Perpajakan 1
Perpajakan 1
Perpajakan 1
PERPAJAKAN
Makalah ini disusun sebagai hasil dari tugas kelompok mata pelajaran ekonomi
Disusun oleh :
1. Bagas Adi Saputra (08)
2. Emmela Yundha Abeli (13)
3. Muhammad Tauhid B.P (22)
4. Oita Yolafina (25)
5. Rebaudhy Mahardika P (27)
6. Zidane Sheva Milanisti (36)
Puji syukur Penulis panjatkan pada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya Penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Perpajak ”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata pelajaran ekonomi.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Basri, S.Pd., selaku guru mata pelajaran ekonomi
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
menambah pengetahuan kita tentang Perpajakan.Penulisjuga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu
Penulis berharap adanya saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan makalah ini untuk
masa yang akan datang.
Demikianlah kata pengantar dari Penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan dapat
dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata di dalam makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga
Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan
penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh
masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak.
Berdasarkan APBD tahun 2011 sektor pajak daerah memiliki peran yang semakin
besar karena akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Peran pajak sangatlah penting bagi penerimaan kas Negara. Hal ini
dapat dilihat dari tabel APBD 2011.
Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber
penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang sangat
tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan partisipasi
aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia terdiri
dari pajak Negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan
penerimaan Negara bukan pajak. Salah satu 2 pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) adalah pajak daerah.
Pajak Daerah menurut Kesit (2005:2) “adalah pungutan wajib atas orang pribadi
atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah”.
Pemungutan pajak daerah oleh pemerintah daerah propinsi maupun
kabupaten/kota diatur oleh Undang-Undang nomor 28 tahun 2009. Jenis pajak daerah
sebagaimana yang ada dalam Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 adalah Pajak
Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok; Pajak Hotel; Pajak
Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak Penerangan Jalan; Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan; Pajak Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Perlu diketahui bahwa sistem pemungutan pajak ada 3 (tiga) macam yaitu Official
Assessment System, Self Assessment System, With Holding System. Official Assessment
System adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Self Assessment
System adalah system pemungutan pajak yang 3 memberi wewenang kepada Wajib Pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang dan With Holding System adalah
system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus
atau Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Indonesia menganut Self Assessment System yaitu Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar, dan
melaporkan pajaknya sendiri. Fiskus, dalam hal ini aparat Direktorat Jendral Pajak/
Pemerintah Daerah hanya menjalankan fungsi pembinaan, penelitian, pengawasan, dan
penerapan sanksi administrasi perpajakan. Penagihan pajak dalam sistem Self
Assessment dilaksanakan sedini mungkin sejak timbulnya hutang pajak atau sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak.
Peningkatan efektifitas penagihan pajak lebih diperlukan mengingat semakin
besarnya tunggakan pajak kumulatif dewasa ini. Hal ini perlu dilakukan karena kenyataan
yang ada selama ini adalah semakin banyaknya Wajib Pajak yang tidak beritikad baik
untuk melunasi hutang pajaknya padahal yang bersangkutan cukup mampu secara
finansial.
B. Rumusam Masalah
1. Apa definisi dari pajak?
2. Jelaskan apa saja fungsi, manfaat, dan tarif pajak?
3. Apa perbedaan pajak dengan pungutan resmi lainnya?
4. Jelaskan asas dalam pajak?
5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pajak?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian pajak
2. Menjelaskan tentang fungsi dari pajak
3. Menjelaskan tentang manfaat dari pajak
4. Menjelaskan tentang tarif pajak
5. Menjelaskan perbedaan antara pajak dengan pungutan resmi lainnya
6. Mendeskripsikan asas pajak
7. Menjelaskan jenis jenis pajak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Definisi atau pengertian pajak menurut prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksakanan, berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan.
Dari defini diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut
:
4. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa
undang-undang yang mengatur tentang mekanisme perhitungan, pembayaran,
dan pelaporan pajak.
B. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan
institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi.
Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum,
keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional
negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga
atas utang tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai
jaminan kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini
termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat
pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Negara masa kolonial maupun modern
juga telah menggunakan mendorong produksi menjadi pergerakan
ekonomi Berdasarkan hal tersebut, maka pajak mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya sebagai berikut:
1. Fungsi budgeter (anggaran)
Fungsi anggaran ini bisa disebut sebagai fungsi terpenting bagi negara
disebut juga dengan fungsi fiskal, yakni suatu fungsi yang dimana hasil atau
dana pajak menjadi salah satu sumber dana kas atau keuangan negara. Dimana
dana pajak yang masuk ke dalam kas negara diatur dan disesuaikan
dengan dasar hukum pajak yang berlaku.
3. Fungsi stabilitas
C. Manfaat Pajak
Membiayai pengeluaran negara => pengeluaran yang dimaksud ialah yang bersifat self
liqiditing, seperti untuk proyek produktif barang-barang ekspor.
Membiayai pengeluaran reproduktif => yaitu pengeluaran yang memberi keuntungan ekonomis bagi
masyarakat, seperti pengairan dan pertanian.
Pengeluaran yang sifatnya tidak self liquiditing dan tidak produktif => dalam hal ini contohnya ialah
pembuatan monumen dan objek wisata bagi masyarakat luas.
Pengeluaran yang tidak produktif => contohnya ialah untuk membiayai pertahanan negara, perang,
dan untuk anak yatim piatu.
Untuk pertahanan dan keamanan => termasuk pembiayaan pada pembangunan, persiapan senjata,
perumahan, pesawat, kapal tempur, kendaraan-kendaraan tempur, dan pemberian gaji
Sementara itu, bagi masyarakat sendiri, terdapat manfaat membayar pajak yang sangat besar. Terutama
dalam kesejahteraan hidup dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia. Karena mulai dari lahir hingga
meninggal, warga negara tak lepas dari pemakaian sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah.
Semua yang bisa dinikmati di negara ini dibangun dengan memakai uang pungutan pajak. Maka bisa
dikatakan bahwa pajak memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Pembangunan sarana umum => termasuk pembangunan fasilitas dan infrastruktur mulai dari
jembatan, jalan, sekolah, kantor polisi, rumah sakit, dan puskesmas.
Pengeluaran-pengeluaran lainnya => contohnya ialah subsidi pangan dan BBM, kelestarian lingkungan
hidup dan budaya, pembiayaan pemilu, transportasi masal, dan lain-lain.
Pendapatan dari pajak dimanfaatkan guna mencukupi pos-pos pengeluaran di atas yang telah
disebutkan. Selanjutnya, masyarakat bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman serta bisa menikmati
setiap fasilitas yang ada. Selain itu, pajak juga dipakai untuk pembiayaan UMKM dan koperasi demi
D. Tarif Pajak
1. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. Menurut kenaikan
persentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
Contoh tarif pajak progresif adalah tarif untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi
berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Tabel 7.1 Tarif Pajak Orang Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a
Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri tersebut termasuk tarif progresif degresif.
2. Tarif Degresif
Tarif degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang
persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar.
Namun, tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah pajak yang terutang juga menjadi
kecil. Akan tetapi malah bisa menjadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya juga semakin besar.
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek yang dikenakan pajak, karena
tarifnya telah berlaku secara sebanding. Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang
menggunakan persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak.
Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak
terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No. 18 Tahun 2000 (UU PPN dan PPnBM)
yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
4. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai
(BM). Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang digunakan adalah Bea Meterai dengan nilai
nominal sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.
5. Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/ ditetapkan pada harga atau
nilai suatu barang.
Misalnya PT XZY mengimpor barang jenis „A‟ sebanyak 1500 unit dengan harga per unit Rp100.000,00.
Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar
adalah:
6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan
jenis barang tertentu.
Misalnya PT ABC mengimpor barang jenis „Z‟ sebanyak 1500 unit dengan harga per unit Rp100.000.
Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp10.000 per unit, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar
adalah:
7. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan dibandingkan dengan jumlah penghasilan
yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh: Tuan Andi mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun 2008 sebesar Rp750.000.000.
Hitung besarnya pajak yang harus dibayar!
Jika tarif efektif 30,5% tersebut dikalikan penghasilan kena pajak, maka akan dihasilkan jumlah pajak
yang sama jika digunakan tarif progresif dalam perhitungannya.
PERBEDAAN
yang memenuhi syarat tertentu, sedangkan untuk pungutan resmi adalah khusus
ASAS ASAS
Menurut Adam Smith dalam bukunya “Wealth of Nations” dengan ajaran yang terkenal The Four
Maxims, asas pemungutan adalah pajak sebagai berikut…
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan), Pemungutan pajak
dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak
boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainly (asas kepastian hukum), Semua pungutan pajak harus berdasarkan UU sehingga bagi
yang melanggara akan dapat dikenai sanksi hukum
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan), Pajak
harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik bagi wajib pajak). Contohnya
adalah sebagai berikut…
4. Asas Eficiency (asas efisiensi atau asas ekonomis), Biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dar hasil pemungutan pajak
Menurut W.J Langen, asas pemungutan pajak dibedakan menjadi beberapa macam yaitu sebagai
berikut..
1. Asas daya pikul, Besar kecilnya pajak yang dipungut haru berdasarkan besar kecilnya penghasilan
wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.
2. Asas manfaat, Pajak yang dipungut oleh Negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat untuk kepentingan umum.
3. Asas keamanan, Dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan wajib pajak yang lain
harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
4. Asas kesejahteraan, Pajak yang dipungut oleh Negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat
JENIS JENIS
Dari cara pemungutannya, pajak dapat dibagi menjadi 2 yaitu pajak langsung dan tidak langsung.
Pajak langsug (Direct Tax) merupakan pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dialihkan ke pihak lain. Pajak ini dibayar secara berkala berdasarkan surat
ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Surat ketetapan pajak ini memiliki keterangan jumlah
yang perlu dibayar wajib pajak. Contoh dari pajak langsung adalah Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Jadi Anda tidak dapat melimpahkan pajak dari penghasilan
Anda kepada teman atau relative Anda.
Pajak tidak langsung (Indirect Tax) adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan ke
pihak lain. Pajak ini ditagihkan berdasarkan peristiwa atau aktivitas tertentu, jadi tidak dibayar
secara berkala. Pemerintah memungut pajak ini jika peristiwa tersebut terjadi oleh wajib pajak.
Contoh dari pajak tidak langsung adalah pajak penjualan atas barang mewah, Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), bea materai, dan cukai. Jadi jika Anda menjual barang mewah maka Anda dapat
mengalihkan pajak penjualan atas barang mewah kepada sang pembeli.
Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu pajak negara dan
pajak daerah.
Pajak negara (pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pemungutan
pajak ini dilakukan melalui instansi seperti Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor
inspeksi pajak yang tersebar di seluruh Indonesia. Contoh pajak negara adalah pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai, bea materai, bea masuk, cukai, pajak bumi dan bangunan, pajak migas,
pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Pajak daerah (lokal) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak ini terbatas
hanya untuk rakyat daerah itu sendiri dan dilakukan oleh Pemda Tingkat II maupun Pemda
Tingkat I. Contoh pajak daerah adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame,
pajak tontonan, pajak radio, pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar dan masih banyak
lainnya.
Dari segi sifatnya, pajak dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu pajak subjektif dan objektif.
Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan dari kondisi wajib pajak. Jadi
besar kecilnya jumlah pajak akan tergantung dengan kemampuan wajib pajak. Contoh pajak ini
adalah pajak penghasilan, pajak kekayaan.
Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan dari kondisi objek tanpa
memperhatikan kondisi wajib pajak. Jadi pajak ini lebih terkait pada objek dan dikalkulasikan
berdasarkan objek tersebut. Contoh pajak objektif adalah pajak impor, pajak kendaraan
bermotor, bea materai, bea masuk, pajak pertambahan nilai.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan pajak merupakankontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh otang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan
sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi di
dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa fungsi
tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum, keamanan atas aset,
infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak
juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga
menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan publik.
Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat
pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.