4 Peninggalan Sejarah Bercorak Agama Hindu
4 Peninggalan Sejarah Bercorak Agama Hindu
4 Peninggalan Sejarah Bercorak Agama Hindu
mengantarkan bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah, tetapi juga membawa perubahan
dalam kehidupan bermasyarakat.Perubahan tersebut antara lain timbulnya bentuk pemerintahan
kerajaan serta corak keagamaan Hindu dalam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah dapat
berupa bangunan atau candi, prasasti, tradisi atau kebiasaan, atau karya seni.
Beberapa peninggalan sejarah Hindu yang dikenal luas saat ini antara lain sebagai berikut :
1. Candi
Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah pada masa Hindu. Dahulu, candi
banyak digunakan sebagai tempat menyimpan abu jenazah seorang raja. Beberapa bangunan
candi peninggalan Hindu adalah sebagai berikut :
a. Candi Prambanan
Candi Prambanan yang disebut juga Candi Lara Jonggrang merupakan candi yang bercorak
Hindu yang cukup besar. Berdasarkan Prasasti Mantiasih, Siwargha, dan tulisan pendek pada
Candi Prambanan, diketahui bahwa pendiri Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai
Pikatan. Candi ini dibangun pada abad IX Masehi, pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Prambanan dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga bagian itu adalah halaman pertama atau
jeroan, halaman kedua atau tengahan, dan halaman ketiga atau jaba.
b. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi
Jawa Barat. Candi ini diperkirakan berasal dari abad VII-VIII Masehi. Bentuk bangunan candi
sangat sederhana. Keterangan mengenai Candi Cangkuang belum lengkap.
Candi Peninggalan Hindu Candi Cangkuang
c. Candi Dieng
Candi Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi
Jawa Tengah. Candi Dieng bercorak agama Hindu, yang dibangun sekitar abad VIII-XI Masehi.
Candi Dieng dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut :
Untuk candi sebelah utara sudah tidak utuh, candi kelompok barat pun sudah tidak utuh, kecuali
Candi Gatotkaca.
2. Prasasti
Masuknya agama Hindu bisa dilihat dari peninggalan sejarah berupa prasasti. Prasasti disebut
juga “batu bersurat” atau “batu bertulis”. Bahan prasasti biasanya terbuat dari batu atau
lempengan logam yang terbuat dari tembaga. Prasasti peninggalan agama Hindu yang terkenal
adalah sebagai berikut :
Yupa merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Kutai yang berbentuk tugu peringatan pada
upacara tertentu. Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta.
Dari keterangan pada Yupa tersebut dapat diketahui masuknya agama Hindu ke Indonesia.
Prasasti Yupa diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini membuktikan adanya
kerajaan Hindu tertua Nusantara, yaitu Kerajaan Kutai yang berada di Kalimantan timur.
Selengkapnya mengenai kerajaan ini silahkan baca di artikel sejarah Tentang Kerajaan Kutai dan
3 rajanya
Yupa pertama kali dibuat oleh Raja Mulawarman sebagai bukti bahwa raja sudah
mempersembahkan korban dan berbagai hadiah kepada brahmana.
Ada beberapa prasasti yang ditemukan pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut
adalah Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Prasasti Muara Cianteun. Kesemua
prasasti tersebut ditemukan di daerah Bogor, Jawa Barat. Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing,
Jakarta, Prasasti Lebak ditemukan di Desa lebak, di tepi sungai Cidanghiang, Banten.Melalui
keterangan yang ada pada prasasti dapat diketahui bahda di Jawa Barat pada zaman dahulu
terdapat masyarakat yang hidup teratur.
Masyarakat sudah hidup menetap dan bertani. Mereka hidup makmur. Untuk keperluan
pengairan dibangun Sungai Gomati sepanjang 12 kilometer. Sungai Gomati juga berguna untuk
mencegah bahaya banjir.
Keterangan pada prasasti membuktikan bahwa Raja tarumanegara, yaitu Purnawarman yang
telah memperhatikan rakyatnya. Sepeninggal Raja Purnawarman belum diketahui lagi
perkembangan selanjutnya.
3. Karya Sastra
Peninggalan sejarah masa lampau juga berupa kesusastraan. Sastra pada waktu itu umumnya
berupa nasihat, pujian terhadap raja yang memerintah, dan cerita kepahlawanan. Karya sastra
yang terkenal antara lain sebagai berikut :
4. Tradisi/Kebiasaan
Tradisi/Kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, turun-temurun dari nenek
moyang dan masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi dapat berupa adat istiadat, ritual-ritual,
ajaran sosial, nilai-nilai, maupun aturan perilaku.
Contoh tradisi atau kebiasaan peninggalan sejarah pada masa Hindu antara lain tradisi di Hari
Raya Nyepi dan upacara Ngaben.
b. Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi jenazah yang dilaksanakan
oleh umat Hindu di Bali
Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu
di Indonesia
Masuknya Agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari India. Di antara
pedagang tersebut ada yang menetap di Indonesia dan membawa pengaruh agama dan
kebudayaan mereka. Kebudayaan Hindu di masa lampau mewariskan bermacam-macam
peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu antara lain candi,
prasasti, patung, karya sastra (kitab), dan tradisi.
Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Pada
candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam ajaran Hindu. Tiga dewa
itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu dewa pemelihara,
dan Syiwa dewa pelebur. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul yang biasanya
dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah cerita.
Candi peninggalan Hindu yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang.
Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di dalam
candi ini terdapat patung Trimurti dan relief yang mengisahkan cerita Ramayana. Tokoh dalam
cerita Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung Jatayu.
Candi-candi peninggalan agama Hindu
No. Nama Candi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Prambanan Yogyakarta Abad ke-7 M Mataram Lama
2 Dieng Dieng, Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
3 Badut Malang, Jawa Timur Tahun 760 M Kanjuruhan
4 Canggal Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
5 Gedong Sanga Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
6 Penataran Blitar, Jawa Timur Abad ke-11 M Kediri
7 Sawentar Blitar Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
8 Candi Kidal Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Singasari Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
10 Sukuh Karang Anyar, Jateng Abad ke-13 M Majapahit
Prasasti
Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan itu
dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti peninggalan Hindu ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa, dibuat
sekitar tahun 350-400 M. Prasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu
yang digunakan pada saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini. Prasasti
Yupa terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi Prasasti Yupa adalah syair yang mengisahkan Raja
Mulawarman. Berikut ini daftar prasasti-prasasti peninggalan kebudayaan Hindu.
Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu
No. Nama Prasasti Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Kutai Kutai, Kaltim Abad ke-4 M Kutai
2 Ciaruteun Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Tugu Cilincing, Jakut Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Jambu Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Kebon Kopi Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Cidanghiang Pandeglang Abad ke-5 M Tarumanegara
7 Pasir Awi Leuwiliang, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
8 Muara Cianten Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
9 Canggal Magelang, Jateng Abad ke-7 M Mataram Lama
10 Kalasan Yogyakarta Tahun 732 M Mataram Lama
11 Dinoyo Malang, Jatim Tahun 760 M Mataram Lama
12 Kedu Temanggung, Jateng Tahun 778 M Mataram Lama
13 Sanur Bali Abad ke-9 M Bali
Patung
Wujud patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena hewan
tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk mengabadikan tokoh
tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi. Contoh patung peninggalan kerajaan Hindu yang
terkenal adalah Patung Airlangga sedang menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga
digambarkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
Patung-patung peninggalan kerajaan Hindu
No. Nama Patung Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Trimurti – – –
2 Dwarapala Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Wisnu Cibuaya I Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Wisnu Cibuaya II Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Rajasari Jakarta Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Airlangga Medang Kemulan Abad ke-10 M Medang Kemulan
7 Ken Dedes Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri
8 Kertanegara Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Kertarajasa Mojekerto, Jatim Abad ke-13 M Majapahit
Karya sastra (kitab)
Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab. Kitab-kitab peninggalan
itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan sejarah Hindu ditulis dengan huruf
Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitab
Baratayuda dan Kitab Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu Sedah dan Empu
Panuluh. Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan
Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman hidup dan
keberhasilan Raja Airlangga. Berikut ini daftar kitab-kitab peninggalan sejarah Hindu di
Indonesia.
Kitab-kitab peninggalan sejarah Hindu
No. Nama Kitab Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Carita Parahayangan Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
2 Kresnayana Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kemulan
4 Lubdaka Kediri, Jatim Abad ke-11 M Kediri
5 Baratayuda Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri
Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini. Tradisi
agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali sebagian besar beragama
Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali, antara lain:
Candi Kawi
Ciri-ciri Bangunan :
- Bangunannya di pahat dari tebing batu
Candi Dieng
Ciri-ciri Bangunan :
- Atap tidak kerucut
- Ruangan candinya kecil dan sempit
- Terdiri dari beberapa kelompok candi yang tersebar di atas pegunungan Dieng
Candi Sambisari
Ciri-ciri Bangunan :
- Terdapat patung siwa pada bilik utamanya
Candi Songo
Ciri-ciri Bangunan :
- Memiliki 9 buah candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran
Candi Prambanan
Kerajaan/Raja : Majapahit
Ciri-ciri Bangunan :
- Menghadap ke arah barat
- Reliefnya berbentuk simbolis
Candi Kidal
Ciri-ciri Bangunan :
- Terbuat dari batu andesit
- Terdapat banyak hiasan (hiasan medallion yang melingkar menghiasi badan candi &
hiasan kepala kala diatas pintu masuk )
CANDI HINDU
1. Candi Cetho
Ciri-cirinya:
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan
tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar,
pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah
gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa
halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur
masyarakat Dusun Cetho.
2. Candi Asu
Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang
terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten
Magelang, provinsi Jawa Tengah (kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari
candi Ngawen). Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya,
yaitu candi Pendem dan candi Lumbung (Magelang). Nama candi tersebut
merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya.
Ciri-cirinya :
Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi,
wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’.
Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu
tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain ada di kompleks Taman
Wisata candi Prambanan). Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai
Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di daerah bertemunya (tempuran)
Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat.
Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki
candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi
tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang.
Melihat ketiga candi tersebut dapat diperkirakan bahwa candi-candi itu
termasuk bangunan kecil. Di dekat Candi Asu telah diketemukan dua buah
prasati batu berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I ( 874 M )
dan Sri Manggala II ( 874 M ).
Ciri-cirinya:
4. Candi Prambanan
Berdiri di bawah Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini selarik puisi
tiba-tiba terlintas di benak
Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini
menyimpan suatu legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran
bagi anak-anak sekolah dasar. Kisah Bandung Bondowoso dari Kerajaan
Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro Jonggrang. Si
putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat
hanya dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta
merta menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila akal
licik sang putri tidak ikut campur. Bandung yang kecewa lalu mengutuk
Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di
salah satu candi.
Candi Gunung Sari adalah salah satu candi Hindu Siwa yang ada di Jawa.
Lokasi candi ini berdekatan dengan Candi Gunung Wukir tempat
ditemukannya Prasasti Canggal.
Ciri-cirinya:
6. Arca Gupolo
Arca Gupolo adalah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu yang
terletak di dekat candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan
Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Gupolo adalah nama
panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya yang
ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2 meter
ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai lambang dari
dewa Siwa yang dipegangnya masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang
lain, kebanyakan adalah arca dewa Hindu dengan posisi duduk.
Ciri-cirinya:
Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang dipakai
oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di musim
kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut legenda rakyat
setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana menteri) dari raja Ratu
Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko (ayah dari dewi Loro
Jonggrang dalam legenda candi Prambanan).
7. Candi Cangkuang
Cirri-ciri nya:
Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan
hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada
sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30
cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan
pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur
terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26
m.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan
peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9
(tahun 927 masehi).
Ciri-cirinya:
9. Candi Pringapus
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di
Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi
ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan
lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya
yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang
melambangkan seksualitas.
Cirri-cirinya:
Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok
pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh
berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah
lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan
candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko
atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para
pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.
dampak positif dan negatif pendudukan
Jepang di Indonesia
DAMPAK POSITIF PENDUDUKAN JEPANG
Politik :
Ekonomi :
Budaya :
Sosial :
Politik :
Kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan.
Melarang semua jenis kegiatan rapat dan kegiatan politik.
Ekonomi :
Banyak militer Jepang yang mengambil secara paksa makanan, pakaian, dan perbekalan
lainnya dari rakyat Indonesia secara paksa dan tanpa kompensasi.
Eksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan perang Jepang.
Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini dikarenakan dengan Disalurkannya uang
pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
Akibat dari self sufficiency yang terputusnya hubungan antar daerah.
Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber
daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang.
Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak
lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi
dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan
kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran
yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-
sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.
Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan
perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan
pertanian dan perkebunan merusak tanah.
Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua
kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan
rakyat baik fisik maupun material.
Budaya :
Militer :
Pelanggaran HAM. Karena militer Jepang akan menghukum dengan Keras orang-orang
yang menentang Jepang.
Sosial :
Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjalani romusha. Mereka
dipaksa bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan. Pengerahan tenaga kerja secara
paksa dengan kondisi yang sangat menyedihkan untuk membangun infrastruktur perang
Jepang.
Terjadinya perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak wanita muda Indonesia yang
digunakan sebagai wanita penghibur bagi militer Jepang.
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah
pengawasan Jepang.
Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi yang parah seperti perampokan, pemerkosaan
dan lain-lain.
Organisasi-Organisasi dan Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional.
1. Budi Utomo.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai
gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang pandai,
tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi. Untuk
mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan
mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik dokterdokter
pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa
STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Budi Utomo artinya
budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
2. Serikat Dagang Islam.
Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal
10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di
Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina.
Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan
bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan.
Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang
batik Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam
(SDI). Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena bersifat nasionalis,
religius, dan ekonomis.
3. Indische Partij.
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 .
Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar
Dewantara.
IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui surat kabar.
Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang-cabangnya tersebar di
seluruh Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini
membahayakan kedudukannya. Pada bulan Maret 1913 Pemerintah Hindia Belanda
melarang kegitan IP. Pada bulan Agustus tahun yang sama para pemimpin IP dijatuhi
hukuman pengasingan.
4. Partai Nasional Indonesia.
Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club
(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru
yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno,
Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti
nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll.
C. Usaha Mempersatukan Partai-Partai.
Di Indonesia terdapat berbagai pergerakan yang terpisah-pisah satu sama
lain. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi perjuangan bangsa Indonesia untuk
menuju Indonesia merdeka. Beberapa tokok pergerakan segera menyadari keadaan
ini. Mereka berusaha mempersatukan organisasi-organisasi pergerakan yang ada pada
waktu itu.
1. Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI) didirikan pada tanggal 17 Desember 1927. Anggopta PPPKI terdiri atas
Partai Nasional Indonesia, Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen
Bond, Kaum Betawi, dan Indonesische Studie Club. Tujuan PPPKI adalah :
a. Menyamakan arah aksi kebangsaan serta memperkuat dan
memperbaiki organisasi dengan melakukan kerjasama diantara
anggota-anggotanya,
b. Menghindarkan perselisihan diantara para anggotanya yang dapat
memperlemah aksi kebangsaan.
Pengurus PPPKI disebut Majelis Pertimbangan yang terdiri atas ketua,
penulis, bendahara, dan wakil-wakil dari partai-partai yang tergabung didalamnya.