Tharekat Kebatinan
Tharekat Kebatinan
Tharekat Kebatinan
PEMBAHASAN
Sejarah Tarekat
Ajaran tarekat adalah salah satu pokok ajaran yang ada dalam Tasawwuf.
Ilmu tarekat sama sekali tidak dapat di pisahkan dengan ilmu tasawwuf dan tidak
mungkin di pisahkan dari kehidupan orang-orang sufi. Orang sufi adalah orang
yang menerapkan ajaran tasawwuf. Dan tarekat itu adalah tingkatan ajaran pokok
1
hadirat-Nya. Upaya pencapaian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan panjang
yang disebut maqamat dan ahwal. Namun dengan bertambahnya jumlah pengikut
Tasawwuf, maka secara perlahan terjadi transformasi Tasawwuf dari semata
sebagai doktrin menjadi organisasi (tarekat) sepanjang abad ke 6H/12M sampai
hingga saat ini.
Takhanus dan Khalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan
kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Dan proses
khalwat Nabi itu disebut dengan Tarekat yang kemudian diajarkan kepada
Sayyidina Ali lalu kepada keluarga dan sahabatnya sampai akhirnya kepada
“Qadir Jailani” yang dikenal juga sebagai pendiri Tarekat.1
Sejarah Kebatinan
1
https://www.scribd.com/doc/297871196/SEJARAH-DAN-PERKEMBANGAN-
TAREKAT. Kamis, 10/01/ 2019, 13.25 WIB
2
tersebut baru muncul setelah kemerdekaan, meskipun sebagian diantaranya
memang telah ada sejak zaman kolonial.
Akan tetapi bila dilihat dari aspek ajarannya yang intinya adalah mistik
Islam kejawen, sesungguhnya memiliki akar yang cukup panjang dalam sejarah
perkembangan Islam di Jawa.
Faham kebatinan telah ada sejak Islam bersentuhan dengan budaya Jawa
Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan Hindu Buddha itulah yang
menghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi ciri khas aliran kepercayaan.
Pengertian
Istilah kebatinan berasal dari kata batin yang artinya bagian dalam tubuh
manusia, sehingga kebatinan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari arti
yang dalam dan tersembunyi di dalam kitab suci.Biasanya aliran tersebut ada di
Jawa atau berasal dari Jawa.
2
Hilman, Hadikusuma, Antropologi Agama Bag I, (Bandung : Citra Aditya Bakti), 1993,
hlm 85
3
Abu bakar aceh mendefinisikan tarekat itu sebagai jalan, petunjuk dalam
melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan
oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada
guru-guru yang memberikan petunjuk dan pimpinan yang ini dinamakan Mursyid
yang mengajar dan memimpin muridnya sesudah mendapat ijazah dari gurunya.
Begitu pun dengan aliran kebatinan yang memiliki tingkatan dalam latihan
kejiwaan, yaitu :
3
https://www.scribd.com/doc/297871196/SEJARAH-DAN-PERKEMBANGAN-
TAREKAT. Kamis, 10/01/ 2019, 13.25 WIB
4
memutuskan segala bentuk hubungan dengan
dunia materi
3. Representasi : tercapainya tujuan kemanunggalan atau derajat
identifikasi dengan Tuhan, dimana seorang ahli
kebatinan telah mencapai derajat
manunggaling kawula Gusti, mati ing sajroning
urip (mati dalam hidup)
4
Ridin, Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang : Aneka Ilmu), hlm
109
5
4. Tarekat Tijaniyah : Ahmad bin Muhammad al-Tijani
5. TQN : Ahmad Khatib Sambas
(temuan tokoh Indonesia asli)
A. Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya,
yaitu ‘Abd al-Qadir Jilani al-ghawts. Tarekat ini mendapat tempat
yang sangat penting dalam sejarah spiritualitas islam karena tidak
saja menjadi pelopor bagi oranisasi tarekat, tapi juga menjadi cikal
bakal bagi berbagai cabang tarekat di dunia islam. Organisasi ini
muncul beberapa decade setelah kematiannya. Sebenarnya, ajaran
yang dibawa oleh tarekat qadiriyah tidak ada penyelewengan,
namun karena telah tersebar luas, dan dicampur dengan kulturasi
budaya di setiap daerah, beberapa ajarannnya menjadi
menyimpang.
Aspek ajaran
pada dasarnya ajaran syekh Abd al-Qodir Jailani tidak ada
perbedaan dengan ajaran dasar pokok islam,terutama olongan
ahlusunnah wal jama’ah. Sebab syeikh Abd al-Qodir sangat
menghargai pendiri empa mahzab dan pemikiran asy’ariyah. Dia
sangat menekankan pada tauhid dan akhlak terpuji.
Ajaran al-Qodir sangat menekankan pada penyucian diri dari nafsu
dunia. Dia memberikan beberapa petunjuk yang diajarkan untuk
penyucian diri, yaitu dengan cara taubat, zuhud, tawakal, syukur,
ridha dan jujur.
Taubat, artinya kembali kepada Allah dengan menguraikan
dosa terus-menerus dari hati dan kemudian melaksanakan
setiap hak tuhan.
Zuhud, menurut al-Qodir, zuhud ada dua yaitu: zuhud
haqiqi {mengeluarkan dunia dari hatinya} dan mutazahid
shuwari/ zuhud lahir {mengeluarkan dunia dari
6
hadapannya}. Namun dalam hal ini tidak berarti zuhud
haqiqi menolak rezeki yang dating dari Allah, tetapi
mengambilnya, kemudian menggunakannya untuk ketaatan
kepada Allah.
Tawakal, yang berarti berserah diri, merupakan salah satu
sifat mulia yang harus ada dalam diri ahli sufi. Hakikat
tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah
dan membersihkan diri dari gelapnya pilihan, tunduk dan
patuh kepada hukum dan takdir. Dan hatinya akan selalu
senang terhadap pilihan tuhan.
Syukur, hakikatnya adalah mengakui nikmat Allah karena
dialah pemilik karunia dan pemberian sehingga hati
mengakui bahwa segala nikmat berasal dari tuhannya dan
patuh menjalankan syari’atnya.
Sabar, yang dibagi menjadi tiga macam. Pertama, sabar
kepada Allah, yaitu dengan cara menjalankan perintah
allah. Kedua, sabar bersama Allah, artinya bersabar dengan
ketetapan Allah meskipun dalam kesulitan. Ketiga, sabar
atas Allah, yaitu bersabar terhadap rezeki, dan apa yang
diberikan allah.
Ridha, merupakan kebahagiaan hati dalam menerima
ketetapan atau takdir.
Jujur, kejujuran adalah kedudukan yang paling tini dan
jalan yang paling lurus yang dengannya dapat dibedakan
orang munafik dan orang beriman.
Aspek praktis
7
mengulang-ulang asma allah melalui tarikan nafas yang kuat dan
panjang, seakan diambil dari tempat yang paling tinggi, diikuti
denganpenekana dari jantung dan tenggorokan, kemudian
dihentikan sehingga nafas kembali normal. Gerakan ini dilakukan
dengan berulan-ulang secara konsisten dan waktu yang lama.
8
1. Fase pertama, yang berisi pertemuan dengan sang mursyid,
kemudian penyampaian wasiat, pambai’atan, lalu didoakan
oleh sang mursyid.
2. Fase kedua, sang murid memulai perjalanan yang disertai
bimbingan sang mursyid, yang bisa memakan waktu
bertahun-tahun. Setelah murid dianggap telah mandiri, akan
diberikan ijazah dan ia dapat memulai ibadahnya sendiri
tanpa bantuan dari sang mursyid.
B. Tarekat Syadziliah
Secara lengkap nama pendirinya adalah ‘Ali bin Abdullah bin Abd
al Jabbar Abu Hasan al-Syadzili. Al- Syadzili memiliki pendirian
bahwailmu aama sangat penting, dan perlu dimiliki untuk menjaga
diri dari kesesatan dan sangat membantu untuk mendekatkan diri
dengan tuhan. Ia merupakan perisai, pelindung, dan
penjelasanyang gamblang atas pemikiran-pemikiran yang tak
sengaja yang bisa mengganggu jiwa, atau bisikan yang jahat. Para
tokoh syadziliah pada awalnya tidak hanya menaruh perhatian
terhadap pengajaran dan praktik tasawwuf, tapi juga terhadap
masalah-masalah akidah dan hukum islam. Hal ini karena al-
Syadzili sangat menekankan pentingnya penetahuan agam bagi
para pengikutnya. Mereka bermazhab sunni, sekalipun tasawwuf
tidak menaruh perhatian terhadap dogma-dogma teologis, mereka
lebih perhatian kepada ajaran As’ariyah dalam bidang ilmu kalam.
Diantara pemikiran Syadziliyah adalah:
Tidak menanjurkan kepada muridnya meninggalkan profesi
dunia. Karena meninalkan dunia yang berlebihan akan
menghilangkan rasa syukur, dan berlebih-lebihan dalam
memanfaatkan harta dunia akan menjadikan kepada
kezaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah
sesuai dengan petunjuk.
9
Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at islam.
Harus berlandaskan Al-Quran dan al-Sunnah, mengarah
kepada aksetisme, pelurusan dan penyucian jiwa,
pembinaan moral.
Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada
dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati selain daripada
tuhan
Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi
milieuner yang kaya raya asalkan hatinya tidak berantung
pada hartanya. Tetap mencari harta namun jangan sampai
melalaikannya, tidak bersedih berlebihan ketika harta pergi
dan tidak senang berlebihan ketika harta dating. Dan konon,
dengan konsepnya ini maka banyak dari kalangan
bangsawa yang mengikuti ajaran Syadziliyah.
Berusaha merespons apa yang sedang mengancam
kehidupan umat, dan menjembatani bagi yang kekeringan
ajaran spiritual
Tasawuf adalah latihan jiwa dalam rangka ibadah dan
menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah.
Ma’rifat adalah tujuan akhir tasawuf dan ahli tarekat. Yang
didapat dengan dua cara. Pertama, mawahib, atau
pemberian dari Tuhan. Yang kedua, makasib, atau
diperolah dengan kerja keras seperti puasa, zikir, dan
ibadah lainyya.
10
C. Tarekat Naqsyabandiyah
11
batin, yakni mata hati menyaksikan rahasia kebesaran Allah
dalam peraulan sesame makhluk.
Yad krad, ingat atau menyebut. Ialah berdzikir terus
menerus meningat Allah. Zikir dapat dilakukan dengan
berjama’ah ataupun sendiri-sendiri, yang pentin Allah harus
bersemayam di hati.
Baz ghast, kembali atau memperbarui. Hal ini dilakukan
untuk menghindari hal-hal menyimpang. Jadi setelah
melakukan sesuatu harus kembali ke niat awal yaitu Allah
Niah dasyt, waspada. Yakni setiap murid harus menjaga
hati, pikiran, dan perasaan dari sesuatu walau sekejap
ketika melakukan zikir tauhid.
Yad dasyt, mengingat kembali. Adalah tawajjuh
(menghadap diri) kepada allah yang maha esa tanpa
berkata-kata.
Zikir
12
berulang-ulang sambil memusatkan pikiran terhadap Allah.
Kemudian zikir tauhid, artinya mengingat keesaan Allah.
Selain dua zikir diatas, penikut tarekat ini, mengenal zikir lathaif,
yang lebih tingi tingkatannya. Pelakunya harus memusatkan
danmenaruh perhatian kepada Allah sampai merasa bergetar hati
dan raganya. Dalam praktiknya zikir ada dua model, yaitu zikir hati
dan zikir anggota.
Kahtm Kwajakan
13
Anggota yang mengambil tarekat dan melaksanakan suluk
selain tirikat dengan aturan aturan dan adab tarekat ia juga
harus melaksanakan suluk dan mengasingkan diri untuk
berdzikir selama 10, 20 sampai 40 hari.
D. Tarekat Tijaniyah
Didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al Tijani. Bentuk
amalan wirid Tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis, yakni wirid
wajibah atau wirid-wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid
tijaniyah, tidak boleh tidak, dan menjadi ukuran sah tidaknya
seseorang menjadi murid tijaniyah. Yang kedua wirid ikhtiyariyah,
yakni wirid yang tidak mempunyai ketentuan wajib untuk
diamalkan, dan tidak menjadi ukuran syarat syah atau tidaknya
menjadi murid tijaniyah.
Bentuk wirid Tijaniyah dibagi menjadi tiga kelompok, atau tiga
jenis wirid pokok, yaitu:
Wirid lazimah, harus dipraktikan dua kali sehari setiap paid
an sore hari dan dilakukan secara perseorangan, bacaannya
tidak boleh dikeraskan. Isi doa tergantung bagi yang
berdoa, namun biasanya disertai dengan wirid-wirid khusus
yang lazim digunakan orang Tijaniyah.
Wirid wazhifah, juga dilakukan dua kali, yakni pada paid an
sore atau siang dan malam. Jika seorang murid tidak
mengerjakan wirid ini sekali, maka ia wajib membayar
qadha, demikian juga ia wajib qadha dalam wirid lazimah.
Wirid hailalah, atau biasa disebut tahlil, yakni menyaksikan
tiada tuhan selain Allah. Biasanya dilakukan dengan
berjamaah pada waktu tertentu
14
merupakan yang paling banyak digunakan, karena pada umumnya
mereka menjauhi berzikir degan begitu keras.
15
hatinya dan pengabdian kepada syaikh, kemudian meditasi yang
terbagi menjadi dua puluh.
Zamakhsyari Dhofier menyebutkan di tahun tujuh puluhan terdapat
empat pusat utama ajaran TQN, yaitu di Jombang, Mranggen,
Tasikmalaya, dan Bogor. Namun selain ditempat-tempat tersebut,
banyak lagi penyebarannya di Indonesia, karena ajaran tarekat ini
didirikan oleh orang asli Indonesia.
Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu tentang
kesempurnaan suluk, adab para murid, dzikir,
16
dan muraqabah. [2] Keempat ajaran inilah pembentuk citra diri
yang paling dominan dalam kehidupan para pengikut Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Ajaran-ajaran tersebut juga
membentuk identitas diri yang membedakan antara pengikut
tarekat dengan yang lain, khususnya ajaran-ajaran yang bersifat
teknis, seperti tata cara berdzikir, muraqabah dan bentuk-bentuk
upacara ritualnya. Keempat ajaran pokok tersebut memiliki tujuan
yang satu yaitu mencari kerelaan (ridla) Allah. Berikut ini adalah
penjelasan dari keempat ajaran tersebut.
1. Kesempurnaan Suluk
17
kepada Syekh (mursyid dan guru), kepada ikhwan dan adab kepada
diri sendiri.
3. Dzikir
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) adalah termasuk
tarekat dzikir. Sebenarnya menurut para ahli tarekat, bahwa tarekat
sebagai sebuah metode untuk mendekatkan diri kepada Allah
adalah bentuk pengabdian yang khas bagi seseorang, maka ia bisa
bermacam-macam. Sedangkan jenis dan bentuknya sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan masing-masing orang. Hanya saja
yang dituntut dalam memegangi suatu tarekat (jenis amalan dan
pengabdian yang khas bagi seseorang) harus bersifat istiqamah,
karena hanya dengan istiqamah seseorang akan mendapat hasil dan
karunia Allah secara memuaskan.
4. Muraqabah
Secara lughawi, muraqabah berarti mengamat-amati atau
menantikan sesuatu dengan penuh perhatian. Tetapi dalam istilah
tasawuf term ini mempunyai arti : kesadaran seorang hamba yang
terus menerus atas pengawasan Tuhan terhadap semua keadaannya.
Term ini tampaknya lebih dekat pengertiannya dengan istilah
kontemplasi.
Muraqabah memiliki perbedaan dengan dzikir terutama pada
obyek pemusatan kesadaran (konsentrasinya). Kalau
dzikir memiliki obyek perhatian pada simbul yang berupa kata atau
kalimat, sedangkan muraqabah menjaga kesadaran atas makna,
sifat qudrat, dan iradat Allah. Demikian juga media yang
dipergunakan juga memiliki perbedaan, dzikir menggunakan lidah
(baik lidah fisik maupun lidah batin), sedangkan muraqabah
menggunakan kesadaran murni yang berupa imajinaasi dan daya
khayali.
18
1. Tarekat Chisytiyah (India) : Khwajah Mu’in al-Din
Hasan
2. Tarekat Maulawiyah (Turki) : Muhammad Jalal al-Din
Rumi
3. Tarekat Ni’matullahi (Persia) : Ni’mat Allah Wali
4. Tarekat Sanusiyah (Afrika Utara) : Muhammad Ali al-Sanusi
C. Kedudukan Mursyid
5
Fuad, Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiah, (Jakarta : Pustaka Alhusna Baru), 2003, hlm 95
19
Namun selain mengajar, membimbing, dan mendidik murid-murid dalam
mengamalkan ajaran tarekat, Mursyid juga harus membimbing mereka agar selalu
mengingat Allah dan mempunyai akhlak yang mulia.
D. Tanggungjawab Mursyid
Setiap mursyid memiliki keluhuran, cita rasa, dan cahaya tersendiri.
Dimana dia akan melimpahkan cahaya kepada muridnya sesuai kadar kesiapan
ruhani sang murid. Mursyid akan mulai membimbingnya dengan penuh perhatian
dan perlahan lahan di tuntunnya para murid untuk pembersihan jiwa dengan
diawali tobat, istigfar dengan konsisten untuk menunaikan kewajiban agama.
Dibawanya simurid kealam mujahadah (alam ruhani) agar penyakit-
penyakit hati terbersihkan, jika si murid masih ada kecintaan di hatinya pada
dunia, maka ia akan dituntun kepada zuhud, puasa, dan bangun malam,
menghadapkan hatinya kepada Allah.
Jika muridnya berlumuran dengan nafsu, kekuasaan, dan kehormatan,
maka sang murid akan dituntun oleh sang Mursyid untuk mengasingkan diri
(uzlah), dan (khalwat).
Jika simurid ternyata orang bodoh dan kurang tata krama, maka ia akan
dituntun kejalan ilmu tata krama, akhlak mulia, lapang dada, dan sabar.Iini semata
mata jalan untuk penghambaan (lillah - billah) agar sang murid semakin mencintai
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam .
Akhirnya menjadikan ruhani mereka terkait dengan baginda Nabi dan
selalu merasakan kehadirannya, demikian tanggung jawab seorang mursyid
terhadap murid muridnya.6
E. Adab Pengikut
Terdapat beberapa adab pengikut atau murid yang harus ditaati, yaitu :
6
https://plus.google.com/106458078698907478687/posts/43dd8HXY94e Sabtu,
12/01/2019 10:15 WIB
20
Murid harus menghormati Syekhnya, lahir dan batin. Dia
harus yakin bahwa maksudnya tidak akan tercapai
melainkan di tangan Syekh. Apabila pandangannya
cenderung pada Syekh lain, niscaya tertutuplah limpahan
Syekh kepadanya dan dia tidak akan memperoleh sesuatu
daripadanya
Menyerahkan diri, tunduk dan rela kepada Syekh,
berkhidmat kepadanya dengan harta dan tenaga, karena
kemauan dan kecintaan tidak akan menjadi kenyataan
melainkan dengan jalan pengkhidmatan itu
Jangan menentang atau menyangkal sesuatu yang
diperbuatnya dan jangan menanyakan kenapa berbuat
demikian. Sebab seseorang yang mengatakan kepada
Syekhnya “kenapa” atau “apa sebab” tidak akan beruntung
selama-lamanya. Kadang-kadang terbit dari Syekh itu rupa
dan bentuk yang tercela pada lahirnya, tetapi terpuji pada
hakikatnya, sebagaimana Nabi Khaidir as dan Nabi Musa as
Jangan bermaksud dengan berkumpul bersama Syekh untuk
memperoleh sesuatu selain taqarrub kepada Allah
Menanggalkan ikhtiar diri dan menyatukannya ke dalam
ikhtiar Syekh dalam segala urusan, baik ibadat maupun adat
keiasaan. Salah satu tanda murid yang benar, apabila Syekh
mengatakan kepadanya : “Masuklah ke dalam api yang
menyala itu”, ia akan memasukinya
Jangan mencari-cari kesalahan Syekh, karena mungkin dia
menjadi binasa karenanya seperti yang telah banyak terjadi.
Dia harus berprasangka baik terhadap segala hal
Tidak boleh memberi isyarat sebagai pernyataan pendapat
apabila diikutsertakan dalam permusyawaratan. Ia harus
menyerahkan bahwa Syekh lebih tahu daripadanya, dan
dibawa bermusyawarah bukanlah untuk meminta
pendapatnya, tetapi hanya menunjukkan kesayangannya
21
belaka, kecuali jika ada tanda-tanda memang Syekh
memintanya
Tidak boleh duduk di sebelah tempat duduk yang
disediakan untuk Syekh dan jangan mendesak-desak
sesuatu kepadanya. Jangan mengadakan perjalanan,
pernikahan, dan jangan melakukan suatu pekerjaan tanpa
izinnya
2. Adab murid kepada dirinya
Meninggalkan pergaulan dengan orang-orang jahat dan
senantiasa bergaul dengan orang-orang baik
Jangan tidur dalam keadaan belum mandi wajib, dan
hendaklah senantiasa dalam keadaan suci
Mengurangi tidur, terutama waktu sahur, karena saat itu
adalah waktu maqbul do’a
Senantiasa memakan yang halal
Menjaga lidah dari ucapan yang sia-sia dan menjaga hati
dari semua lintasan karena barangsiapa yang menjaga
lidahnya dan tetap hatinya, niscaya akan tersingkaplah
kepadanya rahasia kebesaran Allah
Meninggalkan pembahasan tentang keadaan orang dan
meninggalkan berbantah-bantahan dengan mereka
Meninggalkan tertawa terbahak-bahak karena dapat
mematikan hati
3. Adab murid kepada teman
Menyayangi teman-teman dengan menghormati orang-
orang tua dan menyayangi anak-anak
Menasihatinya dengan lemah lembut apabila anda melihat
kesalahannya
Mempunyai sangka baik terhadap mereka
Mendamaikan sengketa yang terjadi diantara sahabat-
sahabatmu. Jangan berpihak kepada salah seorang diantara
22
mereka. Tetapi damaikanlah dengan cara yang baik dan
lemah lembut
Melapangkan tempat duduknya dalam majlis
Hendaklah jujur dan benar dalam pergaulan dengan mereka,
jangan lupa mendo’akan mereka supaya merka mendapat
ampunan
KESIMPULAN
23
tersebut maka harus di baiat terlebih dahulu. Berbeda dengan Kebatinan yang tak
perlu adanya pembaiatan tersebut.
Orang-orang yang mengikuti ajaran Tarekat sangat berpegang teguh
kepada Syari’at serta Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan Kebatinan lebih
menekankan renungan hati. Akan tetapi terlepas dari semua pendapat yang ada
dimasyarakat tentang Tarekat dan Kebatinan intinya kedua ajaran tersebut sama-
sama mengajarkan moral atau akhlaq yang baik kepada setiap pengikutnya. Serta
sama-sama mengakui adanya Tuhan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25