SOSIOLOGI

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Teori Sosiologi

Teori sosiologi adalah seluruh abstrak dan termasuk teori yang menjelaskan kebanyakan dari
fakta dalam suatu disiplin dan menempatkan kebanyakan dari prinsip dan peraturan umum
kedalam suatu sistem terpadu.
Teori sosiologi adalah segala sesuatu yang mengandung pandangan tentang ilmu
kemasyarakatan, atau yang mempelajari masyarakat.
Teori adalah seperangkat pernyataan atau proposisi yang berhubungan secara logis,
menerangkan fenomena gejala tertentu di dalam masyarakat.[16]
Teori sosiologi adalah seperangkat proposisi yang memungkinkan untuk
mensistematiskan pengetahuan, penjelasan dan peramalan tentang kehidupan sosial dan
merumuskan hipotesis baru.[17]
Teori sendiri diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang terangkai secara sistematis, dan
dapat digunakan untuk memberikan penjelasan tentang suatu fenomena atau gejala.[18]
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.[19]
Teori Sosiologi, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis proses sosial berskala
besar dan jangka panjang, meliputi teori tentang: evolusionisme, sistem, konflik, perubahan
sosial, dan stratifikasi.
Teori Sosiologi, yaitu teori yang diarahkan untuk analisis rinci tentang apa yang
dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam pengalaman sesaat, mencakup teori tentang
interaks,i, diri, pikiran, peran sosial, definisi situasi, konstruksi sosial terhadap realitas,
strukturalisme, dan pertukaran sosial.
"Teori Sosiologi didefinisikan sebagai seperangkat ide yang saling terkait yang
memungkinkan untuk sistematisasi pengetahuan tentang dunia sosial Pengetahuan ini kemudian
digunakan untuk menjelaskan dunia sosial dan membuat prediksi tentang masa depan dunia
sosial.".
Teori sosiologis merupakan upaya untuk menciptakan proposisi abstrak dan dapat diuji
tentang masyarakat. Teori sosiologi terus berkembang dan karena itu tidak pernah dapat diduga
akan selesai. Teori-teori sosiologis Baru membangun atas karya para pendahulu mereka dan
menambah kepada mereka, tetapi teori-teori sosiologi klasik masih dianggap penting dan saat ini.
Beberapa perkembangan penting yang mempengaruhi teori sosiologi adalah munculnya
individualism, munculnya negara modern, industrialisasi dan kapitalisme,penjajahan dan
globalisasi , dan perang dunia .[20]

PENGERTIAN NEGARA DAN TEORI-


TEORI PEMBENTUKAN NEGARA
Andi Ryza Fardiansyah

(Ketua Umum HMI Cabang Makassar Timur Periode 1431-1432 H/2010-2011 M)

PENGERTIAN NEGARA

Secara etimologi kata Negara diterjemahkan dari kata “Staat” dalam bahasa belanda dan jerman,
“State” dalam bahasa inggris dan “Etat” dalam bahasa perancis[1]. Dieropa kata-kata ini
kemudian diturunkan dari kata “status” “Statum” dalam bahasa latin. Dalam sejarahnya Kaisar
Romawi Ulpianus pernah menyebutkan kata statum dalam ucapannya “Publicum ius est quad
statum rei Romanae Spectat”[2]. Menurut Jellinek kata “statum” pada waktu itu masih berarti
konstitusi[3].

Menurut F.Isjwara secara etoimologis kata status dalam bahasa latin klasik adalah suatu istilah
yang menunjukkan keadaan yang tegak dan tetap[4]. Sejak Cicero (104 SM-43 M) kata “status”
atau “statum” itu lazim diartikan sebagai “standing” atau “station” dan dihubungkan dnegan
kedudukan persekutuan hidup manusia sebagaimana diartikan dalam istilah “Status Civitatis”
atau “Status Republicae”[5]. Dan baru pada abad ke-16 dipertalikan dengan kata negara[6].

Lanjut menurut F.Isjwara bahwa :

Negara diartikan sebagai kata yang menunjukkan organisasi politik territorial dari bangsa-
bangsa. Sejak pengertian ini diberikan sejak itu pula kata negara lazim ditafsirkan dalam
berbagai arti. Negara lazim diidentifikasikan dengan pemerintah, umpamanya apabila kata itu
dipergunakan dalam pengertian kekuasaan negara, kemauan negara dan sebagainya. Kata negara
lazim pula dipersamakan dengan bangsa, dan negara dipergunakan sebagai istilah yang
menunjukkan baik keseluruhan maupun bagian-bagian negara federal[7].

Sedangakan pengertian negara dari segi terminologi menitik beratkan pendefenisian sebagai
turunan dari bangunan kefilsafatan mereka yang diterapkan untuk menjelaskan relasi yang terjadi
antara manusia dan manusia. Berikut pengertian negara dari beberapa tokoh yang memberikan
pengertian secara terminology.

 Aristoteles : Negara adalah negara hukum yang didalamnya terdapat sejumlah warga
negara yang ikut dalam permusyawaratan negara (ecclesia)[8]
 Machiavelli : Negara adalah kekuasaan[9]
 Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J Rousseau : Negara adalah badan atau organisasi
hasil daripada perjanjian masyarakat[10]
 Karl Marx : Negara adalah organisasi yang dibuat oleh kaum borjuis sebagai pelegitimasi
dominasi yang dilakukannya terhadap faktor-faktor produksi
 Roger H. Soltau : The state is an agency or authority managing or controlling theses
(common) affairs on behalf of and in the name of the community[11]
 Max Weber : the state is human society that (successfully) claim the monopoly of the
legitimate use of physical force within a given territory[12]
 Harold J. Laski : the state is a society wich is in integrated by possessing a coercive
authority legally supreme over any individual or group wich is part of the society[13]
 Robert M. Mac Iver : The State is an association wich, acting trough law as promulgated
by a government endowed to this end with coercive power, maintains within a
community territorially demarcated the external condition of orders[14]
 Miriam budiarjo : negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah
(governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (kontrol) monopolistis
dari kekuasaan yang sah[15

Dari semua pengertian negara yang telah diapaparkan di atas kita dapat menangkap sebuah
persepsi umum yang kemudian mempertemukan setiap defenisi. Bahwa setiap defenisi
meniscayakan negara akan mendapatkan maknanya ketika negara tersebut memiliki tujuan. Dan
perbedaan ini adalah perbedaan dalam memandang tujuan negara. Dan perbedaan cara pandang
terhadap tujuan negara ini juga berpengaruh terhadap perbedaan dalam perumusan teori-teori
pembentukan negara.

TEORI-TEORI PEMBENTUKAN NEGARA

F. Isjwara membagi teori-teori negara kedalam dua golongan besar yaitu teori-teori yang
soekulatif dan teori-teori yang historis (evolusionistis). Yang termasuk dalam teori-teori yang
spekulatif ini adalah teori perjanjian masyarakat, teori theokrartis, teori kekuatan, teori
patriarchal serta teori mastriarkal, teori organis, teori daluwarsa, teori alamiah dan teori
idealistis[16]. Berikut adalah pemaparan dari setiap teori-teori tersebut.

 Teori Perjanjian Masyarakat

Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak social menganggap perjanjian sebagai dasar
negara dan masyarakat. Ini merupakan teori yang disusun berdasarkan keinginan untuk melawan
tirani atau menetang rezim penguasa. Tokoh dari teori ini adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke
dan J.J. Rousseau. Teori ini mengasumsikan adanya keadaan alamiah yang terjadi sebelum
manusia mengenal negara. Keadaan alamiah itu merupakan keadaan dimana manusia masih
bebas, belum mengenal hukum dan masih memiliki hak asasi yang ada pada dirinya. Akan tetapi
karena akibat pekembangan kehidupan yang menghasilkan kompleksitas kebutuhan maka
manusia membutuhkan sebuah kehidupan bersama. Dimana dibentuk berdasarkan perjanjian
bersama untuk menyerahkan kedaulatan kepada sekelompok orang yang ditunjuk untuk
mengatur kehidupan bersama tersebut.

Perbedaan antara Hobbes dan Locke adalah pada penyerahan hak dalam kontrak social. Menurut
hobbes masyarakat harus dengan mutlak menyerahkan seluruh haknya kepada pemerintah,
sedangkan menurut Locke ada hak-hak yang tidak bisa diserahkan manusia kepada pemerintah
yaitu life, liberty dan estate[17]. Sedangkan teori kontrak sosial menurut Rousseau lebih dekat
kepada model perjanjian Jhon Locke daripada Hobbes.

 Teori Theokrartis

Teori ini merupakan teori yang menyatakan bahwa kekuasaan seorang penguasa negara
merupakan pemberian dari Tuhan kepada manusia. Teori ini mendapatkan kesempurnaannya
pada abad pertengahan di eropa dimana kemudian kekuasaan raja mendapatkan legitimasi
mutlak dari gereja. Maka dalam teori ini penentangan terhadap perintah raja merupakan
penetangan terhadap Tuhan.

 Teori Kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari kelompok yang kuat terhadap kelompok yang
lemah. Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dalam teori ini factor kekuatan
merupakan unsur utama pembentukan negara.

 Teori Patriarkhal serta Teori Matriarkhal

Keluarga sebagai pengelompokan patriarkhal adalah kesatuan social yang paling utama dalam
masyarakat primitif. Keluarga-keluarga ini kemudian semakin meluas sehingga hubungan antar
keluarga juga semakin meluas samapai terbetuntuklah suku. Suku-suku yang juga terus
berkembang dan diiringi hubungan yang semakin intens antara susku yang satu dengan suku
yang lain kemudian menjadi cikal-bakal negara. Dalam teori patriarkhal hubungan kekeluargaan
ditarik dari garis keturunan ayah, sedangkan dalam teori matriarkhal keluarga ditarik dari garis
keterunan ibu.

 Teori Organis

Teori organis ini adalah teori yang kemudian menjelaskan tentang asal-usul perkembangan
negara mengikuti asal-usul perkembangan individu. Individu berasal dari sebuah unitas yang
disebut dengan sel, kemudian sel berkumpul membentuk jaringan dan jaringan membentuk
organ, sistem organ begitu seterusnya sampai individu. Pertumbuhan negara juga dalam hal ini
seperti itu. dimulai dari unitas menu ju pluralitas dengan cara sintesis fungsi pada setiap
tingkatan unitas.

Teori ini dianggap sebagai teori tertua tentang negara karena ditarik dari asumsi plato yang
mempersamakan individu dengan negara dengan menarik persamaan antara fungsi-fungsi negara
dan fungsi-fungsi individu[18].

 Teori Daluwarsa
Teori daluwarsa menyatakan bahwa raja bertakhta bukan karena jure divino (kekuasaan dari
Tuhan) akan tetapi karena jure consuetudinario (kebiasaan)[19]. Raja dan organisasinya karena
adanya milik yang sudah lama yang kemudian akan melahirkan hak milik. Teori ini juga dikenal
sebagai doktrin legitimisme dan dikembangkan di Perancis pada abad ke-17[20].

 Teori Alamiah

Teori alamiah adalah teori yang menyatakan bahwa negara dalam kehidupan manusia merupakan
sesuatu yang alamiah terjadi dan merupakan esensi dari kemanusiaan itu sendiri. Teori ini
diperkenalkan oleh Aristoteles yang menyebut manusia sebagai zoon politicon. Penyebutan
manusia sebagai zoon politicon adalah bahwa manusia bar dikatakan sempurna apabila hidup
dalam ikatan kenegaraan. Negara adalah organisasi yang rasional dan ethis yang dibentuk untuk
menyempurnakan tujuan manusia dalam hidup.

 Teori Idealistis

Disebut sebagai teori idealistis dikarenakan negara dianggap sebagai sebuah kesatuan yang
mistis dan memiliki aspek supranatural.

 Teori Historis

Bahwa negara sebagai sebuah organisasi social tidak dibuat akan tetapi tumbuh berdasarkan
evolusi kehidupan manusia. Dalam hukum evolusi lembaga-lembaga sosial mendapatkan
keniscayaan, dan sangat bergantung pada kondisi, waktu dan tempat dimana evolusi itu
bergantung. Lembaga sosial merupakan sebuah keniscayaan untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang hadir dan bertambah mengikuti perubahan yang terjadi.

Teori Hukum Murni


2.2.1 Pelopor Teori Hukum Murni
Hans Kelsen (1881-1973), adalah pelopor aliran ini. Bukunya yang terkenal adalah Reine
Rechslehre (ajaran hukum murni).
2.2.2 Kajian Dala Teori Hukum Murni
Teori hukum murni ini lazim dikaitkan dengan Mazhab Wina. Mazhab Wina
mengetengahkan dalam teori hukum pencarian pengetahuan yang murni, dalam arti yang paling
tidak mengenal kompromi, yaitu pengetahuan yang bebas dari naluri, kekerasan, keinginan-
keinginan dan sebagainya.
Teori hukum murni adalah teori yang berasal dari aliran hukum positif, dimana di dalam
teori ini berusaha untuk memberikan pengertian hukum dilihat sebagai sesuatu yang “murni“
terlepas dari segala unsur lain yang berasal dari luar ilmu hukum itu sendiri.
Dapat digambarkan bahwa antara abad 19 dan 20, kemurnian suatu ilmu pengetahuan
menjadi sesuatu hal yang sudah tidak ideal lagi, hal ini misalnya dapat dilihat dari adanya
yurisprudensi-yurisprudensi dimana di dalam yurisprudensi-yurisprudensi tersebut banyak
dipengaruhi oleh banyak hal-hal lainnya seperti unsur psikologi dan biologi yang ada pada waktu
itu, sehingga di dalam keadaan seperti itu untuk menemukan suatu ilmu hukum yang murni
merupakan suatu hal yang sulit untuk didapatkan.
Teori hukum murni berusaha untuk memisahkan pengertian antara ilmu hukum dari
pengaruh norma-norma moral dan menjadikan hukum sebagai suatu sistem yang berjalan secara
independent atau mandiri terlepas dari pengaruh hukum moral. Suatu norma dapat menjadi suatu
produk hukum yang valid hanya dikarenakan norma tersebut sudah dituangkan di dalam suatu
bentuk undang-undang yang dilahirkan melalui suatu prosedur hukum dan hal ini berlakuk
sebagai suatu hukum yang positif.
Teori Kelsen dapat dirumuskan sebagai “suatu analisis tentang struktur hukum positif,
yang dilakukan seeksak mungkin, suatu analisis yang bebas dari semua pendapat etis atau politis
mengenai suatu nilai”. Kelsen pada dasarnya ingin menciptakan suatu ilmu pengetahuan hukum
murni, menghilangkan dari semua unsur-unsur yang tidak penting dan memisahkan
jurisprudence dari ilmu-ilmu sosial, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum analis denga tegas.
Kelsen juga menolak untuk memberikan definisi hukum sebagai suatu perintah. Oleh
karena definisi yang demikian itu mempergunakan pertimbangan-pertimbangan subyektif dan
politis, sedangkan yang dikehendaki ilmu pengetahuannya benar-benar objektif. Perspektif
Kelsen dalam memandang hukum tidak berusaha menggambarkan apa yang terjadi, tetapi lebih
menitik beratkan untuk menentukan peraturan-peraturan tertentu, meletakkan norma-norma bagi
tindakan yang harus diikuti orang.
Teori hukum murni ini boleh dilihat sebagai suatu pengembangan yang amat saksama dari
aliran positivisme. Seperti dikatakan di atas, ia menolak ajaran yang bersifat ideologis dan hanya
menerima hukum sebagaimana adanya, yaitu dalam bentuk peraturan-peraturan yang ada.
Menurut Kelsen, teori hukum murni adalah teori tentang hukum positif. Ia berusaha untuk
mempersoalkan dan menjawab pertanyaan; “Apakah hukumnya?” dan bukan “Bagaimanakah
hukum yang seharusnya?” Oleh karena titik tolak yang demikian itu, maka Kelsen berpendapat,
bahwa keadilan sebagaimana lazimnya dipersoalkan, hendaknya dikeluarkan dari ilmu hukum.
Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa ia menghendaki suatu gambaran tentang hukum
yang bersih dalam abstraksinya dan ketat dalam logikanya. Oleh karena itulah ia
menyampingkan hal-hal yang bersifat ideologis, oleh karena dianggapnya irasional. Teori hukum
yang murni juga tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan pembicaraan
tentang etika.
Teori hukum murni juga tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan
pembicaraan tentang etika. Dasar-dasar pokok teori Hans Kelsen adalah sebagai berikut :
1. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk mengurangi kekalutan dan
meningkatkan kesatuan (unity)
2. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan. Ia adalah pengetahuan tentang hukum
yang ada, bukan tentang hukum yang seharusnya ada
3. Ilmu hukum adalah normatif, bukan ilmu alam
4. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan persoalan
efektifitas norma-norma hukum
5. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari isi yang
berubah-ubah menurut jalan atau pola yang spesifik
6. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah seperti antara
hukum yang mungkin dan hukum yang ada.
Pada dasarnya Inti ajaran Hans kelsen terkait dengan Hukum Murni ada tiga konsep, yaitu:
1. Ajaran murni hukum Hans Kelsen ingin membersihkan ilmu hukum dari anasir-anasir non
hukum seperti sejarah, moral, sosiologis, politik, dan sebagainya.
2. Ajaran tentang Grundnorm merupakan induk yang melahirkan peraturan-peraturan hukum
dalam suatu tatanan sistem hukum tertentu. Jadi antara Grundnorm yang ada pada tata hukum A
tidak mesti sama dengan Grundnorm pada tata hukum B. Grundnorm ibarat bahan bakar yang
menggerakkan seluruh sistem hukum. Grundnorm memiliki fungsi sebagai dasar mengapa
hukum itu ditaati dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan hukum.
3. Ajaran tentang Stufenbautheorie, peraturan hukum keseluruhannya diturunkan dari norma dasar
yang berada dipuncak piramida, dan semakin kebawah semakin beragam dan menyebar. Norma
dasar teratas adalah abstrak dan makin kebawah makin konkrit. Dalam proses itu, apa yang
semula berupa sesuatu yang “seharusnya” berubah menjadi sesuatu yang “dapat” dilakukan.
Salah satu ciri yang menonjol pada teori hukum murni adalah adanya suatu paksaan. Setiap
hukum harus mempunyai alat atau perlengkapan untuk memaksa. Negara dan hukum dinyatakan
identik, sebab negara hanya suatu sistem perilaku manusia dan pengaturan terhadap tatanan
sosial. Kekuasaan memaksa ini tidak berbeda dengan tata hukum, dengan alasan bahwa didalam
suatu masyarakat hanya satu dan bukan dua kekuasaan yang memaksa pada saat yang sama.
Bagian lain dari teori Hans Kelsen yang bersifat dasar adalah konsepsinya mengenai
Grundnorm, yaitu suatu dalil yang akbar yang tidak dapat ditiadakan yang menjadi tujuan dari
semua jalan hukum bagaimanapun berputar-putarnya jalan itu. Grundnorm merupakan induk
untuk melahirkan peraturan-peraturan hukum dalam suatu tatanan sistem tertentu. Grundnorm ini
tidak perlu sama untuk setiap tata hukum; tetapi ia selalu akan ada, apakah dalam bentuk tertulis,
atau sebagai suatu pernyataan yang tidak tertulis.
Grundnorm ini merupakan semacam bensin yang menggerakkan seluruh sistem hukum.
Dialah yang menjadi dasar mengapa hukum itu harus dipetuhi dan dia pula yang memberikan
pertanggungjawaban, mengapa hukum di situ harus dilaksanakan. Oleh karena itu ia lebih
merupakan suatu dalil daripada peraturan biasa. Dalil itu akan tetap menjadi dasar dari tata
hukum manakala orang mempercayai, mengakui dan mematuhinya. Tetapi apabila orang sudah
mulai menggugat kebenaran dari dalil akbar tersebut, maka keseluruhan bangunan hukumnya
pun akan runtuh. Inilah yang disebut revolusi.

Teori Hakikat Negara


1. Teori Sosiologis
negara adalah organisasi kehidupan bermasyarakat
2. Teori Organis
Negara sebagai bentuk organisasi sebagaimana makhluk hidup (organis) lainnya adalah
dipengaruhi oleh hukum alam (hukum pertumbuhan dan kematian) Negara perlu ruang hidup
raganya adalah negara itu sendiri jiwanya adalah pcmikiran dan semangat national rakyat
3. teori Ikatan Gulongan
Negara adalah ikatan
atau gabungan keluarga masyarakat dalam rangka usaha untuk mencapai
tujuan bersama.
4. Teori Hukum Murni
Hakikat negara adalah personifikasi dari hukum, Hubungan negara adalah sub ordinal (bukan)
koordinasi
5. Teori Dua sisi ; sosiologis
Negara sebagai
keyataan sosial, kesatuan hidup masyarakat.
Sisi Yuridis Formal: Negara suatu lembaga hukum yang mempunyai susunan organ
-
organ
struktur kelembagaan dan hubungan h
u
kum.
Tujuan Negara dan Fungsi Negara
Solus Populi Suprana Lex, kata orang Romawi. Artinya
hahwa kepentingan rakyat, kesejahtraan
rakyat adalah hukum (UU) tertingggi fungsinya adalah menyelenggarakan langkah
-
langkah itu
Tujuan das sollen; yang diharapkan
Bukan das seim; kenyataan yang ada yang sekarang bcrlaku
Fungsi negara lebih pa

Negara dan Pembentukannya

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan
politik. Negara adalah agency dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Ada
dua tugas negara yaitu:
1. Mengatur dan mengendalikan gejala-gejala kekuasaan yang asosial.
2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah
tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya.

Negara tidak dapat berbuat semena-mena terhadap rakyat. Jadi perlu adanya suatu aturan yang
mengikat dan jelas karena tanpa adanya aturan, sesuatu itu tidak akan berjalan dengan baik
termasuk negara. Hal inilah yang disebut dengan hukum.

Para filosof hukum dan filosofi politik sebagai “the hallmark” hal yang sangat diperlukan oleh
negara untuk mengatur tata kehidupan melalui aturan-aturan yang bersifat mengikat atau yang
dapat dipaksakan pemanfaatannya.

Hukum dari segi politik diartikan sebagai proses-proses, patokan-patokan, asas-asas, dan aturan-
aturan yang menentukan pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
lembaga, antara yang berkewenangan yang mengatur dan memerintah dengan yang diatur dan
diperintah, dan untuk menanggulangi serta menyelesaikan soal-soal perbedaan kepentingan
antara manusia-manusia dan lembaga-lembaga dalam suatu pengelompokan masyarakat yang
terpadu.

Syarat Berdirinya Negara

1.Wilayah Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai perbatasan
tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi juga laut dan
angkasa di atasnya.

2.Penduduk Setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau semua
penduduk di dalam wilayahnya. Dalam mempelajari soal penduduk ini, maka perlu diperhatikan
faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat pembangunan, tingkat kecerdasan,
homogenitas dan masalah nasionalisme.

3.Pemerintah Setiap negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang untuk merumuskan
untuk melaksanakan seluruh keputusan yang mengikat bagi penduduk di dalam wilayahnya. Dan
keputusan-keputusan tersebut biasanya berbentuk perundang-undangan.

4.Kedaulatan Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat dan melaksanakan undang-
undang dan secara tidak langsung negara mempunyai kekuasaan tertinggi untuk memaksa
masyarakat menaati peraturan.

Tanpa adanya salah satu syarat di atas maka sebuah negara tidak terbentuk.
Teori Asal-Usul Negara

Terdapat 8 teori yang membahas asal-usul negara yaitu:

1. Teori Perjanjian Masyarakat

Teori mengatakan bahwa negara akan terbentuk jika ada kesepakatan antara masyarakat. Thomas
Hobbes mengemukakan hal “pactum subjectionis”, bahwa dengan kesepakatan membentuk
negara, rakyat menyerahkan semua hal mereka secara alamiah untuk diatur sepenuhnya oleh
kekuasaan negara. Sedangkan John Locke, mengemukakan adanya “pactum unionis” dan
“pactum subjectionis” bahwa sebagian besar anggota suatu masyarakat membentuk union dahulu
baru kemudian anggota masyarakat menjadi subject negara. Menurut Locke suatu negara tidak
berkuasa secara absolut seperti pendapat Hobbes. Tapi ada hak asasi yang berada pada masing-
masing orang.
Rosseau menulis bahwa hanya ada “Pactum Unionis” yaitu suatu kesepakatan membentuk
negara tapi tidak menyerahkan hak-haknya diatur oleh negara. Tokoh-tokoh dalam teori ini
adalah Thomas Hobbes, John Locke, J. J. Rosseau.

2. Teori Pengalihan Hak

Dalam teori ini hak diperoleh setelah pihak lain melepas haknya atau membiarkan berlakunya
hak itu. Pengalihan hak yang dimaksud dapat berupa utusan dari rakyat yang akan menjadi
kawula negara dan dapat berupa pengalihan hak negara atau penguasa sebelumnya. Biasanya
digunakan untuk mengkaji terbentuknya negara monarkis. Tetapi dengan sedikit modifikasi,
dapat dianalogikan kepada pembentukkan negara sebagai hasil revolusi. Tokoh-tokohnya Sir
Robert Filmer dan Loyseau.

3. Teori Penaklukkan

Teori ini menyatakan bahwa pihak yang kuat dari kelompok lainnya ia akan mendirikan sebuah
negara. Tokoh-tokohnya Ludwig Gumplowitz, Gustav Ratzenhover, Franz Oppenheimer, Georg
Simmel, Lester Frank Ward.

4. Teori Organis

Disebut juga sebagai hakikat negara bahwa negara itu seperti organisme dimana negara lahir
dianalogikan seperti kelahiran mahkluk hidup lainnya. Tokoh-tokohnya Georg Wilhelm Hegel,
J.K. Bluntscli, John Salisbury, Marsiglio Padua, Pfufendorf, Hendrich Ahrens, J. W. Scelling, F.
J. Schitenner.

5. Teori Ketuhanan

Bahwa suatu negara terbentuk karena adanya hak-hak dari Tuhan. Tokohnya Thomas Aquinas.

6. Teori Garis Kekeluargaan

Menyatakan bahwa suatu negara terbentuk orang-orang yang mempunyai hubungan darah yang
membentuk suatu suku dan negara. Tokoh-tokohnya Henry S. Maine, Helbert Spencer, Edward
Jenks.

7. Teori Metafisis

Bahwa negara lahir dan terbentuk karena memang seharusnya ada. Negara adalah kesatuan
supranatural. Tokohnya Immanuel Kant.

8. Teori Alamiah

Bahwa negara terbentuk karena kodrat alamiah manusia. Apalagi manusia sebagai “zoon
politicion” sangat membutuhkan adanya negara. Tokohnya adalah Aristoteles.

Teori Hakikat Negara


1. Teori Sosiologis

Bahwa negara adalah organisasi kehidupan bermasyarakat yang diperlukan untuk mengurus,
mengatur dan menyelenggarakan berbagai kepentingan yang berada dalam negara tersebut.
2. Teori Organis

Negara sebagai suatu bentuk organisasi sebagaimana makhluk hidup lainnya dipengaruhi oleh
hukum alam ( Hukum pertumbuhan dan kematian ). Oleh karena itu negara memerlukan ruang
hidup yang tumbuh dan berkembang secara dinamik. Raganya adalah negara itu sendiri dan
jiwanya adalah pemikiran dan semangat nasional rakyat. Oleh karena itu negara berkewajiban
mensejahterakan rakyatnya.

3. Teori Ikatan Golongan

Negara adalah ikatan atau gabungan kelompok masyarakat dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Negara mengikat orang-orang ke arah perumusan dan pencapaian tujuan bersama,
bukan kepentingan kelompok atau golongan..

4. Teori Hukum Murni

Negara dipandang sebagai wadah penerapan dan pelaksanaan bagi norma-norma hukum. Negara
diperlukan guna memelihara ketertiban dan penegakan hukum. Hubungan yang terdapat dalam
negara adalah sub-ordinasi antara pihak yang mengatur dengan yang diatur.

5. Teori Dua Sisi

Bahwa negara harus dipandang dari dua sisi yaitu:

• Sisi sosiologik

Negara sebagai suatu kenyataan sosial, kesatuan hidup masyarakat, dan keterpaduan secara
sosiologik.
• Sisi yuridis formal

Negara sebagai suatu negara lembaga hukum, yang mempunyai susunan organ-organ, struktur
kelembagaan dan hubungan hukum.

E. Fungsi Hukum bagi Negara

Untuk memahami fungsi hukum bagi negara, ada enam aliran pemikiran mengenai hukum yaitu:

1. Aliran Positif (Positivist School)

Aliran yang sering disebut dengan aliran analitik ini berkembang pada abad XVIII di Inggris.
Aliran ini berpandangan, bahwa hukum yang berlaku adalah hukum yang ditetapkan oleh
penguasa. Soal benar atau salahnya bukan pertimbangan aliran ini yang dipertimbangkan adalah
kewenangan untuk menentukan dan memberlakukan hukum. Tokohnya, Jeremy Bentham dan
John Austin.

2. Aliran Ilmu Hukum Murni (Pure science of Law School)

Berkembang pada awal abad XX. Aliran ini berpendapat bahwa hukum harus dibersihkan dari
segi pengaruh unsur-unsur moral, etika dan metafisis. Pada aliran ini, hukum didasarkan kepada
suatu kaidah dasar (grundnorm) dan kaidah-kaidah hukum lainnya adalah turunannya
berdasarkan peringkat.. Hukum adalah “ketentuan atau perintah” dari pihak berwenang dari alir
an positif. Tokohnya adalah Hans Kelsen.

3. Aliran Sejarah (Historical School)

Berkembang pada pertengahan abad XIX. Menurut aliran ini, hukum berkembang dengan
didasarkan pada naluri dan pemikiran manusia mengenai apa yang benar dan apa yang salah,
sepanjang perjalanan hidup umat manusia. Tokohnya adalah Von Savigny.

4. Aliran Sosiologis (Sosiological School)

Mulai berkembang pada awal abad XX. Pandangan aliran ini adalah bahwa hukum itu benar dan
sah berlaku jika diterima secara luas oleh masyarakat. Hukum harus sesuai dengan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat. Tokohnya, Eugen Ehrlich.

5. Aliran Fungsional (Functional School)

Berkembang pada awal abad XX. Semboyan yang terkenal dari aliran ini adalah “Hukum
sebagai sarana rekayasa sosial” (law as a tool of social engineering). Yang penting adalah “what
the law does and how it work” (apa fungsi hukum dalam masyarakat serta bagaimana hukum itu
dapat berfungsi dengan baik). Arahnya adalah agar hukum berfungsi untuk menyeimbangkan
perbedaan dan persaingan kepentingan-kepentingan sosial.

6. Aliran Filosofis

Aliran ini berpikir ke arah pencapaian keadilan, mengenai kebenaran berlakunya hukum dalam
memberi kelengkapan kepada pihak masyarakat dalam mencapai tujuan kehidupan sosial. Fungsi
hukum adalah penerapan nilai-nilai yang baik dan buruk, benar dan salah, yang sesuai dengan
keyakinan yang berlaku umum.

Anda mungkin juga menyukai