Askep Kala 2
Askep Kala 2
Askep Kala 2
2. Perineum menonjol
4. Tekanan anus
Diagnosis Past
1. Pembukaan lengkap
1. Kontraksi Uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel – sel otot tekanan pada ganglia
dalam serviks dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ), regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada
peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang
harus di perhatkan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60 – 90 detk, kekuatan kontraksi, kekuatan
kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke
dalam, interfal antara kedua kontraksi pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Keadaan Seggmen Atas Rahim ( SAR ) dan Segmen Bawah Rahim ( SBR ). Dalam persalinan perbedaan
SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang
peranan aktf ( berkontraksi ) dan dindingnya bertambah tebal debgan majunya persalinan, dengan kata
lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar. Sedangkan SBR
dibentuk oleh isthimus uteri yan sifatnya memegang peranan pasif dan makin tpis dengan majunya
persalinan ( disebabkan karena regangan ), dengan kata lain SBR dan serviks menngadakan relaksasi dan
dilatasi.
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tdak
teraba lagi bibir porto, Segneb Bawah Rahim ( SBR ), dan serviks.
4. Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan, terutama pada dasar panggul
yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding – dindingnya tpis
karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas dan anus,
menjadi terbuka, perineum menonjol dan tdak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot
fisiologisyang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan
progesterone menurun kira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksi
uterus. Kontraksi utrus mula – mula jarang dan tdak teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian
menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring kemajuan persalinan.
Tekanan drah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg.
Pada waktu – waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tngkat sebelum persalinan. Dengan
mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat
dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
c. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidratt meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh aktfitas otot. Peningkatan aktfitas metabolic telihat dari peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut jantung dan cairan yang hilang.
d. Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertnggi selama dan segera setelah
melahirkan. Perubahan suhu di anggap normalbila peningkatan suhu yang tdak lebih dari 0,5 – 1o C
yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan
selama ttk puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantarakontraksi dan
peningkatan selamafase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang
mencolok selama kontraksi uterus tdak terjadi jika wanita berada pada posisi miring bukan telentang.
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih meningkat disbanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
f. Perubahan Pernafasan
g. Pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma
ginjal. Poliura menjadi kurangjelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama persalinan.
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh
penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan
lambat sehingga waktu penosongan lambungg menjadi lebih lama. Cairan tdak di pengaruhi dan waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap sepert biasa. Lambung yan penuh dapat
menimbulkan ketdaknyamanan dan penderitaan umum selama masa tansisi. Oleh karena itu, wanita
harus di anjurkan untuk tdak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan
minum ketka keinginan tmbulguna mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum
terjadiselama fase transisiyang menandai akhir fase pertama persalinan.
i. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1,2 gr / 100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum
persalinan pada hari pertama pascapartum jika tdak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi,
tergantung pada persiapan dan bimbingan antsipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi
persalinan, dukungan yang di terima wanita darri pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan
pemberiperawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada dan apakah bayi yang di kandungnya
merupakan bayi yang di inginkan atau tdak.
Dukungan yang di terima atau tdak di terimaoleh seorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan,
termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologinya pada saat
kondisinya sangat rentan setap kali kontraksi tmbul juga pada saat nyerinya tmbul secaraberkelanjutan.
D. FASE KALA II (Aderhold dan Robert)
1. Fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap sampai tmbul keinginan untuk meneran
2. FaseII : fase peneranan, mulai dari tmbulnya kekuatan untuk meneran sampai kepala crowning
(lahirnya kepala)
3. Fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan bayi
Kriteria
Fase I
Fase II
Fase III
Kontraksi
Periode tenang
Sangat kuat
Ø Kekuatan
eksplusif
Ø Frekuensi
2-3 menit
2-2,5 menit
1-2 menit
Penurunan
cepat
Show
Semakin meningkat
Vokalisasi
Perilaku ibu
Merasa lega telah sampai ke tahap 2, leth, merasa dapat mengendalokan diri
Merasa sangat ingin mengedan, mengybah pola nafas, mengeluarkan suara keras
Menyatakan nyeri luar biasa, tdak berdaya, penurunan konsentrasi dan pendengaran
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitsmus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitsmus
anterior/posterior).
a. Tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong.
b. Tekanan dari cairan amnion.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-
frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatkus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke
arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewat distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewat bawah simfisis
pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu
masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan
bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya
lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
F. PERSIAPAN PERSALINAN
3. Persiapan peralatan
d. Peralatan persalinan
G. Mekanisme Persalinan
1. Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala
janin telah masuk panggul ibu
2. Descent merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan amnion,
tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin
3. Fleksi-menekur, sangat pentng bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil masuk
panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir yaitu
diameter suboccipito bregmatka (9,5 cm) menggantkan diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi
disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini
terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan
defleksi.
4. Putaran paksi dalam/rotasi internal, pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang kepala
bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan
kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putara paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tdak terjadi tersendiri, tetapi selalu kepala
sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa panggul. Sebab-sebab putaran
paksi dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala. Pada
bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas
dimana terdapat hiatus genetalis antara M. Levator ani kiri dan kanan. Pada ukuran terbesar dari bidang
tengah panggul ialah diameter anteroposteriorRotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter
enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter
anteroposterior dari panggul
5. Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau
defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul
dimana gaya tersebut membentuk lengkungan Carrus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang
vulva sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah
occiputnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai ttk poros. Uterus yang
berkontraksi kemudian memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala lebih
lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu
mendesaknay ekbawah dan satunya kerena disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas.
Resultantenya ialah kekuatan kearah depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah
sympisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas adalah bagian yang berhadapan dengan
subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan
mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomoclion
6. Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu. Setelah
kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran resttusi.Resttusi
adalah perputaran kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia
mengikut perputaran menuju posisi oksiput anterior. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior
dari pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak
lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikut lengkung carrus (kurva jalan lahir).
H. Penatalaksanaan
1. Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda past kala II tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk
meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara
berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30
menit, denyut jantung janin setap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan
abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan
kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat bergant posisi secara
teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.
a. Posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta,
vena kava inferior serta pembuluh lain dari sistem vena tersebut. hipotensi ini bisa menyebabkan ibu
pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin
b. Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan akan ada rasa
sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa postpartum(nifas)
c. Posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta dapat
melebarkan rongga panggul
d. Posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi, serta memberi
kesempatan bagi ibu untuk istrahat diantara kontraksi
e. Posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu bayio dalam mengadakan rotasi
posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi keluhan haemoroid
f. Posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. kandung
kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
g. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektf dalam membantu stmulasi kontraksi uterus serta
dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman. karena fokus
utama kita adalah berpusat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes.
4. Melahirkan kepala
Bimbing ibu untuk meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis,
tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan
kiri menahan puncat kepala agar tdak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan
kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
6. Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi
kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan
pada setap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan
tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah
tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk
melahirkan bahu posterior bayi.
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu
jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara
tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin
untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
Setelah seluruh badan bayi lahir Usap muka dan tubuh bayi dengan kain atau kasa bersih untuk
membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah. Lakukan penghisapan pada mulut dan
hidung bayi, selalu menghisap mulut dahulu sebelum menghisap hidungnya.
Kemudian pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah
penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari
badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan).
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat
menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan pengurutan pada tali pusat kearah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan
tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. Dengan
menggunakan klem DTT, klem tali pusat 3 cm dari pusat bayi.
I. FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
h. Dilatasi 10 cm
2. Diagnosa Keperawatan
e. Risiko infeksi
Intervensi :
· Kaji tngkat nyeri & ketdaknyamanan pasien melalui repon verbal dan non verbal.
R: Mengetahui kemajuan persalinan kesejahtetraan janin dan ibu sehingga dapat mengambil tndakan
yang tepat.
R : Menghambat impuls nyeri yang berdiameter kecil sehingga tdak dipersepsikan ke cortex cerebri.
R : Penurunan kepala yang menekan perineum (Perineum menonjol merupakan tanda siap melahirkan)
Kriteria hasil :
Perencanaan :
· Berikan support mental pada pasien dan berikan reinforcement saat pasien mengedan dengan baik.
· Temani pasien terutama pada saat gelisah dan anjurkan untuk mengungkapkan perasaan
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Persalinan kala II di mulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh janin.
Persalinan Kala II ini di bagi menjadi beberapa fase, yaitu fase I (tenang), fase II (mengeran), fase III
(perineal) di mana di setap fase-fase tersebut terdapat perbedaan baik dari perilaku ibu maupun derajat
kontraksi dan nyeri.
Dalam persalinan juga diperlukan persiapan-persiapan, baik itu persiapan dari ibu dan keluarga, maupun
persiapan penolong persalinan dan peralatan yang akan digunakan. Di antara persiapan-persiapan
tersebut yang perlu diperhatkan adalah persiapan ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga dalam hal ini
memegang peranan pentng, psikologis ibu mempengaruhi kelancaran proses persalinan. Dan kehadiran
keluarga dalam mendampingi ibu tentunya akan memberi dorongan psikologis ibu, tentunya dengan
tdak mengkesampingkan persiapan-persiapan yang lain.
Proses persalinan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yanh diantaranya Posisi tubuh si ibu,
Pencegahan rupture, melahirkan kepala, melahirkan bahu, melahirkan tangan dan tubuh serta kaki, dan
yang terakhir memotong tali pusat.
B. SARAN
1. Bagi penyusun, agar lebih giat lagi dalam mencari referensi-referensi dari sumber rujukan, karena
dengan semakin banyak sumber yang di dapat semakin baik makalah yang dapat disusun.
2. Bagi Insttusi, agar dapat menyediakan sumber-sumber bacaan baru, sehingga dapat mendukung
proses belajar mengajar.
3. Bagi pembaca, agar dapat memberikan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astut, Tit. 2006. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Masa Intranatal. Banda Lampung: Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Jurusan Keperawatan.
Diklat Kuliah Kebidanan. 2007. Kala 2 Persalinan. Prodi Kebidanan Jakarta:Cipto Mangunkusumo.
Liesmayani, Elvi Era. 2008. Materi Ajar Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin. Bandar
Lampung:Akademi Keperawatan Panca Bhakt
Varney, Kriebs JM, Gegor CL. 2002. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta
Saifuddin, Abdul bari. 2002. Buku Panduan Praktk Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP.
Jakarta
Lynda juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monika Ester,EGC,
Jakarta.
Marilyn E. Doengos 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta