan Nama Wahana : RS Muhammaditah Gresik
Topik : Tifoid Fever
Tanggal (kasus): 11-3-2018
Nama Pasien: An. I No RM: 23.08.9X
Tanggal Presentasi: - Pendamping: dr. Musa Ghufron, MMR
dr. Imilda Rizqi
Obyektif Presentasi:
Keilmuan √ Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik √ Manajemen √ Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak √ Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: An. I /L/5th dengan Tifoid Fever
Tujuan: Tatalaksana Tifoid Fever dengan benar
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
diskusi √

Data utama
1. Anamnesis
Panas badan sejak 4 hari SMRS, panas tinggi terus menerus tapi turun dengan
pemberian obat panas. batuk berdahak +, pilek +, mual +, muntah +, nyeri perut +,
diare -, nyeri di persendian -, bintik2 merah ditangan -, mimisan -, muntah darah -,
sesak -, nyeri tekan otot betis -, BAK seperti biasa, 2 hari belum BAB, kentut + ,
makan minum menurun.
2. Riwayat Pengobatan
Sanmol, Demacolin
3. Riwayat Penyakit Dahulu
, DHF -, TF -
4. Riwayat Penyakit Keluarga
-
5. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
BB/TB : 21 kg / 135 cm
Tekanan Darah :-
Nadi : 130x/menit, teratur, kuat
Pernapasan : 23x/menit
Suhu badan : 39 ºC
Kepala & leher : anemia (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-), lidah kotor
1
(+)
Thorax : simetris, bentuk normal, retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : ves/ves, wheezing (-/-), rhonchi (-/-),
: Soepel, BU (+) N, Meteorismus -, nyeri tekan
Abdomen
Mc burney -, nyeri epigastrium +
Extremitas : akral hangat kering merah., CRT <2’, edema (-/-)
Uji torniquet Negatif

6. Assesment
Tifoid fever
7. Planning Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
o Darah lengkap
 RBC : 4.78
 HGB : 12.6
 HCT : 37.0
 MCV : 77.4
 MCH : 26.4
 MCHC : 34.1
 PLT : 260
 WBC : 6.18
o Serologi Widal test
 S. Paratyphi B + (1/80)
 S. Paratyphi A + (1/80)
 S. Typhi H - (-)
 S. Typhi O + (1/640)

8. Planning terapi
Propietik supp 160 mg
Lapifed Exp 3 x cth I
Sanmol syr 4 x cth I (250mg)
Tiampenicol syr 4 x cth I (250mg)
Biostrum syr 1 x cth I (250mg)
Ranitidin 3 x pulv 21 mg
Domperidon syr 3 x cth I
Pro MRS

2
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Tifoid

1. Definisi

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi.

2. Etiologi
Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, mempunyai flagela, tidak
berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Salmonella typhi
mempunyai antigen somatik (O), flagelar antigen (H) dan envelope antigen
(K).

3. Patogenesis

Salmonella yang terbawa melalui makanan ataupun benda lainnya akan


memasuki saluran cerna. Di lambung, bakteri ini akan dimusnahkan oleh
asam lambung, namun yang lolos akan masuk ke usus halus.

Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati
sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Dengan
cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat
predileksinya adalah hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan
Peyer’s patch dari ileum terminal. Ekskresi organisme di empedu dapat
menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.

4. Manifestasi Klinis

a. Masa inkubasi

Masa inkubasi pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit
keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, seperti gejala influenza, berupa :
anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor, dan
nyeri perut.

b. Minggu pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi
yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºC hingga 40ºC, sakit kepala, pusing,
pegal-pegal, anoreksia, mual , muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100
kali permenit.
3
c. Minggu kedua

Pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi/demam. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan
penderita yang mengalami delirium.
d. Minggu ketiga

Pada minggu ketiga, demam semakin memberat dan terjadi anoreksia


dengan pengurangan berat badan yang signifikan. Beberapa individu
mungkin akan jatuh pada fase toksik yang ditandai dengan apatis, bingung,
dan bahkan psikosis. Nekrosis pada Peyer’s patch mungkin dapat
menyebabkan perforasi saluran cerna dan

e. Minggu keempat

Pada minggu ke empat demam turun perlahan secara lisis, kecuali jika fokus
infeksi terjasi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam akan
menetap.

5. Penegakkan Diagnosis Laboratorium

Demam tifoid masih merupakan penyakit sistemik yang serius dan


penegakan diagnosis berdasarkan gejala klinis saja tidak mudah. Untuk itu
peranan laboratorium sangatlah penting membantu penegakan diagnosis
Sarana laboratorium untuk membantu menegakkan demam tifoid secara
garis besar digolongkan dalam tiga kelompok yaitu:
(1) isolasi kuman penyebab demam tifoid, S.typhi , melalui biakan kuman
dari spesimen seperti darah, sumsum tulang, urin, tinja, dan cairan
duodenum,
(2) uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen S.typhi dan
menentukan adanya antigen spesifik dari S.typhi, serta (3) pemeriksaan
pelacak DNA kuman S.typhi.

6. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi


penatalaksanaan yang meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi
penunjang (baik simptomatik maupun suportif), serta pemberian
antimikroba. Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi demam tifoid
yang meliputi komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal

4
Tabel.1 Obat dan Dosis Antimikroba untuk Demam Tifoid (Kemenkes,2006)

Antibiotik Dosis Kelebihan/Keuntungan


Kloramfenikol Dewasa: 4 x 500 mg ( 2 gr)/ - Merupakan
obat yang
hari paling lama digunakan dan
dikenal paling efektif
selama 14 hari.
terhadap demam tifoid.
Anak : 50-100 mg/kgBB/hari - Murah, dapat diberikan
maksimal 2 gr, diberikan peroral, dan sensitivitas
selama 10-14 hari. masih tinggi.
- Pemberian PO/IV
- Tidak diberikan bila
leukosit <2000/mm3.

Seftriakson Dewasa: 2-4gr/hari selama 3 -5 - Cepat menurunkan suhu,


hari. lama pemberian tunggal
Anak : 80 mg/kgBB/hari dosis dan dapat dosis tunggal
tunggal selama 5 hari. serta cukup aman untuk
anak.
- Pemberian IV
Ampisilin Dewasa: 3-4gr/hari selama 14 - Aman untuk
da hari. penderita hamil.
n amoksisilin Anak : 100 mg/kgBB/hari dosis - Sering dikombinasi
tunggal selama 10 hari. dengan kloramfenikol
untuk pasien
kritis.

5
- Tidak mahal.

- Pemberian PO/IV
TMP-SMX Dewasa: 2 x (160-800) selama
2 minggu.
(kotrimoksazol)
Anak : TMP 6-10
mg/kgBB/hari atau SMX 30-50
mg/kgBB/hari
selama 10 hari.
Quinolon a. Siprofloksasin: 2 x 500 mg - Pefloksasin dan
selama satu minggu fleroksasin lebih cepat
b. Ofloksasin: 2 x (200-400) dalam menurunkan suhu.
mg selama satu minggu - efektif dalam mencegah
c. Pefloksasin: 1 x 400 mg relaps dan karier.
selama satu minggu - Pemberian peroral
d. Fleroksasin: 1 x 400 mg
- Anak: tidak dianjurkan
selama satu minggu
karena efek samping pada
pertumbuhan tulang.

Cefixime Anak : 15-20 - Aman untuk anak.


mg/kgBB/hari
- Pemberian peroral.
selama 10 hari dibagi menjadi 2
dosis. - Efektif.

Tiamfenikol Dewasa: 4x500 mg - Dapat untuk anak


dan dewasa.
Anak : 50 mg/kgBB/hari
- Dilaporkan sensitif pada
selama 5-7 hari bebas panas.
beberapa daerah.

Daftar Pustaka

Medulab, 2017, Medical Reference Handboook. Medical Education Laboratory

6
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan panas badan sejak 4 hari SMRS, panas tinggi terus

menerus tapi turun dengan pemberian obat panas. batuk berdahak +, pilek +, mual +, muntah

+, nyeri perut +, diare -, nyeri di persendian -, bintik2 merah ditangan -, mimisan -, muntah

darah -, sesak -, nyeri tekan otot betis -, BAK seperti biasa, 2 hari belum BAB, kentut + ,

makan minum menurun.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU lemah, suhu badan 39 ºC, pada kepala/leher

ditemukan lidah kotor (+), pada abdomen nyeri epigastrium +. Pada hasil lab ditemukan hasil

serologi S. Paratyphi B + (1/80), S. Paratyphi A + (1/80), S. Typhi O + (1/640).

Dari data diatas diagnosis pasien mengarah ke Tifoid fever, jadi planning terapi yang

diberikan ke pasien adalah sbb : Propietik supp 160 mg, Lapifed Exp 3 x cth I, Sanmol syr 4

x cth I (250mg), Tiampenicol syr 4 x cth I (250mg), Biostrum syr 1 x cth I (250mg),

Ranitidin 3 x pulv 21 mg, Domperidon syr 3 x cth I, dan kami sarankan untuk MRS karna

dari hasil serologi test Widal yang tinggi dan KU pasien yang lemah.

Anda mungkin juga menyukai