Perhitungan Erosivitas Hujan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PERHITUNGAN EROSIVITAS HUJAN / INDEKS DAYA EROSI CURAH HUJAN / R

R = 2,221 x P 1,36

P = Curah hujan bulanan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
2013

I.                   PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Tanah sebagai sumber daya alam telah mengalami berbagai tekanan seiring dengan
peningkatan jumlah manusia. Tekanan tersebut telah menyebabkan penurunan mutu tanah yang
berujung pada pengurangan kemampuan tanah untuk berproduksi. Penurunan mutu tanah
tersebut disebabkan oleh proses pencucian hara dan proses erosi tanah terutama pada lahan-lahan
yang tidak memiliki penutupan vegetasi. Di Indonesia erosi yang sering dijumpai adalah erosi
yang disebabkan oleh air.
Erosi merupakan peristiwa hilangnya lapisan tanah atau bagian-bagian  tanah. Erosi
menimbulkan kerusakan pada tanah tempat terjadi erosi dan pada  tujuan akhir tanah terangkut
tersebut diendapkan. Secara deskriptif, Arsyad (2000)  menyatakan erosi merupakan akibat
interaksi dari faktor iklim, tanah,  topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia terhadap sumber
daya alam.
Proses erosi terjadi melalui tiga tahap, yaitu pelepasan partikel tanah,  pengangkutan oleh
media seperti air adan angin, dan selanjutnya pengendapan.  Beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya erosi adalah curah hujan, tanah,  lereng (topografi), vegetasi, dan
aktifitas manusia.
1.2    Tujuan
Tujuan dari makalah konservasi tanah dan air dengan materi prediksi erosi berdasarkan
erosivitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, pengolahan tanah dan jenis tanaman
adalah untuk mengetahui laju erosi pada lahan yang diukur berdasarkan perhitungan USLE dan
GUEST

II.                PREDIKSI EROSI

2.1  Pengertian erosi
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan  gravitasi (Hardjowigeno, 1995). Secara
deskriptif, Arsyad (2000)  menyatakan erosi merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah,
topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.

2.2  Pengertian Prediksi Erosi dan Macam-Macam Metode Perhitungan Prediksi Erosi


Prediksi erosi adalah suatu pendugaan terjadinya terkikisnya tanah (erosi) pada lahan
yang disebabkan oleh faktor lingkungan, iklim dan manusia. Metode-metode yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat laju erosi dapat menggunakan metode USLE dan metode
GUEST.
2.2.1        Metode USLE (Universal Soil  Loss Equation)
USLE  adalah  model  erosi  yang  dirancang  untuk  memprediksirata-rata erosi  tanah 
dalam  jangka  waktu  panjang  dari  suatu  areal  usahatani  dengan
sistem  pertanaman  dan  pengelolaan  tertentu  (Wischmeierdan  Smith,  1978).
Bentuk  erosi  yang  dapat  diprediksi  adalah  erosilembar  atau  alur,  tetapi  tidak
dapat memprediksi pengendapan dan tidakmemperhitungkan hasil sedimen dari
erosi parit, tebing sungai dan dasarsungai (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam Arsyad, 2000).
Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode yang  umum digunakan untuk
menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Adapun persamaan
ini adalah:
A=R.K.L.S.C.P

Keterangan:
A : Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1 tahun-1;
R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yangmerupakan perkalian
antara energi hujan total (E) dengan intensitashujan maksimum 30 menit (I30),
K : Faktor  erodibilitas  tanah,  yaitu  laju  erosi  per  unit  indeks  erosi  untuk
suatu tanah  yang  diperoleh  dari  petak  homogen  percobaan  standar, dengan
panjang 72,6 kaki (22 m) terletak pada lereng 9 % tanpatanaman;
L : Faktor  panjang  lereng  9  %,  yaitu  nisbah  erosi  dari  tanah  denganpanjang lereng tertentu dan er
osi dari tanah dengan panjang lereng 72,6kaki (22 m) di bawah keadaan yang identik;
S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi darisuatutanah dengan kecuraman le
reng tertentu, terhadap besarnya erosidari tanah dengan lereng 9 % di bawah keadaan yang ident
ik;
C : Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbahantara besarnya
erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup danpengelolaan
tanaman  tertentu  terhadap  besarnya  erosi  dari  tanahyang  identik  tanpa tanaman;
P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah sepertipengelolaan
menurut kontur, penanaman
dalam strip atau teras terhadapbesarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam kedaan 
yangidentik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang terjadi di
suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan besarnya erosi
menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi penelitian,
sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor
erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (cm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max =curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan.
Perhitungan faktor erosivitas hujan (R) yang lain dapat dihitung dengan menggunakan
rumus di bawah ini.
R = (0.41 x H)1.09
dimana H = curah hujan (mm/th).

2. Erosivitas Hujan (R)


Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan  atau menyebabkan erosi.
Indeks erosivitas hujan yang digunakan  adalah EI30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena
pengaruh jatuhan  butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air  hujan
sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan  distribusi tetesan air hujan,
dimana keduanya mempengaruhi besar  energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa  erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau  momentum, yaitu
parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak,
1995). Persamaan yang umum digunakan untuk menghitung erosivitas  adalah persamaan yang
dikemukakan oleh Bols (1978) dalam Hardjowigeno (1995). Persamaan tersebut adalah :

El30 = 6,119 R 1,21 x D -0,47 x M 0,53

keterangan :
EI30 : Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
R12 : Jumlah E130 selama 12 bulan
R : Curah hujan bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan
M : Hujan maksimum pada bulan tersebut (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain  dapat menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989) sebagai berikut :
R = 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang  terakhir ini lebih sederhana karena
hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.

3. Erodibilitas Tanah (K)


Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata  setiap tahun per satuan
indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman (gundul), tanpa usaha
pencegahan erosi,  lereng 9% (5°), dan panjang lereng 22 meter (Hardjowigeno, 1995).  Faktor
erodibilitas tanah menunjukan kekuatan partikel tanah  terhadap pengelupasan dan transportasi
partikel-partikel tanah oleh  adanya energi kinetik air hujan. Besarnya erodibilitas tanah
ditentukan  oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah,  kapasitas
infiltrasi, dan kandungan bahan organik serta bahan kimia tanah. Metode penetapan nilai faktor
K secara cepat dapat dilihat pada  Tabel 2 dengan terlebih dahulu mengetahui informasi jenis
tanah. Nilai  faktor K juga dapat diperoleh dengan menggunakan nomograf  erodibilitas tanah
seperti yang ditunjukan pada Gambar 1. Nomograf  ini disusun oleh lima parameter yaitu %
fraksi debu dan pasir sangat  halus, % fraksi pasir, % bahan organik, struktur tanah, dan
permeabilitas tanah (Purwowidodo,1999).
Gambar 1. Nomograf Erodibilitas Tanah (United States Environmental Protection Agency, 1980 di dalam
Asdak, 1995)
Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan
bahan organik tanah (Wischmeier et  al., 1971). Penentuan besarnya nilai Kdapat dilakukan deng
an menggunakan nomograph atau rumus Wischmeier etal.  (1971) sebagai berikut:
100 K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu + % pasir sangat halus)(100 - % liat)
a   : % bahan organik (% C x 1,724)
b   : kode struktur tanah
c   : kode kelas permeabilitas penampang tanah

Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi - sangat tinggi),angka 6% tersebut digun
akan sebagai angka maksimum. Penilaian strukturdan  permeabilitas tanah  masing-masing 
menggunakan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penilaian struktur tanah
No Tipe struktur tanah Kode penilaian
1 Granular sangat halus (very fine granular) 1
2 Granular halus (fine granular) 2
3 Granular sedang dan besar (medium, coarse granular) 3
4 Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif) 4
Sumber: Wischmeier et al., 1971

Tabel 2. Penilaian kelas permeabilitas tanah


No. Kelas permeabilitas tanah Kode penilaian
1 Cepat (rapid) 1
2 Sedang sampai cepat (moderate to rapid) 2
3 Sedang (moderate) 3
4 Sedang sampai lambat (moderate to slow) 4
5 Lambat (slow) 5
6 Sangat lambat (very slow) 6
Sumber: Wichmeser et al. (1971)

4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)


Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang  dari suatu petak dengan
panjang dan curam lereng tertentu dengan  petak baku (tanah gundul,curamlereng 9%, panjang
22 meter, dan  tanpa usaha pencegahan erosi) yang mempunyai nilai LS = 1. Menurut Weismeier
dan Smith (1978) dalam Hardjoamijojo  dan Sukartaatmadja (1992), faktor lereng dapat
ditentukan dengan persamaan :

LS = │ │m (0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)


keterangan :
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5

Menurut Morgan (1979) faktor panjang dan kemiringan lereng dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
dengan LS adalah faktor panjang dan kemiringan lahan;
S adalah kemiringan lahan (%) L adalah panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuk
lahan dengan kemiringan <22%,sedangkan untuk  lahan  dengan  kemiringan  lebih  curam  digun
akan  rumusGregory  et  al. (1977) sebagai berikut:
dengan:
T = faktor topografi/ LS
λ = panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih; 0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9%; 0,3 untuklereng < 3,4%
C = 34,7046
udut kemiringan lahan, dalam derajat.
Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut kemiringan
lerengnya seperti ditunjukan pada  Tabel 3 berikut .

Tabel 3. Penilaian kelas kelerengan (LS)


Kelas lereng Kemiringan lereng (%) Nilai LS
A 0-5 0.25
B 5 – 15 1.20
C 15 – 35 4.25
D 35 – 50 9.50
E > 50 12.00
Sumber : Petuntuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta (1986)

5. Faktor Tanaman (C)


Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang  tererosi pada suatu jenis
pengelolaan tanaman terhadap tanah yang  tererosi dengan pada kondisi permukaan lahan yang
sama tetapi tanpa  pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman. Pada tanah yang  gundul
(diberakan tanpa tanaman/petak baku) nilai C = 1.0. Untuk  mendapatkan nilai C tahunan perlu
diperhatikan perubahan-perubahan  penggunaan tanah dalam setiap tahun. Terdapat sembilan
parameter sebagai faktor penentu besarnya  nilai C, yaitu konsolidasi tanah, sisa-sisa tanaman,
tajuk vegetasi,  sistem perakaran, efek sisa perakaran dari kegiatan pengelolaan lahan,  faktor
kontur, kekasaran permukaan tanah, gulma, dan rumputrumputan (Asdak, 1985).
Tabel 4. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggugaan Lahan
N Pengelolaan tanaman Nilai C
O
1 Ubi kayu + kedelai 0,181
2 Ubi kayu + kacang tanah 0.195
3 Padi + sorgum 0,345
4 Padi + kedelai 0,417
5 Kacang tanah+ gude 0,495
6 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ ha 0,049
7 Kacang tanah +kacang tunggak 0,571
8 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
9 Kacang tanah + mulsa jagung 3  ton/ha 0,120
10 Kacang tanah+mulsa crotalaria 3 ton/ha 0.136
11 Kacang tanah+mulsa kacang tanah 0,259
12 Kacang tanah + mulsa jerami 0,377
13 Padi + mulsa crotalaria 3 ton / ha 0.387
14 Pola tanam numpang gilir 1 ] +  mulsa jerami 6 0,079
ton /ha
15 Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa tanam 0,347
16 Pola berurutan 0,498
17 Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa 0.357
tanaman
18 Pola tanam tumpang gilir 0,588
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)

6. Faktor Usaha-usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)


Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang  bila usaha konservasi
tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya)  dengan tanpa adanya usaha konservasi tanah.
Tanpa konservasi tanah  nilai P = 1 (petak baku). Bila diteraskan, nilai P dianggap sama dengan
nilai P untuk strip cropping, sedangkan nilai LS didapat dengan  menganggap panjang lereng
sebagai jarak horizontal dari masingmasing  teras. Konservasi tanah tidak hanya tindakan
konservasi secara  mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang bertujuan  untuk
mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih  mudah apabila digabungkan
dengan faktor C, karena dalam  kenyataannya kedua faktor tersebut berkaitan erat.. Pemilihan
atau penentuan nilai faktor CP  perlu dilakukan dengan hati-hati karena adanya variasi keadaan
lahan dan variasi teknik konservasi yang dijumpai di lapangan.

Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan


Nilai 
No. Teknik Konserfasi Tanah
p
1 Teras bangku
a.       Sempurna 0.04
b.      Sedang 0.15
c.       Jeleh 0.35
2 Teras tradisional 0.40
3 Padang rumput (permant grass field)
a. bagus 0,04
b. jelek 0,40
4 Hill side ditch atau field pits 0,3
5 Countur croping
a.       kemiringan 0-8% 0,5
b.      kemiringan 9-20% 0,75
c.       kemiringan 20% 0,9
6 Limbah jerami yang digunakan
a.       6 ton/ha/tahun 0,3
b.      3 ton/ha/tahun 0,5
c.       1 ton/ha/tahun 0,8
7 Tanaman perkebunan
a.       Penutupan tanah rapat 0,1
b.      Penutupan tanah sedang 0,5
8 Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal 0,3
9 Strip cropping jagung- kacang tanah,sisa tanaman dijadikan 0.5
mulsa
10 Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa 0,087
11 Jagung- mulsa jerami padi 0,008
12 Padi gogo-kedelai. Mulsa jerami padi 0,193
13 Kacang tanah-kacang hijau 0,730
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)

2.2.2        Metode GUEST
Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan
proses erosi yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasanpartikel tanah oleh butir-
butir hujan dan aliran permukaan sebagai agenutama penyebab erosi tanah.
Dalam model ini, erosi terjadi karena adanyatiga proses yang berperan, yaitu
pelepasan (detachment) oleh butir-butirhujan, pengangkutan
(transportation) sedimen,  dan  pengendapan(deposition)  sedimen  (Rose  et.al.,  1983).
 Persamaan model tersebut setelah disederhanakan adalah sebagaiberikut:
SL = 2700 λ S (Cr ) (Q)
Keterangan :
SL: total   tanah   yang   hilang   (kg.m-3); 
 λ  : efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);
C :persentase penutupan lahan;
Q : volume aliran permukaan (m3).

ambar  2.    Hubungan  antara  fluks  sedimen,  pengikisan,  pengangkutan,  danpengendapan sedimen, dalam pro


ses erosi tanah (Rose dan Freebairn, 1985)

Persamaan (1) diturunkan berdasarkan konsep konservasi masasedimen
dalam beberapa bagian elemen dari aliran permukaan yangdikombinasikan
dengan teori konsentrasi sedimen dan hidrologi. Secaramatematis persamaan
tersebut ditulis dalam bentuk,
dimana  qsi  =  q  ci,  yaitu  fluk  (flux)  sedimen  pada  arah  aliran  (x),  qadalah  fluk
sedimen (debit spesifik), ci= konsentrasi sedimen, h = tebalaliran permukaan, ei = pelepasan (d
etachment) oleh butir-butir hujan, ri  =pengangkutan (entrainment) sedimen, dan di = 
pengendapan (deposition)sedimen.
Sejalan dengan perkembangan ilmu komputer, model GUESTdisempurnakan
menjadi event-based  proses  model  untuk erosi lembar (sheeterosion).  Namun  demikian  model 
tersebut  dapat  juga  diaplikasikan  untukerosi
alur  (rill   erosion).  Model  ini  dapat  pula  dianggap  sebagai  semi-static   model,
karena erosi dapat diprediksi per kejadian hujan (event  byevent) (Schmitz dan Tameling, 2000).
GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misra dan Rose pada
tahun1990 dan telah mengalami beberapa pengembangan selama Proyek ACIAR(Australian
Centre for  International Agricultural  Research) (Rose et  al.,1997a). Untuk daerah
tropis (Philippina, Malaysia, Thailand dan Australia), GUEST telah divalidasi pada
skala plot (72-1.000m2) dan menunjukkan hasil yang baik (Rose et  al., 1997a;
Schmitz dan Tameling, 2000; ICRAF,2000).
GUEST merupakan model persamaan
fisik (physical  equation) yangperhitungannya didasarkan pada konsentrasi sedimen yang tersus
pensi didalam aliran permukaan, dikembangkan oleh Rose dan Hairsine (1988).Besar
konsentrasi sedimen pada keadaan bera menggunakan persamaansebagai berikut:
Keterangan:
Ct adalah
konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan; F adalah fraksitenaga aliran yang digunakan untuk 
mengerosikan tanah; σ            adalahberat jenis sedimen; ρ adalah berat jenis air; φ adalah rata-
rata kecepatanpengendapan sedimen; S adalah kemiringan lahan; dan V adalah kecepatan aliran
permukaan.
Kecepatan   aliran   permukaan   pada   persamaan   3   menggunakan
rumus Manning’s yang disajikan dalam persamaan 4, yaitu:
Keterangan:
n adalah koefisien kekasaran Manning’s; R  adalah jari-
jari hidraulik; danS        adalah kemiringan lahan.
Jika debit aliran permukaan mengikuti persamaan 5, kemudian disubsitusikan
kedalam persamaan 3, maka persamaan kecepatan aliran
permukaan dapat dijabarkan menjadi persamaan 6.

Q = VA
Keterangan :
Q adalah debit aliran permukaan per unit dan A adalah luas penampang permukaan.
Bila  persamaan 6  disubsitusikan  dalam  persamaan  3,  makapersamaan
konsentrasi sedimen dapat dijabarkan mengikuti persamaan 7,yaitu:
Selanjutnya persamaan 7 disederhanakan menjadi persamaan 8, yaitu
Rose et  al. (1997a) dan Yu et  al. (1997) mengungkapkan perludilakukan
upaya  untuk  memperoleh  aliran  permukaan  yang  stabil  denganmencari  debit aliran   permuka
an   effektif   (Q eff  ) dengan   perubahan  persamaan   menjadi persamaan 9.
Dengan nilai Qeff seperti persamaan 10 di bawah ini.
Untuk mendapatkan kondisi aktual di lapangan, maka faktorerodibilitas
tanah dan faktor penutupan lahan atau vegetasi harusditambahkan. Erodibilitas
tanah didefinisikan sebagai ketahanan tanahterhadap gerakan aliran air
permukaan. Istilah ini disebut juga sebagaikohesi tanah atau ketahanan agregat tanah. Kohesi ta
nah mempunyaihubungan yang negatif dengan jarak antar
partikel, tetapi mempunyaihubungan yang positif dengan luas permukaan spesifik partikel tanah.
Hubungan  erodibilitas  tanah  dengan  konsentrasi sedimen pada  aliran permukaan disaji
kan dalam persamaan 11.
Keterangan:
β   adalah  parameter erodibilitas; C adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan.
Faktor penutupan lahan sangat signifikan mengurangi kerusakan tanah
yang diakibatkan pukulan butiran air hujan, dan dapat menurunkan lajualiran permukaan. Penut
upan lahan mempunyai hubungan eksponensialdengan permukaan kontak dan erosi yang dihasil
kan serta mempunyai nilaiyang
bervariasi tergantung pada tipe penggunaan lahannya (Rose et al.1997b).
Selain itu permukaan kontak mempunyai hubungan eksponensialdengan konstanta  permu
kaan kontak  yaitu  k s .  Nilai  ini  diperoleh  darihubungan tanah
yang tererosi dengan tanaman penutup dan tanpa tanaman
(bera) dengan permukaan kontak seperti tersaji dalam persamaan 12.
Keterangan:
c      =       erosi tanah pada tanaman tertentu;
cb        =       erosi tanah pada kondisi bera;
Cs       =       fraksi dari permukaan kontak penutupan; dan
k s        =       konstanta permukaan kontak.
Akhirnya,  dengan  menambahkan  persamaan  11,  12,  dan  total aliran
permukaan (∑Q) pada persamaan 9, maka jumlah keseluruhan masatanah yang
hilang pada setiap kejadian erosi (M) disajikan pada persamaan 13.
Prosedur perhitungan erosi dengan metode Rose pada prinsipnyaadalah mengakomodasi
kan besaran aliran permukaan dan konsentrasisedimen dalam aliran permukaan
pada setiap kejadian hujan.

Tabel 6. Perbedaan Metode USLE dan Metode GUEST

Karakteristik USLE GUEST


Temporality Statis     (simulasi    erosi   pada    rata- Semi-statis (simulasierosi
rata tahunan) dapat dilakukan perkejadian
)
Persamaan Empiris,   berdasarkan  data   statistik   dar Physically based (meskipun
i penelitian pengukuran erosi beberapa hubungan empirik
digunakan)
Proses Implisit (tidak dapat mengisolasi atau Explicit (memungkinkan
memisahkan pengaruh dari given viable) untuk mengisolasi atau
memisahkan pengaruh dari
suatu given viable)
Kompleksitas Simple (sederhana) Lebih komplesk
Kebutuhan Input perameter sedikit Parameter  tidak terlalu
banyak
Skala Plot size (ukuran plot) Plot dan small catchments
bila di opresikan dengan
program geostatistik yang
dinamik
Aplikasi Croplamd (lahan pertanaman), range land Croplamd (lahan
(lahan penggembalaan),dan hutan pertanaman), range land
(lahan penggembalaan),dan
hutan
Keterbatasan Ketidakakuratan untuk area-area tanpa Hubungan empiris
kalibrasi lapangan tidak digunakan pada dimasukkan untuk
keadaan gully (ephemeral gully), masalah menyederhanakan
untuk multiple land uses pada suatu persamaan
kemiringan lahan, kadang-kadang
overestimasi, tidak bias digunakan untuk
prediksi sedimentasi deposition, tidak
untuk menghitung distribudi spasial
sedimen pada lerenng bukit (hill slope)
Keuntungan Sederhana, diterima dan digunakan secara Divalidasi untuk Negara-
luas negara di daerah tropis,
menggunakan run off untuk
menghitung erosi
Fasilitas Ya atau tidak Ya
computer
Out put Rata-rata  erosi  jangka panjang  per  unit Konsentrasi sedimen per
area kejadian hujan
Sumber: disarikan dari ICRAF, 2001

2.3 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE)


Perkiraan erosi dan kedalaman tanah dipertimbangkan untuk  memprediksi Tingkat
Bahaya Erosi (TBE) untuk setiap satuan lahan.  Kelas Tingkat Bahaya Erosi diberikan pada tiap
satuan lahan dengan  matriks yang mengguanakan informasi solum tanah dan perkiraan erosi
menurut Rumus USLE.

Tabel 7. Kelas tingkat bahaya erosi


Kelas erosi
Solum tanah (cm) I II III IV V
Erosi (ton/ha/thn)
<15 15-60 60-180 180-480 >480
Dalam SR R S B SB
>90 0 I II III IV
Sedang R S B SB SB
60-90 I II III IV IV
Dangkal S B SB SB SB
30-60 II III IV IV IV
Sangat dangkal B SB SB SB SB
<30 III IV IV IV IV
Sumber : Departemen Kehutanan. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi (1998)
Keterangan :
0 – SR = Sangat Ringan; I – R = Ringan; II – S = Sedang; III – B = Berat; IV – SB = Sangat
Berat
III.             PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Prediksi terjadinya suatu erosi dapat dihitung menggunakan metode USLE berdasarkan
dari erosivitas hujan, erodibitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, pengolahan tanah
dan jenis tanaman serta dengan perhitungan metode GUEST.

3.2  Saran
Suatu perhitungan prediksi erosi perlu ketelitian dan pemilihan metode yang tepat dalam
menganalisa besarnya laju erosi pada suatu lahan berdasarkan bentuk lahan tersebut dan faktor-
faktor pendukungnya.

Anda mungkin juga menyukai