Aspek Biologis Ikan Nila
Aspek Biologis Ikan Nila
Aspek Biologis Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh :
Kelompok 13/Perikanan C
Sonia Putri 230110170157
Rhafli Osye A. 230110170158
Ardy Rahadiansyah 230110170159
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
PJ Asisten Laboratorium
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Laporan praktikum yang berjudul Analisis Aspek Biologis Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dibuat untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah
Biologi Perikanan pada Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen dan asisten mata kuliah Biologi Perikanan atas segala bimbingan dan
masukkan yang telah diberikan.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan
praktikum, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang
membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktikum
yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... v
I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................. 2
Manfaat ............................................................................................ 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila................................................................. 3
2.1.1 Taksonomi Ikan Nila........................................................... 3
2.1.2 Morfologi Ikan Nila............................................................. 4
2.1.3 Habitat Ikan Nila.................................................................. 4
2.1.4 Pertumbuhan Ikan Nila........................................................ 4
2.1.5 Reproduksi Ikan Nila........................................................... 5
2.1.6 Kebiasaan Makanan Ikan Nila............................................. 5
2.2 Pertumbuhan........................................................................ 5
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan................ 6
2.2.2 Pola Pertumbuhan................................................................ 8
2.2.3 Faktor Kondisi..................................................................... 8
2.3 Reproduksi........................................................................... 9
2.3.1 Rasio Kelamin..................................................................... 9
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG).................................... 10
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)....................................... 12
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI).............................................. 13
2.3.5 Fekunditas............................................................................ 14
2.3.6 Diameter Telur..................................................................... 15
2.3.7 Tingkat Kematangan Telur (TKT)....................................... 15
2.4 Kebiasaan Makanan............................................................. 17
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar......................................................... 18
2.4.2 Indeks Ivlev.......................................................................... 19
2.4.3 Tingkat Trofik...................................................................... 19
iii
3.5 Analisis Data ........................................................................ 27
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Aspek Pertumbuhan................................................ 29
4.1.1 Distribusi Ukuran................................................................. 29
4.1.2 Regresi Hubungan Panjang dan Bobot.................................. 31
4.1.3 Faktor Kondisi...................................................................... 32
4.2 Analisis Aspek Reproduksi................................................... 33
4.2.1 Rasio Kelamin ..................................................................... 33
4.2.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)...................................... 34
4.2.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)......................................... 36
4.2.4 Hepato Somatik Indeks (HSI) .............................................. 37
4.2.5 Fekunditas............................................................................. 37
4.2.4 Diameter Telur...................................................................... 38
4.2.4 Tingkat Kematangan Telut (TKT) ....................................... 38
4.3 Kebiasaan Makanan............................................................. 38
4.3.1 Indeks Bagian Terbesar........................................................ 39
4.3.2 Tingkat Trofik...................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 42
LAMPIRAN...................................................................................... 46
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Praktikum Analisis Aspek Biologis Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
memiliki tujuan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan
panjang bobot dan faktor kondisi.
2. Menganalisis aspek reproduksi meliputi rasio kelamin, TKG, IKG, HSI,
Fekunditas, Diameter Telur dan Tingkat Kematangan Telur
3. Menganalisis aspek kebiasaan makanan meliputi indeks bagian terbesar,
indeks ivlev dan tingkat trofik.
1.3 Manfaat
Praktikum Analisis Aspek Biologis Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
memberikan banyak sekali manfaat, diantaranya adalah praktikan dapat
menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan panjang
bobot dan faktor kondisi, aspek reproduksi yang meliputi rasio kelamin, TKG,
IKG, HSI, Fekunditas, Diameter Telur dan Tingkat Kematangan Telur, serta
aspek kebiasaan makanan meliputi indeks bagian terbesar, indeks ivlev dan
tingkat trofik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi
cukup tinggi. Ada tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah atau
nirah, dan nila albino (Sugiarto 1988 dalam Heti 2013). Menurut Saanin (1984),
ikan nila mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
3
4
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.1.3 Habitat
2.1.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dikatakan sebagai pertambahan ukuran panjang atau
berat dalam suatu waktu. Berdasarkan hasil penelitian Ramdhani et al. (2017) di
perairan Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa pertumbuhan
panjang pada ikan nila (Oreochromis niloticus) lebih cepat daripada pertumbuhan
5
2.1.5 Reproduksi
Ikan nila di Rawa Pening pada penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto
dkk (2013) ada sebanyak 33 ekor untuk jantan dan 25 ekor untuk betina yang mana
berarti ikan nila yang berada di Rawa Pening mempunyai rasio kelamin atau
perbandingan jumlah jenis kelamin yang tidak jauh berbeda atau bisa dikatakan
masih seimbang. Selain mengamati rasio kelamin, Subiyanto dkk. juga mengamati
fekunditas ikan nila yang berada di Rawa Pening yang mana mengasilkan data
fekunditas: pada bulan mei sebanyak 123 butir, bulan juni 398 butir, dan bulan juli
yang paling banyak ada 587 butir.
berukuran lebih besar akan memangsa makanan yang lebih besar dan melakukan
spesialisasi terhadap jenis makanannya (Effendie 1997).
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya panjang dan berat suatu
organisme yang dapat dilihat dari perubahannya dalam satuan waktu. Pertumbuhan
ikan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air, akan
tetapi sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek karena
dalam prosesnya banyak faktor yang mempengaruhi aktvitas pertumbuhan (Mulqan
dkk 2017; Effendi 1997).
Menurut Hidayat dkk. (2013) dalam Mulqan dkk. (2017), pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibagi kedalam dua bagian besar yaitu faktor
dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam antara lain meliputi sifat
keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan
makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi
perairan.
somatik dan gonadal, sehingga laju pertumbuhan ikan mature lebih lambat
dibandingkan ikan-ikan immature (Wahyuningsih dan Barus 2006).
Istilah penuaan mengacu pada proses perubahan negatif yang mengiringi
bertambahnya umur ikan. Proses ini ditandai oleh melambatnya pertumbuhan,
percepatan laju mortalitas, kapasitas reproduksi yang menurun secara bertahap, dan
meningkatnya abnormalitas anakan. Kurun umur tua tipikal memperlihatkan
perlambatan aktivitas yang diikuti oleh perubahan dalam cara makan, distribusi dan
tingkah laku lainnya (Rahardjo dkk. 2010).
2.3 Reproduksi
Ikan Bandeng jantan yang berumur sekitar 9 bulan umumnya sudah siap
memijah (matang gonad), sedangkan pada ikan betina kematangan tersebut dicapai
pada umur 12 bulan. Pemijahan terjadi sepanjang tahun, tidak tergantung musim
dan secara alami terjadi pada tengah malam sampai fajar. Menjelang memijah,
induk-induk menunjukkan sifat yang lebih agresif. Di alam, misalnya di perairan
umum, sebelum memijah biasanya Ikan Bandeng akan mencari tempat yang rimbun
dengan tanaman air. Substrat (tanaman air) itu merangsang pemijahan dan
digunakan sebagai tempat meletakkan telur-telurnya yang memiliki daya rekat
tinggi. Telur Ikan Bandeng berbentuk bulat, bening, berukuran 1,5 – 1,8 mm dengan
berat 0,17 – 0,20 mg.
diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma
yang terdapat di dalam testis (Effendi 2002).
Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok ikan,
ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah atau
belum, kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali memijah
dalam satu tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa meningkatnya
ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat kematangan gonad
(TKG) (Kordi 2010).
Penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan pengamatan secara
morfologi dengan mengacu pada kriteria Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
menurut Effendie (1979).
seiring dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk garis tengah telurnya.
Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan berpijah, kemudian berat
gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai
selesai.
Dengan nilai indeks kematangan gonad (IKG) akan sejalan dengan
perkembagan gonad, indeks kematangan gonad akan semakin bertambah besar dan
nilai akan mencapai kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Effendi
1979).
Nikolsky (1969) menggunakan tanda utama untuk membedakan
kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Perubahan yang terjadi pada gonad
dan tingkat perkembangan ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan
suatu indeks kematangan gonad (IKG). Nilai IKG untuk mengetahui tingkat
kematangan gonad saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas
reproduksi. Pengamatan ukuran oosit dapat memberikan informasi lebih jelas
tentang tingkatan aktivitas reproduksi (Tyler et al., 1991).
Selama proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat
dibersamaan dengan semakin bertambah besarnya ukuran termasuk garis tengah
telur. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan berpijah, kemudian
berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang berlangsung
sampai selesai. Indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen
merupakan hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat ikan termasuk
gonadnya dikalikan dengan 100 % (Effendi 2002).
2.3.5 Fekunditas
Semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan disebut
fekunditas. Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium
ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang
ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus
diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan
kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan
dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah.
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas mutlak
atau fekunditas total. Dalam ovarium biasanya ada dua macam ukuran telur, yaitu
15
telur yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Ada telur yang berukuran
besar akan dikeluarkan tahun ini, dan telur yang berukuran kecil akan dikeluarkan
pada tahun berikutnya, tetapi sering terjadi apabila kondisi perairan baik telur yang
sekecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar (Nickolsky dalam Effendi,
1979).
Nikolsky (1969) selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah
jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam
ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang
besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun
berikutnya.
Metode perhitungan fekunditas dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Mengitung langsung satu persatu telur ikan
b. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur.
c. Metode gravimetrik, yaitu perhitungan fekunditas telur dengan cara
mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur
dihitung.
diketahui bahwa fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang dapat
mencegah terjadinya oksidasi lemak (Darwisito et al., 2006).
Ukuran larva yang lebih besar biasanya berasal dari telur yang berukuran
besar pula. Perbedaan ukuran diameter telur tersebut disebabkan oleh mutu pakan
yang diberikan kepada induk, baik protein, lemak maupun unsur mikronutrien,
sedangkan komponen utama bahan baku telur adalah protein, lipida, karbohidrat
dan abu. Induk ikan gurame yang diberi pakan yang mengandung vitamin E
menghasilkan ukuran diameter telur yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa
diberi perlakuan vitamin E. Hal yang sama juga pada ikan patin, dimana induk yang
pakannya ditambah vitamin E menghasilkan diameter telur rata-rata lebih besar bila
dibandingkan dengan yang tanpa diberi vitamin E.
Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan
dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran
kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan
mulutnya diperlirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam
waktu relatif singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan
ukuran mulutnya akan menjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang
mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada
waktu masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan
makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan
merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya (Effendie 2002).
a. Herbivor
Ikan ini tidak memiliki gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat
menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tak mempunyai lambung yang benar
(yaitu bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekskresi asam, mudah
mengembang, terdapat di bagian muka alat pencerna makananya). Ususnya panjang
berliku-liku dindingnya tipis.
b. Karnivor
Ikan ini memiliki gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa
dan jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut,
dan menggilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal dan
elastis.
c. Omnivora
Ikan omnivora adalah ikan yang memakan sembarang materi dengan ukuran
tertentu yang bisa masuk kedalam mulutnya. Ikan ini memiliki penyesuaian yang
baik dengan berbagai makanan yang diberikan.
Ikan Bandeng termasuk kedalam golongan omnivora dan sangat rakus. Ia
gemar mengaduk-aduk dasar perairan untuk mencari makan. Makanan alaminya
meliputi tumbuhan air, lumut, cacing, keong, udang, kerang, larva serangga dan
organisme lainnya yang ada di perairan baik yang terdapat pada dasar perairan,
pertengahan maupun permukaan air (Zonneveld dkk. 1991).
Feeding habits adalah waktu, tempat dan cara makanan didapatkan
19
(Effendie 2002). Apabila melihat dari morfologi, Ikan Bandeng memiliki mata yang
besar yang menandakan Ikan Bandeng mengandalkan penglihatannya untuk
mencari makan dan berarti Ikan Bandeng mencari makan pada waktu terang. Ikan
Bandeng juga mencari makan dengan menyapu bagian dasar perairan. Untuk
mencari makan ditandai dengan adanya misai didekat mulutnya, untuk merasakan
adanya makanan pada dasar perairan.
waktu yang berbeda (Larger 1972; Effendi 1997). Penilaian kesukaan ikan terhadap
makanannya sangat relatif. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
hubungan ini ialah penyebaran organisme makanan ikan, ketersediaan makanan,
pilihan ikan terhadap makanannya, serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi
perairan (Effendi 1997).
21
22
W = a . Lb
Keterangan :
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
24
K= W/a.Lb
Keterangan :
K = kaktor kondisi
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept,
b = slope
3.4.3 Rasio Kelamin
Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan
betina yang diperoleh sebagai berikut :
X=J:B
Keterangan :
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)
3.4.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Menurut Effendi (1992), perhitungan indeks kematangan gonad/ gonado
somatic index dengan rumus sebagai berikut :
IKG= BgBt×100%
Keterangan :
IKG = indeks kematangan gonad (%)
Bg = bobot gonad dalam gram
Bt = bobot tubuh dalam gram
3.4.5 Hepato Somatik Indeks (HSI)
Menurut Effendie (1997) HSI dihitung dengan rumus sebagai berikut :
25
HSI= BhtBt×100%
Keterangan :
HSI = Hepato somatic index (%)
Bht = Bobot hati ikan (gram)
Bt = Bobot tubuh (gram)
3.4.6 Fekunditas
Fekunditas ikan dapat dihitung berdasarkan metode volumetrik (Effendie
1997) dengan rumus :
F= BgBs×Fs
Keterangan :
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
Ds=√D×d
Keterangan :
Ds = diameter telur sebenarnya (mm);
D = diameter telur terbesar (mm);
d = diameter telur terkecil (mm)
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur
Persentase tahap kematangan telur dihitung berdasarkan kriteria sebagai
berikut (Nurmadi 2005):
Vi x Oi
IPi = x 100%
∑ni=1 Vi x Oi
Keterangan :
Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
ri − pi
E=
𝑟𝑖 + 𝑝𝑖
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
∞
𝑇𝑡𝑝 𝑥 𝐼𝑖
𝑇𝑝 = 1 + ∑ ( )
100
𝑛=1
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam riset disajikan dalam bentuk grafik, gambar dan
tabel. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif (Effendi 1979).
2. Rasio Kelamin
Menurut Supardi (2013), untuk menentukan keseimbangan jenis kelamin,
digunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan persamaan :
28
𝑛
2
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖)2
𝑥 =∑
𝐸𝑖
𝑖=1
Keterangan:
X2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
- Apabila nilai x2hitung > x2tabel, maka Ho ditolak artinya nibah kelamin
tidak seimbang.
seimbang
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.6
50%
0.5
0.4
PERSENTASE (%)
0.3
23%
0.2
13%
0.1 8%
2% 2% 1%
0% 0%
0
40-61 62-83 84-105 106-127 128-149 150-171 172-193 194-215 216-237
INTERVAL (MM)
Gambar 2. Grafik Distribusi Panjang Ikan Nila
Berdasarkan data yang di dapat oleh satu angkatan maka dapat dianalisis
distribusi panjang yaitu data tersebut menunjukkan bahwa ukuran panjang ikan nila
yang di dapat oleh satu angkatan paling banyak berada di interval 62-83 mm dengan
persentase 50%, kedua berada di interval 40-61 mm dengan persentase 23% dan
ketiga berada di interval 194-215 mm dengan persentase 8% dan ukuran yang
paling rendah berada di interval 216-237 sebanyak 1%. Pada interval 106-127 mm
dan 128-149 mm tidak terdapat ukuran ikan karena nilai persentase-nya 0%. Nilai
maksimum dari data yang didapat oleh satu angkatan mengenai distribusi panjang
31
ikan ialah 234 mm dan nilai minimum dari yang di dapat oleh satu angkatan ialah
40 mm.
0.8 74%
0.7
0.6
PERSENTASE(%)
0.5
0.4
0.3
0.2
9%
0.1 6% 5%
0% 1% 1% 2% 1%
0
INTERVAL (G)
Dari data distribusi bobot ikan nila yang di dapat oleh satu angkatan,
menunjukkan bobot ikan tertinggi berada di interval 1,36-23,7 gr dengan persentase
74%, kedua terdapat di interval 135,46-157,8 gr dengan persentase 9%, dan ketiga
ada di interval 90,76-113,1 gr dengan persentase 6%, dan bobot ikan terendah
berada di interval 46,06-68,4 gr; 68,41-90,75 gr; dan 180,16-202,5 gr dengan
persentase 1%. Sedangkan pada interval 107,61-123,05 dan 123,06-128,5 gr tidak
terdapat ukuran bobot ikan karena persentase-nya 0%. Nilai maksimum bobot ikan
nila dari data yang didapat oleh satu angkatan ialah 202,44 gr dan nilai minimum
bobot ikan nila dari data yang di dapat oleh satu angkatan ialah 1,36 gr.
bobot ikan nila karena di pengaruhi oleh beberapa faktor ini ada yang dapat
dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar
dikontrol yaitu keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Umur juga
mempengaruhi pertumbuhan dari hormon dan pencernaan ataupun organ vital.
Faktor luar yang mempengaruhi adalah suhu perairan dan makanan. Namun, belum
diketahui secara pasti faktor mana yang memberikan dampak lebih besar terhadap
pertumbuhan (Effendie 1997).
2.50
y = 2,9226x - 4,6253
2.00 R² = 0,9362
r = 0,9675
1.50
1.00
0.50
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Dari grafik tersebut, dapat dianalisis bahwa hubungan panjang dan berat
ikan dalam suatu populasi dapat diperoleh nilai b untuk menentukan tipe
pertumbuhan ikan nila, nilai b dari ikan nila yang digunakan oleh satu angkatan
dalam praktikum ini yaitu sebesar 2,9226, berarti data tersebut menunjukkan bahwa
nilai b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allometrik negatif, pertambahan
panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat sehingga menunjukkan keadaan
ikan yang kurus. (Effendi 1997). Jadi, pakan yang didapatkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan dalam hal pertumbuhan panjang ikan, namun tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan bobot pada ikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani et al. (2017) di
perairan Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan panjang pada ikan nila (Oreochromis niloticus) lebih cepat daripada
pertumbuhan beratnya, sehingga mengindikasikan bahwa ikan nila memiliki pola
pertumbuhan allometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,433.
Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu
14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-
30°C. Kandungan oksigen air minimal 4 mg/l, kandungan karbondioksida
maksimal 5 mg/l, kadar amoniak dalam air harus dalam batas yang tidak meracuni
(lebih rendah 0,1 mg/l) dan tingkat alkalinitas air berkisar 50-300 mg/l (BPPAT
DKP 2001). Ikan nila dapat hidup pada lingkungan yang mempunyai kisaran pH 5-
11 (Arie 2000).
34
8
7.015
7
6.403
5 4.641
4
3.385
3 2.543
1.968
2 1.563
1.268
1.048
1
0
40-61 62-83 84-105 106-127 128-149 150-171 172-193 194-215 216-237
Berdasarkan data yang ada di grafik, dapat disimpulkan faktor kondisi ikan
pada awal meningkat dan kemudian semakin menurun. Pada grafik diatas terlihat
bahwa semakin besar ikan maka nilai faktor kondisinya semakin menurun. Menurut
Paulu (1963) dalam buku Effendi (1997), mengatakan bahwa ikan yang berukuran
kecil mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketika ikan
bertambah besar. Nilai faktor kondisi ikan meningkat pada interval panjang total di
ukuran 40-61 mm. Hal ini dikarenakan pada ukuran ini ikan dalam keadaan matang
gonad sehingga pertumbuhan ikan juga meningkat, dan kemudian mulai menurun
sampai interval 216-237 mm, pertumbuhan ikan melambat karena sudah mencapai
titik tertinggi dalam pertumbuhan, pengaruhnya juga diakibatkan karena asupan
makan yang kurang dan faktor lingkungan dari ikan tersebut (Effendi 1997).
penelitian diperoleh nilai W sebesar 286 gram, L sebesar 194 mm, a sebesar 0,0007
dan nilai b sebesar 2,433. Dengan nilai tersebut, maka nilai faktor kondisi (Kn) ikan
Nila sebesar 1,11 artinya bahwa ikan Nila kurang pipih atau kurus. Jika dilihat
dalam grafik, terlihat bahwa ikan nila yang dipraktikumkan mempunyai satu
kelompok ukuran.
33
Rasio Kelamin
31%
69%
Hasil pengamatan rasio kelamin ikan nila dalam praktikum kali ini
mendapatkan hasil 65 ekor ikan bandeng betina dan 143 ekor ikan bandeng jantan.
Nisbah kelamin yang didapatkan sebesar 31% untuk ikan bandeng betina dan 69%
untuk ikan bandeng jantan. Berdasarkan uji chi-square dengan (α = 0,05)
didapatkan hasil 2 hitung > 2 tabel, maka nisbah kelamin ikan nila yang diamati
tidak seimbang. Banyaknya jumlah ikan nila berjenis kelamin jantan dapat
disebabkan terjadinya maskulinisasi yang terjadi pada larva ikan karena
dipengaruhi lingkungan, selain itu dapat juga disebabkan oleh pengaruh hormon
fitosteroid (Tremblay 1998).
34
Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) yang
menyatakan bahwa di alam perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini
dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan,
kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan. Ikan nila yang diamati
bersifat poliandri karena jumlah jantan lebih banyak daripada jumlah betina.
TKG Jantan
100% 2
90% 2
80%
1
70%
Jumlah Ikan
2
60% 2
50% 121 1 1 1 3 1
40%
30%
1 4
20% 1
10%
0%
terbanyak pada ikan uji berada pada TKG I dan TKG II ini menandakan banyak
ikan yang belum matang gonad.
Adapun ciri-ciri dari TKG I jantan ialah testis seperti benang, lebih pendek,
dan terlihat ujungnya dirongga tubuh dan warnanya jernih. Dan untuk TKG II ialah
ukuran testis lebih tebal, warna putih seperti susu, dan bentuk lebih jelas. Pada TKG
III ciri-cirinya antara lain testis tampak bergerigi, warna semakin putih, testis
semakin tebal dan mudah putus. Pada TKG IV morfologi sama seperti tingkat III
namun tampak lebih jelas, dan testis semakin pejal (Khairuman, dkk. 2008). Jika
dilihat dari data FishBase di Indonesia ikan bandeng memijah pada bulan Maret-
Mei, sedangkan pengamatan ini dilakukan pada bulan November yang mana belum
termasuk pada bulan mijah ikan bandeng yang ditandai dengan belum adanya gonad
yang matang pada ikan bandeng tersebut.
TKG Betina
3.5
3
Jumlah (ekor)
2.5 1 1
2
1.5 1
1 2 2
0.5 1
0
Bobot (gram)
TKG I TKG II
TKG II sebesar 1 ekor. Tingkat Kematangan Gonad terbanyak pada ikan uji berada
pada TKG I dan TKG II ini menandakan banyak ikan yang belum matang gonad.
Adapun ciri-ciri dari TKG I betina ialah ovarium terlihat seperti benang,
panjang sampai ke depan rongga tubuh, dan berwarna jernih. Lalu pada TKG II
ialah ukuran ovarium lebih besar mengisi seperempat rongga perut, permukaan
lebih gelap dan kekuningan, telur belum terlihat jelas dengan mata. Lalu pada TKG
III, ovarium lebih besar dari tingkat II, berwarna kuning, secara morfologi telur
mulai kelihatan butiran matanya, mengisi seperempat sampai setengah bagian
rongga perut, butiran telur sulit dipisahkan, dan diameter telur sekitar 14-25 mm.
Lalu pada TKG IV ovarium mulai mengisi dua pertiga rongga perut, berwarna
kuning, butiran telur lebih mudah dipisahkan, diamter telur sekitar 26-30 mm. dan
pada TKG V ovarium mengecil dan mengisi dari setengah bagian rongga perut,
berwarna jingga, butiran telur lebihi mudah dipisahkan, dan diameter telur sekitar
26-30 nm (Khairuman, dkk 2008).
IKG
2.50%
2.17%
2.00%
1.50%
IKG (%)
1.00%
0.65%
0.50% 0.39% 0.34%
0.20% 0.16% 0.25%
0.00% 0.00%
0.00%
0.00%
I II III IV V
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
HSI
1.60%
1.40%
1.40%
1.20% 1.08%
perrsentase
1.00%
0.80% 0.72%
0.59%
0.60%
0.40%
0.20%
0.00%
0.00%
I II III IV V
TKG
4.2.5 Fekunditas
Fekunditas meningkat sesuai dengan ukuran tubuh ikan. Umumnya
terdapat hubungan antara fekunditas dengan ukuran panjang, berat, umur, cara
penjagaan (parental care) dan ukuran butir telur (Moyle dan Cech 1988). Pada ikan
nila fekunditas berada pada jumlah sekitar 1000-2000 butir telur (SNI 2009).
Fekunditas ikan nila yang diamati mempunyai jumlah 1164 butir yang berarti
sesuai dengan jumlah fekunditas telur ikan nila menurut SNI (2009).
38
45% 42%
40%
35%
30%
25%
20%
20%
14%
15%
10%
10% 6% 7%
5%
0%
0%
jenis makanan ikan nila bervariasi tergantung dari stadia hidup dan habitatnya,
dimana ikan nila dewasa makanan utamanya terdiri dari organisme benthik dan
planktonik yang terdiri dari gastropoda, lamellibranchia, foraminifera, alga filamen,
diatoms, copepoda, nematoda, dan detritus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saat melakukan pengolahan data harus lebih cermat dan teliti agar data
benar dan hasil tidak sal
41
43
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air.University Riau Press. Riau.
217 p.
Ali, S. 2017. Effect of varying levels of lipid on growth performance, survival and
body composition of Milkfish (Chanos chanos). International Journal of
Fisheries and Aquatic Studies. Vol : 5(4): 30-34.
Caddy J. F., and G.D. Sharp. 1986. An Ecological Framework for Marine Fishery
Investigations. FAO Fish. Tech. Pap., 283.
Carlander, K.D., 1969. Handbook of freshwater fishery biology, volume 1. The
Iowa State University Press, Ames. Iowa. 752 p
Darwisito, S., 2006, Kinerja Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang
Mendapat Tambahan Minyak Ikan dan Vitamin E Dalam Pakan Yang
Dipelihara Pada Salinitas Media Berbeda, Disertasi, Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendie , M. I. 1979. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendie , M. I. 1992. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendie , M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture. Fishing News Book Ltd., London. 436
hlm. Jakarta. 83 hal. Inc. London
Khairuman, dkk. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT AgroMedia
pustaka. Jakarta.
44
Parceka, M.L. Analisis Deskriptif Kemunduran Mutu Kulit Ikan Bandeng (Chanos
Ccanos) Selama Penyimpanan Suhu Chilling Melalui Pengamatan
Histologis. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan. FPIK. IPB.
Bogor.
Saputra, R.N. 2018. Kebiasaan Makanan Luas Relung dan Tumpang Tindih
Pemanfaatan Pakan Komunitas Ikan di Waduk Jatigede Jawa Barat. Skripsi.
Universitas Padjadjaran.
45
Sari B.M. Sembiring, S. B. M., Andamari R., Muzaki A., Wardana I.K., J.H.
Hutapea, J.H., Astuti, N. W. W. 2014. Perkembangan Gonad Ikan Kerapu
Sunu (Plectropomus leopardus) yang Dipelihara dalam Keramba Jaring
Apung. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 6(1): 53-61.
SNI. 2013. Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal) – Bagian 3: Produksi Benih.
Lampiran 1. Alat
Lampiran 2. Bahan
Aquades
Ikan Bandeng
(Chanos chanos)
Larutan Sera
50
Di bedah bagian bawah perut ikan dari anus ke arah atas hingga
mencapai tulang kemudian bedah melintang ke arah operculum.
Di timbang gonad
SL FL TL
Pertumbuhan
No. Kelompok Kelas
Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
Pertumbuhan
No. Kelompok Kelas
Panjang (mm) Bobot (g)
SL FL TL
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Detritus Draksi Hewan Cacing
1 45% 10% 45%
2 10% 90%
3 100%
4 40% 60%
5 50% 50%
6 100%
7 12% 88%
8 30% 70%
9 100%
10 85% 5% 10%
11 20% 80%
12 85% 5% 10%
13 95% 5%
14 60% 30% 10%
15 65% 35%
16 75% 25%
17 70% 30%
18 70% 30%
19 20% 10% 70%
20 85% 15%
21 16% 84%
22 95% 5%
23 21% 79%
24 90% 10%
25 93% 7%
26 95% 5%
27 70% 10% 20%
28 100%
29 100%
30 15% 5% 80%
31 10% 90%
32 75% 25%
33 70% 30%
34 40% 60%
35 90% 10%
36 100%
37 40% 60%
65
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Detritus Draksi Hewan Cacing
38 85% 15%
39 20% 80%
40 100%
41 20% 80%
42 13% 69% 18%
43 91.60% 8.40%
44 85% 15%
45 28% 72%
46 35% 65%
47 85% 15%
48 100%
49 60% 40%
50 13% 87%
51 20% 80%
52 40% 60%