Case Report Iufd
Case Report Iufd
Case Report Iufd
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Masri wulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Tanggal/tempat lahir : 12-08-1980/ Lampung
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan matraman raya no 130/E23 Jakarta Timur
Tgl. Masuk RS : 31-10-2016
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. Sri hadi siswanto
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : PNS Gol IID Perwakilan Kodam V Brawijaya, Jabatan
Runga mess Brawijaya
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan matraman raya no 130/E23 Jakarta Timur
1
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis , 31 Oktober 2012, jam 18.30 WIB)
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan mulas.
Dari hasil USG terakhir tanggal 27 Oktober 2016 dinyatakan DJJ+, Usia Kehamilan 40-
41 minggu, dengan berat janin 3850gr.
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 12 thn, lama 5-7 hari, siklus haid 28 hari, teratur,
banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang hebat selama haid.
2
Hari Pertama Haid Terakhir, 28 Januari 2016. Haid terakhir selama 5-7 hari banyaknya 2-
3 pembalut, tidak nyeri.
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali, pada umur ibu 24 tahun dan umur suami 34 tahun.
7. Riwayat KB
Kontrasepsi suntik per 3 bulan selama 2 tahun.
1. PEMERIKSAAN UMUM
3
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 120/90 mmHg, lengan kanan, berbaring
- Frekuensi nadi: 86x/menit, reguler, kuat, volume cukup, ekual kiri dan kanan
- Pernapasan : 20 x/menit, reguler
- Suhu : 36,7 0C, aksiler, afebris
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid
(-), sekret (-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-), mukosa
hiperemis (-)
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula ditengah, oral
higiene baik
Leher
Bentuk : Simetris, normal
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : Lurus di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
4
Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal, vokal
fremitus kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial garis
midklavikularis kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : tampak buncit, tidak tampak tanda radang, linea nigra (+), striae alba (+),
teraba supel, defans muskuler -/-, nyeri tekan -/-, nyeri lepas -/-, bising usus (+).
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem tungkai
+/+
Pemeriksaan dalam
5
Vaginal Toucher: tidak dilakukan, karena pasien pro Sc dan tidak ada
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6
E. RESUME
Ny. S, 31 tahun, datang dengan keluhan gerakan janin sudah tidak terasa sejak 4 hari
SMRS. Pasien menyangkal adanya mules-mules, keluar lendir darah dan keluar air-air dari
kemaluan. belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Riwayat ANC di Puskesmas Lubuk Baja
rutin satu kali per bulan. Riwayat menstruasi teratur, HPHT: 10-Juli-2011. Riwayat
pernikahan: Menikah pertama kali pada tahun 2000. Riwayat kehamilan dan persalinan:
G4P3A0H3. Kontrasepsi: Pernah KB suntik 3 bulan setelah nikah kemudian berhenti.
Pada pemeriksaan fisik, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/m, S: 36,8 0C
Pada pemeriksaan obstetrik: TFU: 32 cm, dengan presentasi kepala, letak memanjang,
punggung janin di bagian kiri ibu dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Pada vaginal
toucher didapatkan pembukaan 2 cm, portio tebal, lunak dan ketuban (+), kepala Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan tanda-tanda proses infeksi pada ibu. Pada
pemeriksaan USG didapatkan kesan IUFD e.c. suspek hidrops fetalis.
F. DIAGNOSIS
G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum inpartu.
G. PENATALAKSANAAN
- Observasi kemajuan persalinan dan His
- Pematangan serviks pasang kateter Foley dan misoprostol 1 tablet pervaginam dan
dilanjut dengan induksi persalinan
- Rencana partus pervaginam
- Terapi: - IVFD Dextrose 5% + syntocinon 10 IU drip 20 tetes/menit
- ATP Dankos tab 3x1
H. PROGNOSIS
Ibu
Ad vitam: Bonam
Ad functionam: Dubia ad Bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
7
Janin
Ad vitam: Malam
I. FOLLOW UP
19-03-2012 (pukul 06.10 WIB)
S: Kadang-kadang timbul mules, keluar darah dari kemaluan
O: KU / Kes : baik / CM
TD : 120/80 mmHg N: 84 x/m RR: 22 x/m S : 36,7oC
Status generalis
Mata : konjungtiva pucat -/-
Thoraks: Cor: S1-S2 reguler, gallop (-) murmur (-)
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen: buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: buncit, TFU: 32 cm
Genital: lendir dan darah (+), jumlah sedikit
Vaginal toucher : tidak dilakukan
A: G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum
inpartu.
P: Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin)
Rencana partus pervaginam Induksi foley catheter
Terapi : IVFD Dextrose 5% ditambah syntocinon 10 UI drip 20 tetes/menit
ATP Dankos tab 3 x 1
Diet tinggi kalori dan protein (TKTP)
8
Pulmo: SN vesikuler, ronchi -/- wheezing -/-
Abdomen: buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat dan oedem di kedua ekstremitas bawah
Status obstetrikus
Abdomen: buncit, TFU: 32 cm
Genital: lendir dan darah (+), jumlah sedikit
A: G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi kepala, belum
inpartu.
P: Observasi keadaan umum, tanda vital, kemajuan persalinan (pembukaan serviks dan
penurunan kepala janin)
Terapi : IVFD Dextrose 5% ditambah syntocinon 10 UI drip 20 tetes/menit
ATP Dankos tab 3 x 1
Diet tinggi kalori dan protein
9
Diet TKTP, mobilisasi, perawatan payudara, perhatikan higiene vagina dan sekitarnya
J. ANALISA KASUS
Pada kasus ini Ny. S, 31 tahun dengan diagnosa kematian janin intrauterin atau Intra
Uterine Fetal Death (IUFD). Dalam kasus ini, diagnosis Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
disesuaikan dengan literatur.
Pasien dengan G4P3A0 Hamil 36-37 minggu dirujuk dari klinik dengan kecurigaan
IUFD karena gerakan janin tidak dirasakan ibu 4 hari SMRS. Keadaan ini sesuai dengan
salah satu dasar diagnosis IUFD yang bersifat subjektif. Pasien menyangkal merasa mules,
keluar lendir darah dari kemaluannya, hal ini menjelaskan bahwa pada pasien ini belum ada
tanda – tanda inpartu. Tanda-tanda inpartu ialah mules-mules (his) yang teratur, bloody show
(lendir darah), serta pembukaan dan penipisan serviks.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, riwayat penyakit sistemik, infeksi, dan
alergi dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,
merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak memiliki binatang peliharaan.
Usia kehamilan pada pasien ini sesuai dengan kehamilan 36-37 minggu berdasarkan hari
pertama haid terakhir pasien.
10
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan tanda- tanda
kehamilan pada pasien ini sesuai dengan masa kehamilan. Ukuran tinggi fundus uteri yang
berkurang dari usia kehamilan tidak ditemukan dalam kasus ini mengingat kematian janin
baru berlangsung 4 hari sebelum ke rumah sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan pada
auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut
membuktikan adanya kematian janin intra uterin. Janin IUFD, letak memanjang dengan
presentasi kepala, kepala janin di Hodge I.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan darah dan urine dalam batas
normal pada wanita dengan kehamilan. Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan janin
IUFD, disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidak adanya
gerakan janin dan DJJ (-), sehingga dapat ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental. Namun, pada pasien
ini faktor maternal dapat kita coba singkirkan, berdasarkan anamnesis pasien tidak ada
riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus ataupun Hipertensi yang sering menyebabkan
IUFD. Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini.
Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat-
obatan lama.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan pemeriksaan
autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin. Pasien tidak memiliki
binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang menurut literatur dapat
menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin. Anomali kromosom biasanya terjadi pada
ibu dengan usia diatas 40 tahun, dan dibutuhkan analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus
juga sangat kecil kemungkinannya mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan dengan
penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih melalui induksi
persalinan pervaginam. Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Komplikasi IUFD lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan
gangguan pembekuan darah, infeksi dan berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa
ibu. Pasien datang dengan keadaan belum inpartu dan servik belum matang, maka dilakukan
induksi pesalinan dengan pematangan serviks.
11
Tindakan induksi pada pasien pertama-tama menggunakan folley catheter no. 24 yang
diisi 60 cc dimasukan kedalam ostium eksterna uteri melalui kanalis servikalis dan ostium
interna uteri. Hal ini diharapkan akan merangsang pematangan serviks ditandai dengan
terlepasnya catheter yang dipasang. Penggunaan cara mekanik ini menurut pustaka
menunjukkan angka keberhasilan yang signifikan dalam tindakan awal untuk pematangan
servik. Dengan menggunakan mekanisma pemisahan membran ketuban dari desidua
diharapkan akan terjadinya pelepasan prostaglandin yang nantinya akan melunakkan servik.
Pada pasien ini terlepasnya folley catheter dengan sendirinya dan diteruskan proses
induksi dengan misoprostol. Tindakan induksi dengan penggunakan prostaglandin sintetis ini
menurut kepustakaan sangat efektif dalam memacu pematangan servik dan menginduksi
persalinan. ACOG sendiri merekomendasikan penggunaan misoprostol intravaginal pada
dosis 25 mikrogram atau ¼ tablet (100 mg). Aplikasi ini dapat menekan kebutuhan
oksitosin, mencapai persalinan pervaginam lebih cepat dalam waktu 24 jam setelah induksi
dan menekan interval induksi – persalinan.
Setelah pembukaan lengkap dan ibu sudah menunjukkan tanda – tanda persalinan kala
II. Diakukan pimpinan persalinan kala II, akhirnya pasien selamat melahirkan secara
pervaginam tanggal 21 Maret 2012 jam 0408. Bayi lahir spontan LBK. Bayi lahir dengan
berat badan 2600 g, panjang badan 43 cm, anus (+), jantina perempuan, APGAR skor 0/0,
didapatkan maserasi grade II yang menunjukkan bahwa waktu kematian antara 2 -7 hari,
ditandai dengan adanya bullae pada kulit bayi dan mulai mengelupas pada pemeriksaan luar.
Tali pusat besar menebal dan pendek, plasenta berat 1,5 kg, lahir kesan tidak lengkap
(hancur). Kontraksi uterus baik, perdarahan dalam batas normal.Penyebab kematian pada
12
janin dalam kasus ini, kemungkinan besar akibat dari faktor janin, yaitu hidrops fetalis yaitu
karena terjadi pengumpulan cairan abnormal pada rongga tubuh janin.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist (1995) menyatakan
Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ialah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram
atau lebih.1,2,3
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal
death dibagi menjadi1,2,3 :
Early Fetal Death : kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu.
Intermediate Fetal Death: kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 20-
27 minggu.
Late Fetal Death : kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28
minggu.
II. EPIDEMIOLOGI
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada
survei yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit
besar yang pada umumnya merupakan referral hospital, sehingga belum dapat
menggambarkan angka kematian perinatal secara keseluruhan. Angka kematian perinatal di
RSUP Fatmawati pada tahun 2007 ialah 63,98 per 1000 kelahiran hidup. 1
III. ETIOLOGI1,2,3
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial, yaitu :
1. Faktor Fetal (25 – 40%)
Anomali kromosom
Defek kelahiran non-kromosom
Non – imun hidrops
14
Infeksi ( virus, bakteri, protozoa )
IV. PATOFISIOLOGI
A. FAKTOR FETAL
25 – 40% dari bayi dengan lahir mati ( stillbirths ) diakibatkan oleh faktor fetal. Salah
satu faktor yang biasanya mengakibatkan kematian janin ialah malformasi kongenital mayor.
Insidensi infeksi janin intra uterin juga sering menyebabkan kematian pada janin, infeksi
Rubella, CMV (CytoMegaloVirus, Parvovirus B-19, varicella dan listeriosis. 1,2,3
15
B. FAKTOR PLASENTAL
Penyebab kematian janin terkait dengan adanya abnormalitas pada plasenta, tali pusat
dan membran plasenta
1. Plasenta ; Pada kehamilan, janin yang normal mendapatkan sirkulasi dari pembuluh
darah umbilikal dengan jumlah 350 – 400 ml/menit.2,3
2. Tali Pusat ; terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis allantois dan
mesoderm primer. Panjang tali pusat normal ialah 50 – 60 cm dengan diameter 12 mm.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di dalam dua trimeter pertama.
Tali pusat abnormal, Tali pusat panjang : > 100 cm
Tali pusat pendek : < 30 cm
16
C. FAKTOR MATERNAL
Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah dua penyakit ibu yang sering menyebabkan
kematian janin intra uterin. 1,2,3
V. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS IUFD1,3,5
Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia kehamilannya.
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada
ibu yang kurus.
Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid.
Tidak teraba gerakan-gerakan janin.
Auskultasi: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 10-12
minggu pada pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian
janin yang kuat.
Pemeriksaan Penunjang :
- USG (Ultrasonografi)
a) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur selama
periode observasi 10 menit dengan USG, merupakan bukti kuat adanya
kematian janin.
b) Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang
tengkorak akan tampak.
17
d) Robert’s sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung dan
pembuluh darah.
Pemeriksaan Hematologi :
Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C, ureum, kratinin,
profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus, anticardiolipin antibody.
Pemeriksaan Urine :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
Pemeriksaan Autopsi :
Langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi petunjuk pasti
sebab kematian janin.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan Hollier
(1997) 1:
1. Deskripsi bayi
malformasi
bercak/ noda
warna kulit – pucat, pletorik
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
pembengkakan - leher, lengan, kaki
hematoma atau striktur
jumlah pembuluh darah
panjang tali pusat
18
3. Cairan Amnion
warna – mekoneum, darah
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
TINDAKAN :
Indikasi dilakukan tindakan :
19
Gangguan psikologis dari pasien
Terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi uterus
Kadar fibrinogen yang menurun, kadar fibrinogen harus dinaikkan
melebihi kadar kritis sebelum dilakukan tindakan.
Adanya tendensi persalinan spontan akan terjadi lebih dari 2 minggu.
METODE-METODE TERMINASI
Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan
serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang
bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin
dinaikkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan
Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit.
Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu
tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko
tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian
prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan
bila upaya berulang tetap gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat
efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang
setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
20
SKEMA PENATALAKSANAAN IUFD2
Non-Interferensi
2 minggu
Gagal gagal
21
VII. KOMPLIKASI2,3
1. Gangguan psikologis
2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil,
namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme
pembentuk gas seperti Cl.welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat
terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular Coagulopathy (DIC).
Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas Rh yang tetap
dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya harus dipikirkan.
Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan
dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post
partum.
23
Caranya dengan amniocentesis atau amnioskopi. Pada keadaan normal otot sfingter ani
janin berkontraksi, sehingga mekoneum tidak keluar dan bercampur air ketuban, sehingga air
ketuban tetap jernih. Pada hipoksia akut terjadi hiperperistaltik otot-otot tubuh janin, dan
relaksasi sfingter ani sehingga mekoneum keluar dan menyebabkan air ketuban berwarna
kehijauan. Pada infeksi, terjadi koloni kuman pada selaput dan cairan ketuban
(korioamnionitis) sehingga ketuban juga akan berwarna kehijauan dan keruh.
Pemeriksaan rasio lecithin/sphyngomyelin (L/S ratio) pada cairan ketuban digunakan
untuk menilai prediksi pematangan paru janin (pembentukan surfaktan).
7. Ultrasonografi (USG)
Dapat digunakan untuk menilai :
Kantong gestasi : jumlah, ukuran, lokasi, bentuk, keadaan.
Janin : hidup/mati, presentasi, pertumbuhan, kelainan bawaan, perkiraan usia gestasi
melaui biometri janin (CRL-Crown Rump length, BPD-Biparietal Diameter,
AC-Abdominal Circumference, FL-Femur Length).
Tali pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan dopller dapat menilai FDJP
(Fungsi Dinamik Janin Plasenta), SDAU (sirkulasi Darah Arteri
Umbilikalis)
Membran dan cairan amnion : keadaan dan jumlah.
Plasenta : lokasi, jumlah, ukuran, maturasi dan insersi.
Keadaan patologis : kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor, inkompetensia
serviks, dsb.
Dapat juga digunakan untuk membantu tindakan khusus : amniocentesis, fetoskopi,
tranfusi intrauterin, biopsi vili korialis
24
TES FUNGSI DINAMIK JANIN PLASENTA (FDJP) 6
Skor 2 0
Reaktivitas DJJ ≥2 <2
Akselerasi-Stimulasi ≥2 <2
Rasio SDAU <3 ≥3
Gerak nafas-Stimulasi ≥2 episode <2 episode
Indeks Cairan Amnion ≥10 cm <10 cm
8. Cardiotokografi (CTG)
Menggunakan dua elektroda yang dipasang pada fundus ( untuk menilai aktivitas uterus)
dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada perut ibu. Dapat pula
digunakan untuk menilai hubungan antara denyut jantung dan tekanan intrauterin. CTG bisa
digunakan untuk menilai fungsi kompensasi jantung janin terhadap stress fisologik, dengan
cara Non Stress Test (NST) dan Oxytocyn Challenge Test (OCT).
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin ( IUFD )
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan
efektif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin untuk
mendeteksi penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi pada ibu dapat
dihindari.
Penatalaksanaan IUFD dibagi menjadi penanganan ekspektatif dan aktif.
Penanganan aktif lebih baik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada ibu
dan mengurangi gangguan psikologis keluarga, terutama ibu.
Dukungan moral/psikologis dari pihak dokter dan keluarga sangat berperan
penting pada kasus IUFD.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah adanya abnormalitas dari
janin, yaitu hidrops fetalis. Namun, penyebab pasti hanya dapat ditegakkan
bila pada bayi yang dilahirkan dilakukan autopsi.
SARAN
Pemeriksaan Laboratorium TORCH dan Antifosfolipid yang merupakan
faktor resiko IUFD sebaiknya dilakukan sebelum kehamilan.
Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante Natal
Care secara teratur di RS atau Bidan.
Pemeriksaan USG minimal 3x selama kehamilan, 1x pada setiap trimester
untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya dan untuk
pemantauan kesejahteraan janin.
Penyuluhan pada para ibu dengan kehamilan untuk dapat melakukan
pemantauan kesejahteraan janinnya sendiri dengan cara yang sederhana,
26
misalnya menghitung gerakan janin dengan cara Cardif count, sehingga bila
terjadi penurunan kesejahteraan janin dapat di deteksi dini.
Pada kasus kematian janin intra uterin dapat ditentukan sebab kematian
dengan pemeriksaan autopsi, dengan syarat persetujuan dari pihak keluarga.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
st
2. Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21 Edition. McGraw Hill.USA. 1073-
1078, 1390-94, 1475-77
4. Scott, James. Disaia, Philip. Hammond, B. charles, Danforth Buku Saku Obstetri
dan Ginekologi. Cetakan pertama, Jakarta ; Widya Medika, 2002.
27
LAPORAN KASUS
Pembimbing:
dr. Juliansyah Badar, Sp.OG
Disusun oleh:
Mohd Syahmi bin Ahmad Nadzer
030.06.317
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya,
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Kematian Janin Intrauterin ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Otorita Batam.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr.
Juliansyah Badar, Sp.OG atas segenap waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan
selama proses pembuatan referat.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan demi
penyempurnaannya. Semoga referat ini dapat memberikan pemahaman baru bagi mahasiswa
kedokteran yang sedang mendalami Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada
khususnya.
29
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS 2
B.ANAMNESIS 3
C.PEMERIKSAAN FISIK 4
D.PEMERIKSAAN PENUNJANG 6
E. RESUME 7
F.DIAGNOSIS 8
G.PENATALAKSANAAN 8
H.PROGNOSIS 8
I.FOLLOW UP 9
J.ANALISA KASUS 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI 15
II. EPIDEMIOLOGI 15
III. ETIOLOGI 15
IV. PATOFISIOLOGI 16
V. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS IUFD 18
VI. PENATALAKSANAAN IUFD 20
VII. KOMPLIKASI 23
VIII. PENCEGAHAN 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 27
BAB V DAFTAR PUSTAKA 28
30