Proposal KKL (Draft) - Gabungan Fix 2012

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Proposal Kuliah Kerja Lapangan

KAJIAN PENGEMBANGAN WISATA DI DUSUN KALIBIRU DESA


HARGOWILIS KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Oleh
Tim Kuliah Kerja Lapangan Program Studi S.2 Geografi

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KULIAH KERJA LAPANGAN
KAJIAN PENGEMBANGAN WISATA DI DUSUN KALIBIRU DESA
HARGOWILIS KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Tim Kuliah Kerja Lapangan Program Studi S.2 Geografi

Disahkan Oleh :

Dosen Pembimbing I

Drs. Sujali, M. S.

Tanggal.

Dosen Pembimbing II

Dodi Widiyanto, S. Si. M. Reg. Dev.

Tanggal.

A. LATAR BELAKANG
Fenomena geosfer yang tersebar di muka bumi tidaklah sama dalam hal
kuantitas dan kualitas. Oleh karena itu, perlu dirumuskan suatu konsep yang baku
dan dapat dipakai secara umum yang sesuai dengan variabel variabel terkait.
Pengembangan pariwisata tidak lepas dari unsur fisik maupun non fisik (sosial,
budaya, dan ekonomi), maka dari itu perlu diperhatikan peranan unsur
tersebut.Faktor

geografi

adalah

merupakan

faktor

yang

penting

untuk

pertimbangan pengembangan pariwisata. Salah satu faktor yang mampu


menumbuhkan serta menimbulkan variasi lingkungan alam dan budaya, sehingga
identifikasi karakteristik fisik dan non fisik suatu wilayah menjadi penting dalam
mengembangkan kepariwisataan adalah faktor perbedaan iklim (Sujali, 1989).
Pariwisata merupakan salah satu bagian yang menarik dari ilmu geografi
yang mana di dalam kajiannya terdapat keterkaitan dari aspek lingkungan,
keruangan, dan manusia.Dalam konteks pembangunan wilayah, kajian pariwisata
dapat berguna untuk pemerataan pembangunan dengan menciptakan kesejahteraan
bagi masyarakat sekitar objek.Konsep pariwisata yang berkelanjutan, konservasi,
edukasi dan pemberdayaaan serta partisipasi masyarakat lokal terhadap
pemanfaatan dan pengelolaan fenomena-fenomena geografis merupakan titik awal
pemikiran dari penelitian ini.
Pariwisata merupakan salah satu bidang pengembangan ilmu geografi, yang
memerlukan adanya obeservasi dan penelitian terlebih dahulu mengenai berbagai
potensi yang ada agar diketahui tentang apa (what) yang akan dikembangkan,
dimana (where) tempat/lokasi pengembangan, bagaimana (how) caranya, kapan
(when) waktu pelaksanaannya, siapa (who) yang bertanggung jawab atas
pengembangan tersebut, kenapa (why) harus dikembangkan. Damardjati
(1992:88) mengemukakan bahwa potensi wisata adalah segala hal dan keadaan,
yang diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga bermanfaat atau diwujudkan
sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan bagi usaha pengembangan
kepariwisataan, baik itu berupa suasana, benda maupun layanan atau jasajasa.Potensi adalah keadaan atau bagian yang mendukung perkembangan objek

wisata.Potensi dapat berupa keanekaragaman fisik, hayati, maupun budaya yang


mencirikan ke-khas-an suatu tempat.
Wisata alam (ekotourism) merupakan alternatif pengembangan dunia
kepariwisataan di Indonesia saat ini, namun kekayaan potensi sumberdaya
alamnya belum mampu dikembangkan secara optimal dan apabila dikembangkan
sangat sedikit yang mempertimbangkan aspek ekologisnya.Pengembangan sektor
pariwisata dituntut untuk mengarah pada terwujudnya pengembangan pariwisata
yang berkelanjutan (sustainability of tourism development) dimana dalam
pengembangannya, pariwisata selalu terkait dengan unsur fisik maupun non fisik
(sosial, budaya, dan ekonomi).Pengembangan industri pariwisata mempunyai
pengaruh yang cukup kuat bagi perkembangan wilayah di daerah sekitar obyek
wisata, sehinggga dapat bertindak sebagai 'leading industries'.Konsep leading
industries mendasarkan pemikiran bahwa pada pusat-pusat pertumbuhan terdapat
suatu kegiatan dan kegiatan tersebut merupakan daya tarik yang berupa obyek
wisata yang menarik dan padat pengunjung yang terletak pada lokasi yang
strategis (Sujali, 1989).
Kawasan wisata Kalibiru berada di Perbukitan Menoreh Kulonprogo
Yogyakarta, pada ketinggian 450 m dpl. Lokasi kawasan wisata ini terletak di
sebelah barat Kota Yogyakarta dengan jarak kurang lebih 40 km, atau hanya
berjarak 10 km dari Kota Wates, Ibukota Kabupaten Kulonprogo.kawasan wisata
ini dibangun atas inisiatif masyarakat di sekitar hutan Negara yang berkeinginan
agar hutan tersebut tetap tumbuh hijau, sejuk, dan lestari. Pengembangan sektor
pariwisata ini tidak lepas dari proses panjang upaya masyarakat Kalibiru untuk
meningkatkan tingkat perekonomiannya serta konservasi hutan.
Berdasarkan pada izin pemanfaatan hutan kemasyarakat yang diberikan
kepada

kelompok pengelola hutan maka pembangunan sektor pariwisata di

daerah ini semakin berkembang. Atraksi wisata yang didominasi dengan bentang
alam yang asri dan menarik ketika terpadukan dengan suasana masyarakat desa
yang ramah, santun, dengan rasa kekeluargaan dan masih mempertahankan
keaneka ragam seni budaya tradisional. Hal tersebut mampu menimbulkan rasa
tenang dan nyaman bagi siapa saja yang berkunjung di kawasan wisata alam ini.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di daerah Wisata Alam Hutan


Kemasyarakatan Kalibiru antara lain: Outbound, training, wisatapedesaan, wisata
budaya, wisata pendidikan, wisata keluarga, wisata tracking, wisata terapi alam
dan lain-lain.Namun demikian, kawasan wisata ini sampai saat ini belum
mendapat banyak perhatian dari pemerintah daerah sehingga perkembangannya
masih stagnant (jalan ditempat). Selain itu, jumlah visitor (pengunjung) yang
datang didaerah tersebut masih sedikit dikarenakan kurangnya promosi pemasaran
baik dimedia cetak maupun media elektronik. Hal tersebut, kemudian menjadi
permasalahan penelitian dimana masih perlunya pengembangan lebih lanjut
supaya eksistensi wisata alam di dusun Kalibiru menjadi sustainable.
B. PERUMUSAN MASALAH
Adanya potensi wisata alam yang bisa dikembangkan sebagai daerah tujuan
wisata di dusun Kalibiru namun belum dikelola secara maksimal oleh masyarakat
maupun pemerintah daerah. Potensi wisata merupakan salah satu modal dasar bagi
peningkatan kondisi ekonomi masyarakat jika dikelola secara profesinal dan
berkelanjutan. Masalah utama yang dibahas dalam kegiatan ini adalah: Bagaimana
mengembangkan potensi wisata Dusun Kalibaru yang kemudian mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Rincian masalah yang akan
dikaji dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar potensi wisata alam yang ada di dusun Kalibiru guna
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
2. Bagaiman potensi di Kalibiru tersebut dikembangkan untuk meningkatkan
perekonomian daerah setempat.
3. Bagaimanarespon masyarakat dan stakeholder dalam pengembangan sektor
pariwisata di Dusun Kalibiru
4. Seberapa tersedianya infrastruktur dalam mendukung pengembangan Desa
Wisata

C. TUJUAN

1.

Mengetahui seberapa besar potensi wisata yang ada di dusun Kalibiru dan
bagaimana pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

2.

Mengetahui seperti apa respon masyarakat dan stakeholder dalam


pengembangan sektor pariwisata di Dusun Kalibiru.

3.

Identifikasi

seberapa

tersedianya

infrastruktur

dalam

mendukung

pengembangan wisata dan arahan pembangunan infrastuktur menurut skala


prioritas.untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan.
4.

Menganalisis strategi pengembangan wilayah di Dusun Kalibiru serta


memberikan arahan program

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan dalam manfaat ilmu
pengetahuan dan manfaat pembangunan sebagai berikut.
1. Manfaat Ilmu Pengetahuan
a. Memberikan gambaran tentang kondisi fisik daerah dimana wisata alam
tersebut berada
b. Memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian penduduk Desa
Hargowilis
c. Memberikan informasi kepada pihak lain yang ingin melakukan penelitian
tentang wisata di desa Hargowilis.
2. Manfaat Pembangunan
a. Memberikan informasi bagi Pemerintah daerah dan masyarakat dalam
rangka pengelolaan pengembangan wilayah wisata di desa Hargowilis.
b. Sebagai masukan bagi pemerintah terkait untuk merumuskan kebijakan
ataupun evaluasi dalam pengembangan kawasan wisata

1. LANDASAN TEORI

1.1. Deskripsi Wilayah


Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari lima
kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian
barat. Batas Kabupaten Kulon Progo di sebelah timur yaitu Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Sleman, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo,
Propinsi Jawa Tengah, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang,
Propinsi Jawa Tengah dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan
ketinggian antara 0 - 1000 meter di atas permukaan air laut, yang terbagi menjadi
3 wilayah meliputi :
a. Bagian Utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan
ketinggian antara 500 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi
Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah ini
penggunaan tanah diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi
dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor.
b. Bagian Tengah, merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara
100 500 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan,
Sentolo, Pengasih, dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2
15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran
rendah dan perbukitan.
c. Bagian Selatan, merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 100 meter
di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan,
Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki
lereng 0 2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim
penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.
Kabupaten Kulon Progo dengan ibu kota Wates memiliki luas wilayah
58.627,512 ha (586,28 km2), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa, 1 kelurahan dan
917 dukuh. Kabupaten Kulon Progo dilewati oleh 2 (dua) prasarana perhubungan
yang merupakan perlintasan nasional di Pulau Jawa, yaitu jalan Nasional
sepanjang 28,57 km dan jalur Kereta Api sepanjang kurang lebih 25 km. Hampir

sebagian besar wilayah di Kabupaten Kulon Progo dapat dijangkau dengan


menggunakan transportasi darat.
Curah hujan di Kulon Progo rata-rata per tahunnya mencapai 2.150 mm,
dengan rata-rata hari hujan sebanyak 106 hari per tahun atau 9 hari per bulan
dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus.
Suhu terendahnya lebih kurang 24,2C (Juli) dan tertinggi 25,4C (April), dengan
kelembaban terendah 78,6% (Agustus), serta tertinggi 85,9% (Januari). Intensitas
penyinaran matahari rata-rata bulanan mencapai lebih kurang 45,5%, terendah
37,5% (Maret) dan tertinggi 52,5% (Juli).
Sumber air baku di Kabupaten Kulon Progo meliputi 7 (tujuh) buah mata
air, Waduk Sermo, dan Sungai Progo. Mata air yang sudah dikelola PDAM
meliputi mata air Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas, dan Sungai Progo. Di
Kecamatan Kokap,mata air dikelola secara swakelola oleh pihak Kecamatan dan
Desa,

yang

kemudian

disalurkan

secara

gravitasi

dengan

sistem

perpipaan.Kabupaten Kulon Progo yang terletak antara Bukit Menoreh dan


Samudera Hindia dilalui Sungai Progo di sebelah timur dan Sungai Bogowonto
dan Sungai Glagah di Bagian barat dan tengah. Keberadaan sungai dengan air
yang mengalir sepanjang tahun di wilayah Kabupaten Kulon Progo tersebut
membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah.
Keberadaan Waduk Sermo di Kecamatan Kokap didukung dengan
keberadaan jaringan irigasi yang menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan,
menunjukkan

keseriusan

Pemerintah

Kabupaten

Kulon

Progo

untuk

meningkatkan produksi pertanian dan perikanan di wilayah Kabupaten Kulon


Progo.

1.2. Konsep Desa Wisata/Wisata Alam


Ikatan Geograf Indonesia (IGI); Semlok di Semarang Th 1988: Geografi
adalah ilmu pengetahuan yg mempelajari persamaan dan perbedaan geofer dengan
menggunakan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan. James J. Spillane: Pariwisata adalah perjalanan daru satu tempat

ketempat yg lain bersifat sementara, dilakukan peroranga ataupun kelompok


sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial budaya
dan ilmu. Pearce (1981):Geografi pariwisata adalah hubungan timbal balik antara
berbagai fenomena dalam ruang yg ditimbulkan oleh aadanya orang yg
mengadakan perjalanan baik menginap maupun tidak dengan tujuan untuk
bersenang-senang/rekreasi
Geo Pariwisata adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
potensi pariwisata di permukaan bumi, dgn selalu melihat keterkaitan antar alam,
antar aspek manusia dan manusia dengan alam.Persamaan & perbedaan ini dpt
menimbulkan adanya interaksi antarwilayah, & gerakan orang dr satu tempat ke
tempat lain. Geografi pariwisata pun selalu meihat dampaknya terhadap lingk
alam, sosial ekonomi, dan budaya penduduk.Konsep-konsep geografi spt lokasi,
jarak, keterjangkauan, interaksi, gerakan, keterkaitan dan nilai guna selalu
menjaadi dasar dalam menjelaskan fenomena pariwisata
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah. Potensi dan masalah unsur-unsur geografi
sangat bervariatif, sehingga perlu kajian secara spasial dan temporal untuk dapat
mengenali watak/sifat wilayah. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara
atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Komponen Utama Desa Wisata. Terdapat dua konsep yang utama dalam
komponen desa wisata : 1). Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para
penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat
tinggal penduduk. 2). Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat
beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan
sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar
dampak yang timbul dapat dikontrol. Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari
UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam

menyusun rangka kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi


desa wisata.
Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
yang mrnyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata adalah
sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk
menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki
tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung
selain makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah
kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, alam dan lingkungan yang
masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor terpenting dari sebuah kawasan
tujuan wisata.
Selain berbagai keunikan, kawasan desa wiasta juga harus memiliki
berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai
fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan
kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang sebaiknya dimiliki oleh kawasan desa
wisata antara lain adalah sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan juga
akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata menyediakan sarana
penginapan berupa pondok-pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung
pun turut suasana pedesaan yang masih asli.
Komponen Utama desa wisata
1. Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau
unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk
2. Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting
fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisata sebagai
partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
1.3. Ruang Lingkup AnalisisDaerahWisata
Analisis daerah (wilayah) Pariwisata yang dapat dilakukan oleh geografi meliputi:
a. Analisis sistem perwilayahan
b. Analisis sosial kemasyarakatan
c. Analisis geografi

d. Analisis ekonomi
e. Analisis fisik/daya dukung lingkungan
f. Analisis kondisi sarana dan prasarana
g. Analisis struktur dan pola masyarakat
h. Analisis potensi dan sumberdaya alam, buatan manusia
i. Dalammelaksanakankegiatananalisisdapatmenerapkanrumus-rumus,
statistik,

analisispetadanhasilinterpretasicitra

sertapengolahandata

spasialdenganSIG.
1.4. Kriteria Desa Wisata
Pada pendekatan ini diperlukan beberapa kriteria yaitu :
a.

Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil
ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan
atraktif di desa.

b.

Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat
tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak
dari ibukota kabupaten.

c.

Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah


penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan
daya dukung kepariwisataan pada suatu desa.

d.

Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting


mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa.
Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem
kemasyarakatan yang ada.

e.

Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi,


fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.

Masing-masing kriteria digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa


untuk kemudian menetukan apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe
berhenti sejenak, tipe one day trip atau tipe tinggal inap.

1.5. Pendekatan Pengembangan Desa Wisata


Pendekatan yang dapat dilakukan untuk pengembangan desa wisata yakni
terdapat dua pendekatan yang mana akan dijelaskan dibawah ini:
a. Pendekatan Pasar untuk Pengembangan Desa Wisata
1) Interaksi tidak langsung. Model pengembangan didekati
dengan cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi
langsung dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi
semisal :

penulisan

buku-buku

tentang

desa

yang

berkembang, kehidupan desa, arsitektur tradisional, latar


belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan sebagainya.
2) Interaksi setengah langsung. Bentuk-bentuk one day trip
yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan meliputi
makan dan berkegiatan bersama penduduk dan kemudian
wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip
model tipe ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan
tidak tinggal bersama dengan penduduk.
3) Interaksi Langsung. Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/
bermalam

dalam

akomodasi

yang

dimiliki

oleh

desa

tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan


berbagai pertimbangan yaitu daya dukung dan potensi
masyarakat setempat. Alternatif lain dari model ini adalah
penggabungan dari model pertama dan kedua. (UNDP and
WTO. 1981. Tourism Development Plan for Nusa Tenggara,
Indonesia. Madrid: World Tourism Organization. Hal. 69)

b. Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata


Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam mengembangkan
sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan menggunakan standar-standar
khusus dalam mengontrol perkembangan dan menerapkan aktivitas konservasi.
1)

Mengonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur


yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi sebuah museum
desa untuk menghasilkan biaya untuk perawatan dari rumah tersebut.
Contoh pendekatan dari tipe pengembangan model ini adalah Desa Wisata
di Koanara, Flores. Desa wisata yang terletak di daerah wisata Gunung
Kelimutu ini mempunyai aset wisata budaya berupa rumah-rumah tinggal
yang memiliki arsitektur yang khas. Dalam rangka mengkonservasi dan
mempertahankan rumah-rumah tersebut, penduduk desa menempuh cara
memuseumkan rumah tinggal penduduk yang masih ditinggali. Untuk
mewadahi kegiatan wisata di daerah tersebut dibangun juga sarana wisata
untuk wisatawan yang akan mendaki Gunung Kelimutu dengan fasilitas
berstandar resor minimum dan kegiatan budaya lain.

2)

Mengonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk


menampung perkembangan penduduk desa tersebut dan sekaligus
mengembangkan lahan tersebut sebagai area pariwisata dengan fasilitasfasilitas wisata. Contoh pendekatan pengembangan desa wisata jenis ini
adalah Desa Wisata Sade, di Lombok.

3)

Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa


tersebut yang dioperasikan oleh penduduk desa tersebut sebagai industri
skala kecil. Contoh dari bentuk pengembangan ini adalah Desa wisata
Wolotopo di Flores. Aset wisata di daerah ini sangat beragam antara lain :
kerajinan tenun ikat, tarian adat, rumah-rumah tradisional dan pemandangan
ke arah laut. Wisata di daerah ini dikembangkan dengan membangun sebuah
perkampungan skala kecil di dalam lingkungan Desa Wolotopo yang
menghadap ke laut dengan atraksi-atraksi budaya yang unik. Fasilitasfasilitas wisata ini dikelola sendiri oleh penduduk desa setempat. Fasilitas

wisata berupa akomodasi bagi wisatawan, restaurant, kolam renang,


peragaan tenun ikat, plaza, kebun dan dermaga perahu boat.

Dusun Kalibiru

Potensi

Masalah

Fisik: SDA

Fisik: Infrastruktur

Sosial: Atraksi

Sosial: Presepsi

Analisa

Stakeholder

Masyarakat

Dasar hukum

Presepsi

Fasilitas

Respon

Arahan Pengembangan

Gambar. 1 Kerangka Teori

E. METODE
1. Populasi
Menurut Arikunto (1997: 108) populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Populasi dari penelitian ini yakni seluruh penduduk yang ada di
dusun Kalibiru desa Hargowilis kecamatan Kokap kabupaten Kulonprogo.
2. Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto
1998:117). Mengingat besarnya populasi yang ada maka perlu diambil
sampel. Untuk menentukan sampel ini harus representatif agar dapat
mencerminkan atau mewakili populasi penelitian. Untuk memperoleh
sampel yang representatif maka, digunakan teknik proportional random
sampling. Menurut Hadi (1990: 73), dalam menentukan besarnya sampel
tidak ada ketetapan yang mutlak berapa persen sampel harus diambil dari
populasi. Ketiadaan ketetapan yang mutlak ini tidak perlu menimbulkan
keragu-raguan pada seorang peneliti. Dalam penelitian apabila obyeknya
kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi dan selanjutnya jika obyeknya besar dapat
diambil antara 10 - 15 % atau 20 25 % atau lebih ( Arikunto 1998: 112).

Sampel dari penelitian ini adalah 25% dari jumlah total populasi
3. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Peta RBI
- GPS
- Digital Camera
- Seperangkat komputer
- ATK

4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu
Kajian Pengembangan Wisata Alam Kalibiru di Desa Hargowilis
Kecamatan Kokap
5. Sumber Data
Metode pengumpulan data menunjukkan cara-cara yang dapat
ditempuh untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam kenyataannya
di sini data penelitian ini diperoleh dari :
a. Data Primer
Sumber data penelitian diperoleh dari responden, yaitu warga
masyarakat di Desa Hargowilis yang menjadi obyek penelitian yang
memberikan informasi secara langsung khususnya pada Wisata Alam
Kalibiru baik itu melalui metode wawancara, observasi, maupun
angket.
b. Data Sekunder
Sumber data penelitian ini didapat dari dokumen-dokumen yang ada
di instansi terkait, dinas pemerintahan, dan kantor pengelola wisata
alam tersebut.

6. Instrument Penelitian
Instrument

penelitian

adalah

alat

yang

digunakan

dalam

pengumpulan data baik itu berupa informasi maupun hasil pengukuran


lapangan. Instrument yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Koesioner
dan Lembar Observasi.

7. Metode Penelitian
Dalam penelitian guna mendapatkan informasi yang diharapkan
pengumpulan data dapat dilakukan melalui:
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sumber penelitian yang diambil dari
sejenis dokumen (Hadi 1990: 69). Metode yang ditempuh untuk
memperoleh data tentang informasi yang berkaitan dengan Wisata Alam
Kalibiru.
b. Metode Angket
Metode angket ini merupakan suatu metode yang diperlukan dalam
mengambil data dari responden dengan cara menghimpun informasi.
Metode ini diperoleh untuk mendapatkan data tentang informasi terkait
dengan persepsi masyarakat, partisipasi masyarakat, dan kontribusi
masyarakat dalam pengelolaan Wisata Alam Kalibiru
c. Metode Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada
responden, hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah pengertian
dari responden tentang pertanyaan yang diajukan. Wawancara yang
dilakukan harus dicatat maupun direkam dengan menggunakan Tipe
Recorder sebagai bukti otentik dalam melakukan wawancara.
d. Metode Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara lansung mengenai
kondisi fisik, sosial dan ekonomi serta di daerah Wisata Alam kalibiru .

8. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif
kualitatif. Dalam analisis data ini, tidak menggunakan uji statistik. Teknik
analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan dan pengelolaan Wisata Alam Kalibiru yang dinyatakan
dalam persentase dan kemudian dideskripsikan. Metode analisis data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan
induktif, artinya data dikumpulkan, dianalisis, diabstraksikan dan akan
muncul teori-teori sebagai dinamika hubungan antar fenomena yang
diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Sifat kualitatif penelitian
ini mengarah pada mutu kedalaman uraian pembahasan yang dikaji.
Kegunaan metode kualitatif disini adalah untuk mendeskripsikan hasil
deskriptif persentase.
b. Metode Deskriptif Persentase
Persentase jawaban benar ( )=

n
x 100
N

(Ali 1987: 189)


Keterangan:
n = Jumlah skor jawaban
N = Jumlah skor ideal
Untuk

data

yang

diperoleh

kemudian

diolah

dan

diklasifikasikan sehingga merupakan susunan urutan data yang


selanjutnya dibuat tabel-tabel dan diproses lebih lanjut menjadi
perhitungan dalam mengambil kesimpukan atau visualisasi data.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992a. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
................. 1998b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Anonim. 2012. Tentang Wisata Alam Kalibiru. (http://kalibiru.blogspot.com/)
diunduh pada hari Jumat 25 Mei 2012 pukul 23.46
Anonim. 2012. Kondisi Umum. (http://www.kulonprogokab.go.id/v2/KondisiUmum_6_hal). diunduh pada hari Jumat 25 Mei 2012 pukul 23.46
Anonim. 2012. Desa Wisata. (http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata). diunduh
pada hari Jumat 25 Mei 2012 pukul 23.46
Sujali
Ali
Hadi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

F. JADWAL(lihat excel)
G. ANGGARAN(lihat excel)
H. STRUKTUR KEPANITIAAN
Ketua

: Iwan Alim Saputra

Sekretaris

: Imelda Prima Valentina


Taqorrub Ubaidillah

Bendahara

: Siti Fathurohmah Hasan Fadli

Sie.Kesekretariatan

: Ludovicus Manditya Hary Kristanto


Rusdin Saleh
Hendri Putrananda

Sie.Humas

: Apdikusuma Thamrin
Purnomo Adi Saputro

Sie.Konsumsi

: Arif Roziqin
Anzal Abu

Sie.Perlengkapan

: I Gede Putu Eka Suryana


Muhammad Ichsan Abdul Ghani

Daftar Anggota Tim Kuliah Kerja Lapangan


Program Studi S.2 Geografi Fakultas Geografi UGM 2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Nama
Taqorrub Ubaidillah
Arif Roziqin
I Gede Putu Eka Suryana
Muhammad Ichsan A. Ghani
Anzal Abu
Iwan Alim Saputra
Hendri Putrananda
Rusdin Shaleh
Imelda Prima Valentina
Ludovicus Manditya Hari Kristanto
Apdikusuma
Siti Fatkhurrohmah Hasan Fadli
Purnomo Adi Saputro

NIM
11/322556/PGE/00883
11/322334/PGE/00881
11/326209/PGE/00908
11/323496/PGE/00889
11/325446/PGE/00895
11/322594/PGE/00884
11/322058/PGE/00880
11/324766/PGE/00893
11/326033/PGE/00906
11/321709/PGE/00876
11/325480/PGE/00896
11/321649/PGE/00875
11/322934/PGE/00885

Anda mungkin juga menyukai