Hasil Belajar Mandiri Mutiah Fadilah SK A Blok 22 2018

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

Nama : Mutiah Fadilah

NIM : 04011181621070

Kelas : BETA 2016

Kelompok : B3

HASIL BELAJAR MANDIRI TUTORIAL SKENARIO A BLOK 22 TAHUN 2019

I. Learning Issues
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
B. Abortus Inkomplit
II. Analisis Masalah
a. Apa hubungan usia dan riwayat kehamilan dengan keluhan yang dialami Ny.
A?
Menurut Dr.Nyol (2008, health categories, 2009) semakin tua umur
ibu berpengaruh terhadap fungsi ovarium, dimana sel telur yang berkualitas
akan semakin sedikit, yang berakibat abnormalitas kromosom hasil konsepsi
yang selanjutnya akan sulit berkembang.
Resiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan dengan
peningkatan jumlah paritas, usia ibu, jarak persalinan dengan kehamilan
berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20
tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden
terjadinya abortus meningkat jika jarak persalinan dengan kehamilan
berikutnya 3 bulan (Cunningham et al, 2006)

b. Apa saja yang dapat menyebabkan vaginal bleeding (umum)?


Perdarahan pada trimester pertama tidak selalu menandakan masalah. Hal ini
dapat disebabkan oleh:
1. Hubungan seksual
2. Infeksi, biasanya disertai dengan discharge vagina
3. Implantasi pada uterus (kehamilan ektopik)
4. Perubahan hormon, menyebabkan perubahan pada serviks sehingga
menjadi lebih lembut dan rentan terhadap perdarahan. Dapat juga
memicu pertumbuhan polyp servikal, dan dengan ditambah dengan
adanya trauma yang menyertai seperti hubungan seksual atau
pemeriksaan pelvis.
5. Faktor lain yang tidak smembahayakan ibu atau bayi
Beberapa faktor lain penyebab perdarahan vagina pada trimester pertama
termasuk:
1. Miscarriage(keguguran), yaitu proses terhentinya kehamilan sebelum
embrio atau fetus dapat hidup didalam uterus. Hampir semua wanita
yang mengalami miscarry akan mengalami perdarahan sebelumnya.
2. Kehamilan ektopik, dapat menyebabkan perdarahan dan kram. Apabila
perdarahan terjadi di awal kehamilan, kehamilan tidak akan selamat.
3. Kehamilan mola, dimana telur yang dibuahi di uterus tidak akan lahir.
4. Abortus iminens
5. Abortus komplit
Penyebab perdarahan pada kehamilan lebih lanjut
1. Placenta previa
2. Placental abruption
3. Perdarahan uterin
4. Gangguan perdarahan kongenital
c. Apa indikasi dan kontraindikasi abdominal massage pada kasus?
d. Apa komplikasi dari abdominal massage pada kasus?
e. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada ibu hamil? Dan apa dampak jika kebutuhan
nutrisi tidak tercukupi?
 PENAMBAHAN KEBUTUHAN ZAT GIZI SELAMA HAMIL
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan
usia kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan
janin. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama
hamil:

 JUMLAH ATAU PORSI DALAM 1 KALI MAKAN


Merupakan suatu ukuran atau takaran makan yang dimakan tiap kali
makan

 FREKUENSI MAKAN DALAM SEHARI


FREKUENSI MAKAN merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makanan utama atau pun selingan, sebanyak 3 kali
makan utama dan 2 kali makan selingan atau porsi kecil namun sering
dan harus sesuai porsi dibawah ini:

 VIDEO PORSI DAN FREKUENSI MAKAN DALAM SEHARI


 JENIS MAKANAN YANG TERSUSUN DALAM 1 HIDANGAN MAKAN
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman
jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang
dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi, semakin mudah
tubuh memperoleh berbagai zat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Selain menerapkan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu
memperhatikan keamanan pangan yang berarti makanan atau minuman itu
harus bebas dari cemaran yang membahayakan kehatan.
Cara menerapkan yaitu dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap
hari yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan
dan minuman. Mengkonsumsi lebih dari 1 jenis untuk setiap kelompok
makanan setiap kali makan akan lebih baik.
1.Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat yaitu padi-padian atau
serealia seperti beras, jagung, dan gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi,
singkong, dan talas; serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, mi, roti,
makaroni, havermout, dan bihun.

2. Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam, telur,
susu, dan keju; serta sumber protein nabati sepeerti kacang-kacangan berupa
kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo;
serta hasil oalahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom.

3. Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran diutamakan


berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk,
kangkung, wortel, dan tomat; serta sayur kacang-kacangan, seperti kacang
panjang, buncis, dan kecipir. Buah-buahan diutamakan yang berwarna kuning
jingga, kaya serat dan yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nanas,
nangka, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.

 ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN SELAMA HAMIL


Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengadung
zat gizi tertentu sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin maupun untuk
keperluan perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan zat
gizi yang diperlukan ibu hamil:
 BAHAN MAKANAN YANG DIHINDARI DAN DIBATASI OLEH IBU
HAMIL
1) Menghindari makanan yang diawetkan karena biasanya mengandung
bahan tambahan makanan yang kurang aman
2) Menghindari daging/telur/ikan yang dimasak kurang matang karena
mengandung kuman yang berbahaya untuk janin
3) Membatasi kopi dan coklat, didalamnya terdapat kandungan kafein yang
dapat meningkatkan tekanan darah
4) Membatasi makanan yang mengandung energi tinggi seperti yang
banyak mengandung gula, lemak misalnya: keripik, cake
5) Membatasi makanan yang mengandung gas, contoh: nangka (matang
dan mentah), kol,ubi jalar, karena dapat menyebabkan keluhan nyeri ulu hati
pada ibu hamil
6) Membatasi konsumsi minuman ringan (soft drink), karena mengandung
energi tinggi, yang berakibat pada berat badan ibu hamil meningkat berlebihan
dan bayi lahir besar
CONTOH MENU SEHARI
Dalam sehari ibu hamil konsumsi minyak sebanyak 3 sendok makan (hanya
penyerapan saja) atau setara dengan 30 gram minyak. Di bawah ini
merupakan contoh menu dengan ±3 sendok makan minyak per hari)
Sarapan
 1 piring nasi atau penggantinya (1 gelas)
 1 butir telur ceplok
 1 mangkuk sayuran (daun singkong, katuk atau lainnya)
 1 gelas susu
 1 potong buah pepaya
Selingan
 1 potong kue tradisional
 1 gelas jus buah
Makan Siang
 1-2 piring nasi atau penggantinya (1-2 gelas)
 2 potong sedang tempe atau tahu
 1 potong ikan goreng
 1 mangkuk sayuran
 1 buah jeruk
Selingan
 1 mangkuk bubur kacang hijau
 1 gelas jus buah
 1 gelas teh manis
Makan malam
 1-2 piring nasi atau penggantinya (1-2 gelas)
 2 potong sedang tempe atau tuhu
 1 potong semur daging
 1 mangkuk sayuran
 1 buah apel

Ibu hamil dengan gizi buruk juga akan mempengaruhi kesehatan dirinya sendiri. Gizi yang
tidak cukup selama kehamilan akan menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti
anemia, merasa lelah dan lesuh, produktivitas rendah, dan menurunnya sistem kekebalan
tubuh sehingga mudah terserang infeksi. Kekurangan gizi pada ibu hamil tidak hanya terjadi
jika kurangnya nutrisi makronutrien. Namun, ini juga akan berdampak buruk jika ibu hamil
kekurangan nutrisi mikronutrien. Gangguan kesehatan yang mungkin terjadi meliputi:

 Defisiensi zinc dan magnesium dapat menyebabkan preeklampsia dan kelahiran


prematur.

 Kurangnya zat besi dan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia.

 Asupan vitamin B12 yang tidak memadai juga dapat menyebabkan masalah pada
sistem saraf.

 Kekurangan vitamin K bisa menyebabkan perdarahan yang berlebihan saat


melahirkan.

 Asupan yodium yang tidak memadai selama kehamilan dapat menyebabkan


keguguran dan bayi lahir mati.

Pengaruh ibu hamil kurang gizi terhadap janin


Kurang nutrisi pada ibu hamil dikaitkan dengan berbagai dampak buruk pada janin yang
sedang berkembang, termasuk lambatnya pertumbuhan janin dan berat lahir rendah.
Kekurangan gizi selama kehamilan akan meningkatkan risiko:

 Stillbirth (bayi lahir mati)

 Lahir prematur

 Kematian perinatal (kematian bayi tujuh hari setelah lahir). Bayi yang memiliki berat
kurang dari 2,5 kilogram (kg) kemungkinan 5 hingga 30 kali lebih besar untuk
meninggal dalam tujuh hari pertama kehidupan dibandingkan dengan bayi dengan
berat normal (≥2,5kg). Bayi yang memiliki berat badan kurang dari 1,5 kg memiliki
peningkatan risiko kematian 70 hingga 100 kali dalam tujuh hari sejak lahir.

 Gangguan sistem saraf, pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.

 Cacat lahir

 Kurang berkembangnya beberapa organ

 Kerusakan otak

f. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium pada kasus?


Terjadi penurunan Hb secara fisiologis, ada beberapa literatur yang
menyatakan normal bagi ibu hamil trimester 2

g. Apa definisi dari diagnosis kerja pada kasus? Abortus inkomplit adalah
pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram dan masih ada sisa yang tertinggal di
dalam uterus (Cunningham, et al., 2014). Pada abortus inkomplit ini
didapatkan kanalis servikalis yang membuka (Cunningham, et al., 2014).
h. Bagaimana faktor resiko pada kasus?

Janin (fetal) Kelainan genetik (kromosom)


Ibu (maternal)  Infeksi
 Kelainan hormonal : hipotiroidisme, diabetes melitus,
insufisiensi progesteron
 Malnutrisi
 Penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol
 Faktor immunologis
 Defek anatomis : uterus didelfis, inkompetensia
serviks (penipisan dan pembukaan
Serviks sebelum waktu inpartu, umumnya pada
trimester kedua) dan sinekhia euteri
Karena sindroma sherman
 Kelainan fungsi koagulasi darah

Ayah (paternal) Kelainan sperma

i. Bagaimana tatalaksana pada kasus?

 Penatalaksanaan Umum
Pada keadaan abortus kondisi ibu bisa memburuk dan menyebabkan
komplikasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah penilaian cepat
terhadap tanda vital (nada, tekanan darah, pernasapan dan suhu).
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan antibiotika dengan kombinasi:
1. Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
2. Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
3. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
4. Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan Sekunder / RS

 Penatalaksanaan Khusus
1. Abortus Imminens
a) Pertahankan kehamilan
b) Tidak perlu pengobatan khusus
c) Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual
d) Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi
e) Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG,
nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
f) Tablet penambah darah
g) Vitamin ibu hamil diteruskan

2. Abortus Insipiens
a) Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan
rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan
informasi mengenai kontrasepsi paska keguguran.
b) Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus
c) Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
d) Jika usia kehamilan > 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi
hasil konsepsi dari dalam uterus. Bila perlu berikan infus
oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan
40 tetes per menit
e) Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2
jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
f) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
g) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan
umum baik, ibu diperbolehkan pulang

3. Abortus Inkomplit
a) Lakukan konseling
b) Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
c) Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan,
pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan
NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah.
d) Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu,
gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks

e) Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan


evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat dilakuka
segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu) -> Ergometrin untuk meransang kontraksi
uterus

f) Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU


dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per
menit
g) Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2
jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
h) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
i) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan
umum baik, ibu diperbolehkan pulang
4. Abortus Komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita
anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan dianjurkan supaya
makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.

 Rencana Tindak Lanjut


- Melakukan konseling untuk memberi dukungan emosional
- Penggunaan alat kontrasepsi dalam kehamilan paska keguguran
- Followup dilakukan setelah dua minggu
Kriteria rujukan: Abortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang
banyak, nyeri perut, ada pembukaan serviks, demam, darah cairan berbau dan
kotor
j. Bagaimana SKDI pada kasus?
 Aborsi mengancam 3B
 Aborsi spontan inkomplit 3B
 Aborsi spontan komplit 4A
3B: Gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi


pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

A. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

1. Genetalia Eksterna (vulva)

Yang terdiri dari:

a. Tundun (Mons veneris)

Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai
ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas
simfisis pubis

b. Labia Mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di
bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa
rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora
pada wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan
nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.

c. Labia Minora

Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa rambut.
Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna
kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan
bersatu membentuk fourchette
d. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif.
Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan
panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.

e. Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6
buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar
Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga
menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen

f. Himen (selaput dara)

Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar
dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk
seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung
jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi
robekan, biasanya pada bagian posterior

g. Perineum (kerampang)

Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot
muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari
sphincter ani

2. Genetalia Interna
a. Vagina

Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.


Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator
ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak
(ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH
4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus

Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan
rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian
bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina
yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).

Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.


1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3
cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat
menahan beban hingga 5 liter

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

a) Peritonium

Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang
diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen.

b) Lapisan otot

Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan
dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin
berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan
osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim
dan meregang saat persalinan.

c) Endometrium

Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar endometrium.
Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat
membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:

1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat
hamil dan persalinan.

d. Tuba Fallopii

Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara 3


sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan
saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya
konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

e. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba
uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum.
Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel primordial
ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada
wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya
terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum yang
disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi,
sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
B. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

1. Hormon Reproduksi pada wanita

a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel
ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel
ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH

C. Siklus Menstruasi

Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan akan
mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1.Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan adanya
pendarahanselama 4hari.
2.Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium
secara bertahap selama 4hr
3.Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar tumbuhnya
lebih cepat.
4.Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan glikogen
guna mempersiapkan endometrium.

D. Hormon-Hormon Reproduksi

1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.

2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.

3. Gonadotropin Releasing Hormone


GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH
akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat
rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang
matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu
perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya
ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus,
waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000
mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada
masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada
darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli
Mainini, tes Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan
sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin
juga

ABORTUS INKOMPLIT

a. Defenisi

Abortus didefinisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 500gr atau umur kehamilan kurang dari 20
minggu.

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kondisi servikalis. Menurut Sarwono, abortus
inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.

b. Epidemiologi

Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, tetapi disebutkan sekitar 60 % dari
wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit.
Insiden abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan,
disumber lain disebutkan sebesar 15-20%. Namun, kalau dikaji lebih jauh, kejadian abortus
sebenarnya bisa mencapai 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy
loss yang tidak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Lebih dari 80% abortus
terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun secara
cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan sekurang-
kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30%
pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di samping dengan
semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis
bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada
wanita yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia paternal yang sama, kenaikannya adalah
dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus meningkat apabila wanita yang bersangkutan hamil
dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm.

c. Etiologi

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus pada kehamilan :

a. Faktor janin

Abortus spontan dini sering memperlihatkan kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin,
dan kadang plasenta. Diketahui bahwa, abortus dapat terjadi pada mudigah yang mengalami
degenerasi atau tidak mengandung mudigah (blighted ovum). Pada 50-60%, kelainan
kromosom adalah peyebabn utama mudigah atau janin dini mengalami abortus spontan.
Kelainan kromosom jarang dijumpai seiring dengan kemajuan kehamilan dan ditemukan
pada sekitar sepertiga kematian trimester kedua, tetapi hanya 5% dari lahir mati trimester
ketiga.

Tabel 1. Gambaran Kromosom pada Sejumlah Abortus

Insiden dalam Persen


Pemeriksaan kromosom
Kajii, dkk. (1980) Eiben, dkk (1990) Simpson (1980)

Normal (euploidi)

46,XY dan 46,XX 46 51 54

Abnormal (aneuploidi)

Trisomi autosom 31 31 22

Monosomi (45,X) 10 5 9

Triploidi 7 6 8

Tetraploidi 2 4 3
Anomali struktur 2 2 2
Trisomi ganda atau tripel 2 0.9 0.7

Sumber : Williams Obstetric 23rd Edition, 2010

Janin dengan kromosom normal cenderung mengalami abortus lebih belakangan daripada
janin yang mengalami aneuploidi. Sebagai contoh, 75% abortus aneuploidi terjadi sebelum 8
minggu usia kehamilan, sementara abortus euploidi memuncak pada sekitar 13 minggu.
Abortus euploidi meningkat drastis pada usia ibu > 35 tahun.

b. Faktor Ibu
1. Infeksi

Beberapa teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus,
diantaranya sebgaai berikut :

- Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak


langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

- Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin
sulit bertahan hidup.

- Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut


kematian janin.

- Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi.

- Adanya infeksi virus sebelum kehamilan, dapat menyebabkan perubahan


genetik dan anatomik embrio.

2. Kelainan endokrin

Defisiensi iodium berat dapat berkaitan dengna keguguran. Defisiensi hormon tiroid sering
terjadi pada wanita dan berhubungan dengan penyakit autoimun. Efek hipotiroidisme pada
abortus dini belum diteliti secara mendalam. Autoantibodi tiroid pernah dilaporkan berkaitan
dengan peningkatan insiden keguguran.

Progesteron mempunyai peran penting dalam mempengaruhi reseptivitas endometrium


terhahadap implantasi embrio. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Allan dan Corner
(1929) tentang proses fisiologi korpus luteum menemukan bahwa kadar progesteron yang
rendah berhubungan dengan risiko abortus.

3. Nutrisi

Dalam sebuah penelitian oleh Maconoshie dkk (2007), mendapatkan adanya penurunan risiko
abortus pada wanita yang mengonsumsi buah dan sayuran segar setiap hari.

Defisiensi salah satu nutrien dalam makanan atau defisiensi moderat semua nutrien
tampaknya bukan merupakan penyebab penting abortus. Bahkan, pada hiperemesis
gravidarum yang ekstrim dan disertau penurunan berat badan yang signifikan, jarang diikuti
oleh keguguran.

4. Penyebab anatomis

Defek anatomis diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti abortus berulang,
prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 – 1/600
perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27%
pasien. Penyebab abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40-80%),
kemudian uterus bikornis atau didelfis atau unikornis (10-30%). Leiomioma uterus yang
besar dan multipel dapat menyebabkan keguguran.

Gambar1.Septum Uterus dan Uterus Didelfis

Sumber : Williams Obstetric 23rd Edition, 2010

c. Faktor Lingkungan dan Pemakaian Obat

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan
umumnya berakhir dengna abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan
tembakau. Rokok diketahui mempunyai zat yang disebut dengna nikotin yang mempunyai
efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida menurunkan
pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Gangguan sirkulasi fetoplasenta
dapat mengakibatkan tergangguna pertumbuhan janin sehingga terjadinya abortus.

Wanita yang mengonsumsi paling sedikit 500 mg kafein setiap hari atau setara dengan 5
gelas perhari mengalami peningkatan dua kali lipat risiko keguguran.

d. Faktor risiko

Janin (fetal) Kelainan genetik (kromosom)

Ibu (maternal)  Infeksi

 Kelainan hormonal : hipotiroidisme, diabetes


melitus, insufisiensi progesteron

 Malnutrisi

 Penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi


alkohol

 Faktor immunologis

 Defek anatomis : uterus didelfis, inkompetensia


serviks (penipisan dan pembukaan

Serviks sebelum waktu inpartu, umumnya pada trimester


kedua) dan sinekhia euteri

Karena sindroma sherman

 Kelainan fungsi koagulasi darah

Ayah (paternal) Kelainan sperma

e. Klasifikasi

Table 2. klasifikasi abortus (KEMENKES)

f. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis Diagnosis pada abortus menurut Mansjoer (2008 : 261) dapat ditegakkan
sebagi berikut :

1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.

3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

4. Rasa mulas atau kram perut di daerah atas sympisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi,


tercium/tidak bau busuk dari vulva.

b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium

c. Pemeriksaan dalam : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

g. Patogenesis

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), kebanyakan abortus spontan terjadi segera
setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis,
lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel
peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya
atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini
menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda
asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan,
kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan. Oleh karena
itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil
konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10
vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah
terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan
cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering
sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi
didasarkan 4 cara:

i. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan


sisa desidua.

ii. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua.

iii. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke
luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang
dikeluarkan).
iv. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Kuretasi
diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi
lebih lanjut.

h. Patofisiologi

Aborsi spontan adalah proses yang dapat dibagi menjadi 4 stage, yaitu iminens, insipiens,
inkomplit, dan komplit. Keempat stage tersebut terjadi secara berurutan. Kombinasi dari
stress oksidatif, suasana hipoksia, dan defek pada plasentasi dapat memicu peningkatan
konsetrasi serum ischemia-modified albumin (IMA), yang dapat menjadi patofisiologi pada
abortus.

Abortus Iminens (Threatened abortion)

Terdiri dari pendarahan pervagina apapun yang terjadi pada awal kehamilan tanpa dilatasi
servikal atau perubahan konsistensi serviks. Biasanya tidak diikuti dengan nyeri abdomen
walau kram ringan dapat terjadi. Kurang dari 3/2 berlannjut menjadi abortus komplit.

Pada pemeriksaan, darah atau cairan kecoklatan mungkin keluar dari,vagina. Serviks tidak
lunak, dan os serviks tertutup. Tidak ada jaringan janin atau membran yang telah lewat. USG
menunjukkan kehamilan intrauterine yang terus berlanjut. Jika ultrasound tidak dilakukan
sebelumnya, diperlukan saat ini untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik, yang
dapat menunjukkan tanda yang sama. Jika rongga rahim kosong pada ultrasound, periksa
tingkat human chorionic gonadotropin (hCG) untuk menentukan apakah zona diskriminatif
telah dilewati atau belum, untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.

Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

Adalah abortus yang menujukkan perdarahn pervagina dan dilatasi serviks. Perdarahan
terjadi lebih hebat dari iminens, dan intensitas kram meningkat. Belum ada jaringan yang
lewat. Pada USG, hasil konsepsi terletak di segmen inferior uterus atau di canalis servikalis.

Abortus Inkomplit

Adalah abortus dengan perdarahan pervagina, dilatasi kanalis servikalis, dan keluarnya
jaringan hasil konsepsi. Biasanya kram semakin intens dan perdarahn menjadi berat. Pasien
kemungkinan akan menyampaikan keluhan keluarnya jaringan, atau pemeriksa menemukan
jaringan di vagina atau bagian yang lebih superior. USG menujukkan masih ada sisa jaringan
di uterus.

Abortus Komplit

Adalah abortus dengan perdarahan pervagina, nyeri abdomen, dan adanya jaringan yang
keluar. Setelah jaringan keluar, pasien akan merasa nyeri dan perdarahan akan menurun
intensitasnya. Hasil pemeriksaan fisik akan menunjukkan adanya darah pada liang vagina,
servikal yang tertutup, dan tidak ada perlunakan pada serviks, uterus, adneksa,atau abdomen.
USG menunjukkan uterus yang kosong.

i. Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortusmenurut Sujiyati, dkk (2009 : 30) ialah :

1) Pendarahan

Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah.

2) Perforasi
Perforasi uterus pada saat curretagedapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang biasa menimbulkan
persoalan gawat karena perlakuan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus.

3) Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya
didapatkan pada abortus inkompletyang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman

(Unsafe Abortion)

4) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).

j. Tatalaksana

 Penatalaksanaan Umum
Pada keadaan abortus kondisi ibu bisa memburuk dan menyebabkan komplikasi. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah penilaian cepat terhadap tanda vital (nada, tekanan darah,
pernasapan dan suhu).

Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
antibiotika dengan kombinasi:

1. Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam

2. Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam

3. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam

4. Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan Sekunder / RS

 Penatalaksanaan Khusus

5. Abortus Imminens

h) Pertahankan kehamilan

i) Tidak perlu pengobatan khusus

j) Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual

k) Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan


antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi

l) Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.

m) Tablet penambah darah

n) Vitamin ibu hamil diteruskan

6. Abortus Insipiens

h) Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi paska
keguguran.

i) Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus

j) Jika evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat
diulang 15 menit kemudian bila perlu)
k) Jika usia kehamilan > 16 minggu:

Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam
uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tetes per menit

l) Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik
dapat dipindahkan ke ruang rawat.

m) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan


patologi ke laboratorium

n) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar
Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang

7. Abortus Inkomplit

j) Lakukan konseling

k) Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)

l) Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan, pasang IV line
(bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan
ringer laktat disusul dengan darah.

m) Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu, gunakan jari
atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari
serviks

n) Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode yang dianjurkan.
Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika
evakuasi tidak dapat dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat
diulang 15 menit kemudian bila perlu) -> Ergometrin untuk meransang
kontraksi uterus
o) Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L
NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit

p) Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila


kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.

q) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk


pemeriksaan patologi ke laboratorium

r) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,


dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb setelah 24 jam.
Bila kadar Hb > 8gr/dl dan keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang

8. Abortus Komplit

Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberikan
sulfas ferosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan
mineral.

 Rencana Tindak Lanjut

- Melakukan konseling untuk memberi dukungan emosional

- Penggunaan alat kontrasepsi dalam kehamilan paska keguguran

- Followup dilakukan setelah dua minggu

- Kriteria rujukan: Abortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang banyak,


nyeri perut, ada pembukaan serviks, demam, darah cairan berbau dan kotor

k. Pencegahan edukasi

 Pencegahan
1. Pemeriksaan rutin antenatal

2. Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).

3. Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan mencegah infeksi
yang bisa mengganggu proses implantasi janin.

4. Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat


sirkulasi uteroplasenta.

5. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah.

 Edukasi

1. Jangan berhubungan badan dua sampai empat minggu setelah aborsi

2. Pasien dapat hamil segera setelah dua minggu kehamilan

3. Siklus menstruasi akan kembali normal dan ovulasi dua minggu paska
aborsi

4. Menganjurkan penggunaan Alat Kontrasepsi dalam Kehamilan paska


keguguran:

- Efektif dalam membantu wanita menghindari kehamilan selanjutnya


yang tidak diinginkan dan kemungkinan terjadinya aborsi lagi

- Kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari setelah keguguran karena


kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari paska keguguran

- Untuk mencegah kehamilan, AKDR umumnya dapat dipasang secara


aman setelah aborsi spontan atau diinduksi.

- Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran antara lain infeksi


pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.

- Teknik pemasangan AKDR masa interval digunakan untuk abortus


trimester pertama.

- Jika abortus terjadi di atas usia kehamilan 16 minggu, pemasangan


AKDR harus dilakukan oleh tenaga yang mendapat pelatihan khusus.

l. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah (Hemoglobin,
Hematokrit, Trombosit, dan Golongan Darah) (Tiar, 2011 dan
Manuaba, 2010).

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) tampak kantung kehamilan dalam


keaadaan tidak utuh atau sisa jaringan hasil konsepsi didalam rahim
(Saifuddin, 2009).

3. Pemeriksaan Tes Kehamilan (BHCG): Biasanya masih positif sampai


7-10 hari setelah abortus

m. Prognosis

Prognosis dari keberhasilan kehamilan tergantung dari etimiologi abortus spontan. Pada
Abortus incompletusyang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis
yang baik terhadap ibu.

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontansebelumnya


(Manuaba, 1998).

1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.

2. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan


keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.

3. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin


pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
spontan yang tidak jelas

n. SDKI

 Aborsi mengancam 3B

 Aborsi spontan inkomplit 3B

 Aborsi spontan komplit 4A

3B: Gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
Daftar Pustaka

Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom
KD, editors. William Obsetrics. 24th ed. USA : The McGraw-Hills Companies, Inc ; 2015 :
p. 231-247.

Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus Abortion. AAFP
Home Page>New & Publications>Joumals>American Family Physician. October
012005;72;1.

Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2010.

Anda mungkin juga menyukai