Manfaat Penerapan Zakat Core Principle

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

MANFAAT PENERAPAN ZAKAT CORE

PRINCIPLE (ZCP) DI INDONESIA


I. PENDAHULUAN
Institusi zakat merupakan lembaga perantara berbasis pada kegiatan sosial.
Keseluruhan biaya dialokasikan dari dana penghimpunan zakat dan infak. Zakat Core
Priciple (ZCP) merupakan titik awal kerangka kerja dan standar praktik tata kelola
berbasis zakat. Zakat Core Priciple (ZCP) terutama ditujukan untuk memperbaiki
kualitas sistem zakat dengan mengidentifikasi kelemahan seperti adanya pengawasan dan
regulasi. Zakat Core Priciple (ZCP) juga sangat penting sebagai panduan dan referensi
dalam menilai kinerja sistem pengelolaan zakat di suatu negara.

II. ISI
Zakat Core Principles (ZCP) adalah prinsip-prinsip utama pengelolaan zakat yang
berlaku secara internasional. Zakat Core Principles merupakan kontribusi Indonesia
terhadap pengembangan Islamic social finance dan standar pengaturan zakat yang lebih
baik di dunia. Dokumen tersebut memuat 18 prinsip yang mengatur 6 aspek utama
pengelolaan zakat, yaitu landasan hukum, supervisi zakat, tata kelola zakat, fungsi
intermediasi, manajemen resiko dan kesesuaian syariah. Zakat Core Principles ini juga
sangat penting sebagai panduan dan referensi dalam menilai kinerja sistem pengelolaan
zakat di suatu negara.
Penjelasan tentang 6 Aspek utama dalam ZCP :
 Aspek pertama, menitikberatkan kepada urgensi bagi satu negara untuk memiliki
dasar hukum pengelolaan zakat yang jelas, paling tidak pada tingkat undang-undang.
Dasar hukum ini akan menjadi pondasi beroperasinya sistem zakat di suatu negara.
 Aspek kedua, menitikberatkan pada aspek supervisi dan pengawasan. Harus ada
pembagian yang jelas antara institusi yang melaksanakan aspek operasional
pengelolaan zakat dengan institusi yang melakukan pengawasannya. Dalam konteks
Indonesia, fungsi pengawasan ini dilakukan oleh Kementerian Agama. Adapun
BAZNAS menjadi penanggungjawab operasionalisasi pengelolaan zakat.
 Aspek ketiga, memberikan panduan tentang bagaimana aspek tata kelola yang baik,
mulai dari sisi penghimpunan, penyaluran, hingga pada aspek pertanggungjawaban
dan pengawasannya. Diharapkan, aspek transparansi dan akuntabilitas lembaga
zakat betul-betul dapat dinilai dengan baik.
 Aspel keempat, berbicara tentang bagaimana fungsi intermediasi dijalankan oleh
institusi amil. Secara filosofi, tugas amil adalah menjembatani antara muzakki
(pembayar zakat) dan mustahik (penerima zakat). Dengan demikian dana zakat yang
diberikan dapat dimanfaatkan secara baik dan mampu mengubah kehidupan
mustahik ke arah yang lebih baik.
 Aspek kelima, menekankan pentingnya lembaga zakat untuk mengelola resiko yang
mungkin ditimbulkan dari aktivitasnya. Lembaga zakat harus mampu
mengidentifikasi resiko yang mungkin muncul, menilai apakah resiko tersebut
memiliki pengaruh yang serius terhadap kinerja lembaga atau dapat diabaikan, dan
tindakan mitigasi apa yang harus dilakukan.
Misalnya, dalam penyaluran beasiswa ada resiko keterlambatan pencairan dana. Ini
harus diantisipasi jangan sampai lembaga zakat terlambat menyalurkan dana zakat
untuk beasiswa mustahik karena berpotensi menghambat pendidikan mustahik dan
dapat menimbulkan reputasi yang kurang baik bagi lembaga zakat. Jika
keterlambatan tersebut tidak bisa dihindari, harus ada langkah-langkah mitigasi
resiko yang dilakukan.
 Aspek keenam, menegaskan pentingnya aspek kesesuaian syariah dalam
pengelolaan zakat. Jangan sampai model pengelolaan zakat menyimpang dari
syariah Islam. Bagaimanapun juga zakat adalah bagian dari ibadah dalam ajaran
Islam yang memiliki sejumlah aturan untuk diikuti dengan baik.

Kualitas program penyaluran zakat di Indonesia perlu untuk terus ditingkatkan.


Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) perlu untuk
meningkatkan kapasitasnya dalam menyalurkan zakat, baik untuk program-program
yang bersifat konsumtif dan jangka pendek, maupun untuk program-program yang
bersifat produktif, memberdayakan, dan memiliki dampak pada jangka panjang.

ZPC bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen zakat agar


semakin efektif dalam memobilisasi dana sosial publik bagi peningkatan kesejahteraan
umat di berbagai belahan dunia. Untuk mendukung penerapannya di berbagai negara,
prinsip-prinsip utama pengelolaan zakat disusun dengan memperhatikan kondisi spesifik
di masing-masing negara, mendorong pengelolaan yang lebih governance, akomodatif
dan sejalan dengan kerangka peraturan yang terkait dengan sub-sektor keuangan syariah
lainnya, serta mendukung konektivitas dengan sektor riil dan pembangunan modal
manusia.

Faktor-faktor penting dalam zakat core principle :

 Untuk mencapai objektivitas penuh, kepatuhan terhadap zakat core principle dinilai
oleh pihak eksternal yang memenuhi syarat yang terdiri dari dua individu dengan
latar belakang pengawasan yang kuat yang memiliki perspektif yang beragam
sehingga dapat memberikan checks and balances.
 Penilaian adil terhadap proses pengawasan lembaga zakat tidak dapat dilakukan
tanpa kerja sama yang tulus dari semua otoritas terkait.
 Proses untuk menilai masing-masing dari 18 Prinsip Utama memerlukan
penghitungan yang menghakimi sejumlah elemen yang hanya dapat dilakukan oleh
penilai berkualitas dengan pengalaman praktis dan relevan.
 Penilaian ini memerlukan penasihat hukum dan Good Corporate Governance (GCG)
dalam menafsirkan kepatuhan terhadap Zakat Core Principle, penafsiran hukum dan
GCG ini harus terkait dengan struktur legislatif dan akuntansi negara yang
bersangkutan.
 Penilaian harus komprehensif dan yang cukup memadai untuk memungkinkan
penilaian mengenai apakah kriteria dipenuhi dalam praktik, tidak hanya dalam teori.
Hukum dan peraturan harus memadai dalam lingkup dan kedalaman, dan ditegakkan
dan dipaksakan secara efektif.

III. PENUTUP
Dari pemaparan di atas dapat kita ambil kesimpulan, dalam implementasinya
Zakat Core Principle (ZCP) dapat diambil banyak manfaat bagi lembaga zakat di
Indonesia. Zakat Core Priciple (ZCP) juga sangat penting sebagai panduan dan
referensi dalam menilai kinerja sistem pengelolaan zakat di suatu negara. Dengan 6
Aspek utama dalam ZCP dapat di ambil banyak manfaat seperti lebih tegaknya dasar
hukum zakat pada suatu negara, lebih terkontolnya tata kelola zakat di suatu negara,
mengelola resiko-resiko yang ada, dan kesesuaian aspek syariah dalam mengelola
zakat.

Anda mungkin juga menyukai