Zakat Sebagai Instrumen Investasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PASAR MODAL SYARIAH SYARI’AH


“ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN INVESTASI PUBLIK ”
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada Prodi Perbankan
Syari’ah STAI Siliwangi Garut.

Dosen pengampu :
Nurfaedah, M.E.

Disusun Oleh:
1. Asep Muhamad Kamal Fasya
2. Muhamad Ridwan
3. Nurul Asiah
4. Widi Gustiani Sopian

PRODI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI GARUT


ABSTRACT

Zakat is one of the pillars of Islam which explains the special obligation to
issue a portion of an individual's wealth for social good. There is a lot of literature
that examines zakat from various aspects, both from legal aspects (fiqh),
management, potential and its role in poverty alleviation. Economists and
enthusiasts of modern development studies have also carried out many similar
studies. This shows the extent of the study and writing about zakat which seeks to
prove the importance of the role played by zakat as an instrument for public
investment. The obligation of zakat in Islam has a very fundamental meaning,
besides being closely related to the aspects of divinity, it is also closely related to
economic and social problems. Related to the aspect of divinity (hablunminallah)
there are many verses of the Koran which mention the problem of zakat, including
27 verses that juxtapose the obligations of zakat with the obligation to pray
simultaneously. Bukhari) While related to social aspects (hablunminnaas), orders
of the Journal of Islamic Economics and Business Studies Volume I, Number 2,
December 2016 - 75 - zakat can be understood as an inseparable unity in an effort
to realize social welfare, so that zakat is expected to minimize the gap between rich
people and poor people by increasing economic growth at the level of individuals
who will accumulate at the community leve

ABSTRAK

Zakat sebagai salah satu pilar Islam yang menjelaskan tentang kewajiban
khusus dalam mengeluarkan sebagian kekayaan individu untuk kebaikan sosial.
Banyak literatur yang mengkaji zakat dari berbagai aspek, baik dari aspek hukum
(fiqh), manajemen, potensi maupun peranannya dalam pengentasan kemiskinan.
Kalangan ekonom dan peminat kajian pembangunan modern juga telah banyak
melakukan kajian- kajian serupa. Hal ini menunjukkan sedemikan masivnya kajian
dan tulisan tentang zakat yang berusaha membuktikan betapa pentingnya peranan
yang dimainkan zakat sebagai sebuah instrument bagi investasi publik. Kewajiban
zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat fundamental, selain berkaitan erat
dengan aspek-aspek ketuhanan, juga berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan
sosial. Terkait dengan aspek ketuhanan (hablunminallah) banyak ayat- ayat al-
Quran yang menyebutkan masalah zakat, termasuk diantaranya 27 ayat yang
menyandingkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat secara bersamaan
.Bahkan Rasulullah menempatkan zakat sebagai salah satu pilar utama dalam
menegakkan agama Islam (HR. Sahih Bukhari). Sedangkan terkait dengan aspek
sosial (hablunminnaas), perintah Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I,
Nomor 2, Desember 2016 - 75 - zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam upaya mewujudkan kesejahteran sosial kemasyarakatan,
sehingga zakat diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan antara orang kaya dan
orang miskin dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada level individu
yang akan terakumulasi pada level masyarakat

Kata Kunci : Zakat, Instrumen, Investasi Publik


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi islam sebenarnya telah muncul sejak islam itu dilahirkan, ekonomi
islam lahir bukanlah sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan bagian
integral dari agama islam. Sebagai ajaran hidup yang lengkap. Islam memberikan
petunjuk terhadap semua aktivitas manusia termasuk ekonomi1. Zakat merupakan
rukun Islam yang ke tiga, dimana rukun islam tersebut sebagai pilar agama, maka
agama tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Perintah tentang zakat itu sendiri sudah
termaktub dalam kitab suci Al-Quran. Diantaranya ada dalam surat At-Taubah: 60,
As-Syams: 9, An-Najm: 32, dan masih ada lagi di surat yang lainnya. Pengeluaran
/ pembayaran zakat didalamm islam mulai efektif dilaksanakan sejak setelah hijriah
dan terbentuknya negara islam di madinah. Orang-orang yang beriman dianjurkan
untuk membayar sejumlah tertentu dari hartanya, dalam bentuk zakat. Pembayaran
zakat merupakan kewajiban agama dan merupakan salah satu dari lima rukun islam.
Kewajiban inni berlaku bagi setiap muslim yang telah dewasa, merdeka, berakal
sehat, dan telah memiliki harta itu setahun penuhdalam memenuhi nisab zakat
dikenakan atas harta kekayaan berupa emas, perak, barang dagangan, binatang
ternak tertentu, harta karun, barang tambang dan hasil panen. Dan Zakat merupakan
sumber pertama dan terpenting dari penerimaan negara, pada awal pemerintahan
islam. 2

Pengambilan zakat pada setiap harta yang terdapat kelebihan, meliputi


bidang moral, sosial, dan ekonomi. Dalam bidang moral, zakat bisa mengikis sifat
ketamakan dan kerakusan yang terdapat dalam diri seseorang. Dalam bidang sosial,
zakat bertindak sebagai alat yang digunakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan
masyarakat dengan menyadarkan pemilik harta berlebih akan tanggung jawab

1
Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers,2015)
Hal. 16
2
Ibid., Hal.511-512
sosialnya. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah dari penumpukan kekayaan
pada segelintir orang yang nantinya akan berakibat pada kesenjangan
pendistribusian ekonomi, dan tentunya hal itu akan mengakibatkan ketidakstabilan
kondisi ekonomi umat. Maka dari itu, untuk menciptakan keadilan sosial ekonomi
dalam masyarakat, instrument zakat merupakan jawaban yang bisa mewujudkan
semua itu. Zakat dapat menunjang dalam pembangunan ekonomi, karena konteks
dari zakat itu sendiri mengandung anjuran untuk saling tolong-menolong sesama
manusia3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat, baik secara etimologi maupun terminologi ?
2. Bagaimana hukum dan hikmah dari zakat?
3. Apa saja fungsi dan harta yang dizakati?
4. Bagaimana peran zakat sebagai Instrumen Investasi?
5. Bagaimana Investasi zakat dan kesejahteraan umat?

3
Eca, “Makalah Tentang Zakat, Manajemen Investasi Syariah” diakses di
https://ekasaktiani24.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-zakat-manajemen.html Pada
Tanggal 26 Juni 2019 Pukul 23:42
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat

Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, sebagai bentuk ketaan
kepada Allah dan kewajiban kepada sesama manusia4. Jika Ditinjau dari segi
bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘ keberkahan’, al-
namaa ‘pertumbuhan dan perkembangan, ath-thaharatu ‘kesucian, dan ash-shalahu
‘kebesaran. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya
dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan tetapi pada
prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diseahkan kepada
yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.5

B. Hukum Zakat

Seperti halnya kata shalat, maka status zakat hukumnya wajib yang sama
pentingnya seperti shalat. Ini berarti bahwa shalatitu sendi atau tiang utama dari8
bangunan islam.demikian zakat sebgai rukun islam, meninggalkan zakat bagi
yang mampu, batallah status orang sebgai penganut ajaran islam yang baik. Hal
ini juga selaras dengan dalil-dalil Al- Quran Surat Al baqarah : 43 artinya “ dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang
ruku’.6

1. Hukum Islam
Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima yang merupakan
pilar agama, yang ketika tidak ada dari kelima rukun tersebut, maka
agama tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Mengenai hukum zakat, hal itu

4
Sony Santoso dan Rinto Agustino, Zamat sebagai Ketahanan Nasional,
(Yogyakarta:Penerbit Deepublish, 2018) Hal.1
5
Dindin Hafiphuddin, Zakat dalam Perekonomian, (Jakarta:Gema Insani, 2002) Hal.7
6
Kartika Sari Elsi, Zakat dan Wakaf, PT Grasindo, Jakarta : 2007
terdapat dalam Al-Quran, yang salah satunya terdapat dalam surat An-
Nisa : 77
Yang artinya:
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku”
Kemudian terdapat dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda :
“Sembahlah Allah jangan kamu persekutukan dengan sesuatu,
dirikanlah, shalat, keluarkanlah zakat dan hubungkan kasih sayang”
(HR. Shahih Bukhari).
Dari kedua sumber hukum tersebut terlihat bahwa adanya perintah untuk
mengerluarkan zakat dari harta yang dimiliki. Zakat itu hukumnya wajib
bagi umat muslim, dan siapapun yang tidak melaksanakannya maka ia
telah melanggar ketentuan Islam dan tentunya telah ingkar terhadap
perintah Allah SWT.

2. Hukum positif
Berdasarkan peraturan perundang-undangan zakat, zakat diatur
berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor
581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999. Dalam
Undang-undang tersebut dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa zakat
adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang
dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Gerakan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat perlu ada
dukungan. Dukungan nyata dari pemerintah diperlukan sebagai
pembenaran dalam penerapan UU No. 38 tahun 1998 tentang ketentuan
pengelolaan zakat. Dalam bab 1 pasal 3 dinyatakan bahwa : “pemerintah
berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan
kepada Muzakki, Mustahiq, dan amil zakat7.

C. Hikmah dan Manfaat Zakat

Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT , mensyukuri


nimat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan mterialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk
menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, kea rah
kehidupan yang lebih baikdan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar
dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, dan hasad yang
munkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang
memiliki harta cukup banyak.

Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hodupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah SWT, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak
memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan
nafkah diri dan keluarganya. Disamping sebagai pilar amal bersama, zakat juga
merupakan salah satu bentuk konkret dari jaminan social yang disyariatkan oleh
ajaran islam. Melalui syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir, miskin dan
orang-orang menderita lainnya, akan terperhatikan denganbaik.

Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana


maupun prasarana yang harus dimiliki umat islam, seprti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, social maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan

7
Eca, “Makalah Tentang Zakat, Manajemen Investasi Syariah” diakses di
https://ekasaktiani24.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-zakat-manajemen.html Pada
Tanggal 26 Juni 2019 Pukul 23:42
kualitas sumber daya manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang
yang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin
maupun sabilillah.

Kelima, untuk memasyarakatan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu
bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapimengeluarkan bagian dari
hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baikdan benar sesuai
dengan ketentuan Allah.

Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan


salah satu instrument pemerataan pendapat. Denganzakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan, economic with equity. Monzer Kahf menyatakan zakat dan system
pewarisan islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter dan bahwa
sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar. Zakat, menurut Mustaq
Ahmad, adalah sumber utama kas Negara dan sekaligus merupakan sokoguru dari
kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al-Qur’an. Zakat akan mencegah
terjadinya akumulasi harta pada satu tangan dan pada saat yang sama mendorong
manusia untuk melakukan investasi dan mempromosikan manusia untuk
melakukan investasi dan mempromosikan distribusi.

Ketujuh, dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang
beriman untuk berzakat, infak dan sadaqahmenunjukkan bawa ajaran Islam
mendorong umatnya unntukmampu bekerja dan berusaha sehingga harta kekayaan
yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga
berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang dikelola dengan baik
akan adapat membuka lapangan kerja dan usaha yang luas, sekaligus penguasaan
asset-aset oleh umat islam.8

8
Hafudhuddin Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Tim GIP Jakarta : Gema Insani 2002
D. Fungsi Zakat

Selain sebagai discretionary fiscal stabilizers, zakat juga berfungsi sebagai


Automatic fiscal stabilizers. Zakat dengan tarif tetap bertindak sebagai pajak
proposional yang akan menurunkan dampak pengganda (Multiplier effect)
sehingga akan mengurangi fluktuasi output secara otomatis. Disaat yang sama dana
zakat dana zakat yang terkumpul akan dibelanjakan kepada kelompok miskin
sehingga membuat konsumsi kelompok ini dapat terus berjalan tanpa terpengaruh
oleh kondisi ekonomi. Hal ini membuat penggandaan dan output menjadi lebih
stabil. Dengan demikian kombinasi fungsi Zakat sebagai pajak proporsional dan
tunjangan bagi kelompok miskin, akan meredam dampak fluktuasi sklus bisnis
perekonomian dan dalam perekonomian islam, zakat juga berperan sebagai
instrumen untuk stabilitas nilai uang9.

Adapun tujuan zakat dan dampaknya dalam kehidupan masyarakat,


sebagaimana diketahui zakat didasarkan pada delapan asnafnya yang tersebut
dalam al-Quran surat At-Taubah 60, Memperjelas kedudukan dan fungsinya dalam
masyarakat yaitu terkai dengan :

1. Tanggung jawab Sosial (dalam hal penanggulangan kemiskinan,


pemenuhan kebutuhan fisik minimum, Penyediaan Lapangan kerja dan
juga Asuransi sosial (dalam adanya bencana alam dan lain-lain)
2. Perekonomian, Yaitu dengan mengalihkan harta yang tersimpan dan
tidak prosuktif menjadi beredar dan prosuktif dikalangan masyarakat.
Misalnya harta anak yatim; “Usahakanlah Harta anak yatim itu sehingga
tidak habis oleh zakat (Hadits)
3. Tegaknya jiwa ummat, yaitu melalui tiga prinsip:
a. Menyempurnakan kemerdekaan setiap individu (fi riqob)

9
Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia : Diskusi pengelolaan Zakat Nasional dari
Rezim undang-undang nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim Undang-undang nomor 23 tahun 2011,
(Jakarta : Prenadamedia Group, 2015) Hal. 17
b. Membangkitkan semngat beramal sholih yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Misalnya berhutang demi kemaslahatan
masyarakat ditutupi oleh zakat
c. Memelihara dan mempertahankan akidah (fi sabilillah)10

E. Harta yang dizakati

Zakat pada hakikatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang
kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin di antara mereka sesuai dengan
ketentuan agama Islam. Inilah 8 Jenis Harta yang Wajib Dizakati

1. Hasil Perdagangan

Setiap harta hasil berniaga atau berdagang wajib dizakatkan meliputi barang
dagangan, ditambah uang kontan, dan piutang yang masih mungkin
kembali. Besar zakatnya 2,5 persen dikeluarkan setelah dikurangi utang dan
kerugian, telah mencapai nisab (85 gram emas) dan telah berusia satu tahun
haul.

2. Hasil Pertanian dan Buah-buahan


Hasil pertanian dan panen buah-buahan juga wajib untuk dizakatkan. Nisab
zakat pertanian dan buah-buahan adalah 5 wasq atau setara dengan 653
kg. Zakat yang dikeluarkan bila diairi dengan air hujan atau air sungai 10
persen dan bila diari dengan air yang memakan biaya lain seperti diangkut
kendaraan, menggunakan pompa dan sebagainya, zakat yang dikeluarkan 5
persen, dan dizakati setiap panen.

3. Hewan Ternak
a. Zakat hewan ternak unta:
 5 (lima) sampai 9 (sembilan) ekor unta, zakatnya 1 ekor kambing.

10
Fuadi, Zakat dalam Sistem Hukum Pemerintahaan Aceh, (Yogyakarta : Depublish,
2016) Hal 45-46
 10 (sepuluh) sampai 14 (empat belas) ekorr unta, zakatnya 2 ekor
kambing.
 15 (lima belas) sampai 19 (saembilan belas) ekor unta, zakatnya 3
ekor kambing
 20 (du puluh) sampai 24 (dua puluh empat) ekor unta, zakatnya 4
ekor kambing.
b. Zakat hewan ternak sapi atau kerbau:
 30 – 39 ekor sapi /kerbau, zakatnya 1 (satu) ekor sapi jantan/betina
usia 1 tahun
 40 – 59 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 (dua) ekor anak anak sapi betina
usia 2 tahun
 60 – 69 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 ekor anak sapi jantan
 70 – 79 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 (dua) ekor anak sapi betina usia
2 tahun ditambah 1 (satu) ekor anak sapi jantan 1 tahun. dan
seterusnya.
c. Zakat hewan ternak kambing atau domba:
 0 (nol) – 120 ekor, zakatnya 1 (satu) ekor kambing.
 120 – 200 ekor, zakatnya 2 (dua) ekor kambing.
 201 – 399 ekor, zakatnya 3 (tiga) ekor kambing
 400 – 499 ekor, zakatnya 4 (empat) kambing dan seterusnya
setiap 100 (seratus) ekor zakatnya ditambah 1 (satu) ekor
kambing.

4. Rikaz (Barang Temuan)


Setiap penemuan harta terpendam dalam tanah selama bertahun-tahun atau
rikaz, berupa emas atau perak yang tidak diketahui lagi pemiliknya maka
wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20 persen.

5. Hasil Profesi
Zakat yang dikeluaran dari penghasilan profesi jika sudah mencapai nilai
tertentu (nisab) profesi yang dimaksud mencakup profesi pegawai negeri
atau swasta. Seeorang pegawai dengan penghasilan minimal setara 653 kg
gabah kering wajib megeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.

6. Investasi
Zakat investasi dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi.
Contohnya, bangunan atau kendaraan yang disewakan. Zakat investasi
dikeluarkan pada saat menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenai zakat.
Besar zakat yang dikeluarkan 5 persen untuk penghasilan kotor dan 10
persen untuk penghasilan bersih. Sebagian ulama Hambali menganalogikan
ke dalam zakat perdagangan dengan nisab 85 gram serta sampai haul.

7. Tabungan
Setiap Muslim yang memiliki uang dan telah disimpan terhitung mencapai
satu tahun dan nilainya setara 85 gr emas wajib mengeluarkan zakat sebesar
2,5 persen.

8. Emas/Perak
Setiap Muslim yang memiliki simpanan emas atau perak selama satu tahun
dan nilai minimalnya mencapai 85 gram emas wajib mengeluarkan zakat
sebanyak 2,5 persen.11

F. Zakat Sebagai Instrumen Investasi Publik


Investasi merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dimasa yang akan datang, mengetahui kebutuhan yang akan datang

11
Dompet Dhuafa Banten, “8 Jenis Harta yang Wajib Dizakatkan”, Diakses di
https://ddbanten.org/harta-wajib-zakat/ pada tanggal 26 Juni 2019 Pukul 22:50


menjadi kata kunci sebelum melakukan investasi. Kemampuan untuk melakukan
investasi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang akan
sangat tergantung dengan seberapa besar kemampuan menyisihkan tabungan.
Berkenaan dengan ini, zakat merupakan salah satu instrumen investasi yang
berlandaskan social investement cost terhadap kelebihan harta benda yang sudah
mencapai nishab.
Dan atau tabungan senantiasa akan diputar oleh pihak perbankan atau
lembaga keuangan lainnya, karena apabila tidak di investasikan ke sektor rill maka
akan mengurangi nilai dari dana atu tabungan tersebut, sehingga sektor rill akan
terus bergerak, kemudian tingkat produktivitas atau investasi dalam perekonomian
secara otomatis akan meningkat.
Investasi dalam perekonomian islam di tentukan oleh dua factor, yaitu
tingkat harapan akan tingkat keuntungan akan meningkat dan tingkat/ besar iuran
pada aset-aset yang tidak termanfaatkan meningkat. Karena tingkat harapan
keuntungan bukan merupakan variabel yang dapat dikendalikan, satu-satunya
instrument yang tersedia untuk mendorong investasi adalah tingkat iuran pada
asset-aset yang tidak bermanfaat, hal ini merupakan alternatif dalam perekonomian
konvensional.
Melihat demikian, kata Syahrial, zakat merupakan instrumen yang
berfungsi untuk mendorong masyarakat atau investor untuk melakukan investasi,
hal ini sejalan dengan teori ekonomi konvensional dimana investasi merupakan
variabel yang sangat dibutuhkan dalam mendorong tingkat kebutuhan ekonomi
suatu Negara selain variabel konsumsi, belanja pemerintah, dan ekspor. Jadi zakat
bukan hanya sebagai kegiatan amal ibadah semata tetapi juga sebagai salah satu
instrument kebijakan fiscal dalam ekonomi islam.

G. Investasi Zakat Dan Kesejahteraan Umat


Dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam
islam, pengaktifan system (ekonomi) islam melalui instrument zakat, dengan
pengelolaan (manajemen) profesional merupakan alternative terbaik dan solutif.
Karena instrument ini langsung produk dari Allah SWT, yang tertulis dalam wahyu-
Nya.
Zakat dari segi pemerolehannya tidak akan dikumpulkan selain dari harta
orang-orang islam, bukan dari orang-orang non-islam, zakat tidak sama dengan
pajak umum melainkan hanya semata merupakan salah satu bentuk ibadah dan di
anggap sebagai salah satu rukun islam. Pengumpulan zakat tidak bisa dilaksanakan
karena adanya kebutuhan Negara serta maslahat jamaah, seperti harta-harta lain
yang dikumpulkan dari umat, zakat merupakan jenis harta lain yang wajib di
berikan kepada baitul maal baik ada kebutuhan ataupun tidak.
Zakat, sungguh itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta
untuk menolong fakir-miskin dan sebagainya, juga merupakan pensucian roh.
Disini roh dilatih menjauhi kerasukan pada harta dan memupuk rasa bersaudara,
rasa kasihan, dan rasa menolong anggota masyarakat yang berada dalam
kekurangan. Dan yang paling terpenting membayar zakat adalah untuk memberi
makan anak yatim dan berusaha memberi makan fakir miskin. Berusaha disini
mempunyai arti berusaha melalui sebuah institusi atau lembaga. Bahwa kemiskinan
memang selalu ada tapi melalui proses institutional building yang sistematis dan
menjawab tantangan zaman, maka orang yang miskin itu akan terus diusahakan
untuk dituntaskan, sehingga terjamin kesejahteraannya melalui kelembagaan
seperti ini agar terhindar dari kategori pembohongan agama, dengan demikian bila
pendistribusian zakat efektif apalagi di tambah dengan infak dan shadaqoh maka
akan hebatkah system ekonomi islam khususnya model pengalihan (distribusi)
kekayaan.
Bila dana zakat, infak dan shadaqaoh mampu dikelola dengan baik maka ia
harus didistribusikan sesuai dengan surat At-Taubah ayat 60 dengan melihat aspek
sosial dan ekonominya dari:
o Dana sosial — kemasyarakatan untuk kebutuhan pokok minimal
masyarakat fakir.
o Dana pembangunan — ekonomi unruk pengembangan ekonomi
masyarakat miskin, memperluas lapangan kerja dan pendapatan
masyarakat.
o Dana prestasi kerja berupa gaji bagi amil
o Dana pembinaan dan pengembangan dakwah untuk muallaf
o Dana pembebasan hutang masyarakat fakir-miskin/ lainnya
o Dana perjuangan membebaskan perbudakan
o Dana perjuangan menegakan jalan Allah SWT, jalan kebenaran
pendidikan pembangunan ilmu dan kemaslahatan umum lainnya;
o Dana mengatasi permasalahan masyarakat lainnya.12

12
Eca, “Makalah Tentang Zakat, Manajemen Investasi Syariah” diakses di
https://ekasaktiani24.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-zakat-manajemen.html Pada
Tanggal 27 Juni 00:17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Zakat merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim dalam beribadah
kepada Allah SWT. Dalam prakteknya sendiri, perlu adanya pengelolaan yang baik
mengenai zakat itu sendiri, yaitu dengan adanya lembaga pengelola zakat. Lembaga
zakat mengandung potensi luar biasa untuk memperbaiki masyarakat. Lembaga ini
harus kita manfaatkan dalam suatu cara yang sistematis melalui badan pemerintah,
guna membiayai program kesejahteraan dan jaminan sosial negara.
Berkenaan dengan zakat sebagai salah satu instrument investasi berbasis
social, maka kepentingannya terletak pada pendistribusian zakat dengan
pengelolaan modern. Dengan artian, zakat yang selama ini dipahami sebagai
kegiatan ibadah saja, perlu ditimbang pula dari sisi sosial dan ekonomi. Sebagai
salah satu instrument investasi, zakat menjadi alternative pengembangan di bidang
ekonomi, hal itu bisa dilihat dari aspek fungsinya, yaitu: a) redistribusi pendapatan
dan kekayaan, b) stabilisator perekonomian, c) pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
Dengan demikian, zakat sebagai instrument investasi berbasis sosial dapat
menajdi solusi dalam pemberdayaan masyarakat dan alternatif dalam mengentas
kemiskinan. Sehingga, aspek religiusitas berupa semangat dan motivasi untuk
mengeluarkan zakat bagi para muzakki memberikan peningkatan bagi keimanan
mereka dan menjadikan mereka menjadi kaum dermawan yang mampu
memberikan keadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam


Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia.
(2015)Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers)

Santoso, Sony dan Rinto Agustino(2018) Zakat sebagai Ketahanan Nasional,


(Yogyakarta:Penerbit Deepublish)

Dindin Hafiphuddin, Dindin. (2002) Zakat dalam Perekonomian, (Jakarta:Gema


Insani)
Kartika Sari Elsi, Zakat dan Wakaf, PT Grasindo, Jakarta : 2007

Hafudhuddin Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Tim GIP Jakarta : Gema
Insani 2002
Wibisono, Yusuf. (2015). Mengelola Zakat Indonesia : Diskusi pengelolaan Zakat
Nasional dari Rezim undang-undang nomor 38 Tahun 1999 ke Rezim
Undang-undang nomor 23 tahun 2011, (Jakarta : Prenadamedia Group,
2015)

Fuadi. (2016) Zakat dalam Sistem Hukum Pemerintahaan Aceh, (Yogyakarta :


Depublish)

Dompet Dhuafa Banten, “8 Jenis Harta yang Wajib Dizakatkan”, Diakses di

https://ddbanten.org/harta-wajib-zakat/ pada tanggal 26 Juni 2019 Pukul


22:50

Eca, “Makalah Tentang Zakat, Manajemen Investasi Syariah” diakses di


https://ekasaktiani24.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-zakat-
manajemen.html Pada Tanggal 27 Juni 00:17

Anda mungkin juga menyukai