Bab5 6
Bab5 6
Bab5 6
BAB 5
Motor Arus Bolak Balik (AC)
Jenis-Jenis Motor AC/Arus Bolak-Balik
ns = 120 f / P
D3 Teknik Mesin 76
Mesin-mesin Listrik 2016
Winding
terminal
cover
End belt
bearing
End belt
Electro
magnetic Electro
stator magnetic
rotor
D3 Teknik Mesin 77
Mesin-mesin Listrik 2016
menghasilkan medan putar dan pada rotor sangkar terjadi induksi dan interaksi torsi
yang menghasilkan putaran. Sedangkan pada motor satu phasa memiliki dua lilitan
stator, yaitu lilitan phasa utama (lilitan U1-U2) dan lilitan phasa bantu (lilitan Z1-Z2),
lihat gambar 3. Disebut motor satu phasa karena untuk mendapatkan daya mekanik
hanya diperlukan sumber satu phasa. Pada dasarnya motor satu phasa mempunyai
prinsip kerja motor dua phasa. Hal tersebut disebabkan karena lilitan stator yang ada
didalam inti mempunyai dua lilitan yaitu Lilitan Utama dan Lilitan Bantu. Lilitan bantu
pada motor induksi satu phasa berfungsi untuk mendapatkan torsi awal yang lebih
besar.
arah berlawanan jarum jam. Kejadian ini berlangsung terus sampai satu siklus
sinusoidal, sehingga menghasilkan medan magnet yang berputar pada lilitan statornya.
Rotor motor satu phasa sama dengan rotor motor tiga phasa yaitu berbentuk
batang-batang kawat yang ujung-ujungnya dihubungsingkatkan dan menyerupai
bentuk sangkar tupai, maka sering disebut rotor sangkar.
Lilitan rotor yang dipotong oleh medan putar stator, menghasilkan tegangan
induksi, interaksi antara medan putar stator dan medan magnet rotor akan
menghasilkan torsi putar pada rotor.
Dari kedua flux yang ada pada lilitan stator dan rotor tersebut, maka terjadilah
suatu medan magnet putar pada celah udara. Dengan adanya medan magnet putar ini
maka seperti halnya pada motor induksi tiga phasa, maka motor satu phasa ini akan
menghasilkan momen putar (torsi) sehingga motor dapat berputar. Jumlah putaran
motor senantiasa lebih rendah dari pada jumlah putaran medan magnet stator. Selisih
putaran tersebut dinamakan slip ( s ) Besarnya slip dapat dinyatakan:
Biasanya motor induksi satu phasa, lilitan bantu dilengkapi dengan saklar sentrifugal
yaitu suatu saklar yang dapat memutuskan rangkaian secara otomatis. Jika putaran
motor sudah mendekati serempak/sinkron, saklar tersebut akan terbuka sehingga
lilitan bantu sudah tidak berfungsi lagi.
D3 Teknik Mesin 79
Mesin-mesin Listrik 2016
2 Motor Kapasitor
3 Motor Universal
Dari jenis motor tersebut dapat digambar diagramnya sebagai berikut:
mengakibatkan medan magnet pada daerah shaded pole mengalami perbedaan sudut
fase dengan kutub utama (unshaded pole). Kemudian medan putar akan timbul dan
mempunyai arah dari kutub utama ke kutub bayangannya.
Irisan penampang motor shaded pole memperlihatkan dua bagian, yaitu bagian
stator dengan lilitan stator dan dua kawat shaded pole. Bagian rotor sangkar
ditempatkan di tengah-tengah stator, lihat gambar 7.
Torsi putar dihasilkan oleh adanya pembelahan phasa oleh kawat shaded pole.
Konstruksi yang sederhana, daya yang kecil, handal, mudah dioperasikan, bebas
perawatan dan cukup di suplai dengan Tegangan AC 220 V, jenis motor shaded pole
banyak digunakan untuk peralatan rumah tangga kecil.
D3 Teknik Mesin 81
Mesin-mesin Listrik 2016
a. Saat kumparan stator mendapat arus sumber maka pada kumparan dibangkitkan
medan/fluks elektromagnetik (s) yang mengalir di dalam inti.
b. s juga mengalir pada inti yang memotong cincin tembaga yang membangkitkan
tegangan induksi, arus, dan medan elektromagnetik cincin (c)
c. Dengan demikian terjadi perpindahan s ‐‐‐‐> c, c‐‐‐‐‐> s dan seterusnya. Hal ini
identik dengan terbentuknya medan putar.
d. Arah gerakan s selalu pada posisi shading coil sekaligus juga arah putaran rotor.
Perputaran medan magnet digambarkan sebagai berikut:
5.2.2.2.Motor Kapasitor
D3 Teknik Mesin 82
Mesin-mesin Listrik 2016
Pengaturan arah putaran motor kapasitor dapat dilakukan dengan (lihat gambar 6):
D3 Teknik Mesin 83
Mesin-mesin Listrik 2016
Running
Capasitor
Starting
Capasitor
D3 Teknik Mesin 84
Mesin-mesin Listrik 2016
sehingga hanya kondensator kerja CB saja yang tetap bekerja. Jika kedua
kondensator rusak maka torsi motor akan menurun drastis,
D3 Teknik Mesin 85
Mesin-mesin Listrik 2016
D3 Teknik Mesin 86
Mesin-mesin Listrik 2016
Stator motor universal dapat berupa sepatu kutub (salient pole) maupun stator
silinder (non salient). Motor universal dengan stator sepatu kutub umumnya
beroperasi untuk daya 250 Watt (1/4 HP) ke bawah. Sedangkan stator non salient
dioperasikan untuk daya di atas 250 Watt.
Kecepatan beban nol motor ini sangat tinggi, tetapi pada saat beban dipasang
kecepatan motor berkurang dan akan terus berkurang jika bebannya bertambah lagi.
Pengaturan kecepatan motor universal dapat dilakukan dengan cara memasang
tahanan depan (rheostat resistance) dihubungkan seri dengan motor listrik. Tahanan
depan yang di atur bervariasi pada motor listrik akan memberikan tegangan masuk
bervariasi pada motor, sehingga fungsi tegangan terhadap kecepatan sesuai dengan
formula dasar dari motor listrik. Pengaturan kecepatan kedua adalah dengan
kumparan medan dibuat dalam beberapa tingkat (step) untuk memberikan variasi
impedansi lilitan medan, sehingga fluksi medan terhadap kecepatan sesuai dengan
rumus dasar motor listrik.
Karakteristik dari motor universal salah satunya dapat dilihat di sisi kecepatan-torsinya.
Mempunyai kapabilitas berkecepatan tinggi, motor universal memberikan rating
horsepower yang lebih kecil daripada macam – macam motor AC lainnya yang
beroperasi pada frekuensi yang sama. Torsi awal dari motor-motor AC relatif tinggi.
Karakteristik ini membuat motor universal ideal untuk alat/perlengkapan seperti hand
drills, gerinda, mixers, vaccum cleaners, dll yang membutuhkan operasi motor yang
kompak berkecepatan lebih dari 3000/3600 rev/minutes.
Dengan pengaturan tap-tap lilitan medan (impedansi medan) maka kecepatan
motor dapat diatur. Torsi start motor universal cukup besar dan kecepatannya
bervariasi menurut beban. Di bawah diperlihatkan gambar rangkaian motor universal
dengan variasi kecepatan.
.
Bentuk stator dari motor universal terdiri dari dua kutub stator. Lilitan rotor
memiliki dua belas alur lilitan dan dilengkapi komutator dan sikat arang yang
menghubungkan secara seri antara lilitan stator dengan lilitan rotornya. Motor universal
memiliki kecepatan tinggi sekitar 3000 rpm.
D3 Teknik Mesin 87
Mesin-mesin Listrik 2016
D3 Teknik Mesin 88
Mesin-mesin Listrik 2016
Jumlah putaran medan statornya (motor asinkron) dapat dihitung dengan rumus :
60 f
n
P
n = Jumlah putaran/menit
f = Frekuensi
p = Jumlah pasang kutub
Dengan ilustrasi gambar diatas dapat dilihat bahwa setiap perubahan gelombang
(Sinusoida) menyebabkan berputarnya arah medan magnet .
D3 Teknik Mesin 89
Mesin-mesin Listrik 2016
D3 Teknik Mesin 90
Mesin-mesin Listrik 2016
Momen putar bisa dilihat pada karakteristik seperti grafik di bawah ini.
Saat start : frekuensi rotor besar, Setelah berputar menjadi kecil, berdasarkan rumus,
besarnya, X L = 2 π . f . L, harga X L akan berubah sesuai perubahan frekuensi,
karena perubahan putaran.
D3 Teknik Mesin 93
Mesin-mesin Listrik 2016
D3 Teknik Mesin 94
Mesin-mesin Listrik 2016
Rangkaian kendalinya disuplai dari tegangan 220 Volt. Pada saat tombol start S2 ditekan
arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – K1. Kontaktor megnetik 1 (K1) bekerja, kontak
bantu K1 (NO) menutup dan motor terhubung pada saluran. Untuk selanjutnya, arus
akan mengalir melalui F2–S1–Kontak bantu K1–K2.
Pada pengasutan ini selama periode start lilitan motor akan berada dalam hubungan
bintang dan setelah selang waktu tertentu akan berpindah ke hubungan lilitan delta.
Dengan cara ini kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga kali saja
dibandingkan bila motor langsung terhubung delta. Gambar berikut memperlihatkan
rangkaian daya dan rangkaian kendali pengasutan star – delta.
D3 Teknik Mesin 95
Mesin-mesin Listrik 2016
Dengan pengasutan cara ini, kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga kali saja
dibandingkan bila lilitan motor langsung terhubung delta. Hal ini dapat dibuktikan
sebagai berikut:
D3 Teknik Mesin 96
Mesin-mesin Listrik 2016
D3 Teknik Mesin 98
Mesin-mesin Listrik 2016
DAFTAR PUSTAKA
Soebagio, Prof, Dr, Ir: ”Teori Umum Mesin Elektrik, Srikandi”, Surabaya, 2008
Suryatmo, F: ”Dasar-dasar Teknik Listrik” Cetakan 5, Bina Adiaksara, Jakarta
2014
Crouse, William H. : “Autimotive Mechanics “10th edition, McGraw Hill
International, New York, 1993
Dasar-Dasar Sepeda Motor. Indonesia: Yamaha Motor
CO.LTD
D3 Teknik Mesin 99
Mesin-mesin Listrik 2016
Lampiran 1:
Reaktansi
Nilai kapasitansi dan induktansi mempengaruhi sifat dari komponen tersebut, namun
efek reaktansi tidak terlihat ketika komponen tersebut dialiri arus searah, efek reaktansi
hanya akan terlihat jika ada perubahan arus atau tegangan. Jadi, nilai reaktansi
berubah-ubah sebanding dengan perubahan arus, dan jika frekuensi perubahan
arusnya teratur, seperti dalam arus bolak-balik, maka nilai reaktansi menjadi konstan.
Jika rangkaian listrik dianalisis menggunakan Kalkulus vektor nilai tahanan adalah
bagian riil dari nilai impedansi, sedang nilai reaktansi merupakan imajinernya.
Keduannya sama-sama memiliki satuan internasional Ohm.
Resistor ideal tidak memiliki reaktansi (bernilai 0), sedang induktor dan kapasitor ideal
tidak memiliki resistansi (tahanan bernilai 0).
Dalam diagram fasor, reaktansi digunakan untuk menghitung amplitudo dan perubahan
phasa sinusoidal dari arus bolak-balik yang mengalir dalam komponen. Dilambangkan
dengan simbol .
dimana
Reaktansi kapasitif
Kapasitor terdiri dari dua buah konduktor yang dipisahkan oleh bahan isolator, yang
disebut sebagai dielektrik.
Pada frekuensi rendah kapasitor tidak mengalirkan arus listrik. Jika kapasitor diberi
tegangan arus searah salah satu konduktornya (yang terhubung dengan potensial
positif) akan berangsur-angsur bermuatan positif sedang konduktor yang lain (pada titik
potensial negatif) akan berangsur-angsur bermuatan negatif. Ketika muatan positif dan
negatif ini telah seimbang (yaitu magnitudo muatannya sama) maka arus listrik akan
berhenti mengalir.
Namun jika kapasitor dialiri tegangan AC, muatan yang terkumpul di antara
konduktornya tidak akan pernah mencapai keseimbangan (belum sampai terisi penuh
muatannya harus dilepaskan kembali) sehingga arus akan tetap mengalir. Semakin
tinggi frekuensinya makin sedikit muatan yang terisi dalam kapasitor sehingga makin
kecil pula hambatan terhadap arus yang mengalir.
Reaktansi induktif
Sebuah induktor terdiri dari sebuah kumparan. Hukum faraday tentang induksi
elektromagnetik menyatakan bahwa induksi elektromagnetik menimbulkan Gaya Gerak
Listrik (GGL) dengan arah yang berlawanan. Hal ini disebabkan oleh perubahan fluks
magnetik yang lewat melalui jalur arus listrik.
GGL ini bersifat seperti menahan laju arus listrik. Sehingga arus DC yang memiliki
potensi listrik konstan dan tidak membuat arus listrik berubah-ubah, membuat induktor
nampak seperti konduktor biasa, arus akan mengalir tanpa hambatan (secara ideal).
Namun arus AC yang berubah-ubah potensinya (sehingga arus yang mengalirpun
berubah-ubah arahnya) dengan frekuensi tertentu, membuat reaktansi induktifnya
meningkat sebanding dengan peningkatan frekuensi.
Berikut adalah gambar rangkaian hubung star (Y) serta diagram phasor tegangannya :
(a) Hubung Star pada rangkaian listrik (b) Diagram Phasor tegangan
Pada gambar di atas, tegangan EAB, EBC dan ECA merupakan tegangan
line dimana :
EAB = EAN + ENB = EAN - EBN
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa arus yang mengalir pada
lilitan motor (Ia) sama dengan arus yang masuk (I A). dan diagram
phasornya dapat dilihat pada gambar berikut :
Mari kita bandingkan dengan hubungan arus dan tegangan pada
rangkaian listrik hubung delta seperti gambar berikut :
(a) Hubung Delta pada rangkaian listrik (b) Phasor arus dan
tegangan
Tegangan phase a (lilitan a) = tegangan line = VCA
Sementara arus dalam rangkaian dapat dihitung dengan persamaan :
dan arus line (IA,IB,IC) bisa diperoleh dengan menerapkan hukum Kirchhoff's
IA = Iab – Ica
IB = Ibc - Iab
IC = Ica - Ibc
mengalir pada line (IA) adalah √3 kali magnitude arus phasa I ph . berikut
Dalam transformasi dari rangkaian star ke delta (atau sebaliknya) maka nilai Z adalah :
Zdelta sama dengan 3 kali Zstar, dan Zstar sama dengan Zdelta dibagi 3
Jadi, kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa metode starter star-delta dapat
mengurangi konsumsi arus yang dibutuhkan oleh motor untuk starting.
Lampiran 2
BAHAN MAGNETIK SEBAGAI INTI COIL PADA MESIN LISTRIK
1.1 MAGNET:
Magnet adalah sebuah obyek yang memiliki energi untuk menarik potongan
besi. Besi magnet yang alalmi merupakan bahan tambang. Ujung batang magnet yang
mengarah ke utara disebut kutub utara dan ujung yang mengarah ke selatan disebut
kutub selatan. Kutub yang sama bersifat tolak menolak dan kutub yang tidak samam
saling menarik. Bumi adalah contoh magnet yang sangat besar dengan kutub yang
terletak di lingkaran aretic dam antartic, walaupun kedua ujungnya tidak berimpit
dengan porors perputaran. Harus diingat bahwa secara geografis , kutub utara magnet
bumi sebenarnya adalah kutub selatan jika bumi dianggap sebagai magnet dan
sebaliknya. Hal ini bukan suatu paradox, tetapi hanya sedikit kerancuan dalam
konvensi geografis dan elektris.
1.1.1 Teori molekuler Weber dan Ewing
Teori molekuler pertama dikembangkan oleh Weber pada tahun 1852 dan
dikembangkan oleh Ewing pada tahun 1890. Teori ini menyatakan bahwa semua
benda terdiri dari partikel-partikel magnetik yang memiliki kutuk utara (U) dan kutub
selatan (S). Partikel magnetik dengan kutub utara dan selatan digambarkan sebagai
jarm kompas. Letak dari jarum kompas dari bahan yang bukan magnetik tidak teratur
sehingga sifat kemagnetannya tidak keluar. Sedangkan letak jarum kompas dari bahan
magnetik teratur menurut garis garis gaya , sehingga efek kemagnetannya keluar. Olek
karena itu bahan magnetik memiliki kutub utara pada satu sisi dan kutub selatan pada
sisi lainnya.
A B
Gambar 1: Arah partikel magnetik A) bahan non magnetik. B) bahan magnetik
batang magnet, dan ditarik oleh mmf kutub selatan sehingga partikel bergerak kearah
selatan dan sebaliknya. Sebagai konsekuensinya jika kompas magnet yang kecil
ditempatkan pada medan dari suatu batang magnet yang terpisah, maka kutub utara
akan mengarah arah gerak partikel kutub utara medan magnet, dan kutub selatan
menunjukkan arah seperti arah gerak partikel kutub selatan pada medan magnetik.
Bila kemudian kompas digerakkan sedemikian rupa sehingga arah dari gerakan selalu
dalam arah dimana kutub utara selalu menunjuk, maka lintasan yang dibentuk
merupakan suatu garis lengkung kontinyu yang berhenti pada kutub selatan dari
batang magnet.
N kompas
Gambar 2: Medan magnet dari suatu batang magnet
H / l 1-1)
Dimana:
B = /A (1-2)
dimana
B = kerapatan fluksi [Tesla] atau [T] atau Wb/m2.
= fluksi dalam bahan [Weber] atau [Wb]
A = luas penampang dari bahan [m2]
Ada hubungan tertentu antara kerapatan fluksi (B) dan intensitas medan (H) dari
suatu bahan magnetik. Hubungan ini biasanya dinyatakan secara grafis oleh kurva B-
H dari bahan magnetik.
Gb. 3 Kurva B-H dari ruang hampa dan dari bahan nonmagnetik
B. Kurva B-H untuk Bahan Magnetik
Kerapatan fluksi dalam bahan magnetik juga tergantung pada intensitas medan
magnetik yang menimbulkannya. Hubungan antara kerapatan fluksi, B dan
intensitas medan magnet H diberikan oleh
B = µo µr H (1-5)
magnetik dari material dan kerapatan fluksi magnetik yang akan dihasilkan dalam ruang
hampa, pada intensitas magnetik yang sama besar. Dengan menggunakan kurva B-H
dari suatu material, permeabilitas dengan mudah dihitung melalui suatu pendekatan
dengan persamaan yang dinyatakan oleh
ur = 800 000 B/H (1-6)
Kurva permeabilitas reiatif vs. kerapatan fluksi dari inti besi terlihat pada Gb. 5.
Permeabilitas relatif (µr)
Solusi:
0,48 x10 3
Kerapatan fluksi: B 1,20 T atau Wb / m 2
A 4 x10 4
D3 Teknik Mesin 110
Mesin-mesin Listrik 2016
Berdasarkan kurva B- H pada Gb. 1-5, untuk baja tuang: Untuk B = 1,20 T, maka H =
1240 At / m
Panjang rata-rata dari rangkaian:
l+ h+ l +h = 2 x O , l + 2 x 0,08 = 0,36 m
Mmf: = H l = 1240 x 0,36 = 446,4 At (Amperturn)
446,4
Jadi arus dalam koil: I 1,79 A
N 250
1.2 ELEKTRO MAGNETIK
Material yang bukan magnet, dari inti besi bila dililiti suatu koil, yang tidak dialiri arus
tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap posisi dari partikel-partikel magnetnya
(lihat Gb. 6). Namun bila koil tersebut dialiri arus, maka posisi partikel-partikel dalam
besi berubah arahnya menurut garis-garis gaya magnetik (Gb.7). Bila arus dinaikkan,
maka jumlah garis-garis gaya, yang dibentuk oleh partikel itu akan bertambah besar.
Bila arus dinaikkan lebih lanjut, maka pada suatu harga arus tertentu, yaitu bila
semua partikel-partikel sudah semuanya membentuk garis gaya yang maksimum,
maka dikatakan bahwa inti telah menjadi jenuh. Padakondisi itu bila arus dalam
koil terus ditingkatkan, maka jumlah garis gaya tidak akan bertambah lagi.
A
B
Gambar 6 & 7: Bahan magnetik dengan koil A: tanpa arus, B dengan arus
listrik
Bila arus dinaikkan lebih lanjut, maka pada suatu harga arus tertentu, yaitu bila
semua partikel-partikel sudah semuanya membentuk garis gaya yang maksimum,
maka dikatakan bahwa inti telah menjadi jenuh. Pada kondisi itu bila arus dalam koil
terus ditingkatkan, maka jumlah garis gaya tidak akan bertambah lagi.
Bila arus diturunkan kembali, maka akan terjadi deformasi, semua partikel
yang tadinya tersusun rapi, akan cenderung kembali ke posisi semula. Namun
karena ada gesekan antara partikel-partikel magnet, maka tidak semua partikel bisa
kembali ke posisi semula, sehingga pada harga arus
yang sama dengan sebelumnya, harga garis-garis gaya menjadi lebih besar.
Bila arus turun menjadi nol, maka ada sejumlah partikel yang tidak bisa kembali ke
posisinya yang semula. Partikel-partikel ini membentuk sejumlah garis-garis gaya
tertentu, yang disebut garis-garis gaya sisa atau remanensi magnet. Kondisi ini
diperlihatkan dalam kurva pada gambar .
Arah putar baut searah dengan arah arus Arah gerak baut searah dengan arah fluksi
solenoid, berbanding lurus dengan arus dan jumlah belitan solenoid per meter
panjang, dan selanjutnya dinyatakan oleh:
NI
B0 K K 1-7)
l l
B0 = kerapatan fluksi dengan ruang hampa, weber per m2
K = suatu konstanta = µo = 4 X 10- 7 untuk bahan nonferro magnetik
N = jumlah belitan dari solenoid
L = panjang solenoid I = arus dalam ampere
Karena itu untuk solenoid dengan N = 1 belitan, I = 1 amp, dan panjang l = 1 m, maka
kerapatan fluksi dari solenoid tersebut adalah 4 X 10-7 garis-garis gaya.
intensitas magnetik daripada sebagai gaya gerak magnetik. Jadi dari kenyataan
tersebut jelas bahwa H juga merupakan penyebab timbulnya fluksi. Persamaan 1-2
menyarankan bahwa unit yang paling layak untuk mengukur gaya magnetisasi atau
intensitas magnetik adalah amp-turn per meter, dan ini membawa kita kepada definisi
berikut:
Unit untuk intensitas magnetik yang dihasilkan pada sumbu dari solenoid
dengan panjang yang tak terhingga adalah satu amp-turn pada panjang satu
meter, dimana arus didistribusikan secara uniform sepanjang solenoid.
Pendekatan yang termudah untuk mendapatkan cara yang baik dalam
mendistribusikan arus secara uniform adalah menggunakan jumlah belitan yang besar
dan arus yang kecil. Misalkan, 1000 belitan per meter dan arus 0.001 ampere
menghasilkan 1 amp-turn, dan bila belitan-belitan tersebut ditepatkan pada jarak 1
mm, pusat-ke-pusat, maka distribusi arus akan uniform.
Dari pers (1-3) dan (1-7) intensitas magnetik dapat dinyatakan oleh
NI
H H amp-turn per meter 1-8)
l
Dari pers. (1-3) dan (1-8) terlihat bahwa hubungan antara B dan H dinyatakan oleh
o NI
B0 o H 1-9)
l
dan fluksi = BO A; karenanya dinyatakan oleh
0 AN I
weber 1-10)
l
0 r NI
B r Bo 0 r H 1-12)
l
dan
o r A
BA xNI weber (1-13)
l
1.3 HISTERISIS.
1.3.1 Pengertian
Bila arus dalam koil merupakan arus bolak-balik, maka kutub dalam magnet
akan selalu berganti-ganti; begitu juga arah garis gayanya. Perubahan arah partikel-
partikel magnet, yang ditimbulkan oleh arus bolak-balik pada koil, yang meliliti inti,
disebut histerisis. Proses dari perubahan arah dari partikel ini menimbulkan gesekan-
gesekan antara sesamanya sehingga timbullah pemanasan pada inti. Jadi
histerisis dapat juga dikatakan sebagai konversi energi elektrik yang masuk
pada koil yang diubah menjadi panas dalam inti karena gesekan antara partikel-
partikel magnetik dalamnya.
Arah garis gaya magnetik pada inti dan arah arus pada koil ditentukan oleh
gerakan dari suatu baut (ulir) seperti terlihat pada Gb.10. Dimana arah arus listrik
dalam koil ditentukan oleh arah putaran baut, dan arah maju dari baut menunjukkan
arah medan magnet dalam inti.
1.3.2 Loop Histeresis
Gambar 12 menunjukkan bagaimana induksi magnetik B dalam cincin solenoid, yang
berisi material magnetik, berubah ketika arus berubah secara sinusoidal. Bermula
dengan bahan yang belum berisi magnet, bila arus dalam solenoid dinaikkan,
maka gaya magnetisasi H bertambah dari 0 ke harga op, dan kurva dari b
menjalani garis oa.
Gb.15 Arus mengalir pada konduktor ring, yang mencakup fluksi ac.
Gambar 14 menunjukkan empat konduktor dalam bentuk ring, yang konsentris,
yang mencakup fluksi bolak-balik, yang digambarkan sebagai suatu fasor . Dalam
tiap ring diinduksikan suatu tegangan, dan karena ring merupakan rangkaian
tertutup, sehingga dalam tiap ring akan dialiri arus. Ring yang paling dalam
mencakup fluksi yang paling kecil, sehingga arus U adalah yang paling kecil. Makin
besar luas ring, makin besar fluksi yang dicakup oleh ring, sehingga arus yang
melaluinya juga semakin besar. Karena iruarus i 1 > i2 > i3 > i4.
Dalam Gb15, fluksi ac menembus pelat logam yang masif. Pada dasarnya pelat
besi ini ekivalen dengan konduktor empat persegi panjang yang secara seri
bersinggungan satu sama lain. Arus melingkar bolak-balik di dalam pelat, mengikuti
lintasan seperti terlihat pada Gb. 15. Ini yang disebut ares eddy (arus Faucolt) yang
dapat sangat besar karena tahanan yang kecil dalam pelat,
Sebagai konsekuensinya, metal atau logam yang ditembus oleh fluksi ac dapat
menjadi sangat panas. Karena itu, harus hati-hati agar fluksi dalam inti trafo tidak
menjadi panas karena arus ini.
Plat baja
Gb.17 Arus Eddy yang Gb.18: Arus Eddy pada inti dengan laminasi - laminasi tipis
diinduksikan oleh fluksi ac yang terpisah
Bila inti dibagi menjadi lapisan lapisan yang lebih tipis lagi, seperti terlihat pada
Gb. 18, maka rugi menjadi jauh berkurang. Dalam praktek inti disusun dari tumpukan
laminasi-laminasi, yang umumnya dengan tebal kurang dari satu mm. Selanjutnya
dengan menambahkan 3 atau 4% silikon, maka tahanan inti bertambah, sehingga arus
eddy berkurang banyak sekali. Inti dari motor dan generator ac karenanya selalu
terdiri dari laminasi-laminasi. Suatu isolasi tipis dioleskan pada tiap laminasi untuk
menghindari kontak elektrik diantara mereka. Laminasi-laminasi ditumpuk diatas
laminasi yang lain dan diikat dengan kuat melalui baut-baut.