Gambaran Umum Cirebon

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

KOTA CIREBON

Kota Cirebon, Cirebon: Kota Cérbon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan
jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah dukuh kecil
yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah
desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban[5] (carub dalam bahasa Cirebon artinya
bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka
bangsa diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama,
bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan
kemudian cerbon.
Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata cirebon juga dikarenakan sejak
awal mata pecaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah
pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi,
petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam bahasa Cirebon
disebut (belendrang) yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan
cai-rebon (bahasa sunda : air rebon), yang kemudian menjadi Cirebon.
A. Gambaran Umum
1. Geografi

Kota Cirebon terletak pada 6°41′S 108°33′E pantai Utara Pulau Jawa, bagian
timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11
kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah).
Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota
Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.
Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan
transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah
pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas
dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2
dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian
(38%).
Wilayah Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane,
Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan
dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.
Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-
2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % di mana 0-3 % merupakan daerah
berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.
Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai
Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.

2. Topografi
Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran
rendah dan sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di Wilayah
Selatan kota. Kondisi wilayah kota yang sebagian besar berupa dataran rendah menjadi
kendala tersendiri karena kecepatan aliran air hujan yang terbuang ke laut menjadi
lambat dan sangat berpotensi menimbulkan genangan banjir di beberapa tempat. Oleh
karena itu di beberapa titik dibangun stasiun pompa yang berfungsi mempercepat
pembuangan air hujan ke laut.

Secara umum kondisi lingkungan di Kota Cirebon dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu kawasan yang masih memiliki kualitas lingkungan yang masih baik
yaitu memiliki indikator lingkungan di bawah ambang batas, dan kawasan yang kondisi
lingkungannya telah berada di atas ambang batas kualitas lingkungan yang
diperkenankan. Kawasan yang masih memiliki kualitas lingkungan di bawah ambang
batas tersebar di seluruh wilayah kota, ditandai dengan masih adanya kawasan ruang
terbuka hijau seperti di wilayah Argasunya, Harjamukti, wilayah Perumnas, dan lain
sebagainya. Namun yang harus menjadi perhatian adalah kawasan-kawasan yang
kondisi lingkungannya telah terjadi penurunan kualitas. Kawasan-kawasan tersebut
diantaranya adalah kawasan bekas galian C Argasunya, kawasan-kawasan
persimpangan jalan yang padat lalulintas yaitu di sekitar area Jl. Siliwangi, Jl. Dr. Cipto
M, Jl. Karanggetas, Jl. Pekiringan, Jl. Rajawali, Terminal Bus, dan Jl. Pemuda – By
Pass. Selain itu ada beberapa aliran sungai yang memiliki indikator lingkungan yang
telah melampaui ambang batas (Amoniak, Deterjen, dan Pecal Coli) yaitu diantaranya
di sungai Sipadu, Sukalila, Suradinaya, Sigujeg, dan Gang Sontong.

Wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi


antara 0 - 200 meter di atas permukaan laut. Peningkatan ketinggian mulai dari daerah
pantai menuju ke arah Selatan dengan ketinggian maksimal 200 meter, yaitu di
Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

Kemiringan lahan di wilayah Kota Cirebon dapat diklasifikasikan berdasarkan


persentase kemiringan sebagai berikut:
 Kemiringan 0 - 3 % terdapat di sebagian besar wilayah Kota Cirebon, kecuali
sebagian kecil wilayah di Kecamatan Harjamukti;
 Kemiringan 3 - 8 % terdapat di sebagian besar wilayah Kelurahan Kalijaga,
sebagian kecil di Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti;
 Kemiringan 8 - 15 % terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya,
Kecamatan Harjamukti;
Kemiringan 15 - 18 % terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan
Harjamukti.

3. Iklim
Sesuai dengan lokasi wilayah yang berada di tepi laut, wilayah Kota
Cirebon termasuk dalam iklim tropis dan memiliki pola curah hujan monsunal
karena dipengaruhi oleh angin monsun. Musim penghujan jatuh pada bulan
Oktober- April/Mei, dan musim kemarau jatuhpada bulan Juni-September. Musim
pancaroba terjadi pada bulan April dan November. Berdasarkan data tahun 2009,
banyaknya curah hujan tahunan di Kota Cirebon ± 1.351 mm/tahun dengan jumlah
hari hujan 86 hari, ini berarti sebesar ± 23,56 % hari dalam setahun yang mengalami
hari hujan.

BANYAKNYA HARI DAN CURAH HUJAN TAHUN 2006 - 2009


2006 2007 2008 2009
Curah Curah Curah
Bulan Hari Hari Hari Hari
Hujan Hujan Hujan Curah Hujan
Hujan
(mm ) (mm ) (mm )

(1) (2) (4) (6) (9)


Hujan Hujan Hujan
(3) (5) (7)

1. Januari 114 4 365.5 4 361 19 138.5 13


2. Februari 533 16 226 19 171 16 310 20
3. Maret 294 10 347 10 348 19 154 7
4. April 204 7 257.5 7 171 14 98.5 7
5. Mei 198 6 67.5 6 23 5 82 10
6. Juni 16 1 90.5 7 71 6 210.5 8
7. Juli - - 92.5 2 - - - -
8. Agustus - - - - 12 6 4.5 2
9. September - - - - - - 40 -
10. Oktober - - 137.5 5 101 12 - -
11. November 83 3 90 8 139 13 103.5 8
12. Desember 273 9 337.5 16 369 23 209.5 11

Jumlah 1,715 56 2,012 84 1,766 133 1,351 86


Rata-rata per
142.9 4.7 167.6 7.0 147.2 11.1 112.6 7.2
bulan
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Cirebon
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Cirebon

Udara panas dengan temperatur maksimum terjadi pada bulan Oktober hingga
Desember, yaitu ± 32,8° C, sedangkan temperatur terendah terjadi pada bulan Juni-
September, yaitu ± 24,2°C. Rata-rata temperatur yaitu 27,29°C. Adapun kelembaban
udara berkisar antara 48 – 94 %, dengan fluktasi cukup besar setiap musimnya.

TEMPERATUR DI KOTA CIREBON TAHUN 2006 – 2009


Temperatur
Bulan
Rata-rata Min Max

(1) (2) (3) (4)

1. Januari 27,3 24.3 32,7


24.2
2. Februari 27,3 32,7
24.3
3. Maret 27,3 32,7
24.3
4. April 27,3 32,7
24.3
5. Mei 27,4 32,8
24.2
6. Juni 27,3 32,6
24.2
7. Juli 27,2 32,5
24.2
8. Agustus 27,2 32,5
24.1
9. September 27,2 32,5
24.4
10. Oktober 27,4 32,8
24.3
11. November 27,3 32,8
12. Desember 27,3 24.3 32,8
Rata-rata per bulan
Tahun 2009 27,29 24,26 32,68
2008 27,7 22,3 33,0
2007 27,1 22,4 33,0
2006 27,6 22,5 32,6
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Cirebon

4. Jenis Tanah
Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai
yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota Cirebon
adalah tanah jenis regosol yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (pasir,
lempung, tanah liat, breksi lumpur, dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai. Secara
umum jenis tanah yang tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk
mengembangkan berbagai macam jenis vegetasi.

Jenis tanah di Kota Cirebon adalah tipe argosol yang berasal dari endapan lava
dan piroklastik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur, dan kerikil) hasil intrusi
Gunung Ciremai. Secara rinci jenis tanah di Kota Cirebon terdiri atas :
 Regosol cokelat kelabu, asosiasi regosol kelabu

 Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu

 Asosiasi glei humus rendah/aluvial kelabu

 Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu, dan latosol

 Asosiasi mediteran cokelat dan litosol


 Latosol cokelat kemerahan

Sementara itu kedalaman efektif tanah di Kota Cirebon terdiri atas 3 macam, yaitu:
 Kedalaman 0--30 meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya,
Kecamatan Harjamukti
 Kedalaman 30--60 meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya,
Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti dan Kelurahan Karyamulya,
Kecamatan Kesambi
 Kedalaman lebih dari 60 meter : Terdapat di seluruh wilayah Kota Cirebon, kecuali
di wilayah-wilayah yang telah disebutkan di atas.

5. Hidrologi
Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air tanah dalam, air
permukaan, dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5 – 10 meter
untuk dataran rendah dan mencapai 20 – 30 meter untuk dataran tinggi (di Wilayah
Argasunya). Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah
terkena intrusi air laut.

Khusus untuk air bersih sebagai konsumsi rumah tangga yang sebagian besar
bersumber dari pasokan Perusahaan Daeran Air Minum (PDAM), Kota Cirebon masih
memiliki kendala utama dimana penyediaannya masih tergantung pada Kabupaten
Kuningan. Hal ini dikarenakan sumber air yang digunakan berada di wilayah
Kabupaten Kuningan. Maka perlu ada penyelesaian karena masalah air dikategorikan
sebagai bidang pelayanan dasar, sebagai solusi bisa berupa kerjasama antar daerah atau
kerjasama amalgamasi atau pengelolaan air laut melalui teknologi pengelolaan air
bersih yang mutakhir.

Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian besar diperoleh dari sumur dengan
kedalaman antara dua meter sampai dengan enam meter, di samping itu ada beberapa
daerah/wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi
air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum. Kondisi air permukaan
berupa air yang mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai.Di Kota Cirebon
terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah yaitu Sungai Kedung
Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai Kalijaga. Sungai
berfungsi sebagai batas wilayah antara Kabupaten Cirebon dan sebagai saluran
pembuangan air.

NAMA-NAMA SUNGAI YANG MELINTASI KOTA CIREBON

UKURAN
NO. NAMA SUNGAI TINGGI LOKASI
PANJANG (M) LEBAR (M)
(M)

I Sistem Kedung Pane / Tangkil

1 Kali Tangkil 1.600 35/20 5,50 Perbatasan

2 Kali Kemlaka 4.900 15/10 3,20 Kota

3 Kali Cideng 5.900 25/11 3 Kota

4 Kedung Bima 9.000 10 3 Kota

5 Kedung Pane 9.000 10 3 Perbatasan

6 Banjir Kanal 1.650 25/17 4 Perbatasan

7 Kali Kijing 4.800 25/16 3 Kota

8 Kali Kramat 2.000 13/6 1,5 Ex CUDP

9 Anak Pane 3.500 5 2 Kabupaten

10 Anak Bima 4.000 5 2 Kabupaten

11 Kayu Walang 3.000 6 3 Kota

12 Kali Koa 2.500 5 2 Kabupaten

II Sistem Sukalila

1 Kali Sukalila 1.800 20 3 Kota

2 Kali Sigujeg 1.200 5,5 1,25 Kota


3 Kali Bedeng 800 5,5 1 Kota

4 Kali Sijarak I 2.750 8,5 1,5 Ex CUDP

5 Kali Sijarak II 3.300 5 1,25 Ex CUDP

6 Kali Langensari 1.450 2 1 Ex CUDP

7 Kali Sirabun 1.100 11,5 3 Kota

8 Kali Penyuken 3.500 4 3 Kota

9 Kali Saladara 4.500 3 2 Kota

III Sistem Kesunean

1 Kali Kesunean 4.600 47/32 5,6 Kota

2 Kali Suba 8.200 34 9 Kota

3 Kali Cirongkob 3.600 23 6,5 Kabupaten

4 Kali Cisiluk 6.300 26 6,5 Kabupaten

UKURAN

NO. NAMA SUNGAI PANJANG (M) LEBAR (M) TINGGI (M) LOKASI
5 Kali Reungas 3.000 25 5 Kabupaten
6 Kali Cibacang 5.400 26 5 Kabupaten
7 Kali Cikurutug 2.600 23 4 Kabupaten
8 Kali Cikijing 1.300 4 1,5 Kota
9 Kali Sigemblo 1500 6 2 Kota
IV Sistem Kalijaga

1 Kalijaga 4.500 40/24 5,5 Perbatasan


2 Kali Lunyu 3.400 35/15 5 Kab dan Kota
3 Cikalong 3.800 35/17 5,2 Kota
4 Cikenis Barat 4.400 36/20 7 Kota
5 Cikenis Timur 2.500 15 2,5 Kota
6 Cikenis Tampomas 1.400 6 2 Kota
7 Kedung Menjangan 4.500 10 5 Kota
8 Kedung Jumbleng 2.500 11 4 Kota
9 Kedung Mendeng 2.600 10 4 Kota
10 Pengasinan 3.600 10 4 Kabupaten
11 Cigedeg 4.400 10 4 Kabupaten
12 Anak Lunyu 1.200 6 3 Kabupaten
13 Surapandan 1.700 9 4 Kota
14 Cigambay 1.300 9 3,5 Kabupaten
15 Cadas Ngampar 3.900 10 3,5 Kota
16 Cilombang 3.800 10 3,5 Kabupaten
Sumber : Dinas Kimpraswil Kota Cirebon, 2004.

Adapun kondisi air laut, khususnya di kawasan pantai berwarna coklat karena
pengaruh pendangkalan oleh lumpur yang dibawa oleh 4 sistem sungai dan sungai-
sungai dari wilayah Kabupaten Cirebon.

Sungai-sungai primer yang melewati Kota Cirebon termasuk dalam Wilayah


Sungai Cimanuk-Cisanggarung, merupakan wilayah sungai lintas provinsi (Jawa Barat
dan Jawa Tengah) yang kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat.
Berikut gambar wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung.
PETA DAS WILAYAH SUNGAI CIMANUK-CISANGGARUNG

PETA JARINGAN AIR BERSIH


6. Kependudukan

Perkembangan jumlah penduduk Kota Cirebon selama 6 tahun terakhir


(2004 – 2009) menunjukkan perkembangan yang cukup siginifikan. Selama
enam tahun terakhir tersebut penduduk Kota Cirebon bertambah dari 268.589
jiwa menjadi 304.152 jiwa atau sebanyak 35 ribu jiwa dengan pertumbuhan
rata-rata penduduk per tahun sebanyak 2,54%. Pada tahun 2009, tingkat
kepadatan penduduk adalah sebesar 8143 jiwa/km2 atau 81 jiwa/hektar, dengan
komposisi penduduk laki-laki sekitar 148 ribu jiwa dan perempuan sekitar 155
ribu jiwa, dan rasio jenis kelamin sekitar 95,27 %.

Berdasarkan sebaran penduduk, Kecamatan Harjamukti masih


merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak mencapai 95.339 jiwa atau
sebesar 31,34 %, sementara jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di
Kecamatan Pekalipan yaitu sebesar 35.678 jiwa atau 11,73 %. Adapun untuk
tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pekalipan memiliki tingkat kepadatan
paling tinggi yaitu sebesar 22.871 ribu jiwa /km2, sementara Kecamatan
Harjamukti merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk
terendah yaitu sebesar 5.411 ribu jiwa /km2.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk terbesar di kelompok umur 10


– 14 tahun yaitu sebanyak 30.747 jiwa, sementara jumlah penduduk paling sedikit
adalah di kelompok umur 75+ tahun yaitu sebanyak 4.926 jiwa. Adapun jumlah
terbesar penduduk laki-laki adalah di kelompok umur 15 – 19 tahun sebanyak 14.904
jiwa dan penduduk perempuan di kelompok umur 10 - 14 tahun sebanyak 16.005 jiwa.

Berdasarkan angka kelahiran, Kecamatan Harjamukti memiliki angka


kelahiran tertinggi sebesar 1.627 jiwa dengan komposisi laki-laki 832 jiwa dan
perempuan 795 jiwa, sementara Kecamatan Pekalipan memiliki angka
kelahiran terendah sebesar 396 jiwa dengan komposisi laki-laki 226 jiwa dan
perempuan 170 jiwa. Sedangkan untuk rata-rata kelahiran per 1000 penduduk,
Kecamatan Harjamukti memiliki rata-rata tertinggi sebesar 17,07.
7. Pendidikan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) satu diantaranya diupayakan


melalui pembangunan di bidang pendidikan, terutama melalui pendidikan formal.
Sementara itu, untuk memajukan dunia pendidikan upaya yang dilakukan di antaranya
meningkatkan prasarana dan sarana agar dapat memperluas jangkauan pelayanan dan
kesempatan kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan di Kota Cirebon merupakan salah satu wujud nyata
pembangunan dalam bidang pendidikan.

Sebagai pusat pertumbuhan di wilayah Cirebon, sarana pendidikan termasuk


yang paling lengkap. Fasilitas pendidikan dasar hingga perguruan tinggi tersedia
dengan berbagai pilihan. Selama kurun waktu 1997 hingga 2009, jumlah fasilitas
pendidikan dasar, pendidikan menengah cenderung menurun. Hal ini terjadi karena ada
beberapa fasilitas pendidikan yang digabung atau dimerger. Untuk fasilitas pendidikan
dasar (SD) pada tahun 1997 berjumlah 174 sekolah, sementara pada tahun 2009 turun
menjadi 160 sekolah. Untuk sekolah tingkat SMP pada tahun 1997 berjumlah 41 dan
pada tahun 2009 turun menjadi 40 sekolah. Sekolah tingkat SMA pada tahun 1997
berjumlah 25 sekolah dan pada tahun 2009 turun menjadi 24 sekolah. Tahun 2009/2010
di Kota Cirebon, Sekolah Kejuruan (SMK) terdapat 17 sekolah dengan jumlah guru
661 orang, sekolah keagamaan MI berjumlah 17 dengan jumlah guru sekitar 255 orang,
MTs berjumlah 12 dengan jumlah guru 270 orang dan di tingkat MA jumlahnya 6
sekolah mempunyai guru 146 orang.

Indikator lainnya adalah angka partisipasi sekolah atau angka partisipasi murni.
Selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009, tingkat partisipasi sekolah dasar di
Kota Cirebon sudah lebih dari 90 persen penduduk usia 7 – 12 tahun baik laki-laki
maupun perempuan telah bersekolah. Sementara pada tingkat yang lebih tinggi (SLTP)
partisipasi penduduk usia 13 – 15 tahun selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun
2009 meningkat dari 92,08 persen menjadi 99,84 persen. Adapun untuk tingkat SLTA
selama kurun waktu 2005 ke 2009 meningkat dari 88,51 persen tahun menjadi 89,61
persen. Selain pendidikan formal, di Kota Cirebon juga terdapat beberapa lembaga
pendidikan nonformal seperti mengemudi, computer, akuntansi dan lainnya.

8. Kesehatan
Menurut Bloom kondisi kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor
yaitu tingkat pelayanan kesehatan, kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, dan
keturunan (genetik). Agar derajat kesehatan masyarakat dapat terus meningkat, maka
perlu diupayakan terus menerus pembangunan di bidang kesehatan.Dengan harapan
semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan
murah. Demikian pula halnya dengan Pemda Kota Cirebon yang telah
mencanangkan program Cirebon Kota Sehat. Berupaya terus melakukan
pembangunan di bidang kesehatan dengan melakukan berbagai program-program
pembangunan. Diantaranya adalah dengan menyediakan prasarana dan sarana
kesehatan agar jangkauan pelayanan kesehatan makin meluas sehingga semua
lapisan sosialekonomi masyarakat dapat dilayani dengan biaya yang terjangkau.
Disisi lain dilakukan pula penyuluhan dan edukasi terhadap masyarakat akan
pentingnya pencegahan penyakit dan pola hidup sehat.

Kota Cirebon memiliki fasilitas yang cukup lengkap, Puskesmas dan


Puskesmas Pembantu tersebar merata di setiap kelurahan, sementara fasilitas
kesehatan lanjutan tersedia rumah sakit baik swasta maupun pemerintah hingga
Rumah Sakit Pemerintah tipe B. Pada tahun 2009 di Kota Cirebon telah tersedia
sekitar 6 rumah sakit umum, 4 rumah sakit bersalin, 21 Puskesmas, 15 Puskemas
Pembantu, 20 Puskesmas Keliling, serta 81 Apotik, dan 31 Toko Obat. Bila dilihat
dari jumlah seluruh Puskesmas (56 unit) maka akan tersedia 2
Puskesmas/Pustu/Pusling untuk setiap 10.000 penduduk Kota Cirebon. Adapun
untuk rumah sakit dengan jumlah rumah sakit sebanyak 10 rumah sakit dengan
kapasitas 938 tempat tidur maka untuk setiap 10.000 penduduk tersedia sekitar 31
tempat tidur. Dengan jumlah tenaga medis seperti dokter spesialist sekitar 94 orang,
dan 116 dokter umum, 37 dokter gigi, 847 perawat, serta 278 bidan. Jumlah tenaga
medis pada tahun 2009 cenderung menurun bila dibandingkan pada tahun 2008,
walaupun dari tahun 2005 sampai tahun 2008 terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun.

Tingkat kesehatan suatu kelompok masyarakat dapat dilihat dari berbagai


macam indikator. Salah satu indikator yang dapat di gunakan untuk mengukur hal
tersebut adalah jumlah kematian bayi yang terjadi. Jumlah Kematian bayi di Kota
Cirebon mengalami turun naik. Tahun 2009, terdapat 71 kasus kematian bayi. Angka
ini lebih besar dari kasus yang terjadi di tahun 2008 yang mencapai 49 kasus .

Masa depan sebuah bangsa terletak pada kualitas generasi penerusnya. Generasi
yang sehat dan kuat mencerminkan masa depan yang baik. Sebaliknya, generasi yang
buruk kualitas kesehatannya mencerminkan masa depan yang buruk pula.
Perkembangan jumlah balita gizi buruk di kota Cirebon tahun 2005-2008 cenderung
mengalami penurunan. Tahun 2005 terdapat 364 kasus, tahun 2006 ada 320 kasus,
tahun 2007 terdapat 338 kasus, dan tahun 2008 terdapat 272, dan tahun 2009 terdapat
275 kasus bayi gizi buruk. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka
tersebut, dan akhir-akhir ini fokus upaya kesehatan mulai bergeser dari kegiatan-
kegiatan kuratif ke kegiatan-kegiatan preventif dan promotif. Hal ini ditandai dengan
berbagai kegiatan yang lebih melibatkan dan mengedepankan partisipasi masyarakat
dalam penanganan kesehatan seperti program Kampung Siaga, Gerakan Sayang Ibu,
pembudayaan Pola Hidup Bersih dan Sehat melalui KKM (Kader Kesehatan
Masyarakat), dan Rumah Sakit Berbasis Masyarakat. Upaya ini dilakukan karena
dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu ada kesadaran diri dari
masyarakat sendiri dan lingkungannya untuk menjaga kesehatan. Kegiatan
Kampung Siaga lebih mengedepankan keterlibatan masyarakat dalam memantau dan
menjaga ibu hamil dan bayi/anak-anak yang terkena kasus penyakit.

Adapun Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) merupakan salahsatu


terobosan baru untuk lebih mendekatkan penanganan rujukan medis ke masyarakat.
Dalam kegiatan ini ditempatkan dokter spesialis kandungan dan spesialis anak di
Puskesmas-puskesmas, serta dijalin kerjasama dengan rumah sakit swasta untuk
bermitra dalam penanganan kasus ibu hamil dan bayi terutama bagi keluarga miskin.
Hingga tahun 2007 sudah ada tujuh Puskesmas yang menyelenggarakan RSBM yaitu
Puskesmas Kejaksan, Jagasatru, Gunugsari, Kesunean, Kalitanjung, Larangan, dan
Sitopeng. Adapun rumah sakit yang telah bermitra dalam penyelenggaraan RSBM
ini adalah Rumah Sakit Sumber Kasih, Rumah Sakit Pelabuhan, Rumah Sakit Panti
Abdi Dharma, Rumah Sakit Muhammadiyah, Rumah Sakit Ciremai, dan Rumah
Sakit Putera Bahagia. Program seperti ini mutlak harus dilanjutkan karena sangat
membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

9. Sosial Masyarakat

Situasi aman dan tertib di dalam kehidupan masyarakat sangat diperlukan.


Dengan keamanan dan ketertiban yang kondusif akan meningkatkan produktifitas
masyarakat. Jumlah narapidana di kota Cirebon berdasarkan putusan pengadilan
menurut jenis pelanggaran tahun 2008. Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa
jenis pelanggaran yang terbanyak adalah pencurian yang mencapai 138 orang
narapidana. Kemudian disusul jumlah narapidana narkotika sebanyak 39 orang,
psikotropika 30 orang, penipuan 30 orang, perampokan 24 orang.

Sarana Ibadah

Di Kota Cirebon terdapat 6 jenis agama yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha
dan Konghucu dengan jumlah pemeluk agama terbesar adalah agama Islam.

JENIS AGAMA SERTA JUMLAH PEMELUK AGAMA TAHUN 2008-


2010
AGAMA 2008 2009 2010
1. Islam 259.259 259.615 259.615
2. Kristen 14.096 13.469 13.469
3. Katholik 6.757 8.972 8.972
4. Hindu 209 996 996
5. Budha 2.598 3.059 3.059
6. Konghucu 61 61 61

Indikator makin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat


diantaranya adalah semakin mudahnya masyarakat melakukan ibadah menurut
agama yang dianutnya. Untuk kemudahan tersebut diantaranya tersedia tempat
untuk melakukan ibadah. Pada tahun 2009 di Kota Cirebon terdapat 219 masjid, 26
gereja, 1 pura, 3 vihara dan 1 kelenteng.

BANYAKNYA TEMPAT PERIBADATAN MENURUT KECAMATAN

DAN JENIS AGAMA TAHUN 2005-2009

NUMBER OF WORSHIP FACILITIES BY DISTRICS AND RELIGION


2005-2009
Islam Kristen Hindu Budha Konghuchu
Kecamatan Masjid Gereja Pura Vihara Klenteng
(1) (2) (5) (6) (7) (8)

1. Harjamukti 70 1 1 1 -
2. Lemahwungkuk 30 15 - 2 1
3. Pekalipan 13 5 - 2 1
4. Kesambi 71 1 - - -
5. Kejaksan 35 4 - - -
Jumlah 2009 219 26 1 5 2

2008 211 22 1 3 1
2007 201 20 1 3 1
2006 216 18 1 3 1
2005 187 16 1 3 1
Sumber : Kantor Departemen Agama Kota Cirebon

10. Perekonomian

Sesuai kondisi geografis dan letak wilayah kota yang berada pada jalur
persimpangan arus lalulintas Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, maka
sektorsektor ekonomi yang berkembang lebih banyak terjadi pada bidang
perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pusat-pusat
perbelanjaan atau mall, perbankan dan jasa keuangan, perkantoran, serta jasa
lainnya. Kota Cirebon memiliki pula infrastruktur pendukung ekonomi yang tidak
dimiliki wilayah lain, seperti Pelabuhan Laut, Bandara, Stasiun KA penumpang dan
barang, Terminal penumpang Antar Kota antar Provinsi dan kelengkapan
infrastruktur lainnya (jaringan air bersih, gas, telepon, dan listrik).

Kota Cirebon juga menjadi Pusat Pertumbuhan Wilayah Cirebon sehingga


sering dijadikan tempat atau lokasi kantor-kantor cabang yang melayani seluruh
Wilayah Cirebon (Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu).
Kondisi ini merupakan beban tersendiri karena kondisi infrastruktur pelayanan yang
ada harus menanggung beban melampaui batas wilayah administrasi kota itu sendiri.

Gambaran perekonomian daerah adalah gambaran tentang kondisi aspek


perekonomian dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), aspek
keuangan daerah, dan indikator ekonomi lainnya.

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak


geografisnya yang sangat strategis sehingga sektor yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat adalah sektor perdagangan dan jasa. Hal ini dapat
dilihat dari berkembangnya pusat – pusat perbelanjaan atau mall, perbankan dan jasa
keuangan, perkantoran, dan jasa lainnya.

Grafik 2.7
GRAFIK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA CIREBON TAHUN 1996-2008
Berdasarkan data BPS tahun 1996 – 2006, Produk Domestik Regional Bruto
Kota Cirebon dihitung berdasarkan harga berlaku dan berdasarkan harga konstan,
yang masing-masing menggambarkan indikator inflasi dan laju pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Perkembangan indikator ini menunjukkan bagaimana Kota
Cirebon yang pada tahun 1996 – 1997 mengalami resesi ekonomi kemudian bisa
kembali bangkit yang ditandai dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
berdasarkan harga konstan. Namun pada periode-periode berikutnya tahun 2004 –
2006 jarak perbandingan antara laju pertumbuhan inflasi dan laju pertumbuhan
ekonomi riil semakin besar. Ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi semakin lama
semakin jauh meninggalkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon.

Selama periode tahun 2008, PDRB Kota Cirebon Atas Dasar Harga Berlaku
mencapai Rp. 10,698 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 16,93 %
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 9,149 trilyun. Sedangkan
untuk mengetahui PDRB secara riil harus dilihat dari PDRB yang didasarkan atas
harga konstan dan harga yang digunakan adalah harga-harga di tahun 2000. Dengan
harga konstan tahun 2000 tersebut PDRB Kota Cirebon tahun 2008 mencapai angka
Rp. 5,823 trilyun sementara pada tahun 2007 mencapai angka Rp. 5,513 trilyun.
Dengan membandingkan angka di kedua tahun tersebut terlihat bahwa PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2008 telah tumbuh sebesar 5,64 %. Angka LPE ini
ternyata menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari LPE tahun sebelumnya yang
mencapai 6,17 %. Penurunan angka LPE sebesar 0,53 poin dari LPE tahun
sebelumnya ini terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan di sektor
angkutan khususnya pada sub sektor angkutan laut.

Selama tahun 2008 hampir semua sektor di Kota Cirebon mampu tumbuh
positif kecuali sektor angkutan yang mengalami pertumbuhan negatif. Pada tahun
2006 sektor angkutan tumbuh 4,72% dan pada tahun 2007 tumbuh 3,02%, maka pada
tahun 2008 sektor ini pertumbuhannya -5,13%. Hal ini disebabkan pada sub sektor
angkutan laut mengalami penurunan jumlah barang yang dimuat dari pelabuhan
Kota Cirebon. Pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon pada tahun 2008 ini banyak
dipengaruhi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-
jasa yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 12,89% dan 11,63%.
Secara umum kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga sektor ekonomi, yaitu:
1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan
baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah
dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor
Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian.
2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan baku, baik yang berasal
dari sektor primer maupun sektor sekunder menjadi barang lain yang lebih
tinggi nilainya. Sektor Sekunder mencakup sektor Industri Pengolahan,
sektor Listrik, Gas, Air Bersih dan sektor Bangunan/Konstruksi.
3. Sektor Tersier atau dikenal juga sebagai Sektor Jasa-jasa, yaitu sektorsektor
yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa,
yang termasuk sektor ini adalah sektor perdagangan, sektor pengangkutan
dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintahan
dan jasa-jasa.
PDRB kelompok sektor primer (sektor Pertanian) atas dasar harga berlaku
mengalami peningkatan dari Rp. 28,03 milyar di tahun 2007 menjadi Rp. 32,25
milyar di tahun 2008 atau meningkat sebesar 15,05%. Adapun kelompok sektor
sekunder mengalami peningkatan sebesar 13,00% yaitu dari Rp. 3.479,47 milyar
pada tahun 2007 menjadi Rp. 3.931,69 milyar di tahun 2008. Demikian pula sektor
tersier mengalami peningkatan dari Rp. 5.641,93 milyar pada tahun 2007 menjadi
Rp. 6.734,04 milyar tahun 2008. Kendati demikian peningkatanpeningkatan tersebut
belum menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor bersangkutan, karena pada
NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi.

Berdasarkan harga konstan 2000, sektor primer, sekunder dan tersier selama
tahun 2008 menunjukkan kinerja yang meningkat dengan pertumbuhan yang positif.
Sektor Primer (Sektor Pertanian) menunjukkan kinerja yang meningkat dari Rp.
17,78 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 18,55 milyar pada tahun 2008 atau
meningkat sebesar 4,29%. Sementara itu kelompok sektor sekunder pada tahun 2008
mampu menciptakan PDRB sebesar Rp. 2.447,77 milyar meningkat sebesar 4,29%
dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 2.347,05 milyar. PDRB kelompok sektor
tersier yang merupakan sektor-sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi,
pada tahun 2007 sebesar Rp. 3.148,04 milyar naik menjadi Rp. 3.357,22 milyar pada
tahun 2008 atau tumbuh sebesar 6,64%, kendati demikian terjadi perlambatan pada
sektor pengangkutan dari Rp. 839,27 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 796,25
milyar pada tahun 2008.

Struktur Ekonomi

Sistem perekonomian di suatu wilayah dapat memberikan gambaran


bagaimana struktur perekonomian di wilayah tersebut. Salah satu indikator yang
sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah
distribusi persentase sektoral PDRB. Distribusi persentase PDRB sektoral
menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB
secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula
pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi
persentase juga dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam
pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu
pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. Semakin besar peranan
suatu sektor dalam perekonomian, dapat dikatakan bahwa sektor tersebut sebagai
engine growth atau mesin pertumbuhan ekonomi daerah.

Struktur ekonomi Kota Cirebon pada tahun 2005-2008 menurut kelompok


sektor primer, sekunder, dan tersier. Dalam kurun waktu tersebut Nampak sekali
bahwa kelompok sektor primer dan sekunder mengalami penurunan kontribusi yang
cukup signifikan. Hal ini disebabkan kinerja sektor pertanian dan industri yang
semakin tertinggal perkembangannya dari sektor-sektor lainnya. Pada kelompok
sektor primer kontribusinya yaitu dari 0,34% menjadi 0,30% dan dari kelompok
sektor sekunder yaitu dari 38,82% menjadi 36,75%. Sementara itu kelompok sektor
tersier terlihat semakin memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota
Cirebon, kontribusinya meningkat dari 60,84% menjadi 62,95%. Kelompok sektor
tersier ini sangat didukung oleh sektor perdagangan. Dari pengelompokkan tersebut
tampak bahwa kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah
di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga belaku dari
kelompok sektor tersier di tahun 2008 mencapai Rp. 6.734,04 milyar, atau meningkat
19,36% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di Kota Cirebon peranan sektor primer merupakan sektor yang memberikan
konstribusi paling kecil dibandingkan sektor lainnya, dan mempunyai
kecenderungan relatif stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 distribusi sektor
primer atas dasar harga berlaku sebesar 0,30% mengalami sedikit penurunan
dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 0,31%. Kontribusi kelompok sektor
primer yaitu sektor Pertanian hanya dilihat dari kegiatan on farm sehingga perlu
dilihat kontribusi agribisnis hulu dan hilir (off farm) sehubungan dengan Kota
Cirebon sebagai pusat koleksi dan distribusi termasuk di dalamnya produk-produk
agribisnis hulu dan hilir, sedangkan untuk pengembangan on farm potensi sumber
daya alamnya kecil. Hal ini dapat dilihat bahwa agribisnis pertanian (off farm) seperti
industri makanan ternak dan jaring di Kota Cirebon merupakan usaha besar yang
dominan dan merupakan penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Kota
Cirebon dan sebagian besar produknya dipasarkan di luar Kota Cirebon.

Sektor lainnya yang berkembang adalah sektor sekunder yaitu sektor industri
pengolahan non migas, bangunan, listrik, gas dan air bersih. Kelompok sektor
sekunder mengalami peningkatan sebesar 13.00% yaitu dari Rp. 3.479.47 milyar
pada tahun 2007 menjadi Rp. 3.931,69 milyar di tahun 2008. Pertumbuhan sektor
sekunder memang dipengaruhi juga oleh perkembangan sektor tersier yang
menunjukkan bahwa berkembangnya perdagangan dan jasa membutuhkan dukungan
prasarana dan sarana yang memadai seperti bangunan, fasilitas listrik, telepon, gas
dan air bersih, serta utilitas lainnya.

Kelompok sektor sekunder yang didukung oleh sektor industri, sektor listrik,
gas dan air (LGA) serta sektor bangunan kontribusinya terhadap pembentukan
PDRB Kota Cirebon sejak tahun 2005 selalu mengalami penurunan. Penurunan
kontribusi pada kelompok ini disebabkan karena menurunnya kontribusi sektor
industri terhadap PDRB. Sedangkan besaran kontribusi masing-masing sektornya
sebagai berikut : sektor industri sebesar 30,34%, sektor LGA sebesar 1,83% dan
sektor bangunan sebesar 4,58%.

Dilihat dari distribusi lapangan usaha yang menjadi komponen PDRB, Kota
Cirebon selama ini masih mengandalkan pada sektor tersier yaitu sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya. Kelompok tersier masih
mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah
Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2008
mencapai Rp. 6.734,04 milyar, atau meningkat 19,36% dibandingkan tahun
sebelumnya.

Kelompok sektor tersier selalu memberikan kontribusi tertinggi


dibandingkan kelompok sektor yang lainnya dan sejak tahun 2005 senantiasa
mengalami peningkatan. Nilai kontribusi PDRB untuk sektor ini rata-rata diatas lima
puluh persen per tahun dan pada tahun 2008 kelompok sektor tersier terlihat semakin
memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota Cirebon, kontribusinya
meningkat dari 61,46% pada tahun 2007 menjadi 62,95% pada tahun 2008.

Kelompok sektor tersier ini sangat didukung oleh sektor perdagangan. Hal ini
memang sesuai dengan karakteristik kota yang dipengaruhi oleh letak kota di
persimpangan jalur Jawa Barat dan Jawa Tengah, serta dukungan sarana dan prasarana
kota yang memadai sehingga yang sektor-sektor usaha yang berkembang di Kota
didominasi terutama oleh sektor perdagangan dan jasa.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan


sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto adalah salah satu indikator untuk melihat perkembangan
ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah. Indikator ini menunjukkan naik tidaknya
produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi suatu daerah.

Secara umum, pada tahun 2008 perekonomian Kota Cirebon mengalami


pertumbuhan positif sebesar 5,64%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh
pertumbuhan positif semua sektor kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi yang
tumbuh negatif sebesar -5,13%. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yang pertumbuhannya mencapai 12,89%.
Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa serta sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 11,63% dan 10,40%.
Tenaga Kerja

Peningkatan kesempatan kerja akan mengakibatkan peningkatan kualitas


penduduk, karena aspek ketenagakerjaan memiliki dimensi ekonomi dan sosial bagi
kehidupan manusia. Dalam dimensi ekonomi, kebutuhan manusia akan pekerjaan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara untuk dimensi
sosial, pekerjaan seseorang berkaitan dengan status atau pengakuan masyarakat
terhadap kemampuan individu.

Untuk mengetahui perkembangan ketenagakerjaan dan tingkat


pengangguran di Kota Cirebon maka diukur melalui jumlah angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang bekerja dan
mencari pekerjaan.

Lapangan usaha utama di Kota Cirebon yang menyerap tenaga kerja paling
banyak tahun 2008 adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu 41% dan
yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah Sektor Pertanian (on farm) yaitu
sebanyak 1%.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Cirebon

Realisasi penerimaan Pemerintah Kota Cirebon dari tahun ke tahun terus


meningkat, dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Pada tahun anggaran 2004
penerimaan mencapai 260,1 miliar rupiah, sementara itu pada tahun anggaran 2009
meningkat menjadi 637,2 miliar rupiah.

11. Tata Ruang Wilayah

Kota Cirebon terbagi habis dalam 2 (dua) peruntukan, yaitu ; kawasan /lahan
terbangun dan kawasan/lahan kosong. Kawasan/lahan terbangun pada prinsipnya
terbagi habis untuk jenis penggunaan lahan seperti; perumahan/permukiman,
perkantoran/pemerintahah, perdagangan/jasa, industri, perbengkelan/ pergudangan,
permakaman, ruang terbuka hijau (taman) dan lain-lain (prasarana jalan, drainase).
Sedangkan kawasan/lahan non terbangun pada umumnya masih berupa lahan-lahan
kosong (sawah, ladang, kebun, tanah kosong tanpa pemanfaatan khusus).
Berdasarkan identifikasi penggunaan lahan tahun 2009, luas Kota Cirebon
sekitar 3.913,20 Ha yang terdiri dari penggunaan lahan terbangun seluas 2.240,24 Ha
atau sekitar 57,25 % dan lahan tidak terbangun sekitar 1.750,48 atau sekitar 42,75 %.
Berdasarkan hasil identifikasi dapat diperoleh gambaran bahwa perbandingan lahan
terbangun dengan tidak terbangun hampir berimbang.

Daerah Terbangun di Kota Cirebon didominasi oleh penggunaan lahan


permukiman seluas 1.298,91 Ha atau 33,19 %, selanjutnya perumahan seluas 419,23
Ha atau sekitar 10,71 %, perdagangan dan jasa seluas 123,66 Ha atau 3.16 %,
pendidikan seluas 81,68 Ha atau 2,09 %, perkantoran seluas 49,06 Ha atau sekitar 1,25
%, pelabuhan seluas 77,52 Ha atau 1,98 %, keraton seluas 40,81 Ha atau 1,04 %, selain
itu terdapat penggunaan lahan lainnya seperti rumah sakit, mall, kawasan militer,
bandara, dan lain-lain.

Selain lahan terbangun, di Kota Cirebon lahannya juga termanfaatkan untuk


lahan tidak terbangun dengan luas 1.750,48 Ha atau sekitar 42,75 %. Terbagi menjadi
pemanfaatan kebun seluas 372,35 Ha atau 9,52 %, Kolam seluas 17,40 Ha atau sekitar
0,44 %, mangrove seluas 3,17 Ha atau 0,08 %, sawah seluas 438,97 Ha atau 11,22 %,
semak seluas 178,35 Ha atau 4,56 %, TPU seluas 62,93 Ha atau 1,61 %, dan tanah
kosong seluas 397,79 Ha atau sekitar 10,17 %. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel dan
Peta di bawah.

PENGGUNAAN LAHAN KOTA CIREBON TAHUN 2009


TIDAK
TERBANGUN TERBANGUN
NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) LUAS DALAM %
(HA) (HA)

1 Penggunaan Lain 14.68 0.38 14.68 -

2 Kawasan Bandara 4.64 0.12 4.64 -

3 Kawasan Industri 59.50 1.52 59.50 -

4 Kawasan Kraton 40.66 1.04 40.66 -

5 Fasilitas Kesehatan 10.41 0.27 10.41 -


7 Fasilitas Olah Raga 19.87 0.51 19.87 -

9 Kawasan Pelabuhan 60.00 1.53 60.00 -

10 Fasilitas Pendidikan 66.56 1.70 66.56 -

11 Fasilitas Perdagangan dan Jasa 113.80 2.91 113.80 -

12 Ruang Terbuka Hijau/RTH 826.65 21.12 - 826.65

13 Fasilitas Perkantoran 48.06 1.23 48.06 -

14 Kawasan Permukiman 1282.44 32.77 1282.44 -

15 Kawasan Perumahan 362.06 9.25 362.06 -

16 Kawasan Pertanian (Sawah/Kebun) 826.42 21.12 - 826.42

17 Kawasan Stasiun Kereta Api 1.16 0.03 1.16 -

18 Pemakaman/TPU 62.93 1.61 - 62.93

19 Kolam/Tambak 108.52 2.77 - 108.52

21 Kawasan Terminal 4.85 0.12 - 4.85

Total 3913.20 100.00 2083.84 1829.37

Sumber : Hasil Identifikasi Lapangan, Tahun 2008


PENGGUNAAN LAHAN KOTA CIREBON HASIL SURVEY 2009

Anda mungkin juga menyukai