Makalah Terbentuknya Suatu Negara

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TEORI TERBENTUKNYA SUATU NEGARA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Akmal Akhimuloh
1503005

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak kata negara diterima secara umum sebagai pengertian yang
menunjukkan organisasi teritorial sesuatu bangsa yang memilki kedaulatan, ia pun
mengalami berbagai pemahaman tentang hakikat dirinya.
Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, ia adalah organisasi pokok
dari kekuasaan politik. Negara adalahargency (alat) dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana
kerjasama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh pertentangan. Negara adalah
organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah
terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan
dari kehidupan bersama itu. Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di
mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan bersama itu, baik oleh individu dan
golongan atau asosiasi, maupun oleh negara itu sendiri. Dengan demikian ia dapat
mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari penduduknya ke arah
tujuan bersama.
Bayangkan, bila suatu kelompok masyarakat tidak mempunyai negara, apa yang
akan terjadi? Bagaimana bila tidak ada wilayah, tidak ada pemerintahan, tidak ada
kepala negara? Apakah teratur? Dapatkah mereka menjalankan aturan bersama?
Dapatkah mereka melakukan aktivitas hidup dengan tertib?
Tampaknya, manusia tidak akan dapat hidup dengan teratur tanpa adanya negara.
Mereka juga tidak akan hidup tertib dan menjamin keamanan bersama, tanpa adanya
negara. Tanpa adanya wilayah, ketertiban umum, bagi masyarakat juga tidak mungkin
terjamin.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Terbentuknya Negara


Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok :
a. Teori yang bersifat spekulasi, yang terdiri dari teori Ketuhanan, Teori
Kekuatan, dan Teori Juridis
b. Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori evolusi.
1) Teori Ketuhanan
Yaitu suatu teori yang menganggap bahwa asal mula negara dan
kekuasaan seorang penguasa adalah semata-mata berasal dari Tuhan. Pelopor
teori ini antara lain Agustinus, Thomas Aquino, dan Frederick Julius Sthal.
Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan
terjadi tanpa kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl (1802-1861) menyatakan
bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur melaui proses evolusi, mulai dari
keluarga, menjadi bangsa dan kemudian menjadi negara. Negara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan karena perkembangan
dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak
Tuhan, katanya. Demikian pada umumnya negara mengakui bahwa selain
merupakan hasil perjuangan atau revolusi, terbentuknya negara adalah karunia
atau kehendak Tuhan. Ciri negara yang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat
pada UUD berbagai negara yang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat pada
UUD berbagai negara yang antar lain mencatumkan frasa: Berkat rahmat Tuhan
atau By the grace of God
Teori Ketuhanan (teokrasi) pada prinsipnya mengandung 3 pokok masalah :
Negara itu dibentuk dibawah kuasa Tuhan;
Kekuasaan seorang Raja adalah atas pemberian Tuhan;
Mereka menganggap bahwa tidak ada kedaulatan selain kedaulatan
Tuhan
2) Teori Kekuatan
Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan bahwa negara yang
pertama adalah hasil dari dominasi dari kelompok yang kuat terhadap kelompok
yang lemah. Dalam teori kekuatan, faktor kekuatanlah yang dianggap sebagai
faktor tunggal yang menimbulkan negara. Negara dilahirkan karena pertarungan
kekuatan dan yang keluar sebagai pemenang adalah pembentuk negara.Faktor
kekuatan itu juga dapat berupa kekuatan ekonomi dan kekuatan otak.

Tokoh dari teori kekuatan antara lain : Ludwig gunplowitz, Karl Marx,
H.j.Laski, dan Machiavelli.
Beberapa pandangan dari teori kekuatan diantaranya :
Negara adalah suatu organisasi dari kekuasaan yang kuat untuk

menindak organisasi yang lemah


Negara adalah alat kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi
Negara adalah organisasi pemaksa

3) Teori Juridis
Teori juridis di bagi dalam beberapa teori, yakni teori patrialchal, teori
matrialchal, teori patrimonial.
a) Teori patrialchal maksudnya, bahwa pemimpin pertama dari manusia itu
adalah semula dari seorang bapak yang merupakan kepala keluarga kecil,
yang kemudian akan menjadi keluarga yang lebih besar yang akhirnya
membentuk suatu masyarakat, dan masyarakat membentuk suatu negara
dengan garis bapak sebagai pimpinan
b) Sedangkan teori matrialchal hampir sama dengan teori patrialchal, hanya
garis ibu yang menentukan
c) Sedangkan teori patrimonial juga hampir sama dengan teori diatas,
namun yang menentukan adalah garis ibu dan bapak.
4) Teori perjanjian masyarakat
Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara,
manusia hidup sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada
masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah terjadi
di mana pun dan kapan pun. Teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa
Negara di bentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat. Tanpa
peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara hidup binatang buas,
sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes, manusia seakan-akan merupakan
bintang dan menjadi mangsa dari manusia yang fisik lebih kuat daripadanya.
Keadaan ini dilukiskan dalam peribahasa Latin homo homini lupus.Manusia
saling bermusuhan, saling berperang satu melawan yang lain. Keadaan ini
dikenal sebagai bellum omnium contra omnes (perang antara semua melawan
semua). Bukan perang dalam arti peperangan yang terorganisasikan, tetapi
perang dalam arti keadaan bermusuhan yang terus menerus antara individu dan
individu lainnya.[4] Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannya dalam buku

Leviathan. Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the fittest, itulah yang
menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang diperintah oleh seorang
raja yang dapat menghapus rasa takut. Demikianlah akal sehat manusia telah
membimbing dambaan suatu kehidupan yang tertib dan tenteram.
Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (sosial contract). Perjanjian antar
kelompok manusia yang melahirkan negara dan perjanjian itu sendiri disebut
pactum unions, bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang disebut
pactum subiectionis yaitu perjanjian antar kelompok manusia dengan penguasa
yang diangkat dalam pactum unionis. Isi pactum subiectionis adalah pernyataan
penyerahan hak-hak alami kepada penguasa dan berjanji akan taat kepadanya.
Penganut teori Perjanjian Masyarakat antara lain: Grotius (1583-1645), John
Locke(1632-1704), Immanuel Kant (1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679),
J.J.Rousseau (1712-1778). Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes
berpihak kepada Raja Charles I yang sedang berseteru dengan Parlemen.
Teorinya itu kemudian digunakan untuk memperkuat kedudukan raja. Maka ia
hanya

mengakui pactum

subiectionis,

yaitu pactum

yang

menyatakan

penyerahan seluruh haknya kepada penguasa dan hak yang sudah diserahkan itu
tak dapat diminta kembali. Sehubungan dengan itulah Thomas Hobbes
menegaskan

idealnya

bahwa

negara

seharusnya

berbentuk

kerajaan

mutlak/absolut.
John Locke menyusun teori Perjanjian Masyarakat dalam bukunya Two
Treaties on Civil Government, bersamaan dengan tumbuh kembangnya kaum
borjuis (golongan menengah) yang menghendaki perlindungan penguasa atas
diri dan kepentingannya. Maka John Locke mendalilkan bahwa dalam pactum
subiectionis tidak semua hak manusia diserahkan kepada raja. Seharusnya ada
beberapa hak tertentu (yang diberikan alam) tetap melekat padanya. Hak yang
tidak diserahkan itu adalah hak azasi manusia yang terdiri: hak hidup, hak
kebebasan, dan hak milik. Hak-hak itu harus dijamin raja dalam UUD negara.
Menurut John Locke, negara sebaiknya berbentuk kerajaan yang berundangundang dasar atau monarki konstitusional.
Jean Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract Social berpendapat
bahwa setelah menerima mandat dari rakyat, penguasa mengembalikan hak-hak
rakyat dalam bentuk hak warga negara (civil rights) Ia juga menyatakan bahwa
negara yang terbentuk oleh Perjanjian Masyarakat harus menjamin kebebasan

dan persamaan. Penguasa sekadar wakil rakyat, dibentuk berdasarkan kehendak


rakyat (volonte general). Maka, apabila tidak mampu menjamin kebebasan dan
persamaan, penguasa itu dapat diganti. Mengenai kebenaran tentang
terbentuknya negara oleh Perjanjian Masyarakat itu, para penyusun teorinya
sendiri berbeda pendapat. Grotius menganggap bahwa Perjanjian Masyarakat
adalah kenyataan sejarah, sedangkan Hobbes, Locke, Kant,dan Rousseau
menganggapnya sekadar khayalan logis.
5) Teori Negara Menurut Al-Quran
a) Negara sebagai Penggolongan Umat Manusia
Manusia selalu hidup dalam golongan, ada golongan yang bernama
keluarga, tetangga, lorong kampung, daerah dan negara. Semua golongan
tempat manusia menjadi sebagai anggotanya tidak dibuat atau diciptakan
oleh manusia. Golongan-golongan yang beraneka ragam itu terjadi karena
watak manusia itu sendiri. Hukum Quran mengatakan bahwa golongan itu
sudah dijadikan oleh Tuhan dan sudah menjadi sunnah-Nya dalam
kehidupan manusia. Dengan demikian maka Quran menolak teori
perjanjian

masyarakat

dalam

pembentukan

Negara

seperti

yang

dikemukakan oleh Hobbes dan Locke. Hukum Quran juga menolak teori
teokrasi dalam terbentuknya Negara.
b) Kekuasaan dalam Negara
Mengenai timbulnya kekuasaan dalam Negara Quran mempunyai
pendirian yang berlainan dari teori-teori kekuasaan dalam Negara seperti
berikut :
Hobbes dengan teori perjanjian masyarakat, mengatakan bahwa
kekuasaan yang ada dalam negara itu adalah kekuasaan yang diberikan
oleh orang ramai kepada pemegang kekuasaan itu (homo homini lupus)
dalam teorinya Hobbes mengatakan bahwa manusia memakai manusia

untuk menegakkan keamanan dan ketertiban.


Dan Lock mengatakan bahwa kekuasaan yang diberikan kepada
pemegang kekuasaan dalam Negara itu adalah kekuasaan untuk mejamin

keselamatan jiwa, kemerdekaan dan harta benda setiap orang.


Rousseau mengatakan bahwa yang mempunyai kekuasaan itu bukanlan
yang memegang kekuasaan dalam negara. Namun yang mempunyai
kekuasaan itu adalah rakyat yang telah mengadakan perjanjian
masyarakat. Pemegang kekuasaan hanyalah pelaksana belaka dari

kekuasaan atas nama rakyat, yang mempunyai hak untuk membatasinya,


merubahnya dan mencabut apabila dikehendakinya.
Al-Quran mengatakan bahwa manusia itu dijadikan sebagai penguasa dalam
negara, dan Tuhan menjadikan segolongan manusia mempunyai kelebihan dari
golongan yang lain. Kelebihan itu dapat berupa kelebihan dalam keagungan
darah dan keturunan (zaman feodalisme dan monarchi absolute) Kelebihan
dalam soal keagamaan (abad pertengahan) kelebihan dalam bidang kekayaan
(masa

kapitalisme)

kelebihan

dalam

kekuatan

politik

(pemerintahan

parlementer). Dan harus pula kita ketahui bahwa kelebihan itu tidak hanya pada
hal-hal yang baik namun juga dalam arti kata yang buruk seperti kelebihan
dalam kelicinan dan kancil. Ini bisa kita lihat dalam pertumbuhan kekuasaan
dalam Negara semenjak terjadinya Negara dalam masyarakat umat manusa
bahwa, yang memegang kekuasaan itu selalu golongan yang mempunyai
kelebihan dibanding dengan golongan yang lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok :
a. Teori yang bersifat spekulasi, yang terdiri dari teori Ketuhanan, Teori
Kekuatan, dan Teori Juridis
b. Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori evolusi.
3.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat memperbaiki
Makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ubaidillah, A,.(et al.), Pendidikan Kewargaan Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), cet. I.
Rosyada, Dede,(et al.), Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Denokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2000), cet. I.
http://www.scribd.com/doc/47869739/TEORI-TERBENTUKNYA-NEGARA17-03-2012.
http://dhymas.wordpress.com/teori-negara-menurut-quran/-16-032012.
http://makalah85.blogspot.com/2008/11/hubungan-antara-negaradan-agama.html-17-03-12.

Anda mungkin juga menyukai