Makalah Geografi Indonesia

Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPARIWISATAAN TENTANG

RAGAM WISATA RAHTAWU DENGAN SISTEM PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas nilai Mata Kuliah Geografi Indonesia
Tahun 2018 Semester 3

Dosen Pembimbing:
Dr. Eva Banowati, M.Si.

Disusun oleh:
Sunia Bil Qur’ani (3201417005)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas
mencapai 42.516 hektar. Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan, 123
desa, dan 9 kelurahan. Kudus merupakan daerah industri dan perdagangan.
Dimana sektor tersebut merupakan sektor unggulan yang menopang sistem
perekonomian yang ada dan berkontribusi besar terhadap PDRB. Kabupaten
Kudus mempunyai potensi yang besar di sektor pariwisata. Potensi tersebut
antara lain potensi wisata alam, budaya, maupun religi. Potensi wisata alam
sebagian besar berada di Kawasan Gunung Muria, diantaranya Wisata Colo,
Air Terjun Montel, Rahtawu, Krida Wisata, Hutan Wisata Kajar. Wisata
budaya diantaranya yaitu Situs Purbakala Patiayam, Tugu Identitas Kudus dan
Museum Kretek. Selanjutnya untuk wisata religi yaitu dua makam Wali Songo
yaitu makam Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sebagian besar wisatawan
berkunjung ke obyek wisata religi dan budaya yakni sebanyak 80 %. Sisanya
20 % berkunjung ke obyek wisata alam (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Kudus). Sektor pariwisata di Kabupaten Kudus cukup
mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah daerah. Hal tersebut dapat
dilihat dari Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 12 Tahun 2015.
Anggaran untuk sektor pariwisata yaitu sebesar 4 % dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2016. Besarnya
anggaran tersebut turut serta dalam memajukan perkembangan sektor
pariwisata di Kabupaten Kudus. Anggaran untuk sektor pariwisata
diantaranya digunakan untuk mengembangkan infrastruktur pendukung
pariwisata. Infrastruktur tersebut turut serta dalam menunjang berkembangnya
berbagai obyek wisata di Kabupaten Kudus. Dengan adanya perkembangan
tersebut, bahkan menjadi inisiasi terhadap berkembangnya sektor lain di
sekitar lokasi obyek wisata. Contohnya sektor ekonomi masyarakat ikut
terbantu akibat adanya potensi wisata. Korelasi lain yang ikut terbantu atau
terkena dampak positif antara lain, sektor transportasi, biro perjalanan,
akomodasi, dan tempat tinggal. Salah satu obyek wisata di Kabupaten Kudus
yang menjadi lokasi kajian penelitian adalah Desa Rahtawu. Desa Rahtawu
yang terletak di Lereng Gunung Muria merupakan salah satu tempat wisata
alam di Kabupaten Kudus. Karakteristik alamnya yang masih alami membuat
desa tersebut mempunyai keindahan alam yang menarik. Obyek yang
potensial untuk dikembangkan sebagai wisata alam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja objek wisata yang sudah ada dan tersedia disana?
2. Bagaimana cara menjadikan Desa Rahtawu menjadi desa wisata yang
potensial yang menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan.
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui objek wisata yang sudah ada di Desa Rahtawu.
2. Menjadikan Desa Rahtawu menjadi desa wisata yang potensial yang
menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian yang dilakukan yaitu untuk memberi masukan
pengembangan peningkatan potensi di Desa Rahtawu agar bisa berkembang
dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah
Daerah (PEMDA). Serta mampu menjadikan dearah wisata rahtawu menjadi
daerah wisata yang berkelanjutan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Objek Wisata yang sudah ada di Desa Rahtawu

Desa Rahtawu yang terletak di Lereng Gunung Muria merupakan


salah satu tempat wisata alam di Kabupaten Kudus. Karakteristik
alamnya yang masih alami membuat desa tersebut mempunyai
keindahan alam yang menarik dan berpotensial untuk dikembangkan
sebagai wisata alam.
Misalnya adalah Wisata alam Kali Gedunggong, Kali Wetankali,
Kali Sumliro, Air Terjun Jodoh, Gunung Bunton, Gunung Abiyoso dan
Puncak Songolikur. Berikut ini merupakan gambaran objek wisata yang
ada di Desa Rahtawu:
1. Wisata alam Kali Gedunggong.
2. Wisata alam air terjun desa rahtawu

3. Wisata alam Dusun Wetan Kali rahtawu

4. Wisata alam Air Terjun Jodoh

5. Wisata alam Sendang Bunton


6. Wisata alam Puncak Songolikur.

7. Wisata alam Natas Angin.


8. Wisata alam kalibanteng.

9. Wisata Watu Pelangi Rahtawu

10. Wisata desa Semliro, Rahtawu


11. Omah dongkas

12. Gardu pandang bukit Geneng


13. Taman Tirta

Dengan adannya pengembangan wisata Desa Rahtawu maka terjadi


peningkatan wisatawan yang datang untuk berkunjung dan secara tidak
langsung kesadaran masyarakat akan wisata semakin meningkat dan
bukan tidak mungkin akan mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat dan
pendapatan daerah akan semakin meningkat dari sektor pariwisata
tersebut dan dapat mensejahterakan masyarakat setempat.

2.2. Cara menjadikan Desa Rahtawu menjadi desa wisata yang potensial yang
menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan data banyaknya objek wisata di desa Rahtawu
ini,menjadikan Desa Rahtawu menjadi desa yang potensial untuk
dikembangkan menjadi daerah pariwisata. Karena dilihat dari segi
letaknya, Desa Rahtawu ini terletak di lereng Gunung Muria dan desa ini
mempunyai karakteristik alam yang masih alami sehingga membuat desa
tersebut mempunyai keindahan alam yang menarik. Menurut Ratno
(2014), Desa Rahtawu mempunyai keindahan fisik yang bagus,
pemandangan yang menarik dan potensial untuk dijadikan sebagai salah
satu tempat wisata di Kabupaten Kudus. Namun dengan adanya berbagai
macam objek wisata Desa Rahtawu ini, membuat daerah ini menjadi
daerah yang ramai dan banyka dikunjungi oleh pengunjung, dan
membuat para warga sekitar berlomba dalam membuka wisata alam
lainnya yang lebih menarik pengunjung. Dan saat warga membuka lahan
untuk dijadikan objek wisata baru,lahan parkiran buat wisata,warung,dan
lain sebagainya perlu memperhatikan lingkungan sekitar, karena kita
ketahui bahwa daerah ini merupakan daerah lawan longsor,berdasarkan
hasil wawancara dengan warga sekitar, daerah ini merupakan daerah
longsor, dimana longsor pernah terjadi pada tahun 2006,2011,2013, dan
2014. Hal ini menandakan pola pikir masyarakat yang belum bisa
menjaga lingkungan sekitar, dan belum memahami tentang pariwisata
(karena daerah ini daerah wisata dan banyak warga menjadikan lahannya
untuk daerah wisata). Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dari
pemerintah setempat agar mengenalkan sistem pembangunan
berkelanjutan dalam membuka objek wisata didaerah tersebut dan
mengkoordinasikan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga
kelestarian alam sekitar supaya daerah tersebut senantiasa terjaga
kelestarian alamnya dan terhindar dari bencana longsor. Selain itu
kebijakan pemerintah yang lain adalah menjadikan Desa Rahtawu
menjadi kawasan hutan lindung, dimana masyarakat hanya boleh
memanfaatkan lahan milik pribadinya dan tidak boleh memanfaatkan
lahan yang ada di kawasan hutan lindung, supaya ekositem di daerah
tersebut tetap terjaga .
BAB 3
KESIMPULAN
Desa Rahtawu merupakan desa yang berpotensi menjadi daerah wisata,dilihat dari
segi letaknya Desa Rahtawu ini terletak di lereng Gunung Muria dan desa ini
mempunyai karakteristik alam yang masih alami sehingga membuat desa tersebut
mempunyai keindahan alam yang menarik. Menurut Ratno (2014), Desa Rahtawu
mempunyai keindahan fisik yang bagus, pemandangan yang menarik dan potensial
untuk dijadikan sebagai salah satu tempat wisata di Kabupaten Kudus. Namun desa
ini masih sering terjadi bencana tanah longsor berdasarkan data daerah ini pernah
terjadi longsor pada tahun tahun 2006,2011,2013, dan 2014. Oleh karena itu perlu
adanay pembangunan pariwisata yang berkelanjutan yang memperhatikan
ekosistem yang ada baik dari segi masyarakatnya dalam membuka lahan untuk
wisata dan dari segi pengunjungnya agar memperhatikan alam sekitarnya dengan
tidak membuang sampah sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kuduskab.go.id. (Wibesite Kabupaten Kudus). Diakses 5 November
2018.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
Soekadijo, R. 2000. Anatomi Pariwisata . Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai