Program Jaring Pengaman Sosial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM JARING PENGAMAN SOSIAL

Pengampu Ahmad Chafid Alwi S.Pd., M.Pd.

Oleh
Salwa Nadhira Girindra Nareswari 18808144006
Dyah Kusumaningrum 18808144025
Septria Indah Cahyani 18808144008
Cahyaningtyas Gupitowati 18808141016

MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI


YOGYAKARTA TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya sehingga
kami dari kelompok 6 dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah ekonomi kerakyatan
yang berjudul “Program Jaring Pengaman Sosial” dengan tepat waktu. Tak lupa kami ucapkan
kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah membimbing dan membina sehingga
tugas dapat terselesaikan dengan baik.
Sesuai judul dari makalah ini, kami mencoba menjelaskan materi tentang Program
Jaringan Pengaman Sosial, mencakup penjelasan secara umum dan spesifik dari program
tersebut. Selain dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah ekonomi kerakyatan, kami
juga bermaksud untuk berbagi ilmu dari materi tersebut kepada para pembaca.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran dari para pembaca yang dapat menjaikan masukan
untuk kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu
pengetahuan pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................


2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................
4
A.Latar Belakang .................................................................................................................
5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................
5
C. Tujuan
............................................................................................................................... 5 BAB II
PENELITIAN TERDAHULU ................................................................................... 6
A. Gambaran Data Kemiskinan di Indonesia ........................................................................... 6
B. Metode Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan ................................................................... 6
C. Hasil Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan di Sumatra Barat ............................
7
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 8
A. Prinsip Dasar Jaring Pengaman Sosial .............................................................................
8
B. Klasifikasi Jaring Pengaman Sosial .................................................................................
8
C. Pendekatan Penetapan JPS .............................................................................................
10
D. Jenis-jenis JPS, Peluang, serta Kendala .........................................................................
10
E. Arah Kebijakan Jaring Pengaman Sosial .......................................................................
15
F. Pelaksanaan Alokasi Dana Jaring Pengaman Sosial ......................................................
15
G. Tim Pengendali dan Evaluasi Jaring Pengaman Sosial ..................................................
16

3
H. Kaji Ulang Program JPS ................................................................................................
17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................
19
Kesimpulan ...........................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan di Indonesia, khususnya bidang ekonomi, sebelum
terjadinya krisis telah mencatat sejumlah kemajuan, walaupun masih ditemui sejumlah
masalah pembangunan yang perlu segera ditangani dan dipecahkan. Permasalahan tersebut
dapat dikelompokkan menjadi masalah fundamental yang bersifat kronis, yaitu masalah
yang berkaitan dengan kesenjangan antar pelaku ekonomi /antar manusia, kesenjangan antar
daerah, dan kesenjangan antar sektor kegiatan ekonomi.
Masalah kesenjangan ini berakibat luas pada masalah kemiskinan, pengangguran, dan
kesejahteraan sosial seperti tingkat pendidikan dan kesehatan. Dalam aspek makro, masalah
kesenjangan merupakan implikasi dari kurangnya perhatian pencapaian tujuan
pembangunan untuk rakyat mewujudkan “juri teradil” (Sumodiningrat, 1998). Masalah
pembangunan lainnya yang bersifat kejutan (shock) adalah berkaitan dengan krisis moneter,
ekonomi, dan politik seperti yang saat ini sedang menimpa bangsa Indonesia. Masalah yang
terakhir ini telah menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia menjadi sangat memprihatinkan.
Inflasi yang tinggi, pertumbuhan yang diperkirakan negatif, PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) dan meningkatnya pengangguran, kemiskinan yang semakih meluas dan krisis
pangan, juga telah membawa dampak negatif bagi kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat.
Keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia selama tiga puluh tahun Orde Baru
semestinya mampu menangkal berbagai masalah sosial-ekonomi masyarakat. Namun
demikian, kelemahan struktural berupa ketimpangan dalam ketersediaan prasarana,
kelembagaan, pengelolaan (governance), dan koordinasi pengelolaan sumberdaya nasional
menyebabkan proses pemulihan (recover) serta penanggulangan dampak krisis berlangsung
sangat lambat. Jaring pengamanan sosial merupakan satu instrumen yang terkoordinasi dan
terpadu antara program pembangunan khusus menanggulangi keadaan krisis (crash

4
program) dan program pembangunan reguler menanggulangi masalah kronis tantangan
fundamental ekonomi berupa kesenjangan, kemiskinan dan ketertinggalan.
Negara-negara yang terkena imbas krisis ekonomi atau bencana alam harus menghadapi
realita yang cukup pahit, yakni ketidakmampuan untuk mengisolasi kawasannya dari
dampak negatif krisis ekonomi dan bencana alam tersebut atas masalah sosial. Namun
demikian, bagi negara yang menganut paham negara kesejahteraan (welfare state) yaitu
negara yang sudah memiliki program jaring pengaman sosial, tidak sulit untuk
menanggulangi dampak krisis ekonomi dan bencana alam tersebut. Upaya ini bisa dilakukan
melalui upaya mengkoordinasikan, mengalokasikan, dan menyalurkan dana jaring
pengaman sosial langsung kepada kelompok sasaran masyarakat yang terkena dampak. Jika
tidak, akan timbul dampak yang lebih buruk pada individu atau keluarga sebagai kelompok
sasaran (vulnerable group) (Anggito Abimanyu dkk, 1998).
Di sisi lain, masalah pendanaan jaring pengaman sosial seringkali menimbulkan
permasalahan tersendiri. Dalam situasi krisis dan keterbatasan sumber dana pemerintah
seperti yang saat ini terjadi di Indonesia, pelaksanaan program jaring pengaman sosial akan
menemui banyak keterbatasan. Kalaupun dananya bisa disediakan dalam jumlah yang cukup
(misalnya melalui pinjaman/bantuan luar negeri), persoalan lain yang timbul adalah
bagaimana mengelola dana tersebut agar bisa cepat dan tepat mengenai sasaran, sehingga
penanggulangan dan pemulihan bisa dilakukan secara efektif, efisien, dan segera? Oleh
karenanya, perlu dibentuk suatu mekanisme yang terstruktur mulai dari tahap perencanaa
pengelolaan, hingga merumuskan agenda aksi yang dapat memenuhi kebutuhan individu
atau kelompok sasaran.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas mengenai model
program jaring pengaman sosial yang mungkin cocok diterapkan di Indonesia. Model yang
akan dibahas tentunya diharapkan bisa terealisasikan kedepannya untuk membantu
menangani masalah jaring pengaman sosial di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar dan klasifikasi Jaring Pengaman Sosial?
2. Apa pendekatan untuk menetapkan Jaring Pengaman Sosial?
3. Apa jenis, peluang, serta kendala program Jaring Pengaman Sosial?
4. Bagaimana arah kebijakan Jaring Pengaman Sosial?
5. Bagaimana peran tim pengendali dan evaluasi Jaring Pengaman Sosial?

5
D. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menginformasikan mengenai prinsip,
klasifikasi, dan pendekatan yang ada dalam program Jaring Pengaman Sosial. Selain itu,
makalah ini juga menginformasikan jenis, peluang, serta kendala program Jaring Pengaman
Sosial sehingga bisa memberikan arah kebijakan dan peran tim pengendali dan evaluasi
untuk mengongsong pembangunan di Indonesia serta memberikan berbagai saran dari
permasalahan perekonomian yang di hadapi oleh Indonesia.

BAB II PENELITIAN TERDAHULU

Bagaimana Hambatan Pengentasan Kemiskinan di Nagari Kumango Kecamatan


Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar?

A. Gambaran Data Kemiskinan di Indonesia


Menurut Ignes, N (2016) kemiskinan merupakan masalah sosial ekonomi yang tidak
hanya terjadi di negara Indonesia saja, tetapi di negara maju kemiskinan masih mewabah.
Tahun demi tahun banyak kalangan dari pemerintah, aktivis, pengajar, mahasiswa, dosen,
maupun masyarakat umum menyoroti masalah kemiskinan tersebut. Data Badan Pusat
Statistik tahun 2015 menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia pada bulan
Maret 2015 telah mencapai 28, 59 juta orang (11, 22 persen). Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk miskin pada bulan September 2014, maka selama enam bulan tersebut
telah terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 0, 86 juta orang. Apabila
dibandingkan dengan bulan Maret tahun sebelumnya jumlah penduduk miskin telah
mengalami kenaikan sebesar 0, 31 juta orang. Begitu juga yang terjadi di Nagari Kumango
Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar. Pada tahun 2015 di Nagari Kumango,
masih ditemui RTM (Rumah Tangga Miskin) yang tidak mendapatkan KPS (Kartu
Pengendalian Sosial), Raskin dan bantuan Rumah Miskin dalam hal ini berarti permasalahan
tentang pemberian dan penerimaan program kemiskinan tidak hanya terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya namun pada masa kini pun masih sering kita temui.
B. Metode Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan
Berbagai program yang telah dirancang oleh para pemangku kepentingan untuk
mengentaskan kemiskinan Indonesia. Program-program pengentasan kemiskinan telah

6
dilaksanakan di Indonesia dan salah satunya di Provinsi Sumatera Barat, hal ini disebabkan
karena masih tingginya angka kemiskinan. Berdasarkan catatan Dinas Sosial (Dinsos)
Sumatera Barat, pada tahun 2014, jumlah penduduk miskin ada 354.738 KK atau 6, 8 persen.
Dinas Sosial Sumatera Barat terus berupaya menurunkan angka tersebut. Pada tahun 2015
Dinas Sosial Sumatera Barat menargetkan jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat
menjadi 6%. Data ini menunjukkan bahwa di Sumatera Barat masih terdapat ratusan ribu
rumah tangga miskin.

C. Hasil Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan di Sumatera Barat


Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh penguatan lembaga Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPD) baik provinsi maupun daerah
kabupaten/kota. Terdapat berbagai program pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat
seperti program bantuan kemiskinan yang bersifat jaringan pengaman sosial yaitu BLT/SLT,
Raskin (Beras Miskin), Rumah Miskin, dan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), Askes,
BPJS Kesehatan, dan program pengentasan kemiskinan yang mempunyai sifat penambahan
modal usaha untuk RTM yakni program KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah). Tidak
luput program PNPM Mandiri yang masuk telah masuk pada tahun 2007 sebagai program
pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan. Dengan adanya program-
program tersebut maka telah dapat memberikan dampak manfaat dan perubahan bagi
sebagian Rumah Tangga Miskin di Indonesia tidak terkecuali di Sumatera Barat.

7
BAB III PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Jaring Pengaman Sosial
Pengertian jaring pengaman Sosial (JPS) adalah jaring pengaman atau penyelamat
masyarakat, keluarga, danperorangan yang sedang dalam kesusahan. Jaring ditebar melalui
berbagai cara yaitu kerja dan upaya bersama antara instansi-instansi pemerintah, relawan,
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (Mubyarto (2007:14)
Penyempurnaan sistem JPS yang dilaksanakan di berbagai negara akhir-akhir ini
menunjukkan berbagai kecenderungan sebagai berikut :
1. Definisi kelompok sasaran (cakupan dan standarnya) makin dipertajam dan disesuaikan
dengan kemampuan keuangan negara dalam waktu jangka panjang, dengan
memperhatikan dampak beban antargenerasi.
2. Cakupan dan standar yang melebihi sasaran minimum tersebut tidk ditanggung oleh
negara dan diserahkan kepada masing-masing warga untuk memilih dan membelinya
dari pasar (sektor swasta). Sistemnya bukan alokasi langsung dari negara tetapi sistem
asuransi yang biayanya ditanggung sendiri oleh penerima manfaat.
3. Sasaran-sasaran yang masih ditanggung negara pun sekarang pemerintah cenderung
untuk “mengontrakkan” delivery systemnya kepada swasta, karena biasanya lebih efektif
dan lebih efisien daripada birokrasi.

8
B. Klasifikasi Jaring Pengaman Sosial
Jaring Pengama Sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan suatu negara sebagai
berikut :
1. Jaring Pengaman di Negara-Negara Berpenghasilan Rendah
Program ini dilakukan untuk menjangkau daerah atau negara-negara yang paling
rentan. Hal paling sulit dalam kehidupan rakyat di negara berpenghasilan rendah adalah
ketika mereka harus bertahan hidup agar tidak masuk dalam lubang kemiskinan dan
membantu mereka mengelola risiko dengan membiarkan mereka mempertahankan aset
yang didasarkan pada mata pencaharian hidup.
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dalam menyediakan bantuan untuk rumah
tangga terutama dalam menginvestasikan sumber daya manusia. Intervensi yang dapat
dilakukan bervariasi dari pekerjaan umum dan makanan serta programprogram transfer
tunai bersyarat. Negara berpenghasilan rendah mungkin akan menghadapi kapasitas
kelembagaan dan kendala keuangan.

2. Jaring Pengaman di Negara-Negara Berpenghasilan Menengah


Program ini bertujuan untuk mencakup semua kelompok sasaran meskipun mereka
cenderung fokus untuk membantu masyarakat miskin kronis. Maing-masing program
mungkin canggih, tapi kecanggihan mungkin belum menyebar ke semua program di
negara ini. Bukti menuunjukkan bahwa mereka memiliki rekam jejak kemajuan yang
kuat dalam desain dan implementasi.
3. Jaring Penngaman dalam Konteks Krisis
Terjadinya krisis yang diakibatkan oleh bencana alam tentu tidak dikehendaki oleh
rakyat. Namun jika bencana terjadi peran jaring pengaman sangat diperlukan. Akibat
dari bencana adalah hilangnya pendapatan akibat mata pencaharian yang hilang. Perlu
kontinuitas pendapatan usaha untuk melindungi dan menghindari kerugian yang bisa
terjadi kemudian. Jaring pengaman yang efektif harus dilihat sebagai pelengkap upaya-
upaya yang lebih besar untuk melindungi mata pencaharian dan melakukan
rekonstruksi dan pemulihan. Negara-negara dengan program yang ada dapat
memodifikasi untukl memberikan jaring pengaman setelah bencana alam.
Mereka mungkin perlu untuk menyesuaikan prosedur.
4. Jaring Pengaman untuk Memfasilitasi Reformasi
Reformasi di suatu negara biasanya selalu disertai gejolak sosial dan ekonomi.
Kerugian ini yang paling parah tentuya diderita oleh kelompok miskin. Mereka adalah

9
kelompok yang paling rentan terhadap krisis. Program ini dapat membantu orang
miskin untuk setiap kerugian yang diderita sebagai akibat reformasi, seperti
penghapusan subsidi. Program ini mungkin juga mempromosikan toleransi politik yang
diperlukan saat reformasi berlangsung. Meskipun pprogram yang ada bertujuan untuk
mengatasi krisis, hendaklah program yang sifatnya permanen dapat dilanjutkan.
5. Jaring Pengaman di Negara-Negara yang Rapuh
Negara miskin cenderung rawan konflik antar masyarakat. Akibat adanya konflik,
warga negara tersebut banyak mengungsi ke negara lain. Semakin diakui sebagai
program yang dapat membantu menghindari ancaman atau menghadapi rumah tangga
pengungsi pasca konflik atau pengaturan masalah intervensi jaring pengaman yang
dipilih, terintegrasi dengan tindakan lain. Ini dapat membantu dalam membangun
kembali masyarakat dan mencegah konflik di masa yang akan datang. Yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana dan kapan transisi dari upaya bantuan kemanusiaan
terutama untuk lebih strategis guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

6. Jaring Pengaman di Negara Maju


Tidak dapat dipungkiri, kesenjangan antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan
rendah akan selalu ada,meskipun di negara maju sekalipun. Program JPS di negara maju
telah menghasilakan tingkat kriminalitas yang dapat ditekan da umumnya tingkat
kemiskinan menjadi lebih rendah.
C. Pendekatan Penetapan JPS
Salah satu hal penting dalam pembuatan anggaran adalah Jaring Pengaman Sosial yang
berperan sebagai wadah pengalokasian uang untuk memenuhi kebutuhan ketika negara
menghadapi kendala keuangan. Selain itu, pembuatan Jaring Pengaman Sosial dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas agar masyarakat tidak berada di tingkat kehidupan yang kelayakan
minimum. Menurut Kiromim Baroroh dalam Ekonomi Kerakyatan, Konsep, &
Implementasi, pendekatan penetapan Jaring Pengaman Sosial ada tiga, yaitu :
1. Peran jaring pengaman dijaga agar relatif kecil terhadap kebutuhan, terlihat dari
pembatasan penerima manfaat hanya untuk sebagian orang miskin yang berada di
kategori tertentu;
2. Pembangunan modal fisik dan manusia dipastikan seimbang. Hal tersebut akan
membantu masyarakat yang berada dalam kategori miskin tetap bertahan dan
kedepannya akan mengurangi penyebab kemiskinan;

10
3. Bantuan internasional digunakan untuk membiayai bantuan sosial di negara-negara yang
memiliki penghasilan rendah. Selain itu, pihak yang memiliki keinginan untuk
meningkatkan pendonor menggunakan bantuan dengan cara seperti itu.
Menurut Gunawan Sumodiningrat dalam Jaring Pengaman Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat menyebutkan Program JPS memiliki pendekatan berupa pertumbuhan dengan
meratakan kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam wadah pengembangan
komunitas serta pendampingan. Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat (LPSM/LSM)
berperan sebagai penyedia tenaga pendamping yang berguna untuk memantau dan membina
pengelolaan bantuan. Pembangunan partisipatif digunakan sebagai prinsip pengelolaan
bantuan yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam wadah kelompok usaha produktif, seperti
poksar (kelompok sasaran), pokmas (kelompok masyarakat), dan lain-lain.
D. Jenis-Jenis Jaring Pengaman Sosial, Peluang, dan Kendala
Selama tiga puluh Orde baru keberhasilan pembangunan perekonomian di Indonesia
seharusnya dapat menangkal masalah sosial-ekonomi. Namun, struktural yang lemah berupa
ketimpangan dan sedikitnya prasarana, kelembagaan, dan koordinasi antara pengelola
sumber daya nasional menyebakan lambatnya proses pemulihan dan penanggulangan krisis.
Hal tersebut menjadikan Jaring Pengaman Sosial sebagai instrumen yang padu dan memiliki
koordinasi baik antara program pembangunan khusus guna menanggulangi keadaan krisis.
Selain itu, Jaring Pengaman Sosial berguna dalam program reguler untuk menanggulangi
tantangan fundamental ekonomi seperti kesenjangan, ketertinggalan, dan kemiskinan.
Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa macam program Jaring Pengaman
Sosial. Jenis program tersebut memiliki kendala dan peluang yang di kemudian hari
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan program. Jaring Pengaman Sosial dapat dilakukan
melalui upaya pengkoodinasian, pengalokasian, dan penyaluran dana langsung kepada
objek sasaran yang terkena dampak. Jika tidak dilaksanakan akan timbul dampak yang lebih
buruk pada keluarga maupun individu objek sasaran (Anggito Abimanyu dkk, 1998).
Berikut merupakan macam-macam jaring pengaman sosial beserta kedala dan
peluang.
1. Transfer Tunai (Cash Transfer)
Dalam menghadapi resiko kemungkinan berada di tingkat kemiskinan, pemerintah
memberikan bantuan berbentuk uang tunai. Transfer tunai memiliki tujuan utama agar
pendapatan dalam rumah tangga miskin mengalami peningkatan dan terhindar dari
kerentanan. Jenis transfer tunai, meliputi: a) Kebutuhan program bantuan berdasarkan

11
pengujian sebagian manfaat yang berupa transfer sesekali atau periodik. Selain itu,
memungkinkan diatur atau divariasi terngantung pada ukuran bantuan dan sumber daya
penerima; b) Terkadang tunjangan keluarga dibayarkan kepada keluarga yang memiliki
anak di usia tertentu. Transfer pada jenis ini dapat berupa barang kebutuhan anak-anak
atau subsidi seragam sekolah.
Transfer tunai memiliki peluang karena transfer yang diterima dapat digunakan
sesuai kebutuhan para penerima, penekanan terhadap biaya operasi, harga pangan dapat
didistrosi, dan pemanfaatan bantuan dapat berbeda sesuai tingkatan kebutuhan, ukuran
dan komposisi rumah tangga. Namun, diantara peluang tersebut, transfer tunai
terkendala dengan minimnya informasi yang akurat mengendai rumah tangga sasaran,
uang tunai dapat dipertukarkan dengan barang lain, dan transfer tunai dipengaruhi oleh
harga barang yang dibeli oleh para penerima manfaat.

2. Transfer Tunai Bersyarat


Program bantuan berupa pembayaran tunai kepada penerima yang memenuhi
syarat perilaku tertentu disebut dengan Transfer Tunai Bersyarat (TTB). Umumnya,
bantuan yang diberikan berupa penawaran pendidikan dan kesehatan pada anak-anak.
Pendekatan Transfer Tunai Bersyarat dengan memberikan uang kepada keluarga
miskin, pemberian berdasarkan perilaku tertentu seperti investasi dalam Sumber Daya
Manusia. Program ini tidak hanya bertujuan sebagai alat pemberantas kesimiskinan
jangka pendek, tetapi juga jangka panjang dan pengembangan SDM. Selain itu, transfer
tunai memberikan kesempatan dalam mewujudkan sinergi dalam bidang kesehatan,
gizi, dan pendidikan.
Pemantauan kodisi memerlukan waktu sensitif dan informasi yang intensif
merupakn kendala dalam pembagian bantuan menggunakan program Transfer Tunai
Bersyarat. Selain itu memerlukan kerja sama antara aktor lokal dan pemerintah pusat.
3. Program Makanan Berbasis
Jaring pengaman berbasis pangan atau konsumsi berkontribusi dan memadai
untuk perbaikan gizi baik dengan memberikan makanan melalui instrumen tertentu
seperti penjatahan makanan, pemberian kupon kemudian dipergunakan untuk membeli
makanan atau pemberian makanan secara langsung.
Secara umum, jaring pengaman berbasis pangan bertujuan untuk penjamin
penghidupan keluarga, program peningkatan daya beli (seperti melalui kupon makan),

12
dan peningkatan gizi serta pengurangan kesulitan hidup. Namun demikian, jaring
pengaman berbasis pangan sering menimbulkan perdebatan, menurut Christine
Weigand dalam Food-Based Safety Nets and Related Programs menyebutkan
penetapan sasaran menjadi masalah utama karena terbatasnya pilihan pangan bergisi
akan mengakibatkan penyalahgunaan dengan mekanisme mandiri (berdasarkan
keadaan gizi rumah tangga, besarnya kepemilikan dan kekayaan, tingkat pendapatan,
dan wilayah tempat tinggal). Selain itu, masyarakat lebih dapat menerima program
transfer uang dan dengan pemberian kupon atau jatah makanan hanya akan
meningkatkan harga makanan.
Jaring pengaman berbasis pangan memiliki beberapa jenis program antara lain:
a. Program pemberian makanan tambahan
Bentuk paling umum dari program ini adalah pemberian transfer makanan ke
sejumlah sasaran rumah tangga atau individu seperti memberikan makanan untuk
ibu dan anak dan program makan di sekolah. Makanan yang diberikan dapat
disiapkan dan dimakan di tempat, dapat juga diberikan dalam bentuk makanan
ransum yang bisa dibawa pulang. Program ini diberikan secara intensif, tetapi
biasanya tak hanya pemberian makanan saja, namun juga adanya layanan publik
lain seperti perawatan kesehatan.
b. Makanan untuk bekerja
Untuk mengurangi penurunan daya beli yang diiringi dengan pengangguran
musiman, gangguan periodik, dan kekeringan, pemerintah memberikan program
makanan untuk bekerja. Program ini memberikan upah dalam bentuk makanan
kepada para pekerja sosial. Secara umum program tersebut merupakan jaring
pengaman yang terbaik dan tepat, tak hanya memanfaatkan rumah tangga yang
memiliki kemampuan fisik, tetapi juga akan mengefektifkan kegiatan pembuatan
insfrastruktur.
c. Kupon Makanan
Kupon ini sering disebut dengan kertas tunai yang memiliki nilai baik dalam
satuan kuantitas ataupun satuan harga makanan tertentu. Program ini sangat
mendukung pengembangan usaha kecil seperti toko di wilayah pemberian. Namun,
kupon makanan sering mengalami kendala karena membutuhkan sistem yang baik
untuk melakukan pencetakan ataupun pendistribusian kupon. Selain itu, program
kupon makanan kurang efetif karena beberapa penerima menggunakannya untuk

13
membeli makanan tertentu, hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan pemerintah
untuk meningkatkan gizi masyarakat.
d. Distribusi makanan darurat
Program distribusi makanan darurat menyediakan makanan langsung baik
pemberian makanan tambahan seperti pada kasus pengungsian, kelompok rentan,
dan bantuan ketika masa krisis karena program transfer makanan semacam ini
merupakan sumber makanan satu-satunya, bahkan kemungkinakan menjadi
satusatunya sumber daya yang dapat diperoleh bagi individu atau rumah tangga.
4. Subsidi Umum
Subsidi diartikan sebagai bantuan sosial berbentuk transfer uang atau barang kepada
masyarakat dengan tujuan menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan.
Subsidi dapat berbentuk pengurangan harga ataupun pemberian pangan dan barang
tergantung alasan di balik pemberian subsidi, pihak penerima, dan sumber pemberi
subsidi (bisa berasal dari swasta, pemerintah, penerima pajak, dan lain sebagainya).
Subsidi umum yang diberikan kepada masyarakat terkadang mengalami masalah
berkaitan dengan kecondogan populasi perkotaan dalam program stabilisasi harga
mahal yang mengakibatkan ketimpangan. Secara umum, menurut Kiromim Baroroh
subsidi dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Universal / tidak langsung didukung oleh harga untuk beberapa makanan
Subsidi merupakan bagian dari upaya stabilisasi harga yang harus dibayarkan untuk
membeli makanan pokok. Pengendalian harga diharapkan dapat mencegah harga
tidak terlalu tinggi.
b. Penargetan subsidi terhadap penjualan
Subsidi dengan kategori ini biasanya terjadi di pusat pembelanjaan milik swasta
yang memungkinkan kuantitas barang dijatah dengan perbandingan jumlah rumah
tangga.
c. Subsidi bagi utilitas atau energi
Pemberian subsidi bagi utilitas atau energi merupakan salah satu program
pemerintah yang bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat dalam
beraktivitas sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan pasal 8 ayat (2) yang secara
umum menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah menjamin ketersediaan
bahan bakar yang menguasai hajat hidup orang banyak.
5. Karya umum

14
Program karya umum atau padat karya dimaksudkan untuk menyediakan lapangan
pekerjaan kepada masyarakat yang kurang terampil dengan durasi waktu yang pendek
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan penciptaan atau perbaikan infrastruktur.
Namun, karena keterbatasan keterampilan masyarakat yang bergabung dalam padat
karya, pemerintah harus mengawasi agar tidak ada kebocoran sumber daya.
6. Biaya keringanan, beasiswa, dan pembebasan
Untuk meningkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pemerintah terus
memberikan fasilitas yang ditunjukan kepada masyarakat yang berada di tingkat miskin
agar bersekolah. Fasilitas yang diberikan berupa biaya keringanan ataupun beasiswa.
Selain itu, program ini memungkinkan sekolah mendapat hibah yang dipergunakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.Dalam bidang kesehatan, pemerintah
menyediakan pelayanan gratis walaupun dalam kategori layanan tertentu masih berupa
pengurangan biaya. Keringanan dan pembebasan biaya kesehatan tak hanya ditunjukan
kepada masyarakat tidak mampu, melainkan kepada masyarakat umum.

Pada saat ini, Pemerintah Indonesia sedang memfokuskan pada pemberian bantuan
nontunai seperti yang sudah terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017
tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai. Bentuk yang diberikan kepada
masyarakat berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program
Keluarga Harapan (PKH), BPNT yang dapat ditukar dengan beras dan telur melalui ewarong
(elektronik warung gotong royong).
E. Arah Kebijakan Jaring Pengaman Sosial
Tujuan utama kebijaksanaa JPS yaitu memicu dan memacu upaya penyelamatan
(rescue) dan pemulihan (recovery) ekonomi. Sasaran dari kebijakan ini sebagai suatu upaya
pemulihan ekonomi adalah peletakan kembali landasan yang kukuh bagi pertumbuhan
ekonomi selanjutnya. Kebijakan Jaring Pengaman Sosial sebagai Kebijaksanaan khusus
diarahkan untuk meningkatkan upaya penanggulangan dampak krisis terutama penduduk
rentan krisis yang berada di desa/kelurahan yang paling parah terkena dampak krisis.
Secara khusus kebijaksanaan JPS bertujuan untuk :
1. Menciptakan kesempatan kerja produktif bagi para penganggur di berbagai sektor
kegiatan ekonomi.
2. Meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.

15
3. Meningkatkan kesejahteraan social ekonomi masyarakat terutama yang terkena
dampak langsung krisis.
4. Mengkoordinasikan berbagai program penanggulangan kemiskinan.
F. Pelaksanaan Alokasi Dana Jaring Pengaman Sosial
Agar program Jaring Pengaman Sosial (JPS) dapat terlaksana seperti yang diharapkan,
semua anggaran pembangunan perlu diarahkan pada upaya menumbuhkan kegiatan
ekonomi rakyat melalui tahap penyelamatan (rescue), pemulihan (recovery), kembali pada
tingkat pembangunan (reconstruction), dan pertumbuhan yang berkelanjutan (stability).
Beragai bantuan yang dipusatkan melalui mekanisme Daftar Isian Proyek (DIP) perlu
dipertajam dalam mekanisme Surat Pengesahan Anggaran Bantuan Pembangunan (SPABP)
dan dalam bentuk bantuan langsung kepada masyarakat penerima banuan (block grant).
Program JPS mengikutsertakan lembaga pengembangan masyarakat (LPSM) yang
berfungsi sebagai Pembina pemantau pengelolaan bantuan yang dilaksanakan oleh
masyarakat dalam wadah kelompok usaha bersama (pokmas). Sumber pembiyaanprogram
JPS meliputi dana bantuan pembangunan sector yang dialokasikan melalui mekanisme DIP
pusat sektoral ;dana bantuan pembangunan daerah melalui mekanisme SPABP.
Program JPS dilihat dari penajaman program sesuai kondisi sosial ekonomi masyarakat,
yaitu:
1. Program JPS berdasarkan sektor pembangunan.
Program sektoral JPS diarahkan pada peningkatan upaya penanggulangan
kesenjangan antar sektor pembangunan, terutama sector yang paling mendesak untuk
ditanggulangi dalam kondisi krisis ini.
2. Program JPS di Departemen Teknis
Kebijaksanaan JPS sektoral dari segi pelaksanaan teknis diselanggarakan oleh
berbagai departemen/LPND teknis. Secara operasional program JPS yang
diselanggarakan oleh departemen/LPND teknis dilakukan melalui perwakilan
departemen/LPND di daerah (Kanwil dan Kandep).
3. Program JPS Prioritas (JPS Inti, JPS-Core)
Kebijaksanaan jaring pengaman social yang dimulai pada tahun anggaran
1998/1999, pada awalnya memprioritaskan:
a. Peningkatan ketahanan pangan (food security)
b. Penciptaan lapangan kerja produktif (employment creatif)
c. Perlindungan sosial (socialitation)

16
d. Pengembangan usaha kecil menengah
4. Program JPS Monitoring Social Safety Net Adjusment Loan (SSN-AL)
Sebagian dana pembangunan berasal dari bantuan/pinjaman luar negeri. Sebagai
syarat negosiasi bantuan luar negeri tersebut program JPS yang sedang berjalan harus
dipantau.
G. Tim Pengendali dan Evaluasi Jaring Pengaman Sosial
Perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program JPS memerlukan peran serta semua
pihak. Bappenas berperan dalam perencanaan yang terkait dengan instansi pemerintah.
Departemen Keuangan mengkoordinasikan tentang perencanaan anggaran. Koordinasi
kebijakan teknis program JPS dilakukan oleh Menko Ekuin, Menko Kesra, dan Taskin
secara bersama, maupun sendiri-sendiri. Sementara pengendalian dan pemantauan
pelaksanaan JPS dilakukan oleh Tim Pengendali Gugus Tugas Peningkatan JPS. Unsur
pengawasan untuk mempertajam pelaksaan dan mengurangi penyimpangan :
1. Pemantauan dan pengawasan internal melalui mekanisme pelaporan kegiatan secara
berjenjang dari bawah ke atas.
2. Pemantauan dan pengawasan eksternal oleh instansi penanggung jawab kegiatan, dan
pengawasan dari Irjen dan BPKP.
3. Pemantauan dan pengawasan oleh lembaga independen dalam formasi Lembaga
swadaya masyarakat, perguran tinggi, atau konsultan independen.
4. Pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri (social control).
Pokok perhatian tim pengendali (Gunawan Sumodiningrat, 1999:177) :
1. Memantau penggunaan dana bantuan langsung kepada masyarakat
2. Membantu pengawasan masalah KKN dalam pelaksanaan JPS
3. Melakukan evaluasi dampak bantuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
4. Mengoptimalkan peran media massa untuk menjelaskan program JPS serta
meningkatkan transparansi dalam perencanaan dan pelaksanaannya
H. Kaji Ulang Program JPS
1. Segera menghentikan program JPS yang bercirikan :
a. Menambah beban utang pemerintah dan rakyat Indonesia.
b. Mematikan pemberdayaan masyarakat dan yang menggunakan pendekatan crash
program.

17
c. Membuat mabuk departemen, sehingga seluruh departemen berjuang untuk
memperoleh anggaran, terutama departemen yang tidak ada relevansinya dengan
program JPS.
d. Target sapu jagat yang mengutamakan masyarakat miskin baru tetapi mengabaikan
masyarakat miskin lama.
e. Bermuatan politis (status quo), yaitu program JPS dimanfaatkan untuk kepentingan
politik agar kekuasaan dapat dipertahankan.
f. Melibatkan masyarakat termasuk LSM dengan partisipasi semu.
2. Merekomendasikan agar pemerintah dan Bank Dunia membuat program baru dengan
substansi :
a. Menumbuhkembangkan program pemulihan pemberdayaan masyarakat untuk
kebutuhan dasar (pangan dan pendidikan).
b. Program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih memprioritaskan pada
sektor pertanian yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pokok.
c. Menumbuhkembangkan sektor informasi dalam penanggulangan kemiskinan di
daerah perkotaan.
d. Desain program yang dapat diintegrasikan dengan berbagai program yang telah
menunjukkan kinerja yang menonjol dilihat dari segi metodologis serta lebih
berpijak pada kemampuan masyarakat (comunity based).
e. Diperlukan kesamaan visi dan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang perlu
dilakukan dalam peningkatan kemampuan kelembagaan dan tenaga-tenaga profesi
dari berbagai pelaku program
f. Desentralisasi program semakin dituntut sehingga proses partisipasi dan demokrasi
dapat dibangun secara berjenjang dari masyarakat dan hirarki birokrasi vertikal,
perwujudan otonomi pemerintah tingkat II dan kemitraan LSM.
3. Menghimbau LSM seluruh Indonesia untuk (Murbyanto, 2017:184) :
a. Bersama-sama melakukan instropeksi.
b. Menggalang kebersamaan langkah.
c. Bersama pemerintah pusat dan daerah melakukan koordinasi dalam pemetaan,
penentuan program, transparansi dalam alokasi dana serta penentuan syarat atau
kiteria calon peserta dan pendamping.

18
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Program jaring pengaman sosial merupakan program penyelamat masyarakat, keluarga, dan
perorangan yang sedang dalam kesusahan. Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan
ekonomi. Masyarakat lokal perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan
permasalahan, merencanakan, dan melaksanakan berbagai program yang sesuai dengan
preferensi dan skala prioritas mereka sendiri.
Berbagai kebijaksanaan dan program penanggulangan masalah fundamental kesenjangan dan
peningkatan daya saing perlu dimantapkan dengan memberikan kesempatan rakyat lebih
berperan serta aktif. Beberapa harapan yang perlu direnungkan dalam optimalisasi
pembangunan nasional adalah: (i) memberikan kesempatan bagi peran serta aktif masyarakat
dalam proses pembangunan ekonomi yang lebih demokratis, (ii) pemberdayaan masyarakat
berkaitan dengan pemantapan otonomi daerah yang diselenggarakan secara nyata dan dinamis,
(iii) pemantapan perubahan struktur dari masyarakat sendiri dengan penajaman pada
modernisasi, (iv) keterpaduan dan keserasian antarpenduduk, antardaerah, antarsektor kegiatan
ekonomi, serta antara kegiatan makro dan mikro nasional.
Dengan adanya makalah ini kami mengharapkan masyarakat dan pemerintah sadar akan
pentingnya program jaring pengaman sosial. Pemerintah hendaknya memberikan bantuan dan
pelatihan kepada masyarakat supaya mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
dengan lebih leluasa sehingga program jaring pengaman sosial berhasil dilaksanakan. Dengan
demikian maka masyarakat dapat mewujudkan kemajuan Indonesia di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

19
Abimanyu, Anggito, dkk .1998."Social Safety Net Program (SSNP) di Indonesia; Latar
Belakang dan Mekanisme Implementasi", bahan masukan kepada Bappenas,
tidak dipublikasikan.
Baroroh, Kiromim. 2017. Ekonomi Kerakyatan, Konsep, & Implementasi. Yogyakarta: Graha
Cendekia
Christine Weigand. 2002. “Food-Based Safety Nets and Related Programs.” Social
Protection Discussion Paper No. 0225. Diakses pada 21 Februari 2019 dari
http://documents.worldbank.org/curated/en/128321468333938528/Catatan-
pentingmengenai-jaring-pengaman-sosial-jaring-pengaman-berbasis-pangan-dan-
programterkait-lainnya
Ignes, N. 2016. Bagaimana Hambatan Pengentasan Kemiskinan di Nagari Kumango
Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar?. Diakses pada 17 Maret 2019 dari
http://scholar.unand.ac.id/5353/2/BAB%20I.pdf
Mubyato.2007. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta : BPFE
Sumodiningrat, Gunawan. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Edisi
II. Jakarta : PT. Bina Row Pariwara

20

Anda mungkin juga menyukai