MAKALAH Limpasan 2
MAKALAH Limpasan 2
MAKALAH Limpasan 2
Tentang
LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF)
Disusun oleh :
KELOMPOK 7
CAHYANINGTIYAS VYSCA OLLYVIA (1752010075)
KRISNA BAYU MUKTI (1752010059)
AJI DARSENO (1752010081)
ZAENAL ABIDIN (1752010034)
MOHAMMAD KRISNA WIBOWO (1752010096)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dengan judul Makalah
Limpasan Permukaan (Run Off).
Pertama, kami ucapkan terima kasih yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan. Dan tidak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyusun dan
menyelesaikan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi limpasan sangat bergantung kepada jumlah air
hujan per satuan waktu (intensitas), keadaan penutupan tanah, topografi (terutama kemiringan
lereng), jenis tanah, dan ada atau tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air tanah
sebelum terjadinya hujan). Sedangkan jumlah dan kecepatan limpasan permukaan bergantung
kepada luas areal tangkapan, koefisien run off dan intensitas hujan maksimum.
Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir diatas permukaan karena
penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan merupakan unsur penting dalam siklus air dan
salah satu penyebab erosi. Limpasan yang muncul dipermukaan
sebelum mancapai saluran disebut sumber tidak langsung. Ketika limpasan mengalir
ditanah, limpasan tersebut dapat mengambil kontaminan tanah seperti minyak bumi,
pestisida, atau pupuk. Bila sumber tidak langsung mengandung kontaminan semacam itu,
limpasan tersebut disebut polusi sumber tidak langsung.
Nilai limpasan permukaan yang penting untuk keperluan evaluasi DAS adalah kondisi
volume limpasan permukaan yang terjadi sebelum selama dan setelah adanya suatu
kegiatan/proyek. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi lama hujan melebihi lama
waktu konsentrasi, maka laju pengaliran didalam sungai akan kurang daripa lama waktu
hujannya sama dengan lama waktu konsentrasi. Sebaliknya, apabila lama waktu hujan lebih
pendek daripada lama waktu konsentrasi, intensitas hujannya meningkat menjadi lebih tinggi,
akan tetapi hanya sebagian dari areal daerah aliran ikut berperanan pada pengaliran
sungai.Dengan demikian maka laju pengaliran maksimum terjadi kalau lama waktu hujan
sama dengan lama waktu konsentrasi daerah alirannya.
3
Beberapa variable yang ditinjau dalam analisis banjir adalah volme banjir,debit
puncak,tinggi genangan,lama genangan dan kecepatan aliran.
Run off adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan
kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya
berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat
dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff. Pada
permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti retakan-retakan/patahan-
patahan (joint) yang ada di permukaan bumi. Sehingga pada awalnya daerah tersebut
bukan merupakan daerah aliran sungai, tetapi merupakan akumulasi air, kemudian terjadi
proses lanjutannya seperti prose pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya. Proses
tersebut berjalan terus, sehingga berkembang menjadi sebuah parit-parit kecil yang makin
4
lama makin tertoreh/terkikis baik secara lateral maupun vertikal. Akhirnya terbentuk
sungai-sungai kecil sebagai sistem sungai.
Kegiatan-kegiatan aliran air sungai tergantung pada beberapa faktor (Lobeck, 1939:
158) adalah sebagai berikut :
1. Curah hujan yang tinggi, hujan yang efektif (tinggi) tidak saja menyebabkan
aliran yang kuat, tetapi juga bertambah banyaknya jumlah aliran sungai yang
permanen. Sebagai contoh, sungai-sungai dibagian timur Amerika Serikat lebih
banyak jika dibandingkan dengan di bagian barat.
2. Tanah-tanah ponus yang dalam dan banyaknya tumbuhan yang tumbuh
cenderung menyerap air hujan dan mengurangi aliran permukaan (run-off) .
Seperti pada daerah-daerah tinggi yang luas dipantai selatan Alabama dan
Missisipi, walaupun curah hujan tinggi tetapi sungai tidak banyak jumlahnya.
3. Daerah yang terdiri dari batu gamping serta aliran bawah permukaan (bawah
tanah) tidak menyebabkan terdapatnya aliran permukaan. Misalnya didaerah
Karst Dalmatia tidak mempunyai banyak sungai, walaupun curah hujannya
paling lebat didaerah Eropa.
4. Daerah arid dengan vegetasi yang kurang menentukan aliran sungai, baik
volume, jumlah air , maupun keadan permanen aliran yang minimum.
5. Tanah-tanah liat yang kedap air sungai glacial, menambah aliran air permukaan
yang mengurangi jumlah aliran bawah tanah, sehingga mempercepat pengerjaan
erosi.
Aliran air pada sebuah sungai pada umumnya mengalir tidak tetap, mengikuti
muatan sedimen unsure-unsur lain yang larut didalam air. Oleh karena itu, sungai
mempunyai ciri yang tersendiri dan berbeda dengan massa air lain seperti danau, laut, dan
sebagainya. Adapun ciri tersebut adalah sebagai berikut seperti yang dikemukakan oleh
Sudarja dan Akub (1977: 38) antara lain adalah sebagai berikut :
5
3. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang pada sisi kanan kirinya dibatasi oleh
tebing yang bias curam berupa lembah-lembah dari lembah dangkal sampai
pada lembah-lembah yang dalam.
Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan dipengaruhi
pula oleh kondisi lengas tanah sebelum hujan. Kapasitas awal (tanah yang kering)
biasanya tinggi, tetapi kalau hujan turun terus, kapasitas ini menurun hingga mencapai
nilai keseimbangan yang disebut sebagai laju infiltrasi akhir.
Proses runoff akan berlangsung terus selama intensitas hujan lebih besar dari
kapasitas infiltrasi aktual, tetapi runoff segera berhenti pada saat intensitas hujan menurun
hingga kurang dari laju infiltrasi aktual.
a. Periode hujan
6
b. Periode hujan awal
c. Periode hujan
7
Tipe-tipe sungai antara lain :
1. Sungai Perennial
Adalah sungai yang mempunyai aliran sepanjang tahun,aliran sungai
perennika adalah aliran dasar yang berasal dari aliran air tanah,sungai. Tipe ini
terjadi pada DAS yang sangat baik yang masih mempunyai hutan lebat.
2. Sungai Ephemeral
Adalah sungai yang mempunyai debit hanya apabila terjadi hujan yang melebihi
laju infiltrasi. Permukaan air tanah selalu berada di bawah dasar sungai,
sehingga sungai tidak menerima aliran tanah yang berarti tidak mempunyai aliran
dasar ( base flow ) contoh di Nusa tenggara
3. Sungai Intermitten
Adalah sungai yang mempunyai karakteristik campuran antara kedua tipe
di atas.Pada suatu periode tertentu bersifat sungai perennial dan pada waktu tertentu
bersifat sebgai sungai ephemal.
a. Aliran permukaan
b. Aliran antara
c. Aliran air tanah
8
menuju
elevasi yang lebih rendah.
c. Aliran air tanah
adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih
rendah yang akhirnya menuju sungai atau langsung ke laut. Dalam analisis
hidrologi aliran permukaan dan aliran antara dapat dikelompokkan menjadi satu
yang disebut aliran langsung,sedangkan aliran tanah disebut aliran tak langsung.
1. Tipe tanah
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh porositas tanah, yang menentukan
kapasitas simpanan air dan mempengaruhi resistensi air untuk
mengalir ke lapisan tanah yang lebih dalam. Porositas suatu tanah berbeda dengan
tanah lainnya. Kapasitas infiltrasi tertinggi dijumpai pada tanah-tanah yang
gembur, tekstur berpasir; sedangkan tanah-tanah liat dan berliat biasanya
mempunyai kapasitas infiltrasi lebih rendah. Bagan-bagan berikut menyajikan
9
beragam kapasitas infiltrasi yang diukur pada berbagai tipe tanah. Kapasitas
infiltrasi juga tergantung pada kadar lengas tanah pada akhir periode hujan
sebelumnya. Kapasitas infiltrasi aweal yang tinggi dapat menurun dengan waktu
(asalkan hujan tidak berhenti) hingga mencapai suatu nilai konstan pada saat profil
tanah telah jenuh air. Kondisi seperti ini hanya berlaku kalau kondisi permukaan tanah
tetap utuh tidak mengalami gangguan. Telah diketahui bahwa rataan ukuran tetesan air
hujan meningkat dengan meningkatnya intensitas hujan. Dalam suatu intensitas
hujan yang tinggi, energi kinetik tetesan air hujan sangat besar pada saat memukul
permukaan tanah. Hal ini dapat menghancurkan agregat tanah dan dispersi tanah,
dan mendorong partikel-partikel halus tanah memasuki pori tanah. Pori tanah
dapat tersumbat dan terbentuklah lapisan tipis yang padat dan kompak di
permukaan tanah sehingga mereduksi kapasitas infiltrasi. Fenomena seperti ini
lazim disebut sebagai “capping, crusting atau sealing”. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa di daerah-daerah arid dan semi-arid yang mempunyai pola hujan dengan
intensitas tinggi dan frekuensi tinggi,
2. Vegetasi
Besarnya simpanan intersepsi pada tajuk vegetasi tergantung pada macam
vegetasi dan fase pertumbuhannya. Nilai-nilai intersepsi yang lazim adalah
1 – 4 mm. Misalnya tanaman serealia, mempunyai kapasitas simpanan intersepsi
lebih kecil dibandingkan dengan rumput penutup tanah yang rapat. Hal yang lebih
penting adalah efek vegetasi terhapad kapasitas infiltrasi tanah. Vegetasi yang
rapat menutupi tanah dari tetesan air hujan dan mereduksi efek kerak-permukaan.
Selain itu, perakaran tanaman dan bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan
porositas tanah sehingga memungkinkan lebih banyak air meresap ke dalam tanah.
Vegetasi juga menghambat aliran air permukaan terutama pada lereng yang landai,
sehingga air mempunyai kesempatan lebih banyak untuk meresap dalam tanah
atau menguap.
10
3. Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan
Pengamatan pada petak-petak ukur runoff menunjukkan bahwa petak-
petak pada lereng yang curam menghasilkan runoff lebih banyak dibanding
dengan petak-petak pada lereng yang landai. Selain itu, jumlah runoff menurun
dengan meningkatnya panjang lereng. Hal seperti ini terjadi karena aliran air
permukaan lebih lambat dan waktu konsentrasinya lebih panjang (yaitu waktu
yang diperlukan oleh tetes air hujan untuk mencapai outlet daerah tangkapan air).
Hal ini berarti bahwa air mempunyai lebih banyak kesempatan untuk infiltration
dan evaporasi sebelum ia mencapai titik pengukuran di outlet. Hal yang sama juga
berlaku kalau kita membandingkan daerah-daerah tangkapan yang ukurannya
berbeda.
11
2.5 Pengukuran Limpasan
2.5.1 Pengukuran Tinggi Air Limpasan Permukaan
Tinggi muka air (stage height, gauge height) sungai adalah elevasi permukaan
air (water level) pada suatu penampang melintang sungai terhadap suatu titik tetap yang
elevasinya telah diketahui. Tinggi muka air biasanya dinyatakan dalam satuan meter (m)
atau centimeter (cm). Fluktuasi permukaan air sungai menunjukkan adanya perubahan
kecepatan aliran dan debitnya
Pengukuran tinggi muka air merupakan langkah awal dalam pengumpulan data
aliran sungai sebagai data dasar hidrologi. Data tinggi muka air dapat digunakan secara
langsung untuk berbagai keperluan pembangunan, misalnya saja untuk perhitungan
pengisian air pada waduk, menentukan perubahan kedalaman aliran dari waktu ke waktu
untuk keperluan transportasi air, perencanaan pembangunan fisik di daerah dataran banjir
dan untuk keperluan lainnya.
Data tinggi muka air digunakan sebagai dasar perhitungan debit setelah dibuat
hubungan antara tinggi muka air dan debit hasil pengukuran debit yang dilakukan secara
berkala, yang mencakup pengukuran debit pada muka air rendah sampai tinggi. Dengan
demikian ketelitian dalam perhitungan data debit juga tergantung daripada ketelitian
pengukuran tinggi muka air.
Pengukuran tinggi muka air dapat dilaksanakan dengan cara manual menggunakan
alat duga air biasa (non recording gauges) dan atau cara otomatis menggunakan alat duga
air otomatik (recording gauges) yang dipasang pada suatu pos duga air sungai. Untuk
keperluan pendataan aliran sungai yang memerlukan waktu dengan periode panjang, maka
pengukuran tinggi muka air dari suatu pos duga air harus menggunakan alat duga air
otomatik.
12
Gambar Sketsa Pengukuran Datum Tinggi Muka Air
Keuntungan :
Dapat diperoleh sebuah Gambar yang akurat, karena skala vertikal dan horizontal
dapat diatur.
Dapat diperoleh rekaman yang tak terputus sampai maksimum 4 bulan.
Dapat merekam tinggi muka air maksimum tertinggi dan terendah kedalam kertas.
Kerugian:
Diperlukan bangunan yang cukup mahal untuk alat perekam dan sumur pelampung.
Kedalaman sumur pelampung harus cukup dalam sehingga dapat mencakup tinggi
muka air yang terendah.
13
frekuensi pengukurannya dapat ditambah, terutama selama terjadi banjir agar data
muka airnya lebih lengkap. Banyaknya pengukuran tinggi muka air setiap harinya
tergantung dari banyaknya faktor, antara lain :
Tinggi muka air setiap jam diamati secara manual oleh operator (pencatat) dan
dicatat pada suatu formulir pengamatan pasang surut. Pada palem dilukis tanda-
tanda skala bacaan. Pencatat akan menuliskan kedudukan tinggi muka air laut relatif
terhadap palem pada jam-jam tertentu sesuai dengan skala bacaan yang tertulis pada
palem. Muka air laut yang relatif tidak tenang membatasi kemampuan pencatatan
dalam menaksir bacaan skala. Walaupun demikian, cara ini cukup efektif untuk
memperoleh data pasang surut dengan ketelitian hingga sekitar 2,5 cm. Tinggi palem
disesuaikan dengan karakter tunggang air pada wilayah perairan yang diamati pola
pasang surutnya, yang biasanya sekitar 4 hingga 6 meter.
14
Pengukuran tinggi muka air cara manual dengan menggunakan alat duga air biasa
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
Jenis alat ini yang menggunakan sumbu propeler sejajar dengan arah
arus disebut Ott propeler curent meter dan yang sumbunya tegak lurus terhadap
arah arus disebut Price cup current meter. Peralatan dengan sumbu vertikal ini
tidak peka terhadap arah aliran.
Keuntungan:
Propeler curent meter ini menghasilkan pekerjaan yang akurat dan
cepat apabila dilakukan perawatan yang baik dan pelaksanaan yang cermat. Juga
kalibrasi propeler harus dilakukan dengan baik.
15
Kerugian:
Dapat dipengaruhi oleh kapal (pitching dan rolling), sehingga
kecepatan arus yang diukur bukan hanya kecepatan arus aliran sungai saja.
Diperlukan test kalibrasi untuk mengatasi hal ini.
Cara pemakaian:
Ott current-meter dapat digunakan baik dengan digantung pada
kabel/tali maupun pada tiang. Cara yang pertama dapat dilaksanakan pada
pengukuran di sungai maupun di muara sungai, sedangkan cara kedua dapat
dipakai pada pengukuran di kanal yang kecil atau digantung di jembatan.
Gambar (a) Cup current meter Gambar (b) Propeler current meter
V = V0,6
16
Cara ini dapat dengan mudah digunakan meskipun permukaan air sungai itu
tinggi. Cara ini sering digunakan karena tidak dipengaruhi oleh kotoran atau kayu-
kayuan yang hanyut dan mudah dilaksanakan.
Biasanya digunakan 3 buah pelampung yang dialirkan pada satu garis pengukuran
aliran dan diambil kecepatan rata-rata. Mengingat arah mengalirnya pelampung itu
dapat dirubah oleh pusaran-pusaran air dan lain-lain, maka harga yang didapat dari
pelampung yang arahnya sangat berbeda harus ditiadakan.
1. Pelampung permukaan:
Untuk mengukur kecepatan aliran permukaan digunakan sepotong
kayu dengan diameter 15 sampai 30 cm, tebal 5 cm. Supaya mudah dilihat, kayu
itu dicat atau kadang-kadang pada malam hari dipasang bola lampu listrik yang
kecil. Bahan dari pelampung yang digunakan adalah tidak tentu, sepotong kayu,
seikat jerami, botol dan lain-lain, dapat digunakan. Pengukuran kecepatan aliran
dengan pelampung permukaan digunakan dalam keadaan banjir atau jika
diperlukan segera harga perkiraan kasar dari debit, karena cara ini adalah sangat
sederhana dan dapat menggunakan bahan tanpa suatu pilihan.
Akan tetapi, harga yang teliti adalah sulit diketahui karena disebabkan oleh
pengaruh angin atau perbandingan yang berubah-ubah dari kecepatan aliran
permukaan terhadap kecepatan aliran rata-rata yang sesuai dengan keadaan
sungai.
Kecepatan rata-rata aliran pada penampang sungai yang diukur adalah kecepatan
pelampung permukaan dikali dengan koeffisien 0,70 atau 0,90, tergantung dari
keadaan sungai dan arah angin. Dr. Bazin menggunakan koeffisien 0,86.
2. Pelampung tangkai:
Pelampung tangkai dibuat dari sepotong/setangkai kayu atau bambu
yang diberi pemberat pada ujung bawahnya. Pemberat itu dibuat dari kerikil yang
dibungkus dengan jaring atau kain di ujung bawah tangkai.
17
3. Pelepasan pelampung:
Beberapa saat sesudah pelepasan, pelampung itu tidak stabil. Jadi
pelampung harus dilepaskan kira-kira 20-50 m di sebelah hulu garis observasi
pertama, sehingga pada waktu observasi, pelampung itu telah mengalir dalam
keadaan yang stabil. Hal ini akan dipermudah jika di sebelah hulu titik pelepasan
terdapat jembatan. Mengingat posisi pelepasan itu sulit ditentukan, maka
sebelumnya harus disiapkan tanda yang menunjuk posisi tersebut dengan jelas.
Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam
satuan mm/jam. Dalam studi ini, rumus empiris untuk menghitung intensitas hujan dalam
menentukan debit puncak dengan metode Rasional Modifikasi, digunakan rumus Mononobe.
Hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi luas wilayahnya. Langkah pertama dalam
metode ini adalah menentukan curah hujan maksimun pada masing masing-masing tahun
untuk kemudian dilakukan perhitungan hujan rancangan dengan metode Log- Person Tipe III.
Adapun metode Log-Person TipeIII adalah sebagai berikut :
18
mengubah data curah hujan maksimum ke bentuk logaritma à X = log X;
menghitung harga rata-rata log X à log Xrerata = :
menghitung selisih antara logX dengan log Xrerata:
mengkuadratkan selisih antara logX dengan log Xrerata:
selisih antara logX dengan log Xrerata dipangkatkan 3 :
menghitung standar deviasinya à Sd = ; dan
menghitung koefisien kemencengannya Cs =
Setelah menghitung parameter statistiknya, kemudian menghitung hujan rancangan
dengan menggunakan metode Log-Person Tipe III dengan langkah-langkah seperti di bawah
ini :
menghitung intensitas hujan à I = dimana R24 adalah hujan rancangan yang didapatkan
dari perhitungan sebelumnya.
Catchment Area atau daerah tangkapan air hujan adalah daerah tempat hujan mengalir
menuju ke saluran. Biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan dengan pedoman garis kontur.
Pembagian Catchment Area didasarkan pada arah aliran yang menuju ke
saluran Conveyor ke Maindrain.
19
Berdasarkan 3 komponen diatas maka besarnya debit air limpasan (Qlimpasan) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limpasan adalah apabila intensitas hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas
infiltrasi, setelah laju infiltrsi terpenuhi air akan mengisi cekungan – cekungan pada
permukaan tanah. Setelah cekungan – cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan
mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah. Limpasan permukaan merupakan sebagian
dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi limpasan
sangat bergantung kepada jumlah air hujan per satuan waktu (intensitas), keadaan penutupan
tanah, topografi (terutama kemiringan lereng), jenis tanah, dan ada atau tidaknya hujan yang
terjadi sebelumnya (kadar air tanah sebelum terjadinya hujan).
Faktor – faktor yang mempengaruhi volume limpasan permukaan adalah tipe tanah,
vegetasi, kemiringan dan daerah tangkapan. Run off adalah bagian curahan hujan (curah
hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai
karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub
surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan
volume runoff. Pada permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti
retakan-retakan/patahan-patahan (joint) yang ada di permukaan bumi.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan –
kekurangan dan kesalahan dalam tatacara penulisan maupun pembahasannya. Maka dari itu,
kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan untuk menjadi acuan dalam penulisan
makalah berikutnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Febrina, 2008, Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan
MetodeRasional Pada Das Belawan Kabupaten Deli Serdang .
22