Amdal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

DAMPAK LINGKUNGAN PABRIK TEKSTIL

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Amdal)

Disusun oleh :
Kelompok VII-A
Yunita Sri Ulina 21110115120014
Chairunisa Afnidya N 21110115120018
Gantra S.D Hutahaean 21110115130047
Tito Wisnu P. A 21110115140070

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
email :[email protected]
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................................. I-1

1.1 Latar belakang .................................................................................................... I-1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. I-3

1.3 Tujuan ................................................................................................................ I-3

Bab II PEMBAHASAN ............................................................................................... II-1

2.1 Pengertian limbah industri tekstil ..................................................................... II-1

2.2 Sumber Limbah Industri ................................................................................... II-2

2.3 Proses Pembuatan Tekstil ................................................................................. II-4

2.4 Jenis Limbah Industri Tekstil............................................................................ II-5

2.5 Karakteristik Industri Tekstil ............................................................................ II-6

2.6 Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil .................................................. II-10

2.7 Karakteristik Limbah Industri Tekstil ............................................................. II-11

2.8 Upaya-upaya Pencegahan Pencemaran Limbah Industri Tekstil ................... II-11

2.9 Proses Penanganan Limbah Tekstil ................................................................ II-15

Bab III PENUTUP ................................................................................................... III-1

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... III-1

3.2 Saran ............................................................................................................... III-1

ii
Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dewasa ini tantangan dalam dunia industry maupun perdagangan sedemikian
pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga
dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam hal industry
tekstilnya..Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) mutlak dilakukan.Sustainable Development merupakan strategi
pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan
kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan
lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair
berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang
luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di
masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem
perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli
terhadappermasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila
jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalamjumlah yang cukup besar akan
menimbulkandampak negatif terhadap alam karena dapatmengakibatkan terjadinya
perubahankeseimbangan lingkungan sehingga limbahtersebut dikatakan telah
mencemarilingkungan. Hal ini dapat dicegah denganmengolah limbah yang dihasilkan
industry sebelum dibuang ke badan air. Limbah yangdibuang ke sungai harus memenuhi
bakumutu yang telah ditetapkan, karena sungaimerupakan salah satu sumber air bersih
bagimasyarakat, sehingga diharapkan tidaktercemar dan bisa digunakan untukkeperluan
lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya jumlah penduduk
akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga memunculkan tempat yang
menghasilkan limbah berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup di
sekitarnya. Kegiatan industry disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan,
ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan. Limbah merupakan
hasil buangan yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga maupun dari rumah sakit
dapat berupa padat, cair maupun gas yang akan menimbulkan gangguan baik terhadap

I-1
lingkungan, kesehatan, kehidupan biotik, keindahan serta kerusakan pada benda, karena
masih banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan tanpa pengolahan yang
benar,
Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar masyarakatnya
ditopang oleh hasil-hasil pertanian dan pembangunan disegala bidang industri jasa
maupun industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Proses pembangunan di
Indonesia mendorong tumbuhnya industri-industri yang berbahan baku hasil pertanian
(Agroindustri). Perkembangan industri pangan ini banyak mendatangkan keuntungan
bagi masyarakat maupun pemerintah, namun juga diiringi dengan timbulnya beberapa
permasalahan baru diberbagai sektor.Salah satu dampak negatif dari adanya industri
adalah timbulnya pencemaran terhadap lingkungan yang berasal dari limbah industri,
karena dapat merusak keseimbangan sumber daya alam, kelestarian dan daya dukung
lingkungan.Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan
kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Konsep daya dukung ini
kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala permasalahan lingkungan yang
timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan yang tercemar
dan rusak. Konsep strategi pengelolaan lingkungan akhirnya berubah menjadi upaya
pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end of
pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan hidup bisa lebih ditingkatkan.
Pembangunan industri khususnya industri tesktil diharapkan dapatmeningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat. Namun bila dalam perumusan kebijakan pembangunan
industri tidak memasukkan unsur-unsur pertimbangan yang berorientasi pada lingkungan,
maka tiga unsur pokok dalam ekosistem yaitu air, udara dan tanah akan mengalami
penurunan kualitas yang substansial sebagai akibat dari pencemaran limbah industri.
Industry menghasilkan limbah sisa proses industry. Limbah tersebut bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industry, pengawasan pada proses industry,
derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Limbah dan emisi
merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang
di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing-Pewarnaan (dyeing) mempunyai
potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amoniak yang tinggi. Pihak
industri pada umumnya masih melakukan upaya pengelolaan lingkungan dengan
melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan membangun instalasi pengolah
limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan selanjutnya pihak industri juga harus
mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat memenuhi baku mutu. Untuk saat ini
I-2
pengolahan limbah pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan
limbah industry buangan dapat memenuhi baku mutu. Untuk saat ini pengolahan limbah
pada beberapa industri tekstil belum menyelesaikan penanganan limbah industri.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari limbah tekstil ?
2. Darimana sumber limbah industry tekstil tersebut ?
3. Bagaimana jenis dan penggolongan limbah industry tekstil?
4. Bagaimana karakteritik limbah industry tekstil?
5. Bagaimana metode pengolahan limbah industry tekstil ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian dari limbah tekstil.
2. Dapat mengetahui sumber limbah industri tersebut.
3. Dapat mengetahui jenisdan penggolongan limbah industri tekstil.
4. Dapat mengetahui karakteristik limbah industri tekstil.
5. Dapat mengetahui metode pengolahan limbah industri tekstil.

I-3
Bab II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian limbah industri tekstil


Pada dasarnya tiap penerapan pengoperasian suatu penemuan baru, tiap inovasi
tidak selalu disambut dengan baik oleh semua lapisan masyarakat. Ada dua kejadian yang
dianggap mengganggu stabilitas lingkungan yaitu perusakan dan pencemaran. Dewasa ini
perkembangan industri di Indonesia semakin pesat. Berdasarkan skalanya industri
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu industry besar dan kecil. Berbagai macam
industri tersebut antara lain industri kimia, kertas, tekstil dan semen. Adapun contoh
industri kecil antara lain industry tahu, tempe dan krupuk. Banyaknya industri dapat
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri antara lain
terciptanya lapangan pekerjaan dan pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang.
Adapun dampak negatifnya berasal dari limbah industri yang bersangkutan.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu limbah cair, gas dan partikel, serta padat. Berdasarkan nilai ekonominya,
limbah dibedakan menjadi limbah yang memiliki nilai ekonomis dan limbah yang tidak
memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah yang
apabila diproses akan memberikan suatu nilai tambah. Salah satu contoh adalah limbah
pabrik gula, tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
industri alkohol, sedangkan ampas tebu dapat dijadikan bahan baku kertas karena mudah
dibentuk menjadi bubur pulp. Limbah non ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah
dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidakakan memberikan nilai tambah kecuali
sekedar untuk mempermudah system pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya kasus-
kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan. Perkembangan industri yang demikian
cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas lingkungan. Penanganan masalah
pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan pembangunan
berwawasan lingkungan terutama harus diimbangi dengan teknologi pengendalian
pencemaran yang tepat guna.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai

II-1
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih
dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak
memiliki nilai ekonomis.Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian,
proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan,
pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan
limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan
bahan sistesis.
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l
padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran
1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar.Beban tiap
ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang
besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.Informasi tentang
banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.
2.2 Sumber Limbah Industri
Di Indonesia industry tekstil merupakan salah satu penghasil devisa Negara.
Dalam melakukan kegiatannya industry besar maupun kecil membutuhkan banyak air dan
bahan kimia yang digunakan antara lain dalam proses pelenturan, pewarnaan dan
pemutihan. Salah satu proses penting dalam produksi garmen adalah proses pencucian
atau laundry yang dapat disebut juga sebagai proses akhir dalam produksi garmen yaitu
dengan cara pelenturan warna asli dan pemberian warna baru yang diinginkan. Terutama
dalam produk jeans, hasil pencucian akan menjadi kunci keberhasilan produk terssebut,
karena efek dari pencucian itu akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan
harga jualnya dipasaran.
Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil.
Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing-
Pewarnaan (dyeing) mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan
kandungan amoniak yang tinggi. Pihak industri pada umumnya masih melakukan upaya
pengelolaan lingkungan dengan melakukan pengolahan limbah (treatment). Dengan
II-2
membangun instalasi pengolah limbah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan
selanjutnya pihak industri juga harus mengeluarkan biaya operasional agar buangan dapat
memenuhi baku mutu. Untuk saat ini pengolahan limbah pada beberapa industri tekstil
belum menyelesaikan penanganan limbah industri.
Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran,
antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber mata
air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan bentuk
limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam
bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis dan pencemaran
radioaktif.
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil
karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan
kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu
industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik
menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan).
Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan
senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna
tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan.Zat warna tekstil merupakan semua
zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah
dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan serat
tekstil (auksokrom).
Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara warna
dengan serat.Limbah air yang bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula bahan baku yang mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus dibuang.
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup
disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan industri, air
yang telah digunakan (air limbah industri) tidak bolehlangsung dibuang ke lingkungan,
tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat digunakan
lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Proses pengolahan air
limbah industri adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang
berwawasan lingkungan.

II-3
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat
kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji
biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain.
Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair
yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-
zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang
sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang
digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan
COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam.Di
Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan
menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
2.3 Proses Pembuatan Tekstil
Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil dengan
menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi
benang.Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau
perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat
kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA)
dan karboksimetil selulosa (CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi
merupakan proses kering.
Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati) atau
hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat memakai enzim.
Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan)
dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga
dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan
pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat dan
asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas
memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti
pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai
proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun. Di Indonesia
denim biru (kapas) dicat dengan zat warna.Kain dibilas diantara kegiatan pemberian
warna.Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.

II-4
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat warna
sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan ekosistem
perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang berupa gugus kromofor dan terbuat
dari beraneka bahan sintetis, yang membuatnya resisten terhadap degradasi saat nantinya
sudah memasuki perairan. Meningkatnya kekeruhan air karena adanya polusi zat warna,
nantinya akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dasar perairan dan
mengganggu keseimbangan proses fotosintesis, ditambah lagi adanya efek mutagenik dan
karsinogen dari zat warna tersebut, membuatnya menjadi masalah yang serius.
Limbah cair industri tekstil dapat diamati dengan mudah, karena limbah cairnya
memiliki warna yang pekat.Warna ini berasal dari sisa-sisa zat warna yang merupakan
suatu senyawa kompleks aromatik yang biasanya sukar untuk diuraikan oleh
mikroba.Beberapa penelitian mengenai perombakan zat warna dari limbah cair industri
tekstil secara anerobik dilaporkan telah berhasil mengurangi warna, khususnya zat warna
azo ini umumnya resistan untuk dioksidasi oleh mikoorganisme aerobik.
Jenis yang paling banyak digunakan saat ini adalah zat warna reaktif dan zat warna
dispersi.Hal ini disebabkan produksi bahan tekstil dewasa ini adalah serat sintetik seperti
serat polamida, poliester dan poliakrilat.Bahan tekstil sintetik ini, terutama serat poliester,
kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zat warna dispersi.Demikian juga untuk zat
warna reaktif yang dapat mewarnai bahan kapas dengan baik.
2.4 Jenis Limbah Industri Tekstil
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar di dalam limbah.Kandungan pencemar di dalam limbah
terdiri dari berbagai parameter.Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil
konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk terjadinya pencemaran
lingkungan.
Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat
masuknya limbah ke dalam lingkungan:
1. lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah
sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
2. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.

II-5
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah :
a. Volume limbah
b. Kandungan bahan pencemar
c. Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian
yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen
pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan
buangan organik, dan bahan buangan anorganik.
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
2.5 Karakteristik Industri Tekstil
Karakteristik Air Limbah :
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :
a. Total Solid (TS)
Merupakan padatan didalam air yangterdiri dari bahan organik maupunanorganik
yang larut, mengendap,atau tersuspensi dalam air.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/lkering lumpur yang ada didalam air
limbah setelah mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
c. Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
menigkatnya
kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
d. Kekeruhan
Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik
maupun anorganik.
e. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi
kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai
aktivitas sehari – hari.

II-6
f. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait
dengan masalah estetika.
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per
milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
c. Dissolved Oxygen (DO)
adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob
mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperature dan salinitas.
d. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994).
Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau
ammonia.tergantung pada pH larutan.
e.Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat mengganggu
proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya melebihi 200 mg/L.
Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat merusak mesin.
f. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit.Keracunan kronis menimbulkan gejala gastero
intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta dapat
menimbulkan kematian).
g. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau
terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.Ph normal untuk
kehidupan air adalah 6–8.

II-7
h. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan
pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air
yangdikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.Parameter yang biasa digunakan adalah
banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme terlarut
dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton.penentuan kualitas
mikroorganisme dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa air tersebut tidak akan
membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas biologi air
didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran.
Menurut Sunu (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terdapat di dalam air yaitu :
1. Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber seperti air
hujan, air permukaan, air tanah, air laut dan sebagainya.
2. Komponen nutrien dalam air
Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan
mikroorganisme yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu.
3. Komponen beracun
Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang
terdapat di dalam air. Sebagai contoh asam-asam organik dan anorganik, khlorin
dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainnya di dalam air.
4. Organisme air
Adanya organisme di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.
5. Faktor fisik
Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan
penetrasi sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang
terapat di dalam air.
Meningkatnya jumlah industri tekstil selain dapat meningkatkan perekonomian
akan tetapi juga memiliki dampak negatif dan membahayakan lingkungan. Efek negative
dari industri tekstil salah satu adalah air limbahnya yang mengandung zat organic yang
II-8
tinggi dari hasil pencelupan dan apabila dibuang langsung ke lingkungan tanpa
pengolahan terlebih dahulu dapat memperburuk kualitas badan air, karena zat warna ini
akan sulit didegradasi secara alami di badan air.
Kualitas air yang baik sangat mendukung kehidupan organisme air.
Mikroorganisme air seperti plankton selain sebagai indikator pencemaran suatu perairan
juga mempunyai peranan penting dalam lingkungan aquatik yaitu sebagai dasar piramida
makanan bagi organisme lain yang hidup di perairan. Plankton merupakan makanan
alami bagi organisme perairan seperti bentik dan ikan (Sachlan, 1982).Plankton dan ikan
membentuk rantai penghubung yang penting antara produsen dan konsumen. Ikan dan
organisme air lainnya akan hidup dengan baik bila kondisi perairan mendukung. Sebagai
bioindikator dari limbah ini adalah adanya organisme biologi yaitu ikan lele, bawal,
braskap, tanaman air, cacing, algae, dan bakteri.
Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan
limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu, selain itu kadang para
penduduk membuang sampahnya langsung ke sungai. Limbah dari industri tekstil yang
dibuang ke sungai sudah mengalami proses pengolahan limbah terlebih dahulu. Dengan
pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat mengurangi
bahan pencemar.
Pengoperasian unit pengolahan limbah memegang peranan yang penting.
Pengoperasian yang kurang benar akan menyebabkan limbah yang terproses masih
memiliki nilai parameter diatas ambang batas yang ditentukan.Pengoperasian yang tidak
sistematis dan tidak berpedoman, akan cenderung menyebabkan ketidakefisien yang pada
akhirnya akan menyebabkan biaya pengolahan yang tinggi.
Indikator bahwa air telah tercemar adalah adanya perubahan air yang dapat
diamati, yaitu adanya perubahan suhu air, adanya perubahan pH, adanya perubahan
warna, bau, rasa serta timbulnya endapan (Suriawiria, 1996). Menurut Odum (1993),
pencemaran air merupakan suatu peristiwa penambahan suatu zat tertentu yang berasal
dari limbah proses industri dan domestik yang dapat mengolah kualitas alami dari air
tersebut yang juga akan mengganggu kehidupan hidrobiota sungai. Menurut Undang-
Undang RI No.4 Tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup Bab
1, pasal 1 pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
II-9
Pemeriksaan perairan yang menerima buangan air limbah, merupakan suatu
keharusan. Hal ini berguna untuk mengevaluasi masalah kesehatan yang mungkin timbul
misalnya bahan beracun ke dalam baku mutu air.
2.6 Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil
Sumber daya alam bagi makhluk hidup merupakan suatu sistem rangkaian
kehidupan dalam arti setiap kondisi alam akan mempengaruhi petumbuhan atau
perkembangan kehidupan. Apabila suatu ekosistem telah tercemar oleh suatu limbah
yang tidak ramah lingkungan, akan menurunkan tingkat pertumbuhan. Begitupula pada
suatu industri yang menghasilkan limbah dengan membuang ke lingkungan sekitar tanpa
pengolahan khusus terlebih dahulu dengan standart baku mutu yang aman bagi
lingkungan.
Industri batik merupakan industri penghasil cemaran yang dapat merusak
ekosistem alam. Limbah cair industri batik dijadikan suatu penelitian dalam pengolahan
limbah dengan proses aerob dan anaerob yang menggunakan koagulan tawas untuk
menurunkan kadar COD agar ramah lingkungan.
Berdasarkan karakteristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan menjadi
tiga bagian, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses ini tidak dapat berjalan secara
sendiri-sendiri, tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinatif. Pemisahan
proses menurut karakteristik limbah sebenarnya untuk memudahkan pengidentifikasian
peralatan.
a. Proses Fisik
Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika, yaitu proses pengolahan secara
mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses-proses tersebut di
antaranya adalah : penyaringan, penghancuran, perataan air, penggumpalan,
sedimentasi, pengapungan, Filtrasi,
b. Proses Kimia
Proses secara kimia menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat
pencemar di dalam limbah. Kegiatan yang termasuk dalam proses kimia di antaranya
adalah pengendapan, klorinasi, oksidasi dan reduksi, netralisasi, ion exchanger dan
desinfektansia.
c. Proses Biologi
Proses pengolahan limbah secara biologi adalah memanfaatkan mikroorganisme
(ganggang, bakteri, protozoa) untuk mengurangi senyawa organik dalam air limbah
menjadi senyawa yang sederhana dan dengan demikian mudah mengambilnya.
II-10
Proses ini dilakukan jika proses fisika atau kimia atau gabungan kedua proses tersebut
tidak memuaskan. Proses biologi membutuhkan zat organik sehingga kadar oksigen
semakin lama semakin sedikit. Pada proses kimia zattersebut diendapkan dengan
menambahkan bahan koagulan dan kemudian endapannya diambil. Pengoperasian
proses biologis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi tanpa udara dan operasi
dengan udara.
2.7 Karakteristik Limbah Industri Tekstil
Sebagaimana diketahui bahwa industri tekstil nasional yang bergerak sebagai
industri hilir dimulai dari industri pembuatan benang (pemintalan), industri pembuatan
kain (penenunan, perajutan), industri penyempurnaan tekstil (finishing) sampai industri
pakaian jadi (garmen). Sedangkan industri pembuatan serat, polimer tekstil, zat warna
tekstil, dan zat kimia pembantu proses tekstil lainnya merupakan industri hulu. Berikut
adalah karakteristik limbah industri tekstil yang dihasilkan oleh masing-masing industri
tekstil tersebut, antara lain :
a) Karakteristik Limbah Industri Pemintalan (Pembuatan Benang). Limbah yang
dihasilkan dari tahapan proses pemintalan adalah debu dari serat pendek dan
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin.
b) Karakteristik Limbah Industri Pembuatan Kain (Penenunan, Perajutan). Limbah yang
dikeluarkan adalah debu dan kebisingan, tetapi pada proses penganjian benang yang
menggunakan larutan kanji, menghasilkan limbah cair yang berupa sisa larutan kanji
yang telah digunakan.
c) Karakteristik Limbah Industri Pakaian Jadi (Garmen). Limbah yang dikeluarkan
berupa limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali.
d) Karakteristik Limbah Industri Penyempurnaan Tekstil (Finishing). Proses ini
merupakan penghasil limbah cair terbesar dari semua jenis proses pada industri
tekstil.
Berdasarkan karakteristik limbah industri tekstil tersebut, mengidentifikasikan
bahwa aktivitas industri tekstil pada umumnya tetap menghasilkan limbah yang cukup
variatif, baik itu limbah padat, limbah debu, maupun limbah cair.
2.8 Upaya-upaya Pencegahan Pencemaran Limbah Industri Tekstil
Pencemaran lingkungan hidup akibat buangan limbah industri tekstil disadari,
bahwa cepat atau lambat mengganggu kehidupan masyarakat dan dapat menurunkan
kualitas lingkungan hidup secara berkesinambungan.

II-11
Berlakunya UU Nomor 5 tahun 1984 (UU Perindustrian) dapat disebut sebagai
langkah srtategis-yuridis dalam mencegah berbagai kemungkinan negatif timbul akibat
aktivitas industri pada umumnya. Bahkan, ketentuan Pasal 21 Ayat 6 (UU Perindustrian),
menyebutkan bahwa :
“perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian
sumber daya alam serta pencegahan kerusakan sumber daya alam serta pencegahan
kerusakan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatsn industri
yang dilakukannya”.
Kehadiran UU Perindustrian tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk mencegah
dan menanggulangi pencemaran lingkungan hidup. Berikut adalah kajian terhadap
beberapa upaya pencegahan pencemaran limbah industri tekstil tersebut, antara lain :
a. Penerapan Teknologi dan Produk Bersih
Keuntungan penerapan teknologi bersih sekaligus menghasilkan produk-produk
bersih dalam pandangan Clemens Mostert, salah satunya adalah meningkatkan daya saing
internasional dalam memberikan pengakuan bahwa produksi bersih dapat memberikan
kelebihan dalam inovasi.
Penerapan teknologi bersih yang bertujuan untuk menghasilkan produk-produk
yang bersih dan ramah terhadap lingkungan dalam aktivitas industri tekstil, sesungguhnya
upaya aktualisasi pencegahan pencemaran limbah industri tersebut, sehingga dampak
negatifnya dapat tereliminasi dan produk bersih yang dihasilkan pun akan lebih bersaing
dalam merebut pangsa pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeripada era
globalisasi ini.
Perwujudan produk bersih tersebut dalam perspektif teoritis menurut R.E
Soeriatmaja, didasarkan pada 4 stategi berikut :
Pertama, merupakan upaya penerapan stategi pencegahan yang berkelanjutan
terhadap proses dan produk untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan
hidup serta sumber daya alamnya.
Kedua, merupakan upaya untuk menggarap proses produksi dengan stategis yang
meliputi pelestarian bahan mentah, energi, menghilangkan pemakaian bahan berbahaya
dan beracun (B3), dan pengurangan kadar racun dari semua bentuk buangan dan limbah
sebelum meninggalkan proses produksi.
Ketiga, dalam proses menghasilkan produksi, stategi produk bersih memusatkan
perhatian pada upaya pengurangan dampak lingkungan di seluruh daur suatu produk,
mulai dari ekstraksi bahan mentah sampai ke pembuangan limbah produk tersebut.
II-12
Keempat, meliputi upaya penguasaan teknik pelaksanaan, penyempurnaan teknik
yang telah ada, pengubahan sikap, pandangan dan prilaku produsen.
Manfaat yang utama adalah perbaikan mutu lingkungan hidup sebagai akibat
berkurangnya limbah dan bahan berbahaya dan beracun yang dibuang oleh perusahaan-
perusahaan industri tersebut, sedangkan manfaat lainnya menurut Suma T.
Djajadiningrat sebagai berikut:
Pertama, manfaat ekonomi.
Kedua, mengurangi potensi tanggung jawab masa depan.
Ketiga, peningkatan kemampuan daya saing.
Keempat, menghasilkan citra positif di masyarakat.
b. Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil
Kebutuhan industri tekstil akan air sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk
mengurangi kadar zat pencemar (polutan) pada air limbah industri tekstil menurut Noerati
Kemal, secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain :
Pertama, mengurangi zat pencemar (polutan) yang dihasilkan. Upaya ini dapat
dilakukan dengan mengurangi volume air proses, berarti mengurangi volume air limbah,
penggunaan sisa zat-zat kimia, dan penggunaan zat kimia yang memberikan kadar
pencemaran rendah.
Kedua, mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air penerimaan. Karena
beragamnya jenis dan ukuran polutan, pengolahan limbah cair industri tekstil
memerlukan tahapan proses pengolahan, yaitu pengolahan primer, berupa ekualisasi dan
netralisasi dan pengolahan sekunder untuk menghilangkan padatan dengan proses kimia
atau biologi.
Konsep pengolahan limbah air industri tekstil yang ditunjukan untuk
menghilangkan atau menurunkan bahan pencemar dalam air limbah secara kimia, biologi
dan fisika.
1. Konsep pengolahan secara kimia, yaitu proses pengendapan partikel kecil yang
tercampur, termasuk logam-logam berat yang terkandung dalam air limbah.
2. Konsep pengolahan secara biologi, yaitu proses untuk mengurangi bahan-
bahan organik yang berkembang didalam limbah cair dengan menggunakan
lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme didalamnya.
3. Konsep pengolahan secara fisika, yaitu dengan cara absorpsi bahan pencemar
dengan karbon aktif.

II-13
c. Minimisasi Limbah Cair Industri Tekstil
Upaya mengurangi limbah dari sumbernya menurut skema yang bisa dipraktikkan
mencakup penghematan pemakaian air, penghematan pemakaian zat kimia, modifikasi
proses dan menjaga kebersihan pabrik. Berikut adalah uraian singkatnya, antara lain :
1. Penghematan pemakaian air. Pada proses penyempurnaan tekstil, air banyak
digunakan banyak proses pencucian setalah proses-proses persiapan,
pencelupan, pencucian, dan peneympurnaan itu sendiri.
2. Penghematan pemakaian zat kimia. Penghematan pemakaian zat kimia ini
dapat dilakuukan dengan meninjau kembali resep persiapan penyempurnaan
tekstil.
3. Modifikasi proses. Modifikasi proses ini dilakukan dengan tetap menggunakan
mesin yang sudah ada tetapi dengan perubahan di bagian, seperti proses
serentak untuk persiapan penghilangan kanji (dezing), pemasakan (scouring),
dan penggelantang (beaching) menjadi satu proses sehingga mengurangi
pemakaian air dan bahan kimia pembantu.
4. Kebersihan pabrik. Kebersihan pabrik ini dapat ditingkatkan dengan
melakukan pengawasan terhadap setiap proses pengerjaan agar tidak terjadi
penumpahan zat-zat kimia dan pembuatan larutan yang berlebihan.
Upaya minimisasi limbah cair industri tekstil dapat dilakukan pula dengan cara
proses daur ulang (recycling). Konsep daur ulang ini pada prinsipnya mencakup upaya
memanfaatkan, menggunakan serta mengambil kembali bahan-bahan kimia dan energi
yang terdapat dalam limbah cair untuk keperluan proses produksi.
Berdasarkan konsep daur ulang tersebut, menurut Elina Hasyim, pemanfaatan
limbah cair proses penyempurnaan tekstil dapat dilakukan melalui, antara lain:
1. Penggunaan kembali (reuse) air pencuci, terutama sisa air pencuci setelah
proses persiapan penyempurnaan karena sisa itu tidak mengandung warna.
2. Pengambilan kembali (recovery) dapat dilakukan dengan heat recovery limbah
cair sisa proses pencelupan dan pengambilan kembali polivinil alkohol.
Keberhasilan upaya minimisasi limbah cair industri tekstil tersebut menurut
Isminingsih Gitoparmodjo dan Wiwin Winiati, sebenarnya erat hubungannya dengan
penguasaan teknologi, proses, struktur, dan sifat bahan, baik dilihat dari mutu hasil
produksi dan tinjauan ekonomi maupun karakteristik limbah selama dan sesudah proses
produksi, tetapi dengan perencanaan yang baik dapat diukur keberhasilannya, antara lain:

II-14
1) Peminimalan dan pengendalian limbah dan penghematan penggunaan medium
(air dan bahan pelarut).
2) Penghindaran pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Penghematan energi (uap, bahan bakar, dan listrik).
4) Pemilihan teknologi proses dengan pemilihan mesin-mesin yang tepat guna dan
upaya lainnya.
Upaya internal yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan industri tekstil
sesuai dengan kondisi kemampuannya, adalah perencanaan proses produksi yang baik,
akurat dan cermat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia pembantu yang rendah
beban pencemaran, pengontrolan pemakaian air yang hemat dan efisien, memanfaatkan
dan menggunakan kembali (reuse) bahan-bahan kimia yang terdapat pada limbah cair
untuk keperluan produksi. Semua upaya internal ini secara substantif memiliki sinergitas
dalam meminimisasi limbah, sehingga semestinya menjadi landasan konseptual dan
diaktualisasikannya dalam aktivitas industri.
Sebaliknya, upaya eksternal dalam minimisasi limbah yang dapat dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan industri tekstil, adalah upaya memantau limbah hasil pasca proses
kegiatan minimisasi limbah. Upaya pemantauan limbah secara rutin dalam kegiatan
industri akan membantu aktivitas pencegahan pencemaran limbah, sehingga kualitas dan
kuantitas pemantauan patut diperhatikan dengan cermat sebagai sarana aktualisasi
pencegahan pencemaran limbah industri tekstil.
Masyarakat luas pun dapat melakukan upaya pemantauan untuk membantu pihak
industri tekstil dalam mencegah pencemaran limbah industrinya, meski dalam skala yang
terbatas seperti hanya memberikan masukan (input) tanpa berperan aktif merumuskaan
kebijakan-kebijakan teknis operasional untuk kegiatan di lapangan.
2.9 Proses Penanganan Limbah Tekstil
Proses atau tahap penanganan limbah meliputi :
1. Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil adalah
program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
a. Pengukur dan pengatur laju alir
b. Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan
c. Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran
d. Pengurangan pemakaian air masing-masing proses
e. Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat

II-15
f. Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan (make-up)
dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk membuat penangas
pemasakan atau penggelantangan)
g. Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
2. Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus diperiksa pula:
a. Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD
b. Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang kadarnya kurang
kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
c. Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang menghasilkan
BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
3. Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar limbah proses
pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna dengan dasar air
untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila digunakan pewarna yang
mengandung logam seperti krom, mungkin diperlukan reduksi kimia dan pengendapan
dalam pengolahan limbahnya. Proses penghilangan logam menghasilkan lumpur yang
sukar diolah dan sukar dibuang. Pewarnaan dengan permukaan kain yang terbuka
dapat mengurangi jumlah kehilangan pewarna yang tidak berarti.
4. Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung zat warna, maka
aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan diolah tersendiri. Limbah
operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk menghilangkan logam dan
warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi dan penjernihan (dengan tawas,
garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari pengolahan kimia dapat dicampur dengan
semua aliran limbah yang lain untuk dilanjutkan ke pengolahan biologi.

II-16
Bab III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hasil dari pelaksanaan observasi atau analisa lingkungan pada sektor
industri/pabrik dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaku usaha industri masih menganggap bahwa kewajiban untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan masih dianggap beban yang
memberatkan dari segi biaya.
2. Keterlibatan dan kepedulian masyarakat di sekitar industri terhadap
pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan terhadap lingkungan yang dilakukan
industri relatif masih rendah, masyarakat masih beranggapan bahwa industri
yang memberikan banyak bantuan dan menyerap banyak tenaga kerja disekitar
memberikan suatu keuntungan kepada masyarakat sekitar. Masyarakat tidak
mempermasalahkan apakah industri tersebut memberikan dampak pencemaran
lingkungan atau tidak.
3.2 Saran
Saran yang diberikan yaitu perlu diadakannya sosialisasi oleh Dinas Lingkungan
Hidup dan Dinas Kebersihan tentang kewajiban pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang dilakukan industri dan keterbukaan informasi oleh industri bersangkutan dengan
memberikan dokumen pengelolaan lingkungan kepada pejabat setempat dan juga
perlunya kesadaran masyarakat setempat untuk menjaga lingkungan setempat guna
mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan dan agar lingkungan tetap terjaga
keasriannya.

III-1
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/14302450/Kerusakan_Lingkungan_Akibat_Limbah_I
ndustri_Studi_Kasus_Pencemaran_Air_di_China_?auto=download
https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-tekstil/
http://yuliprasetyoo22.blogspot.co.id/

iii

Anda mungkin juga menyukai