Geologi Dan Pemodelan Reservoir Batugamping Formasi Minahaki Pada Lapangan Dota, Blok M, Cekungan Banggai PDF
Geologi Dan Pemodelan Reservoir Batugamping Formasi Minahaki Pada Lapangan Dota, Blok M, Cekungan Banggai PDF
Geologi Dan Pemodelan Reservoir Batugamping Formasi Minahaki Pada Lapangan Dota, Blok M, Cekungan Banggai PDF
TUGAS AKHIR B
Disusun sebagai syarat menyelesaikan studi tahap sarjana strata satu Program
Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Teknologi Bandung
oleh:
12012061
BANDUNG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR B
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan studi tahap sarjana strata satu Program Studi
Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,
Mahasiswa Pengusul,
NIM 12012061
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
NIP 195612111984031002
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana strata satu
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Teknologi Bandung.
Tugas akhir ini berjudul “Geologi dan Pemodelan Reservoir Formasi Minahaki
pada Lapangan Dota, Cekungan Banggai”. Penulis berharap laporan tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Atas selesainya penyusunan tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan
tugas akhir ini:
1. Bapak, Ibu, Abang Putra, Kakek, Nenek, dan seluruh keluarga besar atas segala doa
dan dukungan serta motivasinya.
2. Bapak Dardji Noeradi atas segala bimbingan dan waktu yang telah diberikan
kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
3. Semua dosen dan staf non-akademik Program Studi Teknik Geologi dan Fakultas
Ilmu dan Teknologi Kebumian.
4. Teman-teman GEA ITB, khususnya angkatan 2012.
5. Kang Dadan, Dyah Ratnasari, Joshua Nicholas, Muthia, Indah, dan Lissa yang
membantu penulis secara teknis.
6. Thomas, Ghufron, Kurnia Ferdiansyah, Revaz, dan Feby atas segala dukungannya.
Penulis,
ii
SARI
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model geologi dan memperkirakan
jumlah cadangan hidrokarbon di tempat (IGIP) pada Lapangan Dota, khususnya pada
Formasi Minahaki. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data log tali kawat
dari 8 sumur, data keratan bor dari 8 sumur, data batuan inti dari 1 sumur, data batuan
teras samping dari 1 sumur, dan data seismik tiga dimensi. Untuk mencapai tujuan
tersebut digunakan beberapa metode, yang pertama yaitu analisis data sumur meliputi
korelasi sumur dan analisis petrofisik. Kedua yaitu analisis data seismik untuk
pembuatan peta struktur kedalaman. Ketiga yaitu pemodelan reservoir meliputi
pembuatan model struktur tiga dimensi, pemodelan atribut seismik, pemodelan properti
petrofisik, penentuan kontak fluida, dan perhitungan cadangan gas di tempat (IGIP).
Hasil yang diperoleh dari penerapan metode di atas yaitu terdapat perangkap
stratigrafi berupa batugamping terumbu yang terbentuk pada Miosen Akhir yang
berasosiasi dengan sesar normal. Reservoir Formasi Minahaki merupakan endapan reef
build-up yang pernah tersingkap dan membentuk porositas sekunder utama yang
bersifat vugular. Estimasi cadangan hidrokarbon di tempat (IGIP) pada daerah
penelitian sebesar 659 BSCF.
iii
ABSTRACT
Research area is located in Dota Field, a gas field in Block M, Banggai Basin
which is encompassing an area about 70 km2. Reservoir interval in the research area is
the top of Minahaki Formation which is deposited as reef form in Late Miocene.
Hydrocarbon trap in research area is structural trap as faulted anticline related to reef
carbonate grew at slope of Banggai-Sula microcontinent. The reservoir quality in this
study is mainly controlled by diagenesis.
The main purposes of this study are to determine the reservoir model and to
estimate the initial gas in place (IGIP) of those reservoir in Dota Field, especially in
Minahaki Formation. Data’s used in this study are wireline log from 8 wells, cutting
from 8 wells, core data from 1 well, side wall core from 1 well, and 3D seismic data.
Several methods have been used in order to achieve those main purposes, the first is
well data analysis including well correlation and petrophysical analysis. The second is
seismic data analysis to generate depth structure map. The third is reservoir modelling
which consist of 3D structural modelling, petrophysical property modelling, fluid
contact determination, and initial gas in place (IGIP) estimation.
The result of those applied methods is that there are reef carbonate stratigraphic
traps which are formed in Late Miocene associate with normal fault. Carbonate reservoir
of Minahaki Formation is described as reef build-up that has been exposed and has
secondary vuggy porosity. The estimation of initial gas in place (IGIP) in reservoir
interval is 659 BSCF.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
v
2.1.3 Evolusi Tektonik Cekungan Banggai ........................................................ 12
2.2.3 R e v i e w S i s t em P e t r ol e u m ................................................................ 27
CADANGAN ........................................................................................................ 30
LAMPIRAN .................................................................................................................................................... 69
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Stratigrafi daerah penelitian berdasarkan data log sumur dan keratan bor
19
Gambar 2.8 Lintasan seismik Inline 1790 dengan interpretasi sesar dan batas
formasi…. ........................................................................................ 23
Gambar 2.9 Lintasan seismik Inline 1690 dengan interpretasi sesar dan batas
formasi…. ........................................................................................ 24
Gambar 2.10 Lintasan seismik Crossline 5070 dengan interpretasi sesar dan batas
formasi…. ........................................................................................ 25
Gambar 2.11 Lintasan seismik Crossline 5090 dengan interpretasi sesar dan batas
formasi…. ........................................................................................ 26
Gambar 2.12 Gambar Sistem Petroleum Cekungan Banggai (data internal perusahaan)
…. ..................................................................................................... 28
Gambar 3.1 Korelasi Sumur pada Lapangan Dota yang relatif berarah barat-
timur……. ........................................................................................ 32
vii
Gambar 3.2 Korelasi sumur pada Lapangan Dota yang relatif berarah utara-
selatan……. …………………………………………………. ........ 33
Gambar 3.3 Histogram nilai sinar gamma dalam penentuan GR maksimum dan
minimum .......................................................................................... 35
Gambar 3.4 Contoh hasil penentuan nilai Vcl dari log sinar gamma .................. 35
Gambar 3.6 Hasil perhitungan nilai porositas yang dikalkulasi dari nilai log densitas
dan neutron (kurva kiri) dan dari log densitas (kurva kanan) serta
porositas berdasarkan data test (titik biru) pada sumur Dota-02 ..... 39
Gambar 3.7 Hasil perhitungan laboratorium nilai konstanta yang akan digunakan
dalam kalkulasi Sw .......................................................................... 40
Gambar 3.11 Penentuan nilai pancung saturasi air berdasarkan Sw 50%. ............ 42
Gambar 3.13 Gambar penampang seismik inline 1690 dengan data deskripsi keratin
bor... ................................................................................................. 46
Gambar 3.15 Hasil interpretasi fasies pengendapan pada daerah penelitian ......... 49
Gambar 3.17 Hasil skeleton framework dari pillar gridding pada daerah
penelitian……. ................................................................................. 51
Gambar 3.18 Horison hasil integrasi antara peta struktur kedalaman .................. 52
Gambar 3.19 Hasil layering dalam perhitungan tiga properti petrofisika. ............ 53
Gambar 3.20 Histogram dari ketiga properti petrofisik yang menunjukan kesesuaian
antara nilai log yang sudah ter-upscaled dan nilai log sebenarnya .. 54
viii
Gambar 3.21 Contoh hasil penentuan Major Direction dan Minor Direction pada
interval reservoir ............................................................................. 55
Gambar 3.23 Plot silang RHOB dan NPHI pada Reservoir Minahaki .................. 57
Gambar 3.28 Jenis kontak fluida GDT, WUT, dan GWC (Cosentino, 2001) ...... 61
Gambar 3.30 Penampang dan peta zona air-gas pada interval reservoir .............. 63
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketersediaan data log tali kawat pada delapan sumur ................... 5
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak dan gas bumi sebagai bahan utama untuk memenuhi kebutuhan energi
dunia, sampai saat ini belum bisa tergantikan oleh sumber energi lain, meskipun saat ini
telah ditemukan beberapa sumber energi baru, seperti panas bumi, nuklir, angin, dan
lain lain. Minyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang sangat dibutuhkan
dalam berbagai sisi kehidupan, mulai dari kebutuhan berskala rumah tangga
sampai kebutuhan kenegaraan bahkan dunia. Kebutuhkan terhadap minyak dan gas
bumi meningkat dengan cepat seiring dengan kemajuan industri dan teknologi. Hal ini
menyebabkan semakin intensifnya dorongan untuk memaksimalkan produksi minyak
dan gas bumi, baik dilakukan dengan mencari cadangan baru maupun dengan
melakukan kajian pengembangan terhadap lapangan-lapangan yang telah berproduksi.
Lapangan Dota yang terletak di Cekungan Banggai merupakan lapangan penghasil gas
di Indonesia yang termasuk pada tahap pengembangan lapangan. Oleh sebab itu
diperlukan upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan produksi gas agar
kebutuhan gas tetap terpenuhi.
1
1.3 Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu lapangan gas, yaitu Lapangan Dota, Blok M di
Cekungan Banggai (Gambar 1.1). Secara administratif Lapangan Dota terletak di
Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas area blok M 10.670 km2
dan luas lapangan Dota adalah ±70 km2.
Lapangan
Dota
Data log tali kawat yang digunakan pada penelitian ini adalah data log dari
delapan sumur, yang meliputi data log sinar gamma, densitas, neutron, kaliper, sonic,
dan resistivitas (Tabel 1.1).
B. Data Seismik
Data seismik yang digunakan merupakan data seismik 3D yang mencakup data
seismik dengan luas 70 km2 (Gambar 1.2).
Data ini terdiri dari deskripsi keratan bor dari delapan sumur serta data batuan
inti dan batuan teras samping dari satu sumur yaitu Dota-02 pada interval kedalaman
penelitian.
3
Oleh : Christian Perangin Angin
4
Tabel 1.1. Ketersediaan data log tali kawat pada delapan sumur
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan
data, dan tahap penulisan makalah
Pada tahap ini penulis melakukan studi literatur dan pengumpulan data. Tahap
ini dilakukan untuk memahami gambaran geologi daerah penelitian secara umum dan
melakukan tinjauan mengenai data yang tersedia dan data yang dibutuhkan. Literatur
yang dibaca merupakan hasil publikasi ilmiah yang menjelaskan tentang fisiografi
daerah penelitian, stratigrafi, dan tatanan geologi daerah penelitian.
Tahap ini meliputi pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian yang
kemudian dilanjutkan dengan analisis data hasil dari pengolahan data (Gambar 1.3).
Tahap ini meliputi:
5
Pengolahan dan Analisis Data Sumur.
Tahap ini bertujuan untuk melakukan identifikasi jenis litologi, membuat korelasi
sumur, analisis petrofisika yaitu penentuan harga volume of clay, porositas, saturasi air
dengan menggunakan data log tali kawat, dan analisis keratan bor, batuan teras samping,
dan batuan inti.
Tahap ini bertujuan untuk membuat peta struktur kedalaman dan untuk mengetahui
geometri reservoir.
Pemodelan Reservoir.
Tahap ini bertujuan untuk menentukan model struktur 3 dimensi, model properti
petrofisika dan model NTG dari ketiga interval reservoir.
Tahap ini meliputi penentuan kontak fluida pada interval reservoir, dan
mengestimasi jumlah cadangan hidrokarbon di tempat pada interval reservoir.
Penyusunan laporan tugas akhir merupakan tahap terakhir dari penelitian. Tahap
pendahuluan, penelitian, dan penyusunan laporan tugas akhir dilakukan di bawah
bimbingan Bapak Dardji Noeradi.
Dalam penulisannya, tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab I, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan
penulisan, batasan masalah, lokasi penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
6
Gambar 1.3. Diagram alir penelitian
7
BAB II
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang geologi regional dan
juga secara khusus geologi daerah penelitian.
Cekungan Banggai
8
Menurut Garrad, dkk., 1988, fisiografi regional daerah penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
Daerah pegunungan yang utama terletak di bagian tengah dan barat Taliabu
yang mencapai elevasi antara 700 meter dan 1735 meter.
Daerah karst banyak dijumpai pada Pulau Peleng, bagian timur Banggai dan
beberapa pulau di sekitar Banggai. Topografi karst pada Pulau Peleng mencapai elevasi
lebih dari 1000 meter.
Daerah dataran yang luas banyak dijumpai di sepanjang pantai utara dari
Pulau Peleng, bagian selatan Banggai, bagian utara dan selatan Taliabu, dan bagian
timur Kano.
9
Gambar 2. 2 Pola Tumbukan Mikro Kontinen di kawasan Sulawesi
Gambar 2.2 Pola tumbukan mikrokontinen di Sulawesi Bagian
Bagian Timur
Timur (Sompotan, 2012).
10
Pada Cekungan Banggai dapat dikenali 3 (tiga) pola struktur utama di sekitar
daerah Tomori yang masing-masing dicirikan oleh tingkat deformasi dan tipe batuan
yang terlibat (Gambar 2.2).
A. Jalur Ofiolit
Batuan basa dan ultrabasa banyak dijumpai pada singkapan yang ditemui di daerah
ini, dan terdapat pada daerah kontak patahan dengan batuan sedimen Mesozoikum dan
batuan sedimen Tersier. Ofiolit ini mengajak dari arah barat di atas daerah imbrikasi
karbonat di bagian baratlaut, sepanjang Sesar Batui (Pertamina-BPPKA, 1996).
Zona ini didominasi oleh struktur-struktur sesar naik, termasuk di dalamnya adalah
batuan karbonat Miosen dan sedimen-sedimen yang sebelumnya pernah menutupi
pelataran Banggai-Sula. Selama proses tumbukan lempeng berlangsung, mereka
terpisah dan terdorong kembali dari arah barat ke arah pelataran. Daerah ini meluas dari
daerah Tomori bagian selatan, menerus ke arah timurlaut, ke bawah ofiolit, dan muncul
kembali sebagai singkapan di sebelah timur ofiolit agak ke utara. Di bagian utara
cekungan, karbonat Tersier yang dijumpai berumur Paleogen. Di bagian selatan,
karbonat ini tertutup oleh molasse Miosen Akhir-Pliosen yang sama-sama terdeformasi,
dan secara relatif dibatasi oleh suatu ketidakselarasan. Karena itu, batuan sedimen
molasse yang secara relatif tidak terdeformasi yang berumur Plio-Pleistosen, menutupi
ketidakselarasan ini dari arah selatan. Orientasi jalur sesar naik batuan karbonat ini
berubah dari arah baratlaut-tenggara di daerah Tomori, menjadi timurlaut-baratdaya di
daerah Tiaka (Pertamina-BPPKA, 1996).
C. Banggai-Sula Platform
Merupakan suatu platform yang relatif tak terdeformasi, yang meluas ke arah timur
dari bagian utara daerah Tomori, menunjam ke arah barat sepanjang daerah sesar naik
dari imbrikasi karbonat yang berumur Miosen dan jalur ofiolit. Di daerah ini didominasi
oleh pelataran karbonat Miosen dengan terumbu berumur Miosen Akhir yang tumbuh
secara setempat di daerah tinggian basement. (Pertamina-BPPKA, 1996).
11
2.1.3 Evolusi Tektonik Cekungan Banggai
Menurut Wahyudi dan Gunawan (2011; dalam Surono, 2013), evolusi tektonik
di daerah Cekungan Banggai dan sekitarnya dapat disederhanakan menjadi dua tahap,
yaitu tahap pra-Tersier dan tahap Tersier.
12
divergen, yaitu saat mikrokontinen tersebut saling terpisah dengan yang lain sepanjang
zona transcurrent. Sementara itu, Evolusi Tersier menurut Simandjuntak (1986; dalam
Surono, 2013) juga dibagi dua, yaitu hiatus Paleosen yang terjadi di Mikrokontinen
Banggai-Sula, Tukangbesi, Buton, dan Buru-Seram. Hiatus ini mengindikasikan
terjadinya pengangkatan (uplift) regional sampai terjadinya pergeseran transcurrent-
transform. Selama itu, terjadi muka laut turun yang diikuti oleh tererosinya paparan.
Dalam hal ini tidak tercatat adanya sedimen di dalam mikrokontinen. Hiatus pada
Miosen Tengah terjadi akibat proses tumbukan antara Mikrokontinen Banggai-Sula dan
komplek ofiolit di Sulawesi Timur yang diikuti oleh hadirnya endapan molasse
Sulawesi (Surono, 2013).
Evolusi tektonik Tersier dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase pra tumbukan,
fase tumbukan awal, dan fase tumbukan akhir.
13
3. Fase tumbukan akhir
Secara umum stratigrafi Cekungan Banggai terbagi menjadi dua periode waktu,
periode pertama berupa sikuen hasil pengangkatan/sobekan dari batas kontinen yang
terendapkan sebelum terjadinya tumbukan, sedangkan periode kedua adalah sikuen
pengendapan molasse di bagian daratan yang terjadi selama dan pasca tumbukan
(Gambar 2.4).
Sedimen Tersier dengan ketebalan yang diperkirakan dari hasil seismik setebal
14.000 ft terdapat di bagian tengah bagian lepas pantai cekungan, yang menipis ke arah
barat dan baratdaya. Di beberapa tempat di atas batuan dasar dijumpai batuan klastik
dan karbonat Paleogen yang tipis (berumur Eosen Akhir-Awal Oligosen), sedangkan
secara regional dijumpai batuan sedimen karbonat dan klastik Miosen yang tebal, dan
dikenal sebagai Kelompok Salodik. Kelompok Salodik ini dapat dibagi menjadi tiga
unit, yaitu Formasi Tomori (yang merupakan unit bagian bawah), Formasi Matindok
(unit sedimen klastik dan batubara), dan Formasi Minahaki (yang merupakan unit
bagian atas) (Pertamina-BPPKA, 1996).
A. Formasi Tomori
Formasi Tomori diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar. Formasi ini
berumur Oligosen-Miosen Awal, didominasi oleh batugamping bioklastik, kadang-
14
kadang dijumpai dolomit dengan batulempung yang diendapkan pada kedalaman zona
sublitoral. Formasi Tomori terbukti sebagai batuan reservoar dan diperkirakan juga
berfungsi sebagai batuan induk.
B. Formasi Matindok
Formasi Matindok terletak secara selaras diatas Formasi Tomori. Batuan yang
menyusun Formasi Matindok berupa batulempung, batupasir dengan
sisipan batugamping dan batubara. Batulempung menempati bagian bawah
Formasi Matindok yang kontak dengan bagian atas batugamping Formasi Tomori.
Secara berangsur di bagian tengah Formasi ditemukan sisipan batugamping yang
semakin kearah atas semakin tebal. Zona kedalaman lingkungan pengendapan Formasi
Matindok adalah sublittoral – supralitoral dan merupakan sikuen regresi selama Kala
Miosen. Kandungan fosil nanoplangton menunjukan umur Formasi Matindok adalah
Miosen Tengah. Formasi Matindok berfungsi sebagai batuan penutup Formasi Tomori.
C. Formasi Minahaki
15
Anggota Mentawa
Formasi Minahaki
Formasi Matindok
Formasi Tomori
16
2.2 Geologi Daerah Peneltian
2.2.1 Stratigrafi Daerah Penelitian
Lapangan Dota merupakan lapangan gas yang masuk dalam tahap pengembangan
awal dengan interval reservoir utama pada Formasi Minahaki. Berdasarkan data sumur
dan seismik, urutan stratigrafi pada Lapangan Dota dari tua ke muda adalah; batuan
dasar, Formasi Tomori, Formasi Matindok, Formasi Minahaki, Formasi POH, dan
Formasi Celebes (Gambar 2.5 dan Gambar 2.6). Berdasarkan data pemboran sumur
Dota-02, data log tali kawat, dan data seismik urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah:
Formasi Tomori dijumpai pada kedalaman 2310 MD dengan tebal 157 meter,
diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar. Formasi ini berumur Miosen Awal
yang tersusun dari batugamping dengan sisipan batubara dan sisipan batupasir pada
bagian bawah yang diendapkan pada lingkungan neritik dalam-litoral.
Formasi POH dijumpai pada kedalaman 340 MD dengan tebal 1245,5 meter,
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Minahaki. Formasi ini diendapkan pada
Pliosen yang tersusun oleh dominasi batulempung karbonatan dengan sisipan batupasir
karbonatan, serta sisipan tipis batugamping pada bagian bawah yang diendapkan pada
lingkungan neritik tengah-batial.
Pada batuan dasar mempunyai ciri refleksi seismik dengan karakter yang
acak (chaotic). Pada Formasi Tomori terlihat refleksi seismik yang tinggi dicirikan
dengan reflektor seismik yang kuat dengan karakter seismik yang berbukit-bukit
(mounded). Berlanjut ke formasi yang ada di atasnya yaitu Formasi Matindok
menunjukkan refleksi seismik yang tinggi dengan karakter subparalel. Diatas Formasi
Matindok diendapkan Formasi Minahaki yang mempunyai ciri reflektor seismik yang
kuat. Bentukan perkembangan karbonat (reef carbonate build-up) merupakan ciri utama
dari formasi ini.
18
LITOLOGI
FORMASI UMUR DESKRIPSI LITOLOGI
PLEISTOSEN
Konglomerat, abu-abu kehijauan,
CELEBES
ukuran butir pasir sangat kasar-
kerakal, pemilahan sangat buruk,
menyudut, fragmen batuan mafik-
ultramafik, traces fragmen Koral,
porositas buruk.
Gambar 2.5. Stratigrafi daerah penelitian berdasarkan data log sumur dan
keratan bor.
19
Gambar 2.6. Stratigrafi Lapangan Dota berdasarkan data seismik Inline 1690.
20
Pada kenampakan lintasan seismik terlihat adanya pola reflektor mounded
yang merupakan ciri dari onggokan endapan karbonat dengan tipe carbonate build-up.
Formasi POH merupakan formasi batuan yang berada di atas Formasi Minahaki yang
ditafsirkan mempunyai karakter seismik yang lemah dan mengalami onlap terhadap
Formasi Minahaki.
21
1570
1612
1570
1598 1661 1590
1609
1690
Sesar normal
1570 Posisi kedalaman puncak Minahaki
22
m
23
Gambar 2.9. Lintasan seismik Inline 1690 dengan interpretasi sesar dan batas formasi.
24
m
Gambar 2.10. Lintasan seismik Crossline 5070 dengan interpretasi sesar dan batas formasi.
25
Gambar 2.11. Lintasan seismik Crossline 5090 dengan interpretasi sesar dan batas formasi.
26
2.2.3 Review Sistem Petroleum
Pada bagian ini akan dibahas mengenai sistem petroleum pada daerah
penelitian yang mencakup generative subsystem (batuan induk), migration subsystem,
dan pemerangkapan.
Batuan induk di daerah ini adalah serpih dan batubara Formasi Matindok
dan batuan karbonat (mudstone) Formasi Tomori dengan kitchen area di daerah sekitar
Sesar Batui. Batuan induk tersebut dipercaya telah mampu menggenerasikan
hidrokarbon untuk kawasan ini secara komersial.
Analisa geokimia terhadap perconto serbuk bor pada sumur Dota-02 adalah
sebagai berikut :
Serpih abu-abu Formasi POH mempunyai kandungan material organik sedang (0.71%-
0.89% TOC). Berdasarkan rock-eval pyrolisis, potensi untuk menggenerasikan
hidrokarbon rendah (0.61-1 mgHC/gram). Hidrokarbon Index (83-144) menunjukkan
karakter batuan induk penghasil gas.
28
2.2.4 Sintesis Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan uraian pada geologi regional dan geologi daerah penelitian, maka
dapat disintesakan geologi daerah penelitian. Daerah penelitian merupakan bagian dari
Cekungan Banggai.
Pada Miosen Akhir terjadi penurunan muka air laut yang menyebabkan endapan
karbonat tersingkap dan membentuk porositas sekunder berupa vugular. Fase tektonik
tumbukan antara Mikrokontinen Banggai-Sula dengan Sulawesi mencapai puncaknya
(hard collision) pada Pliosen-Resen. Selama fase hard collision ini terendapkan secara
tidak selaras Formasi POH dan Formasi Celebes Molasse diatas Formasi Minahaki.
Struktur di daerah penelitian berupa sesar normal yang berarah timurlaut-baratdaya
diinterpretasikan terbentuk akibat adanya sagging yang terjadi karena pembebanan sedimen
di atasnya.
29
BAB III
Penelitian dilakukan pada Lapangan Dota yang merupakan lapangan gas yang
telah masuk pada tahap pengembangan lapangan. Pada lapangan ini, fokus penelitian
adalah Formasi Minahaki yang merupakan interval reservoir. Pemodelan reservoir
bertujuan untuk mendapatkan persebaran nilai properti petrofisik batuan yang akan
digunakan dalam melakukan kalkulasi nilai cadangan hidrokarbon.
Berdasarakan data seismik dan data sumur, Formasi Minahaki berada pada
kedalaman sekitar 1600 meter di bawah muka laut. Formasi ini memiliki umur Miosen
Tengah – Miosen Akhir, berdasarkan analisis biostratigrafi diketahui bahwa
batugamping Formasi Minahaki diendapkan pada laut dangkal yaitu neritik dalam.
Studi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pemodelan reservoir dan
estimasi cadangan hidrokarbon pada interval reservoir yang meliputi studi geologi yaitu
korelasi sumur, analisis keratan bor, analisis batuan inti, analisis batuan teras samping,
analisis petrofisika, dan analisis data seismik (penentuan peta struktur kedalaman dan
analisis geometri reservoir).
Analisis data sumur dilakukan untuk membuat korelasi sumur dari delapan
sumur menggunakan data marked log dan pemerian litologi serta untuk melakukan
analisis petrofisika untuk menentukan tiga properti petrofisika yaitu volume of clay,
porositas, dan saturasi air dari delapan sumur.
Shale break pada endapan karbonat merupakan lapisan kunci yang dapat
digunakan untuk korelasi. Keterdapatan shale break yang tipis pada endapan karbonat
umumnya dipengaruhi oleh kenaikan muka air laut saat sedimentasi. Ketika kecepatan
kenaikan muka air laut lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan karbonat dan
pertumbuhan karbonat tidak mampu lagi mengejar kenaikan muka air laut tersebut,
maka batuan karbonat akan tenggelam dan mati. Gejala tersebut menyebakan
terendapkannya serpih diatas endapan karbonat.
Shale break tersebut dapat dikenali dari kenaikan nilai log sinar gamma secara tiba-
tiba serta nilai PEF (photoelectric factor) yang rendah. Kenaikan log sinar gamma
diakibatkan karena adanya lapisan serpih pada interval batuan karbonat. PEF adalah log
yang dapat digunakan untuk menentukan jenis mineral. Kalsit memiliki nilai PEF yang
tinggi (5.09 atau lebih) sedangkan mineral lempung memiliki nilai PEF yang rendah
(sekitar 3 sampai 4.77) (Crain, 1976). Hasil korelasi sumur dapat dilihat pada Gambar
3.1 dan Gambar 3.2.
31
PUNCAK
MINAHAKI
Horison A
PUNCAK
MATINDOK
PUNCAK
TOMORI
PUNCAK
BATUAN
DASAR
Gambar 3.1 Korelasi Sumur pada Lapangan Dota yang relatif berarah barat-timur
32
PUNCAK
MINAHAKI
Horison A
PUNCAK
MATINDOK
PUNCAK
TOMORI
PUNCAK
BATUAN
DASAR
Gambar 3.2. Korelasi sumur pada Lapangan Dota yang relatif berarah utara-selatan
33
3.1.2. Analisis Petrofisik
Analisis petrofisik dilakukan dengan menggunakan data log tali kawat untuk
mendapatkan properti petrofisika yang diinginkan. Pada penelitian ini properti
pertofisika yang akan ditentukan ada 3 yaitu volume of clay (Vcl), porositas, dan saturasi
air (Sw). Seluruh hasil analisi petrofisik dapat dilihat pada Lampiran C.
Volume of clay merupakan volume dari clay dalam suatu volume batuan tertentu
yang ditunjukan dalam bentuk fraksi desimal atau presentase. Nilai tersebut didapatkan
dengan asumsi bahwa semakin tinggi kandungan clay dalam batuan, semakin tinggi juga
unsur radioaktif yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu salah satu metode
perhitungan Vcl adalah dengan memanfaatkan data log sinar gamma dengan
menggunakan persamaan:
Dengan:
34
Gambar 3.3. Histogram nilai sinar gamma dalam penentuan GR maksimum dan
minimum
Gambar 3.4. Contoh hasil penentuan nilai Vcl dari log sinar gamma
35
3.1.2.2. Perhitungan Porositas
Nilai porositas total (Phit) ini nantinya akan digunakan untuk menentukan nilai
porositas efektif (Phie) dengan menggunakan persamaan berikut:
Cl Cl
Cl Cl
(Crain, 1976)
36
Keterangan:
Dalam persamaan diatas volume of clay dikalikan dengan porositas total clay
didefinisikan sebagai clay bound water.
(Crain, 1976)
Dengan:
Densitas dry clay atau densitas wet clay seharusnya didapatkan dari plot silang
antara log neutron dan log densitas dengan nilai densitas wet clay merupakan titik
dimana nilai densitas menunjukan nilai yang rendah dan nilai neutron menunjukan nilai
yang tinggi (Gambar 3.5).
37
• Fluida
RHOB = 1
NPHI = 1
• Matriks
RHOB = 2,71
NPHI = 0
• Dry Clay
RHOB = 2.71
NPHI = 0.153
38
Gambar 3.6 Hasil perhitungan nilai porositas yang dikalkulasi dari nilai log densitas
dan neutron (kurva kiri) dan dari log densitas (kurva kanan) serta porositas
berdasarkan data laboratorium (titik biru) pada sumur Dota-02.
Untuk menentukan nilai saturasi air dilakukan dengan metode Archie yang
nantinya akan dijelaskan di tahapan berikutnya.
39
formation water test. Berdasarkan ketersediaan data, maka metode yang digunakan
untuk penentuan Rw pada penelitian ini adalah metode pickett plot.
Nilai saturasi air (Sw) dapat dihitung dengan berbagai macam metode, seperti
Metode Archie, Metode Simandoux, Metode Modifikasi Simandoux, Metode Qv
Calculation, Metode Waxman-Smith, dll. Pada penelitian ini perhitungan nilai saturasi
air dilakukan dengan menggunakan Metode Archie. Metode Archie dapat digunakan
untuk menentuk nilai saturasi air pada batuan yang relatif bebas dari kandungan
lempung (clean interval). Litologi Formasi Minahaki merupakan batugamping yang
kandungan lempungnya relatif kecil, sehingga metode penentuan nilai saturasi air yang
tepat untuk daerah/zona tersebut adalah metode Archie. Persamaan yang digunakan
dalam Metode Archie adalah sebagai berikut:
Konstanta
40
Gambar 3.8. Contoh hasil perhitungan nilai Sw pada sumur Dota-02.
Analisis nilai harga pancung Vcl adalah 0.4 yang didapatkan dari plot silang
antara nilai Vcl dengan nilai porositas total (Gambar 3.9).
41
Analisis nilai harga pancung porositas adalah 0.04 yang didapatkan dari plot
silang antara nilai permeabilitas dengan nilai porositas total (Gambar 3.10).
Diasumsikan bahwa gas dapat mengalir melalui reservoir dengan nilai permeabilitas
minimal 0.1 md.
Porositas vs Permeabilitas
1000
R² = 0.9602
100
10
K(mD)
1
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
0.1
Ø = 0.04 pada
0.01
Porositas K = 0.1 mD
Gambar 3.10 Penentuan nilai pancung porositas total.
Analisis nilai harga pancung saturasi air adalah 0.5 yang didapatkan dari literatur
(Gambar 3.11).
Analisis data seismik dilakukan untuk membuat peta struktur kedalaman dan
analisis geometri reservoir. Kedua produk ini akan menjadi komponen dalam
pemodelan reservoir dan estimasi cadangan hidrokarbon di tempat. Analisis data
seismik dilakukan pada data seismik 3D yang terdiri dari data inline dan crossline
(Lampiran D).
Peta struktur kedalaman digunakan untuk pemodelan struktur tiga dimensi dalam
pemodelan reservoir dan untuk analisis geometri reservoir. Pada peneletian ini, akan
dibuat dua peta struktur kedalaman puncak Formasi Minahaki dan dasar Formasi
Minahaki. Dalam pembuatan peta struktur kedalaman terdapat beberapa tahapan yang
dilalui yaitu sebagai berikut.
Tahapan yang pertama yang dilakukan adalah pengikatan data sumur ke seismik.
Tujuannya adalah untuk menentukan letak marker-marker pada seismik dari data yang
sebelumnya telah ditentukan pada log. Seismik yang dipakai pada penelitian ini adalah
seismic yang memiliki domain depth berupa satuan meter, sehingga untuk mengikat
marker tersebut pada seismic dapat dilakukan dengan mengkonversikan kedalaman
marker tersebut dari measure depth menjadi vertical depth sub sea dengan
menggunakan data nilai kelly bushing.
43
Setelah selesai dalam penafsiran sesar dan horison, maka akan dihasilkan peta
struktur kedalaman yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan model struktur tiga
dimensi pada interval reservoir.
Pada pengolahan data seisimik dihasilkan peta struktur kedalaman disertai dengan
sesar-sesar yang juga sudah memiliki domain kedalaman. Berdasarkan hasil tersebut
didapatkan:
Gambar 3.12. Peta struktur kedalaman puncak Formasi Minahaki dengan interpretasi
sesar dan horison.
44
a. Batugamping yang relatif memanjang dengan orientasi timurlaut-baratdaya yang
merupakan bagian dari puncak Formasi Minahaki berumur Miosen Akhir (Gambar
3.12).
Peta ketebalan pada Gambar 3.15 dibuat pada zona yang dibatasi oleh puncak
Formasi Minahaki dan Formasi Matindok. Pada peta terlihat dua daerah yang lebih tebal
dari daerah sekitarnya dengan orientasi relatif timurlaut-baratdaya. Dua daerah ini
diinterpretasikan sebagai tubuh batugamping terumbu (reefal build-up).
45
Gambar 3.13. Gambar penampang seismik Inline 1690 dengan data deskripsi keratan bor
46
Fasies coral bounstone berwarna krem-putih, agak rapuh sampai agak keras,
sedikit chalky. Batas antara batuan di atas dan di bawahnya merupakan batas yang tidak
tegas. Komposisi utama berupa koral dengan sedikit ganggang, pecahan cangkang
moluska, foram besar dan sedikit sekali material karbon. Tekstur pengendapannya
merupakan tekstur tumbuh dari koral.
Fasies coral rudstone: Batas antar fasies merupakan batas yang tidak tegas.
Berwarna krem-putih, agak rapuh-keras, sedikit chalky. Butiran utama terdiri dari
kerangka koral dengan sedikit ganggang, pecahan cangkang moluska dan foram besar
dan di beberapa tempat terdapat material karbon yang melingkupi butiran (kedalaman
1608,05m dan 1608,75 1608,85m). Tekstur batuan dari fasies ini adalah butiran yang
saling menyangga.
Tipe porositas utama yang terdapat pada reservoir Formasi Minahaki bersifat
vugular yang terbentuk akibat proses diagenesis pada zona vadose. Proses diagenesis
ini menyebabkan batugamping terlarut dan membentuk porositas-porositas gerowong
pada reservoir (Lampiran A).
47
Boundstone Rudstone
a. Koral
yang a. Pecahan
relatif koral
utuh b. Porositas
vugular
b. Porositas
vugular
48
Gambar 3.15 Hasil interpretasi fasies pengendapan pada daerah penelitian.
Kejaran utama dari tahapan ini adalah memodelkan sesar-sesar dan horison
yang sebelumnya sudah diinterpretasi pada penampang seismik yang nantinya akan
49
diintegrasikan dengan interval reservoir yang menjadi fokus penelitian (Reservoir
Formasi Minahaki). Pemodelan struktur tiga dimensi meliputi beberapa tahapan
diantaranya adalah fault modelling, pillar gridding, pembuatan horison, dan layering.
N
50
3.3.1.2. Pillar Gridding
Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah pillar gridding yang merupakan proses
pengonversian sesar-sesar yang sebelumnya telah dimodelkan kedalam 3D grid dan
membatasi area cakupan daerah penelitian dengan membuat boundary.
Keluaran dari tahapan ini adalah berupa skeleton framework (Gambar 3.17) yang
merupakan batasan dari zona yang dipengaruhi atau dipotong oleh sesar-sesar yang ada.
Ketika zona reservoir terdapat didalam skeleton framework tersebut maka reservoir
tersebut akan dipengaruhi atau dipotong oleh sesar.
Gambar 3.17 Hasil skeleton framework dari pillar gridding pada daerah penelitian.
Pada tahapan ini, peta struktur kedalaman yang sebelumnya telah ditentukan dan
sesar-sesar yang sudah dalam bentuk tiga dimensi diintegrasikan keduanya dalam
51
(m)
proses pembuatan horison. Keluaran dari tahapan ini adalah bentuk tiga dimensi dari
peta struktur kedalaman yang sudah dipengaruhi oleh sesar-sesar (Gambar 3.18).
52
3.3.2.1. Layering
Layering merupakan suatu proses untuk menentukan jumlah kotak grid pada
suatu area yang sangat tergantung pada ketebalan suatu zona reservoir. Semakin tebal
suatu zona maka semakin banyak layer yang harus dibuat agar nilai yang didapat akan
merepresentasikan nilai pada log sebenarnya (Gambar 3.19).
Vclay Vclay
Gambar 3.19. Contoh hasil layering dalam perhitungan tiga properti petrofisika
53
3.3.2.2. Upscaling Log
Upscaling log merupakan suatu proses untuk menentukan nilai pada setiap
kotak grid yang tersedia. Nilai yang dimasukkan berupa nilai yang dirata-ratakan dalam
setiap layer yang dibuat. Validasi dari hasil upscaling log ini dapat dilihat pada
histogram ketiga properti (Gambar 3.20) yang menunjukkan perbandingan antara nilai
yang suda ter upscaled (hijau) dengan nilai log sebenarnya (merah).
Gambar 3.20 Histogram dari ketiga properti petrofisik yang menunjukan kesesuaian
antara nilai log yang sudah ter-upscaled (hijau) dan nilai log sebenarnya (merah)
54
Gambar 3.21 Contoh hasil penentuan Major Direction dan Minor Direction pada
interval reservoir untuk pemodelan porositas
55
Nilai NTG adalah 1 ketika memenuhi persyaratan berupa nilai vcl < 0.4, nilai
porositas > 0.04, dan nilai saturasi air < 0.5 dan bernilai 0 ketika tidak memenuhi
setidaknya salah satu dari persyaratan tersebut.
56
Gambar 3.23 Plot silang RHOB dan NPHI pada Reservoir Minahaki.
Berikut merupakan hasil dari model 3 dimensi penyebaran 4 properti yaitu Vcl,
porositas, saturasi air, dan NTG (Gambar 3.24-Gambar 3.27) pada interval reservoir
penelitian.
57
Gambar 3.24 Model sebaran Vcl pada Reservoir Minahaki.
58
Gambar 3.26 Model sebaran Saturasi Air pada Reservoir Minahaki.
Tahapan terakhir pada studi ini adalah estimasi cadangan hidrokarbon di tempat
(IGIP) pada interval reservoir Minahaki. Perhitungan IGIP ini melalui beberapa
tahapan, yaitu:
Jenis kontak fluida sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis (Cosentino,
2001), yaitu:
1. LTG (Lowest Tested Gas) merupakan batas terbawah keberadaan gas berdasarkan
hasil tes laboratorium.
2. LKG (Lowest Known Gas)/ LIG (Lowest Indicated Gas) merupakan batas terbawah
keberadaan gas berdasarkan data petrofisik yang berupa data deep resistivity.
3. GDT (Gas Down To) merupakan batas keberadaan gas ketika air tidak ditemukan
pada sumur. Ini ditandai dengan reservoir pada interval tersebut terisi penuh oleh gas
pada kedalaman tertentu dan dibawah kedalaman tersebut sudah bukan batuan reservoir
lagi. Ini berarti kontak air gas tidak dapat ditemukan yang disebabkan oleh lokasi sumur
yang berada pada titik dimana interval reservoir berada diatas GWC (Gambar 3.28).
60
4. WUT (Water Up To) merupakan batas keberadaan gas ketika pada sumur hanya
ditemukan air. Ini ditandai dengan reservoir pada interval tersebut terisi sepenuhnya
oleh air pada kedalaman tertentu. Ini berarti kontak air gas tidak ditemukan dan
kemungkinan berada diatas batas WUT yang disebabkan oleh lokasi sumur yang berada
pada titik dimana interval reservoir berada dibawah GWC (Gambar 3.28).
5. GWC (Gas Water Contact) merupakan batas kontak antara gas dan air pada suatu
interval reservoir. Identifikasi GWC dapat dilihat ketika adanya perubahan nilai
gradient fluida dari gas ke air, perubahan nilai deep resistivity ataupun nilai saturasi air
pada suatu interval reservoir, ataupun dari data mud log. Selain itu, GWC juga
kemungkinan dapat terletak diantara GDT dan WUT, yaitu dibawah batas GDT dan
diatas batas WUT (Gambar 3.28).
Gambar 3.28 Jenis kontak fluida GDT, WUT, dan GWC (Cosentino, 2001)
Akumulasi dan sistem perangkap gas pada daerah penelitian dikontrol oleh
perangkap struktural. Pada interval reservoir ditemukan satu jenis kontak yaitu Gas
Water Contact (GWC). Penentuan GWC didapatkan dari batas terbawah log Sw yang
memiliki nilai kurang dari nilai pancung yang telah ditentukan sebelumnya serta
didukung dengan data DST pada sumur Dota-01 (Gambar 3.29) dan sumur Dota-02
(Gambar 3.30).
61
Gambar 3.29 Penentuan GWC pada sumur Dota-01
62
1600 2400 3200 4000 4800 5600 6400
DOTA-08DOTA-07 DOTA-04 DOTA-06 DOTA-03
Gas
-1400
-1400
Air
-1600
-1600
-1800
-1800
-2000
-2000
-2200
-2200
DOTA-02
1:32000 Air
63
Gambar 3.31. Penampang dan peta zona air-gas pada interval reservoir.
Tabel 3.1. Kontak fluida pada Reservoir Minahaki.
Kedalaman
Nama Jenis Dasar
Kontak (m,
Sumur Kontak Penentuan
TVDSS)
Analisis
Dota-01 -1718 GWC
Petrofisik
Analisis
Dota-02 -1718 GWC
Petrofisik
Perhitungan cadangan gas ditempat atau dikenal dengan Initial Gas in Place
(OGIP) dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
∅ =Porositas (fraksi)
Sw =Saturasi Air
Bgi =Formation volume factor untuk gas (0.0057, data internal perusahaan)
64
Di dalam perangkat lunak Petrel, perhitungan tersebut dijalankan dengan
langkah-langkah dibawah ini:
BV = A x h
NRV = BV x NTG
PV = NRV x ∅
HCPV = PV x (1-Sw)
IGIP = HCPV/Bgi
Hasil dari perhitungan kelima proses ini dapat dilihat Tabel 3.2.
Keterangan:
65
Tabel 3.2. Hasil perhitungan IGIP pada interval reservoir
66
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada penelitian ini,
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Perangkap hidrokarbon pada lapangan Dota berupa perangkap struktur yang berasosiasi
dengan batugamping reefal build-up berumur Miosen Akhir yang tumbuh pada lereng
mikrokontinen Banggai-Sula.
2. Interval reservoir merupakan bagian puncak dari Formasi Minahaki (Anggota
Mentawa) dengan tipe porositas utama bersifat vugular yang terbentuk akibat proses
diagenesis pada zona vadose.
3. Pemodelan properti petrofisik menunjukkan bahwa puncak Formasi Minahaki yang
berada pada fasies batugamping reefal buildup memiliki karakter reservoir yang baik
yaitu nilai porositas yang baik (diatas harga pancung 0.08), saturasi air rendah (di bawah
harga pancung 0.5), dan Vcl yang rendah (di bawah harga pancung 0.4).
4. Estimasi cadangan hidrokarbon di tempat (IGIP) dengan pendekatan pemodelan
reservoir pada interval penelitian memberikan angka IGIP sebesar 659 BSCF.
67
DAFTAR PUSTAKA
Garrard, R.A., Supandjono, J.B., dan Surono. 1988. The geology of the Banggai-Sula
microcontinent. Eastern Indonesia. Proceedings Indonesian Petroleum Association
17th Annual Convention, 23-52.
Livsey, A.R., N. Duxbury, dan F. Richards. 1992. The geochemistry of Tertiary and
Pre-Tertiary source rocks and associated oils in Eastern Indonesia: 21st Annual
Indonesian Petroleum Association Convention Proceedings, October 1992.
68