Ep. 7.2.3.1 Pedoman Triase
Ep. 7.2.3.1 Pedoman Triase
Ep. 7.2.3.1 Pedoman Triase
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah adalah proses skrining
secara cepat terhadap semua pasien segera setelah tiba di Puskesmas OPI untuk
mengidentifikasi kedalam salah satu ketegori berikut:
1. Dengan tanda kegawatdarurat (emergency signs): memerlukan penanganan
kegawatdaruratan segera.
2. Dengan tanda prioritas (Priority signs): harus diberikan prioritas dalam antrian
untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada
keterlambatan.
3. Tampa tanda kegawat darurat maupun prioritas: merupakan kasus non urgent
sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan.
Triase berkembang dari kebutuhan akan prioritas penanganan cedera pada
prajurit dimedan perang. Konsep ini diperkenalkan di perancis pada awal abad ke
19. Kata triase sendiri berasal dari bahasa perancis ”Triage” (trier), yang berarti
pemilahan. Triase (triage) adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani,
berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triase
berlaku untuk pemilahan korban baik dilapangan maupun di Puskesmas OPI.
B. Tujuan
Melakukan pemeriksaaan dan penganan terbaik pada pasien yang datang ke
IGD Puskesmas OPI sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan
maupun resiko cidera bertambah parah di Kota Palembang.
Dengan triase tenaga kesehatan akan mampu:
1. melakukan penilaian yang cepat dan tepat kepada pasien
2. menetapkan diagnosa dan melaksanakan tindakan/pengobatan yang tepat
terhadap pasien
1
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di Puskesmas
OPI baik dokter, perawat, ataupun bidan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada keadaan bencana massal,korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit
dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus
disesuaikan dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk
memberikan prioritas pertolongan.
Pada umumnya penilaian korban dalam triase dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi Pasien
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitif
6. Tag warna
Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/ pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin.
Tanda kegawatdaruratan memakai konsep ABCD:
1. Airway, apakah jalan nafas bebas? Apakah terdapat sumbatan jalan
nafas(stridor)?
2. Breating, apakah ada kesulitan bernafas? sesak nafas berat (retraksi dinding
dada,merintih,sianosis)?
3. Circulation, apakah terdapat tanda syok (akral dingin,capillary refil >2 detik,
nadi cepat dan lemah)?
4. Consciousness, apakah anak dalam keadaan kejang atau gelisah?
5. Dehydration, apakah terdapat tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare
(lemah,mata cekung,turgor menurun)?
Pasien dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan
segera untuk menghindari kematian. Jangan menggerakan leher bila ada dugaan
cidera leher dan tulang belakang. Bila tidak didapatkan tanda kegawatan, periksa
tanda prioritas dengan konsep 4T3PRMOB:
- Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)
- Temperatur (anak sangat panas)
3
- Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera
- Trimus
- Pallor (sangat pucat)
- Poisoning (keracunan)
- Pain (nyeri)
- Respiratory distress (distres pernafasan)
A. Tenaga Pelaksana
1. Satu orang Dokter umum atau
2. Satu orang Perawat D3 yang sudah bersetifikat PPGD
6
BAB III
TATALAKSANA
7
B. Kategori Triase
Keterangan:
a. Segera - Immediate
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera.
b. Tunda - Delayed
Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.
8
c. Minimal
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan.
d. Expectant
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun mendapat
pertolongan.
9
BAB IV
DOKUMENTASI
10
11