PER-14 - Pengertian Ma'rifat Dan Jalan Ma'rifah Dan Tokoh Ma'rifat
PER-14 - Pengertian Ma'rifat Dan Jalan Ma'rifah Dan Tokoh Ma'rifat
PER-14 - Pengertian Ma'rifat Dan Jalan Ma'rifah Dan Tokoh Ma'rifat
Makrifat artinya mengenal Allah secara yakin atau melihat Allah dengan mata hati,
sekaligus merupakan ujung perjalanan dari segala ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh
kaum sufi. Dengan kata lain makrifatullah adalah kumpulan ilmu pengetahuan tentang
syari’at dan latihan-latihan atau amalan-amalan tertentu yang dicapai dengan penuh perasaan
yang dapat menimbulkan rasa cinta dan keindahan di dalam jiwa, sehingga terbukalah mata
hatinya untuk melihat Allah dan alam ghaibnya yang dipertunjukkan sebagai bukti
kebesaran-Nya. Ayat al-Qur'an yang dirujuk dalam melukiskan perlunya jalan cinta dalam
tasawuf antara lain ialah:
Di dalam ayat ini tersirat pengertian bahwa dalam jalan cinta terdapat pengabdian
kepada Yang Dicintai.
Makrifat terhadap Allah sebagai Dzat pencipta alam ini adalah fitrah dalam diri
manusia. Untuk mengenal Allah, Dia telah memperkenalkan diri-Nya sebagaimana
disebutkan dalam Al Qur'an dalam Surat Yasin ayat 33, 37 dan 41.
َة لَّهُ ُم ٱَأۡل ۡرضُ ۡٱل َم ۡيتَةُ َأ ۡحيَ ۡي ٰنَهَا َوَأ ۡخ َر ۡجنَا ِم ۡنهَا َح ٗبّا فَ ِم ۡنهُ يَ ۡأ ُكلُونٞ ََو َءاي
Artinya : “ Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati.
Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka
makan.” (33)
َة لَّهُ ُم ٱلَّ ۡي ُل ن َۡسلَ ُخ ِم ۡنهُ ٱلنَّهَا َر فَِإ َذا هُم ُّم ۡظلِ ُمونٞ ََو َءاي
Artinya : “ Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang
dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.”(37)
ك ۡٱل َم ۡشحُو ِن
ِ ُم فِي ۡٱلفُ ۡلkۡة لَّهُمۡ َأنَّا َح َم ۡلنَا ُذرِّ يَّتَهٞ ََو َءاي
Artinya : “ Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan
mereka dalam bahtera yang penuh muatan.” (41)
1. Secara Etimologi
Kata dasar makrifat berasal dari kata ( )عرفyang artinya “mengetahui atau mengenal”.
Makrifat berarti juga pengetahuan. Obyeknya adalah kebenaran (al-Haqq), baik dalam arti
teoritis (epistemologi) ataupun dalam arti praktis (etis). Makrifat al-Haqq dalam arti teoritis
berarti pengetahuan yang benar tentang realitas sesuatu menurut apa adanya, seperti bumi itu
bulat dan beredar pada porosnya.
Makrifat al-Haqq dalam arti praktis berarti memiliki pengetahuan yang benar tentang baik
dan buruknya sesuatu perbuatan manusia. Pengetahuan yang akhir ini bukan sekedar untuk
pengetahuan, tapi untuk diamalkan demi tercapainya kehidupan yang ideal bagi setiap
manusia. Kaum sufi membagi makrifat tentang Tuhan ke dalam tiga tingkatan :
Tingkatan paling rendah adalah makrifat kaum awam. Kaum awam ini memang
mengetahui (mempunyai makrifat tentang Tuhan, tapi hanya berdasarkan sikap
tasdiq atau membenarkan), keterangan yang berasal dari rasul-Nya.
Tingkat kedua adalah makrifat para filosof dan teolog. Mereka mengetahui Tuhan
berdasarkan pertimbangan atas kenyataan dunia empiris, bukan berdasarkan
penyaksian langsung terhadap-Nya. Makrifat tingkat pertama dan kedua itu,
menurut penilaian kaum sufi tidaklah memberikan keyakinan penuh pada hati
manusia.
Hanya makrifat ketiga, yakni makrifat hakiki yang dapat memberikan keyakinan
penuh pada hati manusia. Itulah makrifat tentang Tuhan yang diperoleh setelah
terbukanya hijab (tirai) yang menutup pandangan hati.
Dengan pengetahuan yang benar hanya dapat diperoleh makrifat. Pengetahuan yang benar
mengajarkan bahwa manusia merupakan “pemohon” (faqir). Hak milik kekuasaan, tindakan,
sifat dan hidup bukanlah milik manusia melainkan milik Tuhan pencipta alam semesta.
Unsur makrifat adalah “cinta” dan hasil dari makrifat adalah “pandangan”. Selama ada
“ketidaktahuan” tidak ada pandangan. Cinta juga tidak mungkin bila ketidaktahuan hilang,
pengetahuan hadirnya Tuhan diperoleh. Penyelesaiannya adalah cinta dan orang yang
beriman tidak dapat mencintai siapapun kecuali Tuhan. Ia percaya dan setia akan cintanya
kepada Tuhan saja. Buah dari cinta adalah kebahagiaan, semakin banyak cinta ahli makrifat
kepada Tuhan, semakin sempurna dan terang pandangannya, dan semakin kuat cintanya
semakin sempurna pula kebahagiaannya. Sebagai halnya dengan cinta (mahabbah), makrifat
terkadang dipandang sebagai maqam dan terkadang sebagai hal. Dalam istilah Barat makrifat
ialah gnosis.
Bagi al-Junaid, makrifat merupakan hal dan dalam al- Risalah al-Qusyairiah makrifat
disebut sebagai maqam. Dan juga berlainan urutan yang diberikan kepada makrifat dalam
susunan-susunan yang terdapat dalam buku-buku tasawuf.
Al-Ghazali dalam Ihya memandang bahwa makrifat datang sebelum mahabbah tetapi al-
Kalabadi dalam al-Ta’arruf menyebut dan menjelaskan makrifat sesudah mahabbah. Ada
pula yang berpendapat bahwa mahabbah dan makrifat merupakan kembar dua yang selalu
disebut bersama karena mahabbah senantiasa didampingi oleh makrifat. Keduanya
menggambarkan hubungan rapat dan erat yang ada antara sufi dan Tuhan. Yang pertama
menggambarkan rasa cinta dan yang kedua menggambarkan keadaan mengetahui Tuhan
dengan hati sanubari.
2. Secara Terminologi
Sedangkan secara terminologi (istilah) berbagai kalangan telah mendefinisikan kata
makrifat dengan bahasa mereka masing-masing. Imam al-Qusyairi mengatakan;
makrifatullah adalah sifat orang yang mengenal Allah dari bentuk dirinya sendiri, bertanya
tentang dirinya sendiri dengan selalu menyegarkan amaliyah dari waktu ke waktu. Ia
buktikan tingkah lakunya dalam amal saleh dan kemuliaan akhlaknya. Ia bermujahadah atas
semua rintangan dan godaan setan. Ia juga bermuhasabah untuk dirinya sendiri.
Membersihkan semua kotoran jiwa dan mengobati semua penyakit hati terus menerus tanpa
henti. Seperti disebut dalam riwayat bahwa bermakrifat itu adalah mengenal Allah SWT
melalui pengetahuan dirinya lebih dahulu.
Al-ma’rifat, kata Zunnun adalah cahaya yang dilontarkan Tuhan ke dalam hati sufi.
“Orang yang mengetahui Tuhan tidak mempunyai wujud tersendiri tetapi berwujud melalui
wujud Tuhan”, ia juga menerangkan,
ِإ ِنkَ ِل فkَر ِإلَى ۡٱل َجبkۡ kُ َر ٰىنِي َو ٰلَ ِك ِن ٱنظkَال لَن تk َ kَك ق َ ۚ kر ِإلَ ۡيkۡ kُال َربِّ َأ ِرنِ ٓي َأنظk َ kََولَ َّما َجٓا َء ُمو َس ٰى لِ ِمي ٰقَتِنَا َو َكلَّ َم ۥهُ َربُّهۥُ ق
ت َ َ ۡب ٰ َحنk ال ُسk
ُ ك تُ ۡب َ kَق ق َ ي فَلَ َّما تَ َجلَّ ٰى َربُّهۥُ لِ ۡل َجبَ ِل َج َعلَ ۥهُ َد ٗ ّكا َو َخ َّر ُمو َس ٰىkۚ ِٱستَقَ َّر َم َكانَهۥُ فَ َس ۡوفَ تَ َر ٰىن
َ اkkَ ِع ٗق ۚا فَلَ َّمٓا َأفk ص ۡ
۠
َك َوَأنَا َأ َّو ُل ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين
َ ِإلَ ۡي
Artinya : “ Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan
dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku,
tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman,
“Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya
menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun
jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada
Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”
Tajalli adalah Jalan untk mendapatkan Ma'rifat, dan terjadi setelah terjadinya Fana
yakni hilang nya sifat - sifat dan rasa kemanusiaan, dan melebur pada sifat - sifat Tuhan .Alat
yang digunakan untk Tajalli ini adalah Hati yaitu hati yang telah mendapatkan Cahaya Allah
SWT Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An Nur ayat 35 .
اس َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم هّٰللا ۤ هّٰللا
ِ ۗ َّۙ نُوْ ٌر ع َٰلى نُوْ ۗ ٍر يَ ْه ِدى ُ لِنُوْ ِر ٖه َم ْن يَّ َشا ۗ ُء َويَضْ ِربُ ُ ااْل َ ْمثَا َل لِلن
Yang artinya : Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada
cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Jadi ma'rifat tidak diperoleh begitu saja , tetapi melalui pemberian Allah SWT.
Ma'rifat bukanlah pemikiran manusia, tetapi tergantung kepada kehendak dan Rahmat Allah
SWT.Pemberian tersebut dicapai setelah seorang sufi terlebih dahulu menunjukkan ketaatan ,
kepatuhan mengabdikan diri sebagai hamba Allah SWT dalam beramal secara lahiriah yang
dikerjakan oleh tubuh untuk beribadah .