Askep Lengkap Ibu Nifas

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa
ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Masa nifas
merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
Selama 15 tahun, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia mengalami
penurunan yang lebih lambat dari yang diharapkan. Angka Kematian Ibu
(AKI) menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup di 1994 menjadi
228/100.000 di 2010. AKB menurun dari 30 per 1000 kelahiran hidup di 1994
menjadi 19/1000 di 2007.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan mordibitas ibu (Saleha, 2009)
Pada masa nifas ibu juga sering kali mengalami depresi. Sebagai
perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-
masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional. Untuk itu dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk
mempercepat kesembuhan dari depresi yang dialami oleh ibu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan masalah bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada ibu Dengan Post Partum.

C.Tujuan Penulis

1.Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum spontan.
2.Tujuan Khusus
a. pengkajian pada kasus ibu dengan post partum spontan
b .Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ibu
dengan post partum spontan.
c. Menyusun intervensi yang tepat pada kasus ibu dengan post partum spontan.
d. Melaksanakan implementasi pada kasus ibu dengan post partum spontan.
e. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum spontan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFENISI
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak pasti,
sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun merupakan masa
yang relative tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak
perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang
serius (Cunnningham Gary,2012).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, setelah lahirnya janin dan plsenta dan
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun
secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi
kehamilan normal (Cuningham, 2006).
Masa nifas adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium) berasal dari bahasa latin
peurperium berasal dari 2 suku kata yakni peur dan parous berarti melahirkan.jadi dapat
disimpulkan bahwa peurperium merupakan masa setelah melahirkan.
Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpasrtum atau masa sejak
bayi dilahirkan dan pada plasenta keluar lepas dari Rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas atau (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seprti keadaan sebelum hamil.masa nifas
berlangsung selama 6 minggu ( Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal,2006).
Menurut Dhyanti dan Muki, masa nifas adalah periode 6 minggu pasca persalinan,
disebut juga masa involusi ( periode dimana system reproduksi wanita post partum/pasca
persalinan kembali ke keadaannya seperti sebelum hamil). Wanita yang melalui periode
peurperium disebut puerpuro (Varney” midwifery).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan
dalam waktu yang relative pendek darah sudah keluar, sedangkan batas maksimumnya adalah 40
hari. Di masyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesainya prosesnya
persalinan sampai 40 hari setelah itu.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
 Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan bayi Dengan
diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk
menyesuaikan peran barunya sebagai ibu dan pendamping keluarga dalam membuat
bentuk dan pola baru dengan kelahiran berikutnya.
 Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan
dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun akan dapat
lebih maksimal.
 Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang
memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka
lebih memilih untuk tidak dating ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan
tertentu.
 Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu Untuk mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
Tahapan masa nifas :
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI,2015), yaitu :
1. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah,misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab,itu tenaga kesehatan harus
dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,pengeluaran lochea,tekanan darah dan
suhu.
2. Periode pasca salin awal ( early post partum ) 24 jam-1 minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal,tidak ada perdarahan,lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam,ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan bayinya dengan
baik.
3. Periode pasca salin lanjut ( late postpartum) 1 minggu-6minggu
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB (saleha,2009).

Perubahan fisilogis masa nifas :


a. perubahan system reproduksi
1. uterus
uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar karena telah mengalami
perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan.
Proses katabolisme sebagia besar disebabkan oleh dua factor :
 ischemia myometrium
disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta,membuat uterus relative dan menyebkan serat atropi.
 Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di ndalam otot uterus.
2. Afterpains
Pada primipara,tonus otot meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
3. Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding Rahim terjadi pada stratum
spongiosum bagian atas. Lochea adalah eksresi cairan Rahim selama masa nifas
mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat. Lochea mempunyai bau amis atau anyir meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda pada setiap wanita.
Perubahan lochea tersebut :
 Lochea rubra muncul pada hari pertama sampai hari kedua postpartum warnanya
merah
 Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah lendir, hari ke 3 sampai
ke 7 pasca persalinan
 Lochea serosa muncul pada hari ke 7 sampai 14 berwarna kecoklatan
mengandung lebih banyak serum lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi
plasenta.
 Lochea alba sejak 2-6 minggu setelah persalinan. Warnanya putih kekuningan
mengandung leukosit
4. Tempat tertanamnya plasenta
Kira-kira 10 hari setelah persalinan, diameter tempat plasenta lebih kurang 2,5 cm.
5. Perenium, vagina, vulva dan anus
Berkurangnya sirkulasi progesterone membantu pemulihan otot panggul , perenium ,
vagina, dan vulva kearah elastisitas dari ligamentum otot Rahim.
b. Perubahan system pencernaan
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin. Konstipasi
dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya makanan
pengendalian terhadap BAB karena kurang pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan
terbuka bila BAB.
Dalam buku keperawatan maternitas 2004 BAB secara spontan bias tertunda
selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena tonus otot
usus menurun.
c. Perubahan system perkemihan
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium.
Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum. 40% ibu
postpartum tidak mempunyai protein nuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai
hari ke 2 PP, kecuali ada gejala infeksi dan pre eklamsi sisa urin ini trauma pada kandung
kencing pada waktu persalinan memudahan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan
pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
d. Perubahan system muskuloeskeletal
Adaptasi system muskuloesketal ibu terjadi mencangkup hal-hal yang dapat
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke 6-8 wanita
melahirkan.
Beratnya diastastis tergantung pada factor-faktor penting termasuk keadaan umum ibu,
tonus otot, aktivitas atau pergerakan yang tepat, paritas, jarak kehamilan, kejadian atau
kehamilan dengan overdistensi
e. Perubahan system endokrin
1. Oksitosisn
Oksitosin dikeluarkan oleh glanula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot
uterus dan jaringan payudara.
2. Prolactin
Yaitu penurunan osterogen menjadi prolactin yang dikeluarkan oleh glanula pituitary
anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI.
3. HCG,HPL, esterogen dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan Rahim, tingkat hormone HCG, HPL,
esterogen dan progesterone didalam darah ibu menurun dengan cepat, normalnya
setelah 7 hari
4. Pemulihan ovulasi dan menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20 minggu
dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui untuk 6
bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-
10 minggu.
f. perubahan tanda-tanda vital
Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal. Temperature kembali
normal dari sedikit peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24
jam yang pertma postpartum. Nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan
persalinan sulit.
g. Perubahan sistek kerdiovaskuler
Cardiac output meningkatkan selama persalinan dan peningkatan lebih lanjut
setelah kala III, ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi .
penurunan setelah hari pertama puerporium dan kembali normal pada akhir minggu 3.
Pada beberap hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen,plasminogen,dan factor
pembekuan menurun cukup cepat akan tetapi darah lebih mampu untuk melakukan
koabulasi dengan peningkatan viskositas dan ini berakibat meningkatkan resiko
trombisis.
h. Perubahan system hematologi
Lekositosis meningkat , sel darah putih sampai berjumlah 1000 selama
persalinan, tetap meningkat beberapa hari pertama postpasrtum. Jumlah sel darah putih
dapat meningkatkan lebih lanjut sampai 25.000-30.000 diluar keadaan patologi. Jika ibu
mengalami partus lama HB,HT dan eritrosit jumlahnya berubah di dalam awal
puerporium.
i. Perubahan berat badan
Ibu nifas kehilangan 5-6 kg pada waktu melahirkan,dan 3-5 kg selama minggu
pertama masa nifas . factor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada masa
nifas di antaranya adalah peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas,segera
kembali bekerja diluar rumah,dan merokok. Usia atau status pernikahan tidak
mempengaruhi penurunan berat badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan
peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama
masa pascapartum.
j. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentrasi kulit pada beberapa tempat karena proses
hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpimentasi kulit
sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut ( striae gravidarum ). Setelah
persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding
perut akan menjadi putih mengkilap yaitu “ striae albikan “.

B. Anatomi dan Fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam rongga pelvis dan
ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur
reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti
penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri
dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang
lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal
pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah
melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau
pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral
kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan
ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia
mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan,
nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga
berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus
pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang.
Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa
yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu,
sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu
cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua
lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi
ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur
ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang
tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis
tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah
pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran
mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat
yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke
tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan
anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah
pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis
tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron.
sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan
kebersihan relatif vagina.

C. ETIOLOGI
1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3. Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus)
Menurut dewi Vivian,sunarsih (2013) etilogi post partum :
 Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri,laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
 Post partum lambat
Post partum lambat adalah teringginya sebagian plasenta,ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesari.

D. TANDA DAN GEJALA MASA NIFAS


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah
tiadak merembes. Darah yang sering terjadi adalah darah keluar disertai
gumpalan, hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tiadak mampu lagi sebagai
anti pembeku darah.
2. Kosistensi Rahim lunak
Gejala ini merupakan terpenting atau khas ataonia dan yang membedahan
atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cafum uteri dan
mengumpal.
4. Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,ektremitas
dingin,gelisah,mual dan lain-lain.

E. KLASIFIKASI
a. Pre eklamsi ringan
 Tekanan darah diastolic 90-110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu, tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih.
 Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka ; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
per minggu dan proteinuria + 1
b. Pre eklamsi berat
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
 Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
 Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
 Adanya gangguan serebral,gangguan visual,dan rasa nyeri

F. KOMPLIKASI
a. Perdarahan post partum(apabila kehilangan darah lebih dari 500 ml selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
 Endometritis (radang endometrium)
 Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
 Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
 Caked breast/bendungan ASI (payudara mengalami distensi,menjadi
keras dan berbenjol-benjol)
 Mastitis (mamae membesar dan nyeri pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bias terjadi abses).
 Thrombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superfisial yang menyebabkan statis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri).
 Luka perineum (ditandai dengan : nyeri local,dysuria,temperature naik
38,3 derajat celcius,nadi < 100x/menit,edema,peradangan dan kemerahan
pada tepi,pus atau nanah warna kehijauan.luka kecoklatan atau
lembab,lukanya meluas).

G. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan tambahan yaitu :
 Pemeriksaan laboratorium
 USG bila diperlukan

J. PENATALAKSANAAN

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :
a. Kebersihan Diri
1)Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih
dahulu dari depan kebelakang baru dilanjutkan ke daerah sekitar anus.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2
kali sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika
memiliki luka episiotomy atau laserasi.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan –
kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan – lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot –
otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu
beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali
normal.
6) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2
kali sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
7) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
8) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika
memiliki luka episiotomy atau laserasi.
d. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan –
kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan – lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
e. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot –
otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu
beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali
normal.
f. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
g. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.

3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI


pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyususi.

9) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2


kali sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
10) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
11) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika
memiliki luka episiotomy atau laserasi.
h. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan –
kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan – lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
i. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot –
otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu
beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali
normal.
j. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
k. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.

3) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI


pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
f. Hubungan perkawinan dan rumah tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk mulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
g. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Namun, petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan tentang keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka
cara mecegah kehamilan yang tidak diinginkan.
h.Psikologis
1)Talking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu
melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur.
2)Talking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
merawat bayi, perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang
hati – hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
3)Letting go : ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah
meningkat pada fase ini.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data fisik dan psikologi
a. Data subyektif
1) Identitas istri dan suami
Berisi nama, latar belakang pendidikan, pekerjaaan, suku dan
agama, serta alamat lengkap. Hal ini berguna agara saat
pemberian asuhan dapat diberikan dengan memperhatikan
sosial, budaya, dan ekonomi.
2) Data biologis/fisiologis
a) Keluhan utama
Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan
bagaimana pengarugnya pada ibu.
b) Riwayat kelahiran dan persalinan
Kaji riwayat persalinan secara lengkap dengan
meneyertai durasi setiap kala dalam persalinan serta
maasalaah yang ditemui pada setiap kala, dan tindakan
yang dilakukan dalam mengatasi masalah.
c) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas terdahulu
Terutama apabila ibu sudah pernah hamil dan atau
melahirkan sebelumnya
d) Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit
yang dianggap berpengaruh pada kondisi kesehatan saat
ini.
e) Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
f) Riwayat penyakit menular dalam keluarga
3) Pemenuhan kebutuhan dasar
Dikaji dengan tetap memperhatikan kondisi pasien masa nifas.
4) Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berpengaruh dengan perawatan
bayi, perawatan nifas,ASI ekslusif cara menyususi, KB serta
hal-hal lain yang penting diketahui ibu dalam masa nifas dan
menyusui
5) Data psikososial, ekonomi dan spiritual :
a) Respons ibu dan suami terhadap kelahiran bayi
b) Pola hubungan ibu, suami dan keluarga
c) Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga
d) Kepercayaan dan adat istiadat
6) Data tambanan
Data berisi bebrapa data tambahan misalnya obat-obatan yang
diperoleh selama masa nifas

b. Data obyektif
1) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat harus melakukanpemeriksaan
menyeluruh dan terutama berfoku pada masi nifas
2) Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
c. Riwayat kesehatan ibu
1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
Adakah kesulitan atau ganguan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari misalanya pola makan, BAK atau BAB, kebutuhan
istirahat, mobilisasi
2) Riwayat tentang persalinan meliputi adakah komplikasi,
laserasi, atau episiotomi
3) Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi
4) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi,
penerima terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk
suasana hati yang dirasakan ibu sekarang kecemasan,
kekhawatiran
5) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi
sehari-hari
6) Bagimana rencana menyusui nanti, rencana merawat bayi
dirumah
7) Bagaimana dukunagan suami atau keluarga terhadap ibu
8) Pengetahuan ibu tentang nifas
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan, sementara tekanan darah sistolik dan diastolik,
yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil
selama beberapa hari perawat bertanggung jawab mengkaji
rsiko preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif jarang ,
tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan
2) Suhu
Suu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam peratama
pascapartum
3) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal selama beberapa jam pertama pascapartum.
4) Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wnita selama
jam pertama pascapartu
b. Kepala, wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adanya oedema, sclera dan konjungtiva mata,
mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid
dan bendungan vena jegularis
c. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau
perubhan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital
d. Genetelia dan perineum
Setelah peralinan vagina meregang dan membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tapi jarang
kembali ke ukuran nullipara
e. Ekstrimitasi di bawah pusat.
Pemeriksaan terhadap adanyaoedema, nyeri tekan atau panas pada
betis adanya tanda homan.
f. Uterus
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat,segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Bagian bekas
implementasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar
dan menonjol kedalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
g. Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan,
karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada kandung kemih selama melahirkan
3. Pengkajian psikologi ibu
a) Periode Taking In
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah kelahitran, ibu pasif dan
tergantung, dia khwatirakan tubuhnya
2) Ibu akan mengulang-ngulangpengaalamnnya waktu bersalin
dan melahirkan
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting
4) Peningktan nutrisi
b) Periode Taking Hold
1) Periode ini berlangsungn pada hari 2-4 postpartum . ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab
2) Ibu konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK,
BAB, kekuatan , dan ketahanan tubuhnya
3) Pada masa ini ibu agak sensitif dan mersa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut
c) Periode Letting Go
1) Terjadi setelah dirumah
2) Tanggun jawab ibu dalam merawat bayi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens injuri (misi pembedahan)
b. Resiko kekurang an volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
c. Ketidakefektifan pemberian ASI bd kurang pengetahuan ibu
d. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan
e. Deficit perawatan diri b.d nyeri

C. INTERVENSI

No. Diagnosa NOC

1. Nyeri akut - Kontrol nyeri 1. Pemberian Analgesik


Aktivitas-aktivitas:
berhubungan Indikator:
 Tentukan lokasi, karakteristik,
dengan agens  Mengenali kapan
kualitas dan keparahan nyeri
injuri (misi nyeri terjadi
sebelum mengobati pasien
pembedahan)  Menggambarkan
 Cek perintah pengobatan meliputi
faktor penyebab
obat, dosis, dan frekuensi obat
 Menggunakan
analgesik yang diresepkan
tindakan pengurangan
 Cek adanya riwayat alergi obat
nyeri tanpa analgesik  Pilih analgesik atau kombinasi
 Menggunakan
analgesik yang sesuai ketika lebih
analgesik yang
dari satu diberikan
direkomendasikan  Tentukan pilihan obat analgesik,
 Mengenali apa yang
berdasarkan tipe dan keparahan
terkait dengan gejala
nyeri
nyeri  Tentukan analgesik sebelumnya,
 Melaporkan nyeri
yang terkontrol rute pemberian dan dosis untuk
mencapai hasil pengurangan nyeri
- Tingkat nyeri
Indikator : yang optimal
 Nyeri yang  Pilih rute intravena daripada rute
dilaporkan intramuskular, untuk injeksi
 Panjangnya episode pengobatan nyeri yang sering, jika
nyeri memungkinkan
 Menggosok area yang  Tinggalkan narkotik dan obat-obat
terkena dampak lain yang dibatasi, sesuai dengan
 Mengerang dan
aturan rumah sakit
menangis  Monitor tanda vital sebelum dan
 Ekspresi nyeri wajah
 Tidak bisa beristirahat setelah memberikan analgesik
 Iritabilitas narkotik pada pemberian dosis
 Mengerinyit
 Mengeluarkan pertama kali atau jika ditemukan

keringat tanda-tanda yang tidak biasanya


 Berkeringat  Berikan kebutuhan kenyamanan

berlebihan dan aktivitas lainyang dapat


 Kehilangan nafsu membantu relaksasi untuk
makan memfasilitasi penurunan nyeri
 Mual  Berikan analgesik sesuai waktu
 Intoleransi makanan
paruhnya, terutama pada nyeri
 Tekanan darah
yang berat
Berkeringat
 Susun harapan yang positif
mengenai keefektifan analgesik
untuk mengoptimalkan respon
pasien
 Berikan analgesik tambahan
dan/atau pengobatan jika
diperlukan untuk meningkatkan
efek pengurangan nyeri
 Pertimbangkan penggunaan infus
terus menerus, baik sendiri atau
digabungkan dengan opioid bolus,
untuk mempertahankan level
serum
 Jalankan tindakan keselamatan
pada pasien yang menerima
analgesik narkotika, sesuai
kebutuhan
 Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek
samping
 Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek samping
analgesik
 Kolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan
interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus berdasarkan
prinsip analgesik

2. Manajemen Nyeri
Aktivitas-aktivitas:
 Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
 Observasi adanya petunjuk no
verbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
 Pastikan perawatan analgesik bagi
pasien dilakukan dengan
pemantuan yang ketat
 Pertimbangkan pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup
pasien
 Evaluasi pengalaman nyeri di
masa lalu yang meliputi riwayat
nyeri kronik individu atau
keluarga atua nyeri yang
menyebabkan
disability/ketidakmampuan/kecaca
tan, dengan tepat
 Bantu keluarga dalam mencari
dan menyediakan dukungan
 Gunakan metode penilaian yang
sesuai dengan tahapan
perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor
perubahan nyeri dan akan dapat
membantu mengidentifikasi faktor
pencetus aktual dan potensial
 Tentukan kebutuhan frekuensi
untuk melakukan pengkajian
ketidaknyamanan pasien dan
mengimplementasikan rencana
monitor
 Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
 Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
 Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
 Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam untuk
memfasilitasi penurunan nyeri,
sesuai kebutuhan
 Pertimbangkan tipe dan sumber
nyeri ketika memilih strategi
penurunan nyeri
 Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
 Berikan individu penurun nyeri
yang optimal dengan peresepan
analgesik
 Gunakan tindakan pengontrol
nyeri sebelum nyeri bertambah
berat
 Pastikan pemberian analgesik dan
atau strategi nonfarmakologi
sebelum dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri
 Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien , catat perubahan
dalam catatan medis pasien,
informasikan petugas lain yang
merawat pasien
 Evaluasi dari keefektifan dari
tindakan pengontrol nyeri yang
dipakai selama pengkajian nyeri
dilakukan
 Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien
 Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
 Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika keluhan
pasien saat ini berubah signifikan
dari pengalaman nyeri
sebelumnya
 Informasikan tim kesehatan
lain/anggota keluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk
mendorong pendekatan preventif
terkait dengan manajemen nyeri
 Gunakan pendekatan multidisiplin
untuk manajemen nyeri, jika
sesuai
 Pertimbangkan untuk merujuk
pasien, keluarga dan orang tedekat
pada kelompok pendukung dan
sumber-sumber lainnya, sesuai
kebutuhan
 Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
 Libatkan keluarga dalam
modalitas penurun nyeri, jika
memungkinkan
2 Resiko kekurang 1) Keseimbangan 1) Monitor cairan
an volume cairan cairan Aktivitas
b.d kehilangan Indikator :  Tentukan jumlah dan jenis asupan
volume cairan  Tekanan darah cairan serta kebiasaan eliminasi
aktif  Denyut nadi radial  Tentukan faktor-faktor resiko yang
 Keseimbangan intake mungkin menyebabkan ketidak
dan output dalam 24 seimbangan cairan
jam  Tentukan apakah pasien mengaami
 Kelembaban membran kehausan atau gejala perubahan
mukosa cairan
 Berat jenis urin  Monitor berat badan
 Bola mata cekung dan  Monitor tekanan darah, ortostatik
lembek dan perubahan irama jantung
 Kehausan  Catat dengan akurat asupan dan
 Kram otot pengeluaran
 Pusing  Monitor membran mukosa, turgor
kulit dan rasa haus
2) Hidrasi
 Monitor distensi vena leher, ronki
Indikator :
di paru-pasr, edema perifer, dan
 Turgor kulit penambahan berat badan
 Membrab mukosa  Berikan cairan dengan tepat
lembab  Batasi dan alokasikan asupan
 Intake cairan cairan
 Output urin
 haus 2) Manajemen Hipovelemist
 Penurunan tekana  Monitor status hemodinamik
darah meliputi nadi, tekanan darah
 Monitor adanya tanda-tanda
dehidrasi
 Monitor adanya sumber
kehilangan cairan
 Monitor asupan dan pengeluaran
 Dukung asupan cairan oral
 Monitor adanya bukti-bukti
hipervolemia dan edema paru
selama rehidrasi
 Monitor rongga mulut dari
kekeringan atau mebran mukosa
yang pecah
 Sediakan cairan oralsesering
mungkin untuk memelihara
integritas membran mukosa mulut,
 Fasilitasi kebersihan mulut dua
kali sehari
 Instruksikan pada pasien atau
keluarga untuk mencatat
intake/output
 Instruksikan pada pasien atau
keluarga tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi
hipovelemia
3. Ketidakefektifan 1) Keberhasilan 1) Konseling laktasi
pemberian ASI bd menysusi bayi Aktivitas-aktivitas:
kurang Indikator:  Berikan informasi menegnai
pengetahuan ibu  Kesejajaran tubuh manfaat, menyusui baik fisiologis
yang sesuai dan bayi maupun psikologis
menempel  Tentukan keinginan dan motivasi
yang
ibu untuk menyusui dan juga
dengan baik
 Genggaman (tangan persepsi mengenai menyusui
areola  Beri kesempatan pada ibu untuk
bayi) pada
menyusui setelah melahirkan, jika
denga tepat
 Penempatan lidah memungkinkan
 Bantu menjamin adanya kelekatan
yang tepat
 Refleks menghisap bayi ke dada dengan cara yang
 Minimal 8 kali tepat
menyusui per hari  Instruksikan posisi menyusui yang
 BAK per hari sesuai bervariasi
usia  Instruksikan ibu jika ada ASI yang
 Penambahan BB tercecer
sesuai usia  Informasikan mengenai perbedaan
 Bayi puas setelah hisapan yang memberikan nutrisi
makan dan yang tidak memberikan nutrisi
 Monitor kemampuan bayi untuk
2) Keberhasilan
menghisap
menyusui :
 Instruksikan pada ibu untuk
maternal
membiarkan bayi menyelesaikan
Indikator:
menyusui yang pertama sebelum
 Posisi nyaman selama
menyusui yang kedua
menyusui  Diskusikan teknik untuk
 Payudara penuh
menghindari atau meminimalkan
sebelum menyusui
pembesaran dan rasa tidak nyaman
 Pengeluaran ASI
 Instruksikan pada ibu untuk
 Mengenali bayi
mencatat sesi perawatan dan
menelan
 Teknik untuk pemompaan jika di indikasikan
 Diskusikan frenkuensi pola makan
mencegah nyeri
normal, meliputi minum ASI terus
puting
 Respon terhadap menurus dan sering/ clustur
tempramen bayi feeding dan lonjakkan
 Mengenali isyarat pertumbuhan bayi
lapar di awal  Instruksikan bagaimana
 Intake cairan ibu menangani ASI yang sudah
 Memompa payudara dikumpulkan dengan cara yang
 Menggunakan
tepat
dukungan keluarga  Diskusikan strategi yang bertujuan
 Menggunakan
untuk mengoptimalkan suplai ASI
dukungan komunitas  Diskusikan pilihan penyapihan
 Puas dengan proses  Instruksikan ibu untuk
menyusui berkonsultasi pada praktisi
perawatan kesehatan sebelum
meminum saat menyusi
BAB IV
PENUTUPAN

KESIMPULAN
Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpasrtum atau
masa sejak bayi dilahirkan dan pada plasenta keluar lepas dari Rahim sampai 6 minggu
berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas atau (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seprti keadaan sebelum hamil.masa nifas
berlangsung selama 6 minggu ( Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal,2006).

SARAN
Dengan adanya asuhan keperawatan ini mahasiswa dan mahasiswi diharapkan
mengerti dan mampu untuk mengaplikasikan dan memperaktekkan asuhan keperawatan ibu
nifas dengan perdarahan dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC.

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21, Alih Bahasa :
Andry Hartono dan Joko Suyono. Jakarta : EGC.

Manuaba, G.B.I. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nadesul. 2010. Cara Sehat Selama Hamil. Edisi Revisi. Jakarta: Puspa Swara.

Novita, R. 2011. Keperawatan maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sister School Program. 2004. Modul Asuhan Keperawatan Post Partum Mata
Ajar Keperawatan Maternitas. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Siswosudarmo, R. 2008. Obsteri Fisiologi. Jakarta: Pustaka Cendekia.

Syafrudin, H. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yusari Asih,SST.,M.Kes. 2016. Asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Jakarta :


TIM.

Wilkison, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA, Intervansi


NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC.
NIC

NOC
ASKEP IBU NIFAS

DI SUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK 6 B :

1. KING PERSON HERNANDO


2. MIFTAHUL MUBARAK
3. REZA SOVIA
4. SUCI WAHYU BUSTA

SI KEPERAWATAN III A

STIKeS MERCUBAKTIJAYA PADANG


2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah praktek
keperawatan maternitas. Shalawat beriring salam juga Penulis kirimkan kepada junjungan
umat Nabi Muhammad SAW. Makalah ini merupakan bahan materi untuk proses belajar
mengajar, Dimana makalah ini membahas tentang askep pada ibu nifas.
Akhir kata Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu dengan rendah hati dan lapang dada, Penulis menerima segala saran dan kritikan
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan bagi Penulis sendiri dan pembaca
sekalian, terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………………………
BAB II
A.DEFENISI …………………………………………………………
B.ANATOMI DAN FISIOLOGI……………………………………..
C.ETIOLOGI…………………………………………………………
D.TANDA DAN GEJALA…………………………………………..
E.KLASIFIKASI……………………………………………………..
F.KOMPLIKASI……………………………………………............
G.PATOFISIOLOGI………………………………………………..
H.WOC………………………………………………………………
I.PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………
J.PENATALAKSAAN……………………………………………..
BAB III
A.PENGKAJIAN…………………………………………………………
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………..
C.INTERVENSI………………………………………………………..
BAB IV PENUTUPAN
A.KESIMPULAN……………………………………………………..
B.SARAN……………………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai