Laporan RST
Laporan RST
Laporan RST
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Studi S1 Farmasi Universitas Ngudi Waluyo.
NIP. NIP.
NIP.
Dosen Pembimbing PBL Universitas Ngudi Waluyo
Agus Suharto
Ibu Richa Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si
Mayor CKM NRP.519594
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan kasih-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Belajar Lapangan
(PBL) di Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan
pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan PBL di Rumah Sakit
TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah sehat baik secara fisik mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial maupun ekonomis. Kesehatan juga merupakan suatu kebutuhan bagi
setiap manusia, dengan kebutuhan tersebut mendorong manusia untuk
menciptakan sarana-sarana kesehatan yang berkualitas dan tentunya
berpengaruh positif terhadap kesehatan bangsa Indonesia. Sarana
kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan, bertujuan untuk kemampuan agar selalu hidup sehat.
Upaya kesehatan dapat dilakukan melalui pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)/
yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah
satu unsur kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana kesehatan meliputi
Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum,
Rumah Sakit khusus dan sarana kesehatan lainnya.
Kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian
dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Pengelolaan perbekalan
farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, memproduksi,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian.
Universitas Ngudi Waluyo fakultas Kesehatan jurusan Farmasi
merupakan institusi pendidikan kesehatan yang bergerak dalam bidang
kefarmasian. Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan mata kuliah
berkehidupan bermasyarakat di fakultas Kesehatan kefarmasian
Universitas Ngudi Waluyo yang bertujuan untuk menghasilkan Tenaga
Teknis Farmasi yang terampil, terlatih, dan mampu mengembangkan diri
dengan baik sebagai Tenaga Kesehatan yang profesional.
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di Rumah Sakit TK III
04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang merupakan kegiatan pelatihan
bagi mahasiwa/i Universitas Ngudi Waluyo Fakultas Kesehatan Jurusan
Farmasi untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan memberi
pengalaman bagi mahasiwa/i itu sendiri. Diharapkan mahasiswa praktik
dapat mengetahui kegiatan pengelolaan obat yang ada di Rumah Sakit.
Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini sangat besar manfaatnya bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapatkan dari
perguruan tunggi secara langsung. Melalui Praktek Belajar Lapangan
(PBL) ini, diharapkan dapat menghasilkan seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian yang benar-benar handal dan profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
B. Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
1. Untuk menerapkan teori yang telah didapatkan selama perkuliahan di
Universitas Ngudi Waluyo Fakultas Kesehatan jurusan Farmasi dan
membandingkannya dengan lapangan.
2. Untuk memahami peran Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit
dalam menunjang pelayanan kesehatan.
3. Untuk mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem
manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan obat di
Rumah Sakit.
a) Rumah Sakit Umum. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub
spesialistik. Rumah Sakit Umum memberi pelayanan kepada berbagai
penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis
dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah,
pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.
b) Rumah Sakit Khusus Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang
mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk
penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non
bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit
Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.
a) Rumah Sakit Kelas A Rumah Sakit Kelas A yaitu Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan
subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1.000 tempat tidur.
b) Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi: Rumah sakit B1 yaitu RS yang
melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum
memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur. Rumah
Sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub
spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.
c) Rumah Sakit Kelas C Rumah Sakit Kelas C yaitu Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar,
yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan,
dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.
d) Rumah Sakit Kelas D Rumah Sakit Kelas D yaitu Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan
kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) )
X 1000 ‰
Rumus :
GDR = (Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati))
X 1000 %. (Depkes RI, 2005).
Himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi
untuk digunakan di RS pada batas waktu tertentu. Formularium adalah
dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-
sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang
merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit.
1. Informasi umum prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat yang
meliputi:
Prosedur dan kebijakan formularium termasuk penggunaan obat
dan prosedur untuk menambah obat baru dalam formularium. Uraian
singkat tentang tim farmasi dan terapi termasuk anggota-anggotanya,
tanggung jawab dan kegiatannya. Peraturan rumah sakit tentang penulisan
resep, peracikan dan pemberian obat mencakup penulisan order obat,
singkatan, prosedur dan kebijakan tentang kesetaraan generik dan
terapetik, penghentian obat secara otomatis, order obat secara lisan,
penggunaan obat sendiri oleh penderita, obat sendiri yang dibawa sendiri
dari rumah, dan lain sebagainya.
Prosedur pelayanan kefarmasian, misalnya jam kerja IFRS
(Instalasi Farmasi Rumah Sakit), kebijakan pemberian obat untuk
penderita rawat jalan, kebijakan harga obat, prosedur distribusi, obat untuk
rawat inap dan lain-lain.
2. Daftar Sediaan Obat
Daftar sediaan obat dipilih oleh staf medik dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Daftar obat yang dimasukkan ke dalam formularium dapat
disusun berdasarkan abjad, menurut nama-nama generik obat,
penggolongan terapi atau kombinasi keduanya.
Informasi pada tiap-tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat
aktif utamanya (nama umum maupun nama dagang), cara penggunaan
obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan ukuran jumlah dalam
kemasan, formulasi sediaan jika diperlukan. Informasi tambahan, meliputi
rentang dosis bagi dewasa atau anak-anak, informasi biaya.
3. Informasi Khusus
Meliputi daftar produk nutrisi, tabel kesetaraan dosis dari obat-obat
yang mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi parenteral baku,
pedoman perhitungan dosis bagi anak-anak, komposisi, tabel kandungan
natrium dari sediaan obat, daftar sediaan obat bebas gula, isi kotak obat
darurat, informasi pemantauan dan penetapan kadar secara farmakokinetik,
formulir untuk permintaan obat nonformularium, formulir pelaporan reaksi
obat merugikan, tabel interaksi obat, informasi pengendalian keracunan,
pembawa baku atau pengencer untuk injeksi, komposisi elektrolit untuk
sediaan parenteral volume besar.
4. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan formularium meliputi :
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu
dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka
mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis
harus mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi. Staf medis harus menerima kebijakan-
kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi. Nama obat yang tercantum dalam formularium
adalah nama generik. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin
harus tersedia di Instalasi Farmasi. Membuat prosedur yang mengatur
pendistribusian obat generik yang efek terapinya sama, seperti :
1) Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik
yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang
diminta.
2) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus
didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
3) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan
sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang
digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
5. Prinsip Penerapan Formularium
Formularium harus direvisi secara periodic sehingga dapat
merefleksikan penilaian terkini para staf medic. Penerapan formularim
harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut (Anonim, 2012 ):
a) Obat harus diseleksi atas dasar kebutuhan komunitas dan obat-obatan
tersebut harus dapat mengatasi pola penyakit dan kondisi daerah
tersebut.
b) Obat yang dipilih adalah drug of choice. Daftar formularium harus
memiliki jumlah oabat yang terbatas. Hanya obat-obatan yang
diperlukan yang dapat disediakan di rumah sakit. Duplikasi obat
dengan khasiat terapetik sama tidak boleh terjadi.
c) Penggunaan produk obat kombinasi hanya untuk kasus tertentu,
misalnya TB.
a) Kategori tidak dikendalikan, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua
staf medik.
b) Kategori dipantau, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf
medik, tetapi penggunaanya dipantau oleh IFRS.
c) Kategori terbatas, yaitu obat yang dapat digunakan oleh staf-staf medik
tertentu atau oleh departemen tertentu.
d) Kategori bersyarat, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf
medik pada periode tertentu.
e) Ketegori dihapus, yaitu obat yang dihapus dari formularium yang ada.
1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
2. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman
perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran
yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data
pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang
farmasi) dan secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril
dan produksi non steril), dan melalui sumbangan/droping/hibah.
4. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan
farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga murah, sediaan
farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi yang tidak tersedia
dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral,
rekonstruksi sediaan obat kanker.
5. Penerimaan
6. Penyimpanan
7. Pendistribusian
4) Tugas pokok :
a) Membuat rencana kerja tahunan instalasi farmasi
b) Menyusun lembaga anggaran tahunan instalasi farmasi
c) Menyusun struktur organisasi pelaksanaan tugas instalasi
farmasi
d) Menyusun sistem operasional instalasi farmasi
e) Membuat tatalaksana dan petunjuk teknis pelanayanan
kefarmasian
f) Melakukanm evaluasi penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
g) Membuat laporan berkala dan laporan khusus instalasi farmasi
h) Membuat DP-3 seluruh staff instalasi farmasi
5) Wewenang
a) Mengatur pelaksanaan tugas instlasi farmasi
b) Memberikan saran staff kepada kepala rumah sakit
b. Kepala SUB Instalasi Pengendalian Kefarmsian (Dalfar)
1) Tugas Pokok
a) Berkemampuan membuat rencana kebutuhan perbekalan
kefarmasian diinstalasi farmasi secara periodic.
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan perbekalan
kefarmasian.
c) Berkemampuan menyalurkan perbekalan kefarmasian atas
permintaan bagian pelayanan.
d) Berkemampuan dalam hal pengawasan dan pengendalian perbekalan
kefarmasian sejak penerimaan penyimpanan dan penyaluran
perbekalan kefarmasian.
e) Membuat laporan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan
penerimaan penyimpanan dan penyaluran.
f) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal pembinaan personil
Dalfar.
g) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal proses perencanaan ,
pengadaan, perbekalan,kefarmasian berikut proses administrasi.
h) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam pemantauan pekerjaan anfrah
dan produksi persediaan cairan tertentu
i) Pertanggungjawabkan seluruh tugasnya kepada Ka Instalasi Farmasi
j. Reseptir
1) Tugas pokok
a) Bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan ruangan kantor
dan pelayanan di Instalasi farmasi pada saat jam kerja maupun di
luar waktu jam kerja.
b) Bertanggung jawab atas pembuangan sampah sampai ke titik
kumpul sampah sesuai golongan sampah.
c) Bertanggungjawab dalam pendistribusian obat ke ruangan.
d) Mempertanggungjawabkan seluruh tugas kepada Ka Instalasi
Farmasi.
Dipergunakan untuk bangsal anak yang terdiri dari anak keluarga pasien
dinas (Pegawai Negeri Sipil, Tentara Umum, BPJS, dsb) yang tersedia
dalam kelas II dan III.
e) Bangsal Bougenville
Digunakan untuk perawatan kebidanan dan pasien nifas setelah
melahirkan bagi pasien dinas dan umumyang tersedia dalam kelas I, II,
dan III.
f) Bangsal Flamboyan
Digunakan untuk bangsal spesialis penyakit dalam, untuk melayani pasien
dinas beserta keluargannya maupun pasien umum dan BPJS yang tersedia
dalam kelas I, II, dan III
g) Bangsal Dahlia
Digunakan untuksemua pasien dewasa ,yang tersedia dalam kelas I, II dan
III.
h) ICU
Digunakan untuk melayani pasien dinas maupun umum yang
membutuhkan perawatan kritis dan pelayanan yang intensif.
h. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang
KARUMKIT
WAKIL RUMKIT
PFT
KA INSTALASI FARMASI APOTEKER
Mayor Ckm Agus Suharto PENANGGUNG JAWAB
Septina Rohmiyati S.Farm.,Apt.
KARU IFRS
PNS Dwi Kusuma A.
Kemudian dipilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Jika di e-catalog tidak tersedia karena tidak tersedia stock barang, maka pilihan kedua
yaitu pemilihan di PBF.
Petugas gudang melakukan pengecekan obat yang habis dalam stok persediaan
Barang habis
DIREKAP
Menghubungi PBF:
2) LAFI AD
LAFI AD
PUSKESAD
PROSES
DIPRINT UNTUK BARANG-BARANG APA SAJA
YANG SUDAH DIPESAN
Pengecekan awal :
1. ED
2. Nomor Faktur
3. Jumlah Barang
4. nama Barang
5. Bentuk Sediaan
6. keadaan fisik barang
Golongan obat Narkotik dan Psikotropik disimpandalam lemari khusus dengan double
pintu terkunci
golongan obat Hight Alert disimpan pada lemari khusus obat dan diberi label tana
Hight Alert
Troli9Emergency
IGD0
Diunit bedah terdapat lemari khusus yang Pada tiap hari senin dan kamis petugas
berisi injeksi dan alat kesehatan, khusus apotek mengecek.
obat minum tidak tersedia.
Sediaan obat / Alkes ditulis sesui dengan resep aslinya dibuku perawat dan di
buku apotek kemudian menuliskan waktu resep masuk dan nama pasien.
Menginput data obat / Alkes sesuai dengan Resep dan membuat etiket.
Obat / Alkes diserahkan kepada perawat tiap bangsal dan disertakan tanda
tangan perawat dan jam masuk obat kebangsal.
2. Pelayanan R/ pasien pulang
Pengecekan akhir ( kesesuaian jumlah dan nama obat yang diambil dengan R/ )
Perbekalan farmasi yang akan kadaluarsa dicatat pada kartu stock dan buku
pemantauan.
Perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa ditarik dari seluruh unit perawatan
untuk segera dilakukan proses pemusnahan sesuai ketentuan yang berlaku
b. Alur Pemusnahan Obat
Pemusnahan obat dilakukan setiap setahun sekali setelah stock opname akhir
tahun.
Berita acara dibuat dan diketahui kepala Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.
R/ yang disimpan selama lebih dari 5 tahun diambil dari ruang penyimpanan
arsip R/ untuk dimusnahkan.
PENUTUP
A Kesimpulan
B. Saran
1. Sebaiknya dibuatkan ruangan khusus untuk tempat meracik obat agar
lebih berkonsentrasi dan leluasa dalam meracik obat.
2. Sebaiknya kartu stok dijalankan sebagaimana mestinyua agar
memudahkan dalam pendataan penerimaan dan pengeluaran obat-
obatan dan alat kesehatan
3. Adanya penambahan tenaga farmasi untuk memudahkan tercapainya
pelayanan kefarmasian yang maksimal untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Maison S.G., Durand M., and Mahone M., 2014, The Effects of
Ursodeoxycholic Acid Treatment for Intrahepatic Cholestasis
of Pregnancy on Maternal and Fetal Outcomes: A Meta-
Analysis Including Non-Randomized Studies, J Obstet
Gynaecol Can 2014;36(7):632–641.
Medisa D., Danu S.S. and Rustamaji., 2015, Kesesuaian Resep dengan
Standar Pelayanan Medis dan Formularium Jamkesmas pada
Pasien Rawat Jalan Jamkesmas, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.
11, No. 1 Tahun, 20 – 28.