Askep Lengkap Ibu Nifas
Askep Lengkap Ibu Nifas
Askep Lengkap Ibu Nifas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa
ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Masa nifas
merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian
ibu dan bayi.
Selama 15 tahun, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia mengalami
penurunan yang lebih lambat dari yang diharapkan. Angka Kematian Ibu
(AKI) menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup di 1994 menjadi
228/100.000 di 2010. AKB menurun dari 30 per 1000 kelahiran hidup di 1994
menjadi 19/1000 di 2007.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan mordibitas ibu (Saleha, 2009)
Pada masa nifas ibu juga sering kali mengalami depresi. Sebagai
perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-
masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional. Untuk itu dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk
mempercepat kesembuhan dari depresi yang dialami oleh ibu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan masalah bagaimana
melakukan asuhan keperawatan pada ibu Dengan Post Partum.
C.Tujuan Penulis
1.Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum spontan.
2.Tujuan Khusus
a. pengkajian pada kasus ibu dengan post partum spontan
b .Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ibu
dengan post partum spontan.
c. Menyusun intervensi yang tepat pada kasus ibu dengan post partum spontan.
d. Melaksanakan implementasi pada kasus ibu dengan post partum spontan.
e. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum spontan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFENISI
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak pasti,
sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun merupakan masa
yang relative tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak
perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang
serius (Cunnningham Gary,2012).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, setelah lahirnya janin dan plsenta dan
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun
secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi
kehamilan normal (Cuningham, 2006).
Masa nifas adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium) berasal dari bahasa latin
peurperium berasal dari 2 suku kata yakni peur dan parous berarti melahirkan.jadi dapat
disimpulkan bahwa peurperium merupakan masa setelah melahirkan.
Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpasrtum atau masa sejak
bayi dilahirkan dan pada plasenta keluar lepas dari Rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas atau (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seprti keadaan sebelum hamil.masa nifas
berlangsung selama 6 minggu ( Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal,2006).
Menurut Dhyanti dan Muki, masa nifas adalah periode 6 minggu pasca persalinan,
disebut juga masa involusi ( periode dimana system reproduksi wanita post partum/pasca
persalinan kembali ke keadaannya seperti sebelum hamil). Wanita yang melalui periode
peurperium disebut puerpuro (Varney” midwifery).
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan
dalam waktu yang relative pendek darah sudah keluar, sedangkan batas maksimumnya adalah 40
hari. Di masyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesainya prosesnya
persalinan sampai 40 hari setelah itu.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
Meningkatkan kesejahteraan fisikdan psikologis bagi ibu dan bayi Dengan
diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk
menyesuaikan peran barunya sebagai ibu dan pendamping keluarga dalam membuat
bentuk dan pola baru dengan kelahiran berikutnya.
Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan
dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun akan dapat
lebih maksimal.
Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang
memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka
lebih memilih untuk tidak dating ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan
tertentu.
Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu Untuk mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
Tahapan masa nifas :
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI,2015), yaitu :
1. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah,misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab,itu tenaga kesehatan harus
dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,pengeluaran lochea,tekanan darah dan
suhu.
2. Periode pasca salin awal ( early post partum ) 24 jam-1 minggu
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal,tidak ada perdarahan,lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam,ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan bayinya dengan
baik.
3. Periode pasca salin lanjut ( late postpartum) 1 minggu-6minggu
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB (saleha,2009).
C. ETIOLOGI
1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3. Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus)
Menurut dewi Vivian,sunarsih (2013) etilogi post partum :
Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri,laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
Post partum lambat
Post partum lambat adalah teringginya sebagian plasenta,ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesari.
E. KLASIFIKASI
a. Pre eklamsi ringan
Tekanan darah diastolic 90-110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu, tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka ; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
per minggu dan proteinuria + 1
b. Pre eklamsi berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
Adanya gangguan serebral,gangguan visual,dan rasa nyeri
F. KOMPLIKASI
a. Perdarahan post partum(apabila kehilangan darah lebih dari 500 ml selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
Endometritis (radang endometrium)
Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
Caked breast/bendungan ASI (payudara mengalami distensi,menjadi
keras dan berbenjol-benjol)
Mastitis (mamae membesar dan nyeri pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bias terjadi abses).
Thrombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superfisial yang menyebabkan statis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri).
Luka perineum (ditandai dengan : nyeri local,dysuria,temperature naik
38,3 derajat celcius,nadi < 100x/menit,edema,peradangan dan kemerahan
pada tepi,pus atau nanah warna kehijauan.luka kecoklatan atau
lembab,lukanya meluas).
G. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan tambahan yaitu :
Pemeriksaan laboratorium
USG bila diperlukan
J. PENATALAKSANAAN
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :
a. Kebersihan Diri
1)Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih
dahulu dari depan kebelakang baru dilanjutkan ke daerah sekitar anus.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2
kali sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika
memiliki luka episiotomy atau laserasi.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan –
kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan – lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot –
otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu
beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali
normal.
6) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2
kali sehari. Kain dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
7) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
8) Sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka jika
memiliki luka episiotomy atau laserasi.
d. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan –
kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan – lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
e. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot –
otot perut dan panggul kembali normal.
2) Jelaskan bahwa latihan – latihan tertentu
beberapa menit setiap hari dapat mempercepat
pengembalian otot – otot perut dan panggul kembali
normal.
f. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
g. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Mengenakan BH yang menyokong payudara.
A. Pengkajian
1. Data fisik dan psikologi
a. Data subyektif
1) Identitas istri dan suami
Berisi nama, latar belakang pendidikan, pekerjaaan, suku dan
agama, serta alamat lengkap. Hal ini berguna agara saat
pemberian asuhan dapat diberikan dengan memperhatikan
sosial, budaya, dan ekonomi.
2) Data biologis/fisiologis
a) Keluhan utama
Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan
bagaimana pengarugnya pada ibu.
b) Riwayat kelahiran dan persalinan
Kaji riwayat persalinan secara lengkap dengan
meneyertai durasi setiap kala dalam persalinan serta
maasalaah yang ditemui pada setiap kala, dan tindakan
yang dilakukan dalam mengatasi masalah.
c) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas terdahulu
Terutama apabila ibu sudah pernah hamil dan atau
melahirkan sebelumnya
d) Riwayat kesehatan yang lalu
Kaji apakah ibu pernah atau sedang menderita penyakit
yang dianggap berpengaruh pada kondisi kesehatan saat
ini.
e) Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
f) Riwayat penyakit menular dalam keluarga
3) Pemenuhan kebutuhan dasar
Dikaji dengan tetap memperhatikan kondisi pasien masa nifas.
4) Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berpengaruh dengan perawatan
bayi, perawatan nifas,ASI ekslusif cara menyususi, KB serta
hal-hal lain yang penting diketahui ibu dalam masa nifas dan
menyusui
5) Data psikososial, ekonomi dan spiritual :
a) Respons ibu dan suami terhadap kelahiran bayi
b) Pola hubungan ibu, suami dan keluarga
c) Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga
d) Kepercayaan dan adat istiadat
6) Data tambanan
Data berisi bebrapa data tambahan misalnya obat-obatan yang
diperoleh selama masa nifas
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat harus melakukanpemeriksaan
menyeluruh dan terutama berfoku pada masi nifas
2) Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
c. Riwayat kesehatan ibu
1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
Adakah kesulitan atau ganguan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari misalanya pola makan, BAK atau BAB, kebutuhan
istirahat, mobilisasi
2) Riwayat tentang persalinan meliputi adakah komplikasi,
laserasi, atau episiotomi
3) Obat/suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi
4) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi,
penerima terhadap peran baru sebagai orang tua termasuk
suasana hati yang dirasakan ibu sekarang kecemasan,
kekhawatiran
5) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi
sehari-hari
6) Bagimana rencana menyusui nanti, rencana merawat bayi
dirumah
7) Bagaimana dukunagan suami atau keluarga terhadap ibu
8) Pengetahuan ibu tentang nifas
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan, sementara tekanan darah sistolik dan diastolik,
yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil
selama beberapa hari perawat bertanggung jawab mengkaji
rsiko preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif jarang ,
tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan
2) Suhu
Suu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam peratama
pascapartum
3) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normal selama beberapa jam pertama pascapartum.
4) Pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wnita selama
jam pertama pascapartu
b. Kepala, wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adanya oedema, sclera dan konjungtiva mata,
mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid
dan bendungan vena jegularis
c. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau
perubhan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital
d. Genetelia dan perineum
Setelah peralinan vagina meregang dan membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil, tapi jarang
kembali ke ukuran nullipara
e. Ekstrimitasi di bawah pusat.
Pemeriksaan terhadap adanyaoedema, nyeri tekan atau panas pada
betis adanya tanda homan.
f. Uterus
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat,segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Bagian bekas
implementasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar
dan menonjol kedalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
g. Kandung kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan,
karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada kandung kemih selama melahirkan
3. Pengkajian psikologi ibu
a) Periode Taking In
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah kelahitran, ibu pasif dan
tergantung, dia khwatirakan tubuhnya
2) Ibu akan mengulang-ngulangpengaalamnnya waktu bersalin
dan melahirkan
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting
4) Peningktan nutrisi
b) Periode Taking Hold
1) Periode ini berlangsungn pada hari 2-4 postpartum . ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab
2) Ibu konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK,
BAB, kekuatan , dan ketahanan tubuhnya
3) Pada masa ini ibu agak sensitif dan mersa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut
c) Periode Letting Go
1) Terjadi setelah dirumah
2) Tanggun jawab ibu dalam merawat bayi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens injuri (misi pembedahan)
b. Resiko kekurang an volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
c. Ketidakefektifan pemberian ASI bd kurang pengetahuan ibu
d. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan
e. Deficit perawatan diri b.d nyeri
C. INTERVENSI
2. Manajemen Nyeri
Aktivitas-aktivitas:
Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
Observasi adanya petunjuk no
verbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
Pastikan perawatan analgesik bagi
pasien dilakukan dengan
pemantuan yang ketat
Pertimbangkan pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup
pasien
Evaluasi pengalaman nyeri di
masa lalu yang meliputi riwayat
nyeri kronik individu atau
keluarga atua nyeri yang
menyebabkan
disability/ketidakmampuan/kecaca
tan, dengan tepat
Bantu keluarga dalam mencari
dan menyediakan dukungan
Gunakan metode penilaian yang
sesuai dengan tahapan
perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor
perubahan nyeri dan akan dapat
membantu mengidentifikasi faktor
pencetus aktual dan potensial
Tentukan kebutuhan frekuensi
untuk melakukan pengkajian
ketidaknyamanan pasien dan
mengimplementasikan rencana
monitor
Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam untuk
memfasilitasi penurunan nyeri,
sesuai kebutuhan
Pertimbangkan tipe dan sumber
nyeri ketika memilih strategi
penurunan nyeri
Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
Berikan individu penurun nyeri
yang optimal dengan peresepan
analgesik
Gunakan tindakan pengontrol
nyeri sebelum nyeri bertambah
berat
Pastikan pemberian analgesik dan
atau strategi nonfarmakologi
sebelum dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri
Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien , catat perubahan
dalam catatan medis pasien,
informasikan petugas lain yang
merawat pasien
Evaluasi dari keefektifan dari
tindakan pengontrol nyeri yang
dipakai selama pengkajian nyeri
dilakukan
Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien
Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika keluhan
pasien saat ini berubah signifikan
dari pengalaman nyeri
sebelumnya
Informasikan tim kesehatan
lain/anggota keluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang
sedang digunakan untuk
mendorong pendekatan preventif
terkait dengan manajemen nyeri
Gunakan pendekatan multidisiplin
untuk manajemen nyeri, jika
sesuai
Pertimbangkan untuk merujuk
pasien, keluarga dan orang tedekat
pada kelompok pendukung dan
sumber-sumber lainnya, sesuai
kebutuhan
Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
Libatkan keluarga dalam
modalitas penurun nyeri, jika
memungkinkan
2 Resiko kekurang 1) Keseimbangan 1) Monitor cairan
an volume cairan cairan Aktivitas
b.d kehilangan Indikator : Tentukan jumlah dan jenis asupan
volume cairan Tekanan darah cairan serta kebiasaan eliminasi
aktif Denyut nadi radial Tentukan faktor-faktor resiko yang
Keseimbangan intake mungkin menyebabkan ketidak
dan output dalam 24 seimbangan cairan
jam Tentukan apakah pasien mengaami
Kelembaban membran kehausan atau gejala perubahan
mukosa cairan
Berat jenis urin Monitor berat badan
Bola mata cekung dan Monitor tekanan darah, ortostatik
lembek dan perubahan irama jantung
Kehausan Catat dengan akurat asupan dan
Kram otot pengeluaran
Pusing Monitor membran mukosa, turgor
kulit dan rasa haus
2) Hidrasi
Monitor distensi vena leher, ronki
Indikator :
di paru-pasr, edema perifer, dan
Turgor kulit penambahan berat badan
Membrab mukosa Berikan cairan dengan tepat
lembab Batasi dan alokasikan asupan
Intake cairan cairan
Output urin
haus 2) Manajemen Hipovelemist
Penurunan tekana Monitor status hemodinamik
darah meliputi nadi, tekanan darah
Monitor adanya tanda-tanda
dehidrasi
Monitor adanya sumber
kehilangan cairan
Monitor asupan dan pengeluaran
Dukung asupan cairan oral
Monitor adanya bukti-bukti
hipervolemia dan edema paru
selama rehidrasi
Monitor rongga mulut dari
kekeringan atau mebran mukosa
yang pecah
Sediakan cairan oralsesering
mungkin untuk memelihara
integritas membran mukosa mulut,
Fasilitasi kebersihan mulut dua
kali sehari
Instruksikan pada pasien atau
keluarga untuk mencatat
intake/output
Instruksikan pada pasien atau
keluarga tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi
hipovelemia
3. Ketidakefektifan 1) Keberhasilan 1) Konseling laktasi
pemberian ASI bd menysusi bayi Aktivitas-aktivitas:
kurang Indikator: Berikan informasi menegnai
pengetahuan ibu Kesejajaran tubuh manfaat, menyusui baik fisiologis
yang sesuai dan bayi maupun psikologis
menempel Tentukan keinginan dan motivasi
yang
ibu untuk menyusui dan juga
dengan baik
Genggaman (tangan persepsi mengenai menyusui
areola Beri kesempatan pada ibu untuk
bayi) pada
menyusui setelah melahirkan, jika
denga tepat
Penempatan lidah memungkinkan
Bantu menjamin adanya kelekatan
yang tepat
Refleks menghisap bayi ke dada dengan cara yang
Minimal 8 kali tepat
menyusui per hari Instruksikan posisi menyusui yang
BAK per hari sesuai bervariasi
usia Instruksikan ibu jika ada ASI yang
Penambahan BB tercecer
sesuai usia Informasikan mengenai perbedaan
Bayi puas setelah hisapan yang memberikan nutrisi
makan dan yang tidak memberikan nutrisi
Monitor kemampuan bayi untuk
2) Keberhasilan
menghisap
menyusui :
Instruksikan pada ibu untuk
maternal
membiarkan bayi menyelesaikan
Indikator:
menyusui yang pertama sebelum
Posisi nyaman selama
menyusui yang kedua
menyusui Diskusikan teknik untuk
Payudara penuh
menghindari atau meminimalkan
sebelum menyusui
pembesaran dan rasa tidak nyaman
Pengeluaran ASI
Instruksikan pada ibu untuk
Mengenali bayi
mencatat sesi perawatan dan
menelan
Teknik untuk pemompaan jika di indikasikan
Diskusikan frenkuensi pola makan
mencegah nyeri
normal, meliputi minum ASI terus
puting
Respon terhadap menurus dan sering/ clustur
tempramen bayi feeding dan lonjakkan
Mengenali isyarat pertumbuhan bayi
lapar di awal Instruksikan bagaimana
Intake cairan ibu menangani ASI yang sudah
Memompa payudara dikumpulkan dengan cara yang
Menggunakan
tepat
dukungan keluarga Diskusikan strategi yang bertujuan
Menggunakan
untuk mengoptimalkan suplai ASI
dukungan komunitas Diskusikan pilihan penyapihan
Puas dengan proses Instruksikan ibu untuk
menyusui berkonsultasi pada praktisi
perawatan kesehatan sebelum
meminum saat menyusi
BAB IV
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpasrtum atau
masa sejak bayi dilahirkan dan pada plasenta keluar lepas dari Rahim sampai 6 minggu
berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
Masa nifas atau (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seprti keadaan sebelum hamil.masa nifas
berlangsung selama 6 minggu ( Buku Acuan Nasional Yankes Maternal dan Neonatal,2006).
SARAN
Dengan adanya asuhan keperawatan ini mahasiswa dan mahasiswi diharapkan
mengerti dan mampu untuk mengaplikasikan dan memperaktekkan asuhan keperawatan ibu
nifas dengan perdarahan dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC.
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21, Alih Bahasa :
Andry Hartono dan Joko Suyono. Jakarta : EGC.
Nadesul. 2010. Cara Sehat Selama Hamil. Edisi Revisi. Jakarta: Puspa Swara.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sister School Program. 2004. Modul Asuhan Keperawatan Post Partum Mata
Ajar Keperawatan Maternitas. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
NOC
ASKEP IBU NIFAS
DI SUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 6 B :
SI KEPERAWATAN III A
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah praktek
keperawatan maternitas. Shalawat beriring salam juga Penulis kirimkan kepada junjungan
umat Nabi Muhammad SAW. Makalah ini merupakan bahan materi untuk proses belajar
mengajar, Dimana makalah ini membahas tentang askep pada ibu nifas.
Akhir kata Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu dengan rendah hati dan lapang dada, Penulis menerima segala saran dan kritikan
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan bagi Penulis sendiri dan pembaca
sekalian, terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………………………
BAB II
A.DEFENISI …………………………………………………………
B.ANATOMI DAN FISIOLOGI……………………………………..
C.ETIOLOGI…………………………………………………………
D.TANDA DAN GEJALA…………………………………………..
E.KLASIFIKASI……………………………………………………..
F.KOMPLIKASI……………………………………………............
G.PATOFISIOLOGI………………………………………………..
H.WOC………………………………………………………………
I.PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………
J.PENATALAKSAAN……………………………………………..
BAB III
A.PENGKAJIAN…………………………………………………………
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………..
C.INTERVENSI………………………………………………………..
BAB IV PENUTUPAN
A.KESIMPULAN……………………………………………………..
B.SARAN……………………………………………………………..