Laporan Akhir
Laporan Akhir
Laporan Akhir
OLEH :
RUDY R014172054
AGNES EPIPHANIA D.B. R014172048
ANESIA ANGGUN KINANTI R014172030
VELICIA M.V.G TJEN R014172023
A.RIZANI CATUR WULANDARI R014172036
NUR ALAWIYAH KHAERUNNISA R014172010
JUMRATUN TRI NOVIANTI R014172033
RIZKA DAMAYANTI R014172019
YUNITHA PRATIWI Y.M. R014172014
CI LAHAN CI INSTITUSI
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karuniaNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini yang
Universitas Hasanuddin.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memperoleh nilai dan
dan kelompok berharap laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Kelompok
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2019
PADA :
TANGGAL 04 -23 FEBRUARI 2019
Oleh :
Kelompok 3
Mengetahui:
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Manfaat Praktek ........................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................. 3
E. Tempat dan Waktu ....................................................................................... 4
F. Tahap Pelaksanaan ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
................................................................................................................................. 6
A. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin ............. 6
B. Gambaran Umum Rumah Sakit Universitas Hasanuddin ............................ 8
C. Visi, Misi, dan Motto RS ............................................................................. 9
D. Organisasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin........................................ 9
E. Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Universitas Hasanuddin .................... 11
F. Gambaran Umum Ruang Perawatan .......................................................... 12
BAB III PENDEKATAN PENGKAJIAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN ............................................ 15
A. Pengumpulan Data ..................................................................................... 15
B. Hasil Pengumpulan Data dan Analisa Data ............................................... 15
C. Analisis SWOT .......................................................................................... 30
D. Identifikasi Masalah ................................................................................... 32
E. Perencanaan (Plan of Action) ..................................................................... 33
BAB IV ................................................................................................................. 34
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN EVALUASI ............................................. 34
A. Tahap Implementasi ................................................................................... 34
B. Tahap Evaluasi ........................................................................................... 60
BAB V................................................................................................................. 142
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 142
iv
A. Kesimpulan .............................................................................................. 142
B. Saran ......................................................................................................... 145
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 169
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencapaian tujuan suatu organisasi tidak dapat dilakukan tanpa
melibatkan setiap unsur yang ada dalam organisasi tersebut. Dalam upaya
melibatkan setiap unsur yang ada, dibutuhkan suatu sistem yang diatur oleh
satu orang yang disebut sebagai manajer. Manajer berfungsi dalam
melakukan koordinasi antara satu unsur dengan unsur yang lain dalam hal
mencapai tujuan yang diharapkan.
Samahalnya dalam dunia keperawatan yang bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang profesional kepada pasien akan melibatkan
berbagai unsur yang berkaitan dengan pasien terutama tenaga perawat.
Pendekatan manajemen dalam dunia keperawatan bertujuan untuk
memudahkan kegiatan keperawatan baik yang ada di rumah sakit,
puskesmas ataupun kegiatan keperawatan di sarana kesehatan yang lain.
Salah satu pendekatan manajemen keperawatan yang dapat digunakan di
rumah sakit adalah model praktek keperawatan profesional (MPKP). MPKP
merupakan salah satu sistem yang dapat digunakan dalam upaya memberikan
layanan asuhan keperawatan yang profesional. Model ini diharapkan dapat
memberikan peningkatan mutu asuhan keperawatan dengan cara pengaturan
pada sistem pemberian asuhan keperawatan, memberikan ruang bagi perawat
dalam menerapkan praktik keperawatan profesional dan membuka
kesempatan bagi para perawat untuk melakukan penelitian dalam bidang
keperawatan.
Pengembangan MPKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat (Sitorus, 2011). Sejalan
dengan pengembangan dan perubahan pelayanan kesehatan dibutuhkan
pengelolaan perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang
berupa rencana strategi melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis
1
SWOT, identifikasi permasalahan dan perencanaan/rencana stategis
(Nursalam, 2015).
Pelayanan keperawatan yang terorganisir, memerlukan perawat manajer
atau administrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi pada semua aspek manajemen. Kondisi-kondisi tersebut
diperlukan upaya perubahan dalam manajemen pelayanan keperawatan di
rumah sakit, sehingga rumah sakit mampu bersaing. Berdasarkan hal di atas,
Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin Makassar melakukan suatu program praktik dengan lingkup
manajemen keperawatan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Pada akhir profesi mahasiswa mampu menidentifikasi dan mengenal
masalah-masalah kepemimpinan/manajemen keperawatan dan mutu
pelayanan keperawatan ditingkat ruang rawat, menerapkan proses
menajemen keperawatan serta menjadi role model dalam pemberian
pelayanan keperawatan.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khususnya adalah setelah menyelesaikan praktek
profesi manajemen, mahasiswa mampu :
a. Melakukan kajian terhadap penerapan fungsi manajemen
(perencanaa, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) oleh
kepala ruangan, clinical care management, perawat primer/ketua tim,
dan perawat asosiet.
b. Melakukan kajian situasi layanan pelayanan keperawatan (man,
material, method) dan mutu pelayanan/asuhan keperawatan ditingkat
ruang rawat dengan menggunakan survey.
c. Melakukan analisa Strength, Weaknees, Opportunity and Threat
(SWOT) berdasarkan hasil survey.
2
d. Mengidentifikasi masalah yang terkait pelayanan dengan asuhan
keperawatan ditingkat ruangan berdasarkan hasil survey.
e. Menyusun rencana penyelesaian masalah (plan of action/POA)
f. Mengimplementasikan perencanaan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang telah disusun.
g. Mengevaluasi implementasi manajemen pelayanan dan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan diruang keperawatan.
C. Manfaat Praktek
1. Bagi rumah sakit
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk
mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah yang bersifat teknis
operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi program pendidikan profesi ners UNHAS
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan
mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
Rumah Sakit.
3. Bagi mahasiswa praktik
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
mengintegrasikan ilmu-ilmu administrasi/manajemen keperwatan
langsung pada tatanan nyata Rumah Sakit, sehingga timbul rasa percaya
diri.
3
E. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar, ruangan
kelas 1.
2. Waktu
Pelaksanaan praktik berlangsung selama 3 minggu dari tanggal 4
Februari 2019 sampai dengan 23 Februari 2019 pada hari Senin sampai
dengan Sabtu pukul 07.00–14.00 WITA (disesuaikan dengan shift jaga).
F. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap orientasi
a. Penerimaan mahasiswa praktek profesi manajemen keperawatan
oleh Kepala Ruangan kelas 1 Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin Makassar.
b. Orientasi ruangan kelas 1 yang dipandu oleh Icha Pratiwi, S.Kep.,Ns
sebagai kepala ruang perawat kelas 1 .
c. Diskusi dengan kepala ruangan.
d. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek
manajemen keperawatan yang akan dikaji.
2. Tahap identifikasi permasalahan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian.
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan dan penyebaran
quesioner, perumusan masalah dan persentasi hasil quesioner.
3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi
a. Melakukan analisa data
b. Penentuan prioritas masalah aspek kajian manajemen dari input
proses dan output yang telah disepakati bersama kepala ruangan,
yang dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif
pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
mencakup apa, siapa, berapa lama, tujuan yang akan dicapai.
c. Pembuatan rencana kegiatan (plan of action) dengan
mempertimbangkan biaya, waktu, dan sarana dan kebijakan yang
tersedia di Rumah Sakit.
4
d. Persentasi dan sosialisasi kegiatan.
e. Tahap evaluasi.
4. Tahap pembuatan laporan dan persentasi hasil
a. Persentasi hasil awal dan akhir praktik
b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktik pada Rumah Sakit dan
pembimbing Program Studi Profesi Ners Universitas Hasanuddin
Makassar.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
6
dan menguatkan. Misalnya saja di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo tidak
memiliki pusat penanganan penyakit Stroke (Stroke Center) sehingga akan
dibuat fasilitas tersebut di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
Rumah Sakit Pendidikan yang bisa dijadikan sebagai laboratorium
pendidikan tidak hanya untuk fakultas kedokteran UNHAS namun juga untuk
fakultas ilmu-ilmu kesehatan di Unhas seperti Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Farmasi, Fakultas Keperawatan yang sesuai standar, oleh karena
itu dibangunlah RS Pendidikan Universitas Hasanuddin. Hal ini dapat
tergambar pada struktur organisasi pengelola RS UNHAS, dimana
pengelolanya berasal dari berbagai fakultas di UNHAS sesuai kompetensi
yang dibutuhkan untuk mengelola RS Pendidikan.
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin atau Hasanuddin University
Hospital (HUH) ini, berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Kampus
Tamalanrea Makassar dan diresmikan pada tanggal 15 Februari 2010 di
Makassar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr.M.Nuh. Rumah
Sakit ini terletak berdampingan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
bertujuan untuk efisiensi penggunaan sarana dan efisiensi pemanfaatan
sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat dikembangkan konsep saling
menguatkan dalam mengintegrasikan program pendidikan, penelitian dan
pemeliharaan kesehatan dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (RSWS).
Selain diatas, lokasi yang berdekatan ini juga dalam rangka
perkembangan wilayah kampus UNHAS Tamalanrea akan dikembangkan
menjadi Academic health Centre di Indonesia bagian Timur. Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin akan dikembangkan sebagai rumah sakit yang
environmental friendly, energy saving serta mengembangkan teknologi
informasi yang canggih dalam menjalankan pelayananannya. Pelayanan
kesehatan yang dilayani di rumah sakit ini antara lain dekteksi dini penyakit
melalui penggunaan teknologi canggih (Hi-Tech) seperti penggunaan
Biomolekuler serta pengembangan teknologi modern dan pengembangan
pusat-pusat layanan yang tidak dikembangkan oleh rumah sakit yang ada di
Sulawesi Selatan.
7
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin mengembangkan pelayanan
unggulan sesuai dengan Memorandum of Understanding (MOU) RS Dr
Wahidin Sudirohusodo (RSWS) yaitu Eye Center, Trauma Center, Cancer
Centre, Fertility Endocrine Center dan Neurointervention Center. Dalam
menjalankan operasionalisasinya, RS Universitas Hasanuddin banyak bekerja
sama dengan RSWS dalam hal penggunaan layanan yang belum dimiliki oleh
RSUH seperti Instalasi Gizi dan Laundri, Layanan Laboratorium serta
sebagai tempat magang beberapa tenaga professional.
Sebagai Rumah Sakit Umum Pendidikan, Rumah sakit Universitas
Hasanuddin berkomitmen untuk mengintegrasikan Pendidikan, Penelitian dan
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat.
8
1. Gedung A (14.813.04m2) : Sebagai pusat pendidikan, Manajemen
Rumah Sakit, Trauma Center, One Day Care, Home Care, dan
Polikliknik Spesialis
2. Gedung B (18.560.16m2) : Sebagai Pusat ICU, COT dan Keperawatan
3. Gedung C (13.441.48m2): Sebagai Pusat Akademik
4. Gedung E serta F (28.000.00m2) Sebagai Pusat Pelayanan Cancer Center
(Onkologi)
9
penjaminan mutu & pengembangan organisasi, Komite Keperawatan, dan
Satuan pemeriksaan internal. Selain membawahi dua komite dan satu Satuan
pemeriksaan internal, Direktur Utama juga membawahi empat Direktorat
yaitu :
1. Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan, dengan dua kepala bidang
yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kepala Bidang Pelayanan
Keperawatan. Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi
sekitar sembilan instalasi antara lain : a). Instalasi Rawat jalan, b).
Instalasi Rawat Inap, c). Instalasi UGD, d). Instalasi OK, e). Instalasi
Rehab Medik, f). Instalasi Home Care, g). Rekam Medik, dan h).
Instalasi Pemulasan Jenazah
2. Direktorat Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian, dengan dua kepala
bidang yaitu (1). Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan, (2). Kepala
Bidang Penelitian. Dua kepala bidang ini saling bersinergis membawahi
sekitar lima bidang akademik antara lain : a). Medik, b). Keperawatan,
c). Kesehatan Masyarakat, d). Farmasi, dan e). Non Medik
3. Direktorat Pelayanan Penunjang Sarana Medik dan Kerjasama, dengan
dua kepala bidang yaitu (1). Kepala Bidang Pelayanan Penunjang Sarana
Medik, yang membawahi sekitar tujuh instalasi terkait antara lain : a).
Instalasi Farmasi, b). Instalasi Laboratorium, c). Instalasi Radiologi, d).
Instalasi Gizi, e). Instalasi CSSD dan Loundry, f). Instalasi IPSRS, dan
g). Instalasi Ambulance.Dan (2). Kepala Bidang Pemasaran dan
Kerjasama.
4. Direktorat Administrasi umum, SDM dan Keuangan, dengan tiga kepala
bidang yaitu:
a. Kepala Bidang Administrasi umum dan SDM, yaitu membawahi
antara lain : a). Tata Usaha, b). SDM, c) Hukum dan Organisasi, d).
Logistik, dan e). Instalasi sanitarian (PAL & Inoinerator)
b. Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yaitu membawahi antara
lain : Perencanaan dan Evaluasi, dan SIM
c. Kepala Bidang Keuangan, yaitu membawahi antara lain : a).
Akuntansi, Verifikasi, b). Keuangan Bendahara, c). Punchassing.
10
E. Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
Rencana pembangunan gedung Rumah sakit Universitas Hasanuddin,
terdiri dari enam gedung yaitu dari gedung A sampai Gedung F. Ada sepuluh
pelayanan unggulan yang telah dijalankan di RSUH ini yaitu :
1. Trauma Center
2. Cancer Center (Onkologi)
3. Eye Center (Ophthalmologi)
4. Diagnostic Center
5. Cerebral and vaskular intervention Center
6. Endocrine, Fertility and Reproduction Center
7. Research Center
8. Assesment Alternatif Medicine Center
9. Telemedicine and Education Center, dan
10. Fisioterapi dan Rehabilitation Center,
Sedangkan untuk Pelayanan Rawat Inap saat ini baru melayani sekitar
empat layanan unggulan yaitu meliputi kasus Bedah, kasus Anak, kasus
Interna, dan Kasus Neurologi, dari lima belas item pelayanan unggulan yang
direncanakan. Lima belas item tersebut antara lain tujuh sarana Instalasi poli
yaitu Instalasi Poli Obgyn, Instalasi Poli Anak, Instalasi Poli Saraf, Instalasi
Poli Fisotherapi, Instalasi Poli Interna, Instalasi Poli Bedah, Instalasi Poli
Bedah 2, Instalasi Poli THT, Instalasi Poli Mata; Sepuluh Instalasi Penunjang
Yaitu , Instalasi HCU, Instalasi RR, Instalasi Kemoterapi, Instalasi Apotek,
Instalasi CSSD, Instalasi IRD, Instalasi OK 1, Instalasi OK2, dan Instalasi
Radiologi; Terdapat juga satu Ruangan ntuk gudang ALKES; Serta Ruang
Perawatan Super VIP, VIP di Lantai tiga dan Ruang Perawatan Kelas I, II
serta III di Lantai empat.
11
F. Gambaran Umum Ruang Perawatan
1. Lokasi ruangan
Ruang perawatan Kelas 1 (Sandeq) terdapat di lantai 4 gedung E-F
RSPTN UH. Ruang perawatan kelas I memiliki 18 kamar perawatan,
yang terdiri atas ruang perawatan Sandeq A sebanyak 9 kamar (nomor
401-409) dan ruang perawatan Sandeq B sebanyak 9 kamar (nomor 411-
419). Ruang perawatan kelas 1 memiliki satu ruang isolasi yaitu kamar
nomor 409. Dalam satu kamar terdiri dari dua tempat tidur, dua lemari
kecil, satu TV, dan satu kamar mandi. Jumlah tempat tidur di ruang
perawatan kelas I sebanyak 36 tempat tidur. Selain itu, ruang perawatan
Kelas 1 juga terdapat dua kamar residen, satu ruang tindakan, satu depo
farmasi, satu nurse station, satu ruang perawat, musholla, kamar mandi
khusus petugas berjumlah 2 yaitu toilet laki-laki dan toilet perempuan,
disamping toilet terdapat ruang spoel hock (tempat pembuangan urine
dan pencucian pispot) dan juga terdapat pantry.
401 411
KR
402 412
KR
403 413
RT
404 414
DF
405 Nurse 415
station 416
406
RP 417
407
WC
408 418
SH
409 419
MQ
12
2. Struktur organisasi ruang perawatan kelas 1 lantai 4 RSPTN UNHAS
REKTOR UNHAS
KEPALA INSTALASI
KEPALA RUANGAN
PERAWAT PERAWAT
PRIMER PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASOSIATE ASOSIATE
PAGI PAGI
3. Ketenagaan
Data Ketenagaan di ruang perawatan Kelas 1 Lantai 4 RSPTN UNHAS
adalah sebagai berikut :
a. Tenaga Keperawatan : 21 orang
1) S1 Keperawatan : 16 orang (termasuk Karu & OTJ)
2) DIII Perawat Umum : 5 orang
b. Tenaga Non Kesehatan (cleaning service) : 3 orang
Jumlah pasien yang dirawat di ruangan saat ini sampai tanggal 7
febuari 2019 adalah sebanyak 25 pasien dengan kriteria pasien yang
dirawat tersebut adalah 2 pasien mendapat perawatan total care dan 23
pasien mendapat perawatan partial care. Jumlah kebutuhan tenaga perwat
perhari di ruang perawatan kelas I ditentukan berdasarkan rumus
Douglas, seperti berikut:
13
Dinas Partial 23 × 0,27 6,21
Pagi Total 2 × 0,36 0,72
Jumlah 6,93 6 orang
Dinas Partial 23 × 0,15 3,45
Sore Total 2 × 0,3 0,6
Jumlah 4,05 4 orang
Dinas Partial 23 × 0,1 2,3
Malam Total 2 × 0,2 0,4
Jumlah 2,7 3 orang
Jumlah perawat perhari 13 orang
14
BAB III
PENDEKATAN PENGKAJIAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
A. Pengumpulan Data
Praktik Manajemen Keperawatan di ruang perawatan kelas 1 lantai 4
RSPTN UNHAS oleh mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan
UNHAS bertujuan untuk melakukan pengkajian tentang struktur manajemen
keperawatan yang berfokus pada fungsi-fungsi manajemen, meliputi:
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), koordinasi
(actuating) dan pengawasan (controlling). Metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menilai struktur dan fungsi manajemen keperawatan di
ruang perawatan kelas 1 lantai 4 RS UNHAS yaitu melalui pembagian
kuesioner, obeservasi, diskusi dan wawancara dengan melibatkan kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
15
Tabel 3.2 Distribusi frekuensi pertanyaan M1- Ketenagaan di Ruang
Perawatan Kelas 1 Lantai 4 RSPTN UNHAS (n= 13)
Sangat
Kurang Cukup Baik
Pertanyaan Baik
f % f % f % f %
Bagaimana struktur
organisasi yang telah
berjalan di ruangan?
Apakah anda merasa puas 0 0 3 25.0 4 33.3 5 41.7
dan sesuai dengan
kemampuan perawat di
bidangnya?
Bagimana pembagian
tugas yang dilakukan
diruangan? Apakah sudah 0 0 2 16.7 6 50.0 4 33.3
sesuai dengan struktur
organisasi yang telah ada?
Bagaimana kinerja
perawat primer/ketua tim
menurut anda? Apakah 0 0 1 8.3 9 75.0 2 16.7
kompeten dengan tugas-
tugasnya?
Apakah anda merasa
membutuhkan kesempatan
untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui 0 0 1 8.3 5 41.7 6 50.0
pelatihan/pendidikan
tambahan? Berikan
alasan!
Bagaimanakah
kebijaksanaan rumah sakit
mengenai pemberian
beasiswa atau pelatihan 0 0 6 50.0 5 41.7 1 8.3
pendidikan perawatan?
Apakah anda merasa
puas?
Bagaimana jumlah
pendapatan yang diterima
plus insentif yang diterima
saudara sudah sesuai 0 0 9 75.0 2 16.7 1 8.3
dengan latar pendidikan
anda? Apakah anda
merasa puas?
Dengan tingkat
ketergantungan pasien
yang ada diruangan 0 0 5 41.7 4 33.3 3 25.0
bagaimana dengan tingkat
beban kerja diruangan
Apakah jumlah perawat
dan pasien diruangan
0 0 2 16.7 8 66.7 2 16.7
sudah sesuai menurut
anda?
Sumber : Data Primer 2019
16
Kesimpulan :
Distribusi data mengenai ketenagaan menunjukkan bahwa
41.7% perawat merasa puas dan sesuai dengan kemampuan perawat
di bidangnya di ruang kelas 1, 50.0% perawat merasa pembagian
tugas di ruangan sudah baik, 75.0% perawat yang menjadi PP
kompeten dengan tugas-tugasnya, 50.0% perawat merasa
membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya,
50.0% perawat merasa kebijakan rumah sakit mengenai pemberian
beasiswa dan pendidikan perawat sudah cukup, 75.0% perawat
merasa pendapatan yang diterima sudah cukup, 41.7% perawat
merasa cukup dengan tingkat ketergantungan pasien dengan beban
kerja yang ada di ruangan dan 66.7% perawat merasa perbandingan
antara perawat dan pasien di ruangan sudah baik.
17
Tabel 3.3 Distribusi frekuensi pertanyaan M2- Sarana dan Prasarana di Ruang
Perawatan Kelas 1 Lantai 4 RSPTN UNHAS (n= 13)
f % F % f % f %
Apakah tata letak gedung 1 8.3 2 16.7 8 66.7 1 8.3
sudah sesuai dengan
standar pelayanan
kesehatan?
Apakah fasilitas 0 0 9 75.0 3 25.0 0 0
diruangan sudah lengkap
untuk perawatan pasien
sesuai dengan standar
yang berlaku?
Apakah peralatan 0 0 10 83.3 2 16.7 0 0
kesehatan diruangan
Anda sudah lengkap
untuk perawatan pasien ?
Kesimpulan :
Tabel distribusi sarana dan prasarana menunjukkan 75.0%
perawat merasa cukup dengan ketersediaan fasilitas di ruangan untuk
perawatan pasien sesuai dengan standar yang berlaku, 83.3%
18
perawat juga merasa peralatan kesehatan di ruanagan sudah lengkap
untuk perawatan pasien dianggap cukup.
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah anda mengerti/memahami dengan model 12 100 4 0
asuhan keperawatan yang digunakan saat ini?
Menurut anda apakah model keperawatan 12 100 4 0
tersebut cocok digunakan di ruangan anda?
Apakah model yang digunakan sesuai dengan visi 12 100 4 0
dan misi ruangan?
Sumber : Data primer 2019
1) Efektifitas dan Efisiensi Model Keperawatan
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah terjadi peningkatan kepercayaan 12 100 0 0
pasien terhadap ruangan
Apakah model yang digunakan saat ini tidak 10 83.3 2 16.7
menyulitkan dan memberikan beban berat
bagi anda?
Apakah model saat ini memberatkan 6 50.0 6 50.0
pembiayaan saat ini?
Apakah model yang digunakan mendapat 4 33.3 8 66.7
banyak kritikan dari pasien dalam ruangan?
2) Pelaksanaan MAKP
Pertanyaan Ya Tidak
F % f %
Apakah telah terlaksana komunikasi yang 12 100.0 0 0
adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lain?
Apakah kontiunitas rencana keperawatan 12 100.0 0 0
terlaksana?
Apakah anda menjalankan kegiatan sesuai 12 100.0 0 0
tupoksi?
19
3) Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah job description untuk anda selama ini 12 100.0 0 0
sudah jelas
Apakah anda mengenal atau mengetahui 12 100.0 0 0
kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
ketergantungan pasien?
Kesimpulan :
Dari hasil distribusi data mengenai model praktek pelayanan
keperawatan profesional (MPKP) menunjukkan bahwa seluruh
responden mengetahui tentang model asuhan keperawatan, merasa
cocok dan sesuai dengan visi dan misi di ruang perawatan kelas 1.
Data ini juga menunjukkan bahwa responden sepakat bahwa
penerapan MPKP menunjukkan efektifitas dan efisiensi dalam
pemberian asuhan keperawatan tetapi MPKP juga memberatkan
pembiayaan yang ada.
Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa setengah
dari responden tidak mengetahui secara benar tentang metode MPKP
yang diterapkan di ruang perawatan kelas 1 tetapi mereka
mengetahui tentang posisi mereka dalam metode MPKP yang
digunakan.
20
d. Timbang Terima (M3-2)
Tabel 3.8 Distribusi frekuensi Pertanyaan M3- 2 Timbang Terima (n= 13)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah timbang terima telah dilakukan tepat 12 100 0 0.0
waktu ?
Apakah timbang terima dihadiri oleh semua 12 100 0 0.0
perawat yang berkepentingan ?
Apakah ada buku khusus untuk mencatat hasil 11 91.7 1 8.3
laporan timbang terima ?
Apakah ada kesulitan dalam 1 8.3 11 91.7
mendokumentasikan laporan timbang terima ?
Apakah ada interaksi pada pasien saat timbang 10 83.3 2 16.7
terima sedang berlangsung ?
Apakah kedua PP menandatangani laporan 3 25.0 9 75.0
timbang terima segera setelah timbang terima
dilakukan ?
Apakah anda (tim shif pengganti) dievaluasi 10 83.3 2 16.7
kesiapannya oleh kepala ruangan?
Kesimpulan :
Secara umum responden memiliki pengetahuan tentang kegiatan
timbang terima yang cukup baik. Proses kegiatan timbang terima
juga sudah berjalan sebagaimana mestinya seperti dilakukan tepat
waktu, dihadiri oleh perawat yang berkepentingan, memiliki buku
catatan, ada evaluasi yang dilakukan oleh kepala ruangan.
Wawancara yang dilakukan dengan responden, menunjukkan
bahwa sebagian responden belum mampu menjelaskan hal-hal yang
harus disampaikan dalam melakukan timbang terima seperti identitas
pasien, diagnosa, masalah keperawatan yang sudah dan belum
dilakukan, rencana tindak lanjut dan respon pasien.
21
prasarana yang lebih memadai. Hal ini menyebabkan kegiatan ronde
keperawatan tidak pernah dilakukan di ruang perawatan kelas 1.
f. Sterilisasi Obat (M3-4)
Tabel 3.9 Distribusi frekuensi Pertanyaan M3-4 Sentralisasi Obat (n= 13)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Pengadaan sentralisasi obat
Kesimpulan :
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa seluruh responden
diberikan wewenang mengenai sentralisasi obat dengan
menggunakan format yang telah disediakan. Seluruh responden yang
adda melakukan penyimpanan obat sesuai dengan indikator
penanganan obat dan pemberian sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
22
g. Penerimaan Pasien baru (M3-5)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah anda bersedia melakukan PPB 12 100 0 0
Kesimpulan :
Sebagian besar responden mengatakan bahwa pada saat
melakukan PPB belum menggunakan brosur/leaflet. Sebagian
responden juga mengatakan tidak melakukan pendokumentassian
segera setelah melakukan PPB.
Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa
sebagian besar responden saat melakukan PPB hanya melakukan
kegiatan seperti orientasi ruangan dan pengkajian pada pasien. Hal
berbeda dengan literaur yang ada dimana kegiatan PPB meliputi
kegiatan pengenalan kepada pasien dan tenaga kesehatan lain,
peraturan rumah sakit, penyakit termassuk sentralisasi obat dan
penandatanganan penejelasan.
23
h. Discharge Planning (M3-6)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah anda mengerti tentang Discharge 10 83.3 2 16.7
Planning
24
i. Dokumentasi (M3-7)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah sudah ada format pendokumentasian yang 11 91.7 1 8.3
baku di ruangan ini?
Kesimpulan :
Data responden yang diperoleh menggambarkan bahwa
responden mengetahui dan tahu tentang pendokumentasian
keperawatan. Data ini juga memberikan informasi bahwa setengah
dari responden setuju bahwa model dokumentasi yang digunakan
menambah beban kerja perawat dan hampir seluruh responden setuju
bahwa model pendokumentassian yang digunakan menyita banyak
waktu perawat.
25
j. Supervisi (M3-8)
Pertanyaan Ya Tidak
f % f %
Apakah anda mengerti tentang supervisi? 12 100 0 0
Permasalahan :
Data distribusi frekuensi mengenai kegiatan supervisi
menunjukkan bahwa seluruh responden tahu tentang supervisi,
pernah mengalami supervisi, memiliki format supervisi yang baku,
sesuai dengan standar keperawatan, ada penyampaian tentang
supervisi yang akan dilakukan dan ada feed back yang diberikan
terhadap tindakan supervisi yang dilakukan. Responden juga dapat
menyebutkan dengan baik tentang alur supervisi yang dilakukan
dalam ruangan seperti penyampaian individu yang akan dilakukan
supervisi, jenis supervisi yang akan dilakukan dan kontrak waktu
pelaksanaan supervisi.
26
2. Fungsi Manajemen
Aspek Yang
Pertanyaan Frekuensi Persentasi
Dinilai
Menyusun rencana harian 13 100%
Perencanaan Visi Misi RS 13 100%
Kebijakan RS terupdate 13 100%
Struktur organisasi 13 100%
Daftar dinas bulanan 13 100%
Pengorganisasian
Daftar dinas tahunan 13 100%
Daftar pasien 13 100%
Doa bersama 13 100%
Komunikasi efektif 13 100%
Operan rutin 13 100%
Karu mengecek
kedisiplinan 13 100%
Ada Punishment 13 100%
Pengarahan
Diterapkan manajemen
konflik 13 100%
Pendelegasian rutin 13 100%
Supervisi rutin 13 100%
Pre dan Post conference
tiap hari 13 100%
Penilaian terhadap cedera 13 100%
Dilakukan survey kepuasan
Pengendalian pasien 13 100%
Penilaian kepuasan perawat 13 100%
Penilaian kinerja perawat 13 100%
27
Sebagai pemimpin atau manajer keperawatan perlu melakukan
beberapa fungsi manajemen untuk mengimplementasikan praktek
keperawatan professional,melalui fungsi manjemen seperti
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan dan pengendalian. Dalam
menjalankan fungsi sebagai perencana, manajer keperawatan harus
cermat dalam mengambil keputusan. Suatu rencana tersebut akan
menjadi baik apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu: rencana disertai
rincian yang cermat, kesederhanaan, fleksibel, dan ideal.
Dalam menjalankan manajemen keperawatan, diperlukan
pengorganisasian untuk memanfaatkan sumber daya (SDM) yang
dimiliki oleh suatu organisasi, agar terciptanya efisien dan efektifitas.
Suatu ruang lingkup pelayanan keperawatan,manajer keperawatan dalam
hal ini sebagai kepala ruangan,perawat primer, harus memberikan suatu
kenyaman dan keadilan untuk mendorong anggotanya bekerja sebaik
mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien,efektif dan
produktif. Pengarahan di ruang rawat itu dilakukan agar memberikan
motivasi dengan cara berpikir positif bagi setiap anggotanya dan
memberikan pujian pada setiap orang yang bekerja. Jika ada konflik yang
disebabkan oleh perbedaan pendapat, seorang pemimpin mampu
melakukan manajemen konflik. Selain itu untuk memastikan pelayanan
dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan,
pemimpin sebaiknya mampu melakukan pengawasan atau supervisi.
Pengendalian atau kontroling dilakukan untuk mengamati secara
kontinyu dalam pelaksanaan rencana kerja yang sudah disepakati atau
disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan. Fungsi
pengawasan ini akan berjalan dengan baik jika tujuan dan kriteria dalam
system pelayanan kesehatan yaitu relevansi, efektifitas, efisiensi dan
produktivitas. Pengawasan juga hendaknya disesuaikan dengan sifat dan
kebutuhan organisasi, pengawasan juga harus dibatasi dalam arti tidak
hanya selalu, mengacu pada tindakan perbaikan namun mengacu pada
pemecahan masalah.
28
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama 4 hari diruang
perawatan kelas I lantai 4 RSPTN UNHAS, dalam menjalankan tugas
sebagai kepala ruangan fungsi manajemen keperawatan sudah dilakukan
dengan baik yaitu sebagai perencana dimana kepala ruangan, menyusun
rencana harian, visi misi rumah sakit,dan kebijakan rumah sakit
terupdate. Menjalankan fungsi sebagai pengorganisasian kepala ruangan
sudah menyusun jadwal dinas harian, bulanan dan struktur organisasi
ruangan. Dalam menjalankan fungsi sebagai pengarahan, setiap kali
pergantian dinas, kepala ruangan selalu mengawali dengan doa,
memberikan pujian kepada staf yang bekerja baik dan juga memberikan
tegurah atau hukuman pada staf yang melanggar peraturan yang ada
namun siberikan secara sopan dan menggunakan komunikasi yang baik.
Selalu menggunakan manjemen konflik jika ada masalah yang dihadapi
baik internal maupun eksternal. Untuk mempertahan mutu pelayanan
terhadap klien, fungsi kepala ruangan sebagai pengendalian secara rutin
melakukan survey secara rutin terhadap kepuasan pasien, resiko cedera,
penilaian kepuasan perawat dan kinerja kerja perawat.
29
C. Analisis SWOT
30
31. Kepala ruangan mendukung untuk pelaksaan supervisi yang rutin
dan terjadwal
2 Weakness 1. Efektifitas dan efisiensi dari metode MPK yang digunakan
dianggap memberikan beban pembiayaan
2. Ketersediaan sarana dan prasarana yang digunakan untuk
memberikan pelayanan keperawatan di ruangan dianggap cukup
3. Sebagian besar perawat belum memahami tentang hal-hal yang
perlu disampaikan pada saat timbang terima
4. Kepuasaan mengenai pemberian pelatihan dan beasiswa untuk
melanjutkan study yang diterima sangat kurang
5. PP tidak memberikan identitas/pengenal pada lembaran kegiatan
timbang terima setelah dilakukan
6. Discharge planning dilakukan/diberikan pada saat pasien akan
pulang
7. Belum terdapat format discharge planning khusus untuk tenaga
perawat
8. Tidak digunakannya brosur/leaflet saat melakukan kegiatan PPB
9. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan saat PPB adalah orientasi
ruangan dan pengkajian pada pasien
10. Model pendokumentasian yang digunakan menambah bebean
kerja perawat
11. Model pendokumentasian yang digunakan menyita banyak waktu
perawat
12. Beban kerja diruangan menurut sebagaian besar perawat dinilai
sudah cukup
3 Opportu- 1. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah di mana indikator
nity ketenagaan merupakan salah satu aspek penilaian.
2. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang melakukan praktik
manajemen keperawatan
3. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisme perawat
4. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MPKP
5. Adanya kebijakan rumah sakit tentang timbang terima
6. Keamanan obat terjamin dan pemberian obat kepada pasien sudah
sesuai dengan prinsip 7 benar
7. Adanya format program pelatihan melalui FGD tentang tata cara
penerimaan pasien baru.
8. Discharge planning dilakukan secara lisan dan tertulis
9. Adanya format baku tentang Discharge Planning
10. Format dokumentasian baku telah tersedia
11. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktek manajemen
untuk mengembangkan sistem dokumentasi
12. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa
13. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan pekerjaan dengan baik
4 Treath 1. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan
2. Persaingan RS yang semakin kuat
3. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada
4. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana
5. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semakin ketat
6. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional
7. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi
dengan cepat
8. Tingkat kesadaran (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan
tanggung gugat
31
D. Identifikasi Masalah
1. Timbang Terima (M3-2)
Kurang tepat melakukan tindakan dalam timbang terima dan tidak ada
tanda tangan dilembar kegiatan timbang terima oleh perawat primer
2. Penerimaan Pasien Baru (M3-5)
Tidak menggunakan brosur/leaflet saat melakukan penerimaan pasien
baru.
3. Discharge Planing ( M3-6)
Penerapan discharge planning yang kurang tepat dan belum ada format
yang bisa digunakan oleh perawat.
4. Dokumentasi (M3-7)
Model pendokumentasian yang digunakan masih menambah beban kerja
perawat dan menyita banyak waktu.
32
E. Perencanaan (Plan of Action)
Penanggung
No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Waktu
Jawab
1. Discharge Implementasi discharge Audiensi tentang Kabid keperawatan, TIM Jumat, 22
Planning planning dilakukan penerapan discharge ketua komite etik Februari
dengan tepat planning keperawatan 2019
Penerapan discharge
planning yang
kurang tepat dan
belum ada format
yang bisa digunakan
oleh perawat
33
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN EVALUASI
A. Tahap Implementasi
1. Struktur, Fungsi Dan Mutu Pelayanan Keperawatan
a. Struktur Pelayanan Keperawatan
1) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, konselor, kepala
ruangan, dan perawat associate serta seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2015). Ronde keperawatan merupakan
salah satu kegiatan yang masuk dalam perencanaan
implementasi yang akan dilakukan di Ruang Perawatan
Sandeq Kelas 1 RS. Unhas berdasarkan hasil analisis SWOT
dan prioritas masalah yang diperoleh.
Kegiatan ronde keperawatan dimulai dengan membentuk
Tim ronde keperawatan pada tanggal 16 Februari 2019 yang
terdiri dari 9 orang, selanjutnya tim ronde keperawatan
melakukan penetapan pasien berdasarkan kondisi pasien serta
evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Tim
kemudian membuat proposal rencana pelaksanaan ronde
keperawatan dengan topik Asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah keperawatan kelebihan volume cairan,
keletihan, ketidakefektifan pola napas, hambatan mobilitas
fisik, risiko jatuh, dan resiko perdarahan dengan diagnosa
medis Sirosis Hepatitis. Pada tanggal 19 Februari 2019
dilakukan persiapan pasien dengan melakukan Informed
Consent mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pasien
34
Tn B usia 58 tahun dan dilakukan pula pengkajian dan
validasi data.
Pada tanggal 21 Februari 2019 dilakukan ronde
keperawatan yang di mulai dengan Pembukaan di nurse
station dengan peserta ronde yaitu kepala ruangan, perawat
primer, perawat associate . Kegiatan ronde dibuka oleh kepala
ruangan dengan melakukan salam pembuka dan
memperkenalkan tim ronde, menjelaskan tujuan kegiatan
ronde keperawatan serta mengenalkan pasien kepada peserta
ronde. Selanjutnya penyajian masalah dilakukan oleh perawat
primer di nurse station dengan menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan Tn. B usia 58 tahun dengan masalah
keperawatan pasien, rencana tindakan yang telah dilaksanakan
serta menentukan prioritas diskusi yaitu mengenasi masalah
keperawatan yang belum teratasi.
Validasi data kemudian dilakukan di kamar pasien Tn. B
usia 58 tahun bersama dengan kepala ruangan, perawat
primer, perawat associate. Selanjutnya dilakukan validasi dan
menjelaskan kembali data yang telah disampaikan dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan keadaan pasien secara
langsung. Selanjutnya dilakukan diskusi antar tim dengan
pasien dan keluarga tentang masalah keperawatan bersama
dengan ketua tim, kepala ruangan . Setelah itu bersama-sama
kembali ke nurse station untuk melakukan diskusi dan
masukan dari tim, diskusi yang dilakukan mengenai masalah
keperawatan yang belum teratasi dan rekomendasi yang
diberikan mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya oleh kepala ruangan . Selanjutnya dilakukan
penutup ronde keperawatan oleh kepala ruangan. Kegiatan
ronde keperawatan yang dilakukan diikuti oleh kepala
ruangan, perawat primer dan perawat associate ruang
35
perawatan kelas 1 RS UH dengan waktu pelaksanaan 60
menit.
2) Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau
cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Tujuan pelaksanaan
timbang terima adalah untuk mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan kondisi dan keadaan pasien, hal
yang telah dan belum dilakukan, serta hal penting yang harus
ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya (Nursalam,
2015).
Pelaksanaan timbang terima pasien dilakukan sejak tanggal
11 – 21 Februari 2019 atau sejak roleplay bermain peran
dilakukan. Timbang terima secara rutin dilakukan setiap hari
saat pergantian dinas. Timbang terima diikuti oleh semua
perawat yang akan melakukan pergantian dinas dipimpin oleh
kepala ruangan, perawat primer, dan penanggung jawab shift.
Timbang terima terbagi menjadi 2 yaitu timbang terima
yang dilakukan di ners station dan di kamar pasien.
Pelaksanaan timbang terima yang dilakukan di ners station
dengan ketua tim atau penanggung jawab shift membacakan
berapa jumlah pasien dengan penentuan tingkat
ketergantungan pasien ditentukan oleh kepala ruangan, dan
selanjutnya katim membagikan pasien kepada perawat yang
akan shift. Setelah itu perawat ptimer atau katim membacakan
rencana keperawatan semua pasien. Setelah itu, dilakukan
timbang terima di kamar pasien untuk memvalidasi kondisi
pasien sesuai dengan timbang terima di ners station sekaligus
melihat lingkungan pasien termasuk memperhatikan
kebersihan ruangan.
36
Setelah mengunjungi seluruh pasien seluruh perawat
kembali ke nurse station dan melakukan tanda tangan pada
pelaporan timbang terima oleh ketua tim atau perawat primer
yang jaga saat itu dengan perawat primer penanggung jawab
jaga selanjutnya diketahui oleh kepala ruangan, kemudian
ketua tim mempersilahkan perawat yang telah selesai shift
untuk pulang dan dilanjutkan dengan pre conference bagi
perawat yang akan shift.
3) Post Confrence
Post conference merupakan kegiatan yang dilakukan antara
ketua tim atau perawat primer penanggung jawab dengan
perawat associate mengenai hasil evaluasi kegiatan sepanjang
shift dan dilakukan sebelum kegiatan timbang terima. Tujuan
umum dari kegiatan post conference adalah untuk
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai. Pelaksanaan post conference
dilakukan setiap hari dilaksanakan bersamaan kegiatan
timbang terima. Kegiatan ini dilaksanakan dengan waktu 10-
15 menit.
Saat pelaksanaan post conference, perawat primer atau
penanggung jawab shift membuka kegiatan dan melakukan
diskusi bersama dengan perawat associate menyampaikan
masalah keperawatan, kendala dan implementasi yang telah
dilakukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan dan tindak lanjut asuhan keperawatan pasien yang
harus disampaikan pada kegiatan timbang terima. Setelah itu
ketua tim atau penanggung jawab shift mencatat hasil post
comference di buku timbang terima untuk selanjutnya
dioverkan pada saat timbang terima dan menutup kegiatan
post conference.
37
4) Pre Conference
Pre conference merupakan kegiatan yang dilakukan antara
ketua tim atau perawat primer penanggung jawab dengan
perawat associate yang dilakukan setelah kegiatan timbang
terima. Tujuan kegiatan ini adalah membantu mengidentifikasi
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dan
merencanakan asuhan keperawatan serta mempersiapkan hal-
hal yang akan ditemui dilapangan. Pelaksanaan pre conference
dilakukan setiap hari sejak tanggal 11 – 21 Februari 2019
setelah melakukan kegiatan timbang terima atau sebelum
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan waktu 10-15 menit dengan
perawat associate membacakan rencana keperawatan pasien
kelolaannya. Setelah itu perawat primer atau penanggung
jawab shift menutup kegiaan pre conference.
38
menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian
keperawatan, menyiapkan nursing kit, menerima pasien baru,
selanjutnya perawat memperkenalkan diri, memberikan
orientasi ruangan kepada keluarga dan pasien, melakukan
pengkajian keperawatan dan pemeriksaan fisik, terminasi,
evaluasi dan validasi. Pasien baru yang diterima selama
praktek manajemen dan bermain peran sejak tanggal 11-21
Februari 2019 sebanyak 5 orang pasien.
39
a) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang
harus dijalankan serta masalah-masalah atau komplikasi
yang perlu dapat terjadi.
b) Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus
dilakukan di rumah
c) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus
dijalankan
d) Menjelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara
mengantisipasi
e) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga
maupun pasien sendiri dapat menggunakan metode
ceramah, demonstrasi, dan lain-lain
f) Informasi tentang nomor telepon pelayanan kesehatan
medis, dan kunjungan rumah apabila pasien memelukan.
40
7) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu kegiatan dalam proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan
asuhan keperawatan menurut Heartfield (2008), keberadaan
dokumentasi keperawatan sebagai dasar nyata dalam asuhan
keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan harus
mencerminkan data-data yang akurat dan menghindari
terjadinya kesalahpahaman dalam pemberian asuhan
keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan informasi
tertulis tentang status dan perkembangan kondisi klien serta
semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat. Sehingga dokumentasi tidak sekedar catatan tetapi
merupakan alat komunikasi vital antar tenaga kesehatan,
pendidikan, dan program penelitian. Selain itu, dokumentasi
keperawatan bermanfaat karena mempunyai nilai hukum,
jaminan mutu, keuangan dan akreditasi (Asmuji, 2009).
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan
menejemen asuhan keperawatan professional. Ners sebagai
tenaga professional diharapkan mampu menghadapi tuntutan
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan
yang akan dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap
hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang
lengkap dan jelas sangat dibutuhkan untuk melindungi profesi
perawat (Nursalam, 2016).
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pada
umumnya kinerja perawat dalam pelaksanaan dokumentasi
masih belum baik. Penelitian yang dilaksanakan oleh Yanti &
Warsito (2013) menunjukkan bahwa kelengkapan hasil
dokumentasi asuhan keperawatan hanya sebesar 45,3%
sedangkan dokumentasi keperawatan yang kurang lengkap
sebesar 54,7%.
41
Cristensen & Kenney (dikutip dalam Aprisunadi, 2011)
mengemukakan bahwa perawat sebagai seorang praktisi yang
berpendidikan diharapkan mempunyai kemampuan intelektual
untuk menggunakan pemikiran rasional dan reflektif saat
perawat mempertimbangkan pengamatan dan informasi
tentang kondisi masing-masing klien Sepanjang setiap
komponen dari proses keperawatan, perawat menggunakan
sikap dan kemampuan berpikir kritis untuk menentukan
relevansi, makna dan interelasi data pasien serta untuk
memilih dan menerapkan proses keperawatan yang sesuai.
Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan telah
diterapkan di hampir seluruh rumah sakit besar di Indonesia,
termasuk Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar.
Data hasil pengkajian mengenai penerapan system
dokumentasi keperawatan di ruang Kelas 1 RS. Unhas secara
umum sudah sangat baik. Berdasarkan hasil pendataan yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap perawat telah
mengerti cara pengisian dokumentasi keperawatan dan telah
melakukan dokumentasi keperawatan dengan tepat dan benar.
Meskipun demikian, sebagian kecil ditemukan bahwa adanya
model dokumentasi yang digunakan ini dapat menambah
beban kerja perawat dan menyita banyak waktu. Hal tersebut
disebabkan karena jumlah pasien dengan tenaga perawat pada
kondisi tertentu saat melakukan proses keperawatan terkadang
tidak seimbang sehingga dapat menimbulkan beban kerja pada
perawat.
Selain itu, data hasil wawancara dengan beberapa perawat
menyatakan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh
perawat. Namun, terlepas dari kewajiaban tersebut, pada
dasarnya pendokumentasian dapat meningkatkan beban kerja
perawat di ruangan pada kondisi-kondisi tertentu.
42
Sementara itu, apabila jumlah pasien cukup banyak atau
pasien yang dikelola dominan memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi, maka diagnose dan tindakan yang
dilakukan juga akan lebih banyak sehingga pada
pendokumentasiannya perawat terkadang kesulitan untuk
membagi waktu. Meskipun demikian, perawat tetap
mengutamakan intervensi ke pasien kemudian melakukan
pendokumentasian setelahnya. Pendokumentasian awalnya
memang sulit untuk diterapkan secara baik dan benar
mengingat peran perawat yang sangat komprehensif, namun
apabila sudah terbiasa akan menjadi lebih ringan untuk
dikerjakan.
Dapat dibuat kesimpulan bahwa dokumentasi keperawatan
merupakan hal yang wajib untuk dilakukan bagi perawat
sebagai payung hukum yang dapat melindungi perawat.
Dokumentasi keperawatan juga merupakan bagian dari asuhan
keperawatan yang tidak dapat dihilangkan, sebab mempunyai
aspek legal yang sangat tinggi bagi perawat. Untuk itu,
dokumentasi keperawatan harus tetap dilakukan dalam kondisi
apapun, terlepas dari menambah beban kerja perawat atau
tidak, sebab hal tersebut adalah kewajiban bagi setiap perawat.
b. Fungsi Manajemen
1) Fungsi Perencanaan
Secara garis besar fungsi perencanaan telah diterapkan
cukup baik di Rumah Sakit Unhas. Perawat di ruangan
sebagian besar tahu mengenai visi dan misi rumah sakit.
Berdasarkan wawancara dan hasil pengamatan selama praktek
di ruangan Sandeq sudah ada visi misi ruangan yang tertempel
didinding. Hasil pengamatan sudah ada buku SPO yang ada
diruangan. Pengamatan selama praktek manajemen ada
beberapa perawat yang belum terperinci melakukan tindakan
43
sesuai SOP. Hal ini disebabkan karena beban kerja perawat
associate yang banyak dalam asuhan keperawatan sampai
dengan pendokumentasian dan tidak seimbangnya antara
jumlah perawat dengan pasien. Setiap kebijakan, prosedur dan
peraturan organisasi keperawatan yang ada disosialisasikan
kepada seluruh perawat di ruangan..
2) Fungsi Pengorganisasian
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi sudah ada
struktur organisasi dimana ruangan Sandeq menggunakan
metode Tim yang dikombinasi dengan Metode Perawat
Primer. Dalam uraian tugas setiap perawat baik PP atau PA
mempunyai uraian tugas yang jelas dan uraian tugas ini
ditempelkan diruangan. Pengaturan jadwal dinas pun sudah
dibagi oleh kepala ruangan dan hasil pengamatan bahwa
semua pasien dibagi kepada PA sesuai dengan tingkat
ketergantungan pasien. Untuk Metode Asuhan Keperawatan
sudah dilakukan dengan metode tim primer. Dan system
penghitungan tenaga sudah dilakukan berdasarkan rumus
penghitungan perawat. Hasil pengamatan sudah dilakukan
penghitungan jumlah tenaga perawat dan didapatkan
kekurangan tenaga sehingga dibutuhkan penambahan tenaga
perawat.
44
terakhir. Hasil perhitungan penetapan prioritas masalah
menunjukkan kemungkinan masalah pelaksanaan ronde untuk
diselesaikan berada pada poin yang rendah sehingga tidak
memungkinkan untuk diselesaikan.
4) Fungsi Pengendalian
Pengendalian difokuskan pada indikator mutu umum
BOR, ALOS dan TOI, kondisi pasien : audit dokumentasi,
survey masalah, kepuasan, kemampuan klien dan keluarga
serta kepuasan SDM: kepuasan tenaga kesehatan dan
penilaian kerja.. Fungsi pengendalian yang dilakukan oleh
kepala ruangan sudah cukup baik mengingat kepala ruangan
telah memiliki pengalaman menjalankan fungsi ini di ruang
rawat sebelumnya.
45
Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah
penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan
standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan
sesuatu hal yang dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan
klien dengan menyelenggarakan sebuah pelayanan yang optimal
sesuai dengan kode etik dan standard pelayanan professional yang
berlaku serta selalu menerapkan pelayanan yang dinamis
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator terkait
kualitas pelayanan keperawatan yang menjadi salah satu faktor
penentu citra institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk
teknologi jasa kesehatan bergantung pada pelayanan medis dan
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pelayanan
keperawatan memiliki kontribusi besar terhadap citra sebuah
rumah sakit sehingga perlu untuk dilakukan evaluasi atas
pelayanan yang telah diberikan. Sejak tanggal 11-21 Februari 2019
dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara
dan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 28
orang pasien. Indikator mutu pelayanan keperawatan yang dinilai
antara lain dekubitus, flebitis, risiko jatuh, medication error, nyeri,
kepuasan pasien,pengetahuan, perawatan diri dan kecemasan
pasien.
46
2. Bermain Peran Kepala Ruangan, Ketua Tim Dan Perawatan
Associate
a. Kepala Ruangan
1) Menyusun rencana mingguan, bulanan
Dilakukan pada saat role play mulai tanggal 11-21 Februari
2019. Isi rencana bulanan berupa melakukan pengecekan
barang logilstik, membuat jadwal dinas perawat, mengadakan
rapat bulanan dan lain-lain. Isi rencana mingguan berupa
memimpin overan dinas, membuat atau melengkapi jadwal/
daftar pasien di ruangan, melaksanakan supervisi perawat
primer dan perawat pelaksana sekaligus penilaian kinerja,
mengadakan survey masalah kesehatan berdasarkan diagnosa
medis pasien di ruangan, menadakan survey mutu pelayanan
askep di ruangan, mengikuti visite dokter dan membuat
rencana bulanan berupa mengikuti rapat laporan bulanan,
merevisi SOP dan SAK dengan kepala bidang atau kepala
instalasi.
2) Menyusun jadwal dinas
Penyusunan jadwal dinas untuk seluruh perawat dilakukan
perbulan dan dimulai pada saat tanggal 11-23 Pebrauri 2019.
3) Membuat atau melengkapi daftar pasien diruangan
Pembuatan atau melengkapi daftar pasien di ruangan
dilakukan setiap hari.
4) Memimpin operan
Dilakukan pada saat pergantian shift malam-pagi, pagi-
siang dan siang-malam. Operan ini bertujuan untuk
menyampaikan kondisi atau keadaan umum setiap pasien dan
hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh shift
berikutnya. Operan dilakukan pertama di nurse station. Di
nurse station perawat berdiskusi yang berkaitan dengan
masalah keperawatan pasien, rencana kegiatan yang sudah dan
belum dilaksakan dan hal-hal lain yang perlu dilimpahkan. Hal-
47
hal yang perlu disampaikan saat timbang terima antara lain,
nama pasien, diagnose medis, keadaan umum pasien, tindakan
keperawatan, tindakan medis, pemeriksaan diagnostik yang
sudah dilakukan dan yang belum dilakukan. Selanjutnya operan
didepan pasien oleh mahasiswa praktik profesi manajemen
yang bertanggung jawab terhadap pasiennya dan memvaliditasi
kembali data yang diperoleh dari ners station. Selanjutnya
kembali ke ners station kemudian kepala ruangan memberikan
kesimpulan dan masukan operan pada saat itu.
5) Melaksanakan supervisi perawat primer dan perawat pelaksana
sekaligus penilaian kinerja.
Setiap hari, semua mahasiswa yang berperan sebagai
perawat primer melakukan supervisi terhadap perawat
pelaksana, kemudian mahasiswa yang berperan sebagai karu
melakukan supervisi tehadap perawat primer. Adapun hal-hal
yang disupervisi antara lain kelengkapan status pasien,
pendokumentasian asuhan keperawatan serta supervisi terhadap
pelaksaaan protap tindakan seperti bad making, pemasangan
infus dan pendidikan kesehatan.
Tujuan dari supervise adalah pemenuhan dan peningkatan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada
kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas.
6) Menghitung ketenagakerjaan
Perhitungan ketenagakerjaan di Ruangan Sandeq kelas 1
RS. Unhas dengan menggunakan rumus Douglas.
7) Melaksanakan audit dokumentasi asuhan keperawatan
Audit dukumentasi bertujuan untuk mengevaluasi
keefektifan asuhan keperawatan dan menetapkan kelengkapan
dan keakuratan pencatatan asuhan keperawatan
8) Mengadakan survey kepuasan pasien dan survei mutu
pelayanan atau asuhan keperawatan diruangan
48
Dilaksanakan setiap hari diruangan rawat Sandeq Kelas 1
Rs. Unhas untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat Sandeq
Kelas 1 Rs. Unhas berdasarkan hasil survey.
9) Mengadakan survey masalah kesehatan berdasarkan diagnose
medis di ruangan.
Pengadaan survey masalah kesehatan dilakukan oleh kepala
ruangan setiap hari sesuai dengan diagnosa medis pasien yang
masuk.
10) Mengadakan rapat tim keperawatan di ruangan
Selama praktek di ruangan Sandeq mahasiswa manajemen
belum mengikuti rapat tim keperawatan karena jadwal yang
ditentukan belum pasti.
11) Mendampingi visit dokter
Saat dokter melakukan visite pada pasien di ruangan, PP
mendampingi visite dokter.
b. Perawat Primer
1) Membuat rencana harian
Rencana kegiatan harian merupakan acuan bagi perawat
primer dalam melaksanakan tugasnya.
2) Bersama karu membuat atau mengisi daftar pasien
3) Membuat rencana bulanan
4) Memimpin pre dan post conference
Pre dan post conference dipimpin oleh perawat primer yang
diikuti oleh perawat asosiate. Pre conference dilakukan
sesudah operan untuk melaporkan keadaan umum pasien yang
dirawat dan membahas rencana tindakan keperawatan
selanjutnya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing PA.
Post conference dilakukan sebelum operan untuk
mendiskusikan kendala-kendala dialami saat melakukan asuhan
keperawatan
49
5) Melaksanakan asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan pasien yang
masuk saat shift. Perawat primer memberikan tanggung jawab
pasien kepada perawat associate.
6) Melakukan orientasi pada pasien baru
Orientasi dilakukan oleh perawat primer atau
penanggungjawab shift. Isi dari orientasi pasien baru adalah
orientasi ruangan, perawat dan dokter yang bertanggung jawab
terhadap pasien tersebut .
7) Melakukan pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan diberikan untuk pasien dan keluarga
pasien terkait penyakit serta intervensi yang akan dilakukan
oleh perawat
c. Perawat Associate
1) Mengikuti pre dan post conference
Pada saat pre conference perawat associate mendiskusikan
dengan perawat primer mengenai tindakan keperawatan dan
diagnosa keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien
tanggung jawabnya dan post conference perawat associate
melaporkan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilaukan
dan menjelaskan kendala-kendala yang dialami saat melakukan
asuhan keperawatan pada pasien
2) Membaca renpra
Perawat associate membuat dan melaksanakan renpra dari
hasil pengkajian yang telah dilakukan ke pasien
3) Melaksanakan asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan pasien yang
masuk saat shift.
4) Melaksanakan ronde keperawatan
Ronde keperawatan kami laksanakan pada tanggal 21
Februari 2019 yang dihadiri oleh kepala ruangan, ketua tim dan
perawat asosiate.
50
LAPORAN RESUME PASIEN KELOLAAN KELAS 1 RSPTN UNIVERSITAS HASANUDDIN
51
2019 teratasi
HAJIRAH/01- CA 1 Nyeri Mengajarkan Teknik napas dalam dan distraksi jika teratasi
3 07-1969/102105 MAMMAE + terasa nyeri
NEUTROPE Mengatur posisi klien yang nyaman
MRI.09-02- NIA
2019
HARTINI/12- CLOSED 1 Nyeri Mengajarkan Teknik napas dalam dan distraksi jika teratasi
02-1963/052637 FRACTURE terasa nyeri
LEFT Mengatur posisi klien yang nyaman
4 MRI. 30-01- DISTAL Menganjurkan kepada klien apabila bergerak harus
2019 FEMUR hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri.
Mengobservasi tanda-tanda vital
SAID ASA PS 2 2 Nyeri Teknik napas dalam dan distraksi jika terasa nyeri teratasi
IDRUS/19-09- Mengatur posisi klien yang nyaman
1974/112945 Menganjurkan kepada klien apabila bergerak harus
5 hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri.
MRI. 10-02- Mengobservasi tanda-tanda vital
2019 Kolaborasi pemberian analgesik
Hambatan mobilitas Monitor ROM pada pasien. Hasil : klien sulit teratasi
Fisik menggerakan kaki kanan
Pengaturan posisi. Hasil : posisi klien semi fowler
Menganjurkan keluarga klien untuk membantu peraatan
diri. Hasil : klien dibantu oleh anaknya dalam
memandikan klien, makan dan eliminasi.
Resiko Jatuh Memasang pengaman pada tempat tidur hasil : teratasi
terpasang pengaman pada tempat tidur klien
6 APOLLOS/09- DIABETES 4 Ketidaefektifan Pola Memonitor pola napas klien teratasi
11-1947/113487 MELLITUS napas Mengajarkan klien napas dalam dan batuk efektif
Menganjurkan klien minum air hangat
MRI. 07-02- Mengatur posisi klien yang nyaman
2019 Mengobservasi tanda-tanda vital
Nyeri Teknik napas dalam dan distraksi jika terasa nyeri teratasi
52
Mengatur posisi klien yang nyaman
Menganjurkan kepada klien apabila bergerak harus
hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri.
Mengobservasi tanda-tanda vital
Kolaborasi pemberian analgesik
Kerusakan integritas Melakukan perawatan luka. Hasil : luka berwarna Belum teratasi
kulit merah dan makin membaik
Kolaborasi pemberian obat antibiotik
Resiko Memonitor gula darah sebelum makan setiap pagi,siang Belum teratasi
ketidakseimbangan dan malam.
gula darah Menganjurkan keluarga klien untuk mematuhi diet
yang diberikan dan menghabiskan makanan yang
diberikan kepada klien
Menganjurkan kepada klien untuk mengkonsumsi air
teh manis jika gula darahnya turun
MULYADI/01- DISARTRIA 4 Nyeri Teknik napas dalam dan distraksi jika terasa nyeri Belum teratasi
12-1955/001887 ECAUSA Mengatur posisi klien yang nyaman
SUSPEK Menganjurkan kepada klien apabila bergerak harus
7 MRI.08-02- NON hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri.
2019 HEMORAGI Mengobservasi tanda-tanda vital
K STROKE Kolaborasi pemberian analgesik
Hambatan mobilitas Monitor ROM pada pasien. Hasil : klien sulit Belum teratasi
fisik menggerakan kaki kanan
Pengaturan posisi. Hasil : posisi klien semi fowler
Menganjurkan keluarga klien untuk membantu peraatan
diri. Hasil : klien dibantu oleh anaknya dalam
memandikan klien, makan dan eliminasi.
Memasang pengaman pada tempat tidur hasil :
terpasang pengaman pada tempat tidur klien
RACHMAN RINOSINUSI 1 Nyeri Menganjurkan klien untuk menarik napas dalam jika Belum teratasi
RAHIM/21-11- TIS KRONIK merasakan nyeri
8 1980/070674 / POHO FESS Memberikan obat analgesic jika nyeri.
53
MRI.10-02-
2019
9. HJ. HADIR CONGESTIV 9 Kelebihan volume Membatasi cairan Belum teratasi
HAMIDA/30- E HEART cairan Mengukur balance cairan
12-1953/022272 FAILURE Kolaborasi pemberian obat : furosemida
Mengobservasi pernapasan klien setiap dinas.
MRI. 08-02- Memberikan klien oksigen 3 Lpm/nasal canul
2019 Mengatur posisi klien semi fowler
Intoleransi aktifitas Membatasi pergerakan klien untuk mengurangi rasa Belum teratasi
sesak
Membantu klien dalam pemenuhan ADL seperti
makan dan minum,eliminasi,ROM aktif yang ringan
(mika/miki untuk mencegah terjadinya decubitus.
10 BADIMAN ENSEPHALI 5 Kelebihan Volume Memonitor balance caiaran (intake 240 ml, output Belum teratasi
/25-12- PATI Cairan urine 70 ml).hasil : minum air : 240 cc,urine 70 cc
1960/080989 HEPATIKUM Memonitor status hidrasi: bibir kering, cairan dibatasi
Resiko Jatuh Mengidentifikasi factor pengaman dan potensi jatuh. Belum teratasi
Hasil : lantai tidak licin , penerangan cukup
Meninggikan pengaman tempat tidur
Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu klien
dalam memenuhi kebutuahn sehari-hari.
11 M. NEFROLITH 2 Nyeri Membantu ADL teratasi
IDRUS/21/1/19 BILATERAL Bantu miring kiri dan miring kanan dan psosisi 15o,
78/RM + masih pusing sedikit
Melayani klien injeksi ketorolak
MR :
12 FATIMAH/31- Cephalgia 4 Nyeri Kaji tingkat nyeri teratasi
12-19/ Kronisa
MRI. 09-02-
2019
54
Konstipasi Followup kepatuhan klien mengkonsumsi makanan teratasi
tinggi serat
13 DRA. Febris Pro EV 4 Nyeri akut Mengobservasi TD : 90/70; N : 76x/m, S : 37, P : Belum teratasi
KARTINI/ + NCTT + 20x/menit, ,
11.12.1958/ Vertigo Perifer membantu bolak balik kiri kanan
Nomor Rekam
Medis :
01.70.21
Resiko jatuh Memasang alat pengaman pada tempat tidur teratasi
Mengidentifikasi factor lingkungan yang dapat
menyebabkan jatuh
manajemen energy
14 DAHLIA NEFROLITH 1 Nyeri Akut Personal hygene dibantu keluarga, TD : 100/80; S : teratasi
USMAN BILATERAL 36.7; P : 20; N : 77
15 Yohana/ 4-11- Post op 3 Nyeri kronik Melakukan pengkajian nyeri. teratasi
1956 Tumor Teknik napas dalam dan distraksi
MRI. 11.35.06 mammae Memberikan posisi yang nyaman yaitu semi fowler
sinstra Pemberian obat ketorolac 8j/iv
Kerusakan integritas Mengobservasi keadaan luka.hasil : tidak ada Belum teratasi
kulit perembesan pada verban
Mengobservasi tanda-tanda infeksi. Hasil : suhu kulit
sekitar luka dalam batas normal, tidak ada kemerahan.
Resiko infeksi Batsi jumlah pengunjung teratasi
Melayani ceftriaxone 1 gr
16 Harnida/12-12- DM Tipe 2 + 3 Resiko Memonitor gula darah sebelum makan setiap pagi,siang Belum teratasi
1960 General ketidakseimbangan dan malam.
MRI. 11.41.76 Weakness gula darah Menganjurkan keluarga klien untuk mematuhi diet
yang diberikan dan menghabiskan makanan yang
diberikan kepada klien
Keletihan Kaji fisiologis klien yang menyebabkan keelelahan teratasi
Monitor intek asupan nutrisi
55
17 Darwis/22-3- Neglected 3 Nyeri observasi TTV teratasi
1989 Dislocation kaji tingkat nyeri
MRI. 11.34.41 Right Memberikan posisi yang nyaman
Shoulder Pemberian obat ketorolac 8j/iv
Joint
Risiko Jatuh mengidentifikasi factor pengaman dan potensi jatuh teratasi
Tidak terjadi jatuh
18 Natalie/18-12- DBD 3 Hipertermi observasi TTV dan KU teratasi
1997 pantau suhu tubuh
pantau nutrisi masukan dan cairan secara adekuat
MRI. 11.41.11 anjurkan kompresair hangat jika demam
kolaborasi pemberian terapi : PCT
pemberian RL 28 tpm
Resiko perdarahan pantau tanda perdarahan teratasi
pantau nilai trombosit
pantau nilai hematoktrit
libatkan klien dan keluarga dalam memonitor tanda
perdarahan
19 Maemuna/29/0 Post OP Total 3 Nyeri Observasi TTV dan Ku teratasi
1/1963 Tyroidectomy Kaji keluhan nyeri
Beri posisi nyaman
MRI.11.2119 Kolaborasi terapi
Risiko jatuh mengidentifikasi factor pengaman dan potensi jatuh teratasi
Tidak terjadi jatuh
Pasang pagar pengaman
20 Hapsia Dyspepsia 2 Nyeri Akut Observasi TTV dan Ku teratasi
Organik Kaji keluhan nyeri
Beri posisi nyaman
Kolaborasi terapi
Ketidakseimbangan Anjurkan makan sedikit tetapi sering teratasi
Nutrisi : kurang dari monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
kebutuhan Monitor berat badan
56
Resiko jatuh mengidentifikasi factor pengaman dan potensi jatuh teratasi
Tidak terjadi jatuh
Pasang pagar pengaman
21 Andi 2 Nyeri akut Observasi TTV dan Ku teratasi
Atika/31/12/19 DM tipe 2 Kaji keluhan nyeri
55 Beri posisi nyaman
MRI.11.42.61 Kolaborasi terapi
Resiko Memonitor gula darah sebelum makan setiap pagi,siang teratasi
ketidakseimbangan dan malam.
gula darah
Pemeberian terapi : Apidra 10 unit premeal
Menganjurkan keluarga klien untuk mematuhi diet
yang diberikan dan menghabiskan makanan yang
diberikan kepada klien
22 Syarifuddin Hernia 2 Kecemasan Kaji tingkat kecemasan pada klien : hasil : 41 Belum teratasi
No. RM : Inguinalis (kecemasan ringan)
114363 Lateralis Menganjurkan klien untuk selalu berdoa dan berzikir
19.02.2019 Irenponibilis Menganjurkan klien untuk selalu mendengarkan
music atau doa lewat HP
Mengkaji TTV
23 Nurmi Ca Cerviks 1 Nyeri Akut Mengkaji nyeri : 4 NRS Teratasi
Mengajarkan teknik napas dalam dan distraksi
Memberikan analgesic
Observasi TTV dan Ku
Kaji keluhan nyeri
Beri posisi nyaman
Kolaborasi terapi
Kecemasan Kaji tingkat kecemasan pada klien : hasil : 41 Teratasi
(kecemasan ringan)
Menganjurkan klien untuk selalu berdoa dan berzikir
Menganjurkan klien untuk selalu mendengarkan
music atau doa lewat HP
57
Mengkaji TTV
Keletihan Bantu pemenuhan ADL Belum teratasi
Bantuk latihan aktivitas
24 Megawati/ Neoplasma 2 Kecemasan Kaji tingkat kecemasan pada klien : hasil : 41 Teratasi
RM : 113556 Ovarium (kecemasan ringan)
Kista Menganjurkan klien untuk selalu berdoa dan berzikir
Menganjurkan klien untuk selalu mendengarkan
music atau doa lewat HP
Mengkaji TTV
Nyeri Akut TD :100/60, N:96x/i, s:36,5, P :20x/i Teratasi
Nyeri skala 4 NRS
25 Swastika Fadia Dangue Fever 2 Hipertermi TD : 110/80 N: 88, S: 37,9 P: 18, Teratasi
Amalina/8/12/1 Menganjurkan kompres hangat
996 Anjurkan intake cairan ade kuat
114297
26 Ny. Sunarni Pneumonia 2 Bersihan jalan mengkaji pola napas : klien merasa sesak Teratasi
Zainuddin in Elderly napas in efektif mengobservasi TTV. TD : N:
RR: S:
melakukan fisioterapi dada (melakukan
claping, vibrasi)
mengajarkan klien batuk efektif
memberikan klien minum air hangat.
Mengatur posisi tidur klien ( semi fowler)
Kolaborasi pemberian oksigen ( 2 lpm )
Dan nebulisasi ( combivet dan Pulmocort)
Resiko jatuh Kaji factor yang bisa menyebabkan jatuh : umur Teratasi
Mengkaji factor lingkungan yang dapat
menyebabkan jatuh : lantai tidak licin dan
penerangan yang cukup
Mendekatkan alat-alat makan dan kebutuhan lain
58
dengan pasien.
27 Ny. Aminati Ca Mammae 1 nyeri Observasi TTV dan Ku Belum teratasi
10.08.28/ 03 Kaji keluhan nyeri
mei 1974 Beri posisi nyaman
Kolaborasi terapi
28 Ny. DM TIPE 2 + 1 Resiko Memonitor gula darah sebelum makan setiap Belum teratasi
Rukiah006221/ CAP Ketidakseimbangan pagi,siang dan malam.
31-12-1949 glukosa darah Pemeberian terapi : Apidra 10 unit premeal
Menganjurkan keluarga klien untuk mematuhi diet
yang diberikan dan menghabiskan makanan yang
diberikan kepada klien
59
B. Tahap Evaluasi
1. Survey Struktur Dan Mutu
a. Survey Struktur
60
manajemen, diharapkan pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan dapat
berjalan dengan efektif.
4) Penerimaan pasien baru (PPB)
Pelaksanaan penerimaan pasien baru telah dilakukan setiap ada pasien
baru yang masuk di ruang pearwatan yang dilaksanakan oleh ketua tim (PP) dan
catatan laporan kegiatan telah terintergrasi dengan profesi lain.
Menurut teori Sitorus (2008) saat menerima pasien baru, perawat dari IGD akan
memberikan informasi sebagai berikut
a) Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medik
b) Diagnosa medis
c) Kondisi terakhir (Tanda vital dan kesadaran)
d) Rencana/instruksi penanganan oleh DPJP termasuk rencana diet
e) Tindakan dan obat yang telah diberikan di IGD
f) Obat – obatan yang ada/dibawa oleh pasien, maupun obat yang telah diantar
oleh farmasi
g) Riwayat alergi pasien
Didalam prakteknya, saat menerima pasien baru antara perawat ruangan
dan perawat IGD melakukan serah terima pasien hanya sekilas saja, biasanya
perawat ruangan akan mendapatkan informasi dari status pasien. Hal ini
disebabkan karena faktor kesibukan perawat, berhubung jumlah perawat tidak
sebanding dengan jumlah pasien.
5) Discharge planning keperawatan
Pelaksanaan Discharge Planning sebenarnya telah dilakukan oleh perawat
pada setiap pasien di ruang rawat inap kelas 1 berupa edukasi terintegrasi.
Namun belum ada format baku untuk pelaksanaan discharge planning oleh
perawat. Format yang ada hanya diperuntukkan untuk dokter.
b. Survey Mutu
Pelaksanaan survey mutu dan kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner
dan diobservasi mulai dari hari pertama pelaksanaan praktek manajemen
keperawatan yang dimulai dari tanggal 12 sampai dengan tanggal 21 Febuari 2018.
Berdasarkan survey kejadian jatuh yang dilakukan selama 12 hari di ruang
perawatan rawat inap kelas 1 Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, ditemukan data
sebagai berikut:
61
1) Survey kejadian Dekubitus
Pada survey kejadian dekubitus yang dilakukan selama 10 hari maka
ditemukan data sebagai berikut :
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus, Ruang
Perawatan Kelas 1 (11 Febuari-21 Febuari 2019) dengan n: 28
risiko dekubitus
dekubitu
27
62
2) Survey Kejadian Flebitis
Pada survey kejadian flebitis yang dilakukan selama 10 hari maka ditemukan
data sebagai berikut :
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian flebitis, Ruang Perawatan
Kelas 1 (11 Febuari-21 Febuari 2019) dengan n: 28
tidak flebitis
flebitis
27
Dari grafik di atas menunjukan bahwa di ruang perawatan kelas 1 RSP Unhas
ditemukan persentase kejadian flebitis adalah 3,6% yaitu hanya 1 pasien dari 28
pasien yang dirawat selama 10 hari. Sedangkan, yang beresiko flebitis sebanyak
27 pasien (96,4%). Adapun faktor-faktor yang berkontribusi dan dapat
meningkatkan resiko flebitis antara lain trauma pada vena selama penusukan,
cairan infus bersifat asam atau alkali atau memiliki osmolalitas tinggi, penusukan
ke pembuluh darah yang terlalu kecil, menggunakan jarum yang terlalu besar
untuk vena, jarum infus lama tidak diganti, jenis bahan (kateter infus) yang
digunakan, riwayat pasien dan kondisi sekarang, kondisi pembuluh darah,
stabilitas kanul, dan pengendalian infeksi (McCaffery & Beebe, 1993 dalam
Nursalam, 2015). Pengklasifikasian flebitis ada 3 yaitu flebitis mechanical atau
mekanik, flebitis chemical atau kimia dan flebitis bacterial atau bakteri (INS,
2006). Dari hasil observasi ditemukan bahwa pasien yang dirawat yang
mengalami flebitis jenis mekanik yaitu flebitis yang biasa terjadi akibat trauma
pada vena selama penusukan. Di ruang perawatan kelas 1 RSPTN Unhas
ditemukan angka kejadian flebitis sangat rendah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat diketahui bahwa infus pada pasien yang sudah terpasang 4 hari
akan dilakukan pergantian infus.
63
3) Survey Kejadian jatuh
Pada survey kejadian flebitis yang dilakukan selama 10 hari maka ditemukan
data sebagai berikut :
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Jatuh, Ruang Perawatan
Kelas 1 (12 Febuari-21 Febuari 2019) dengan n: 28
No Risk
Low Risk
High Risk
22
64
dilakukan edukasi kepada pendamping pasien unutk melakukan pengawan
terhadap resiko jatuh.
medication eror
1
0.8
0.6
0.2
0
KNC KTD
65
5) Survey Perawatan diri
Pada survey perawatan diri yang dilakukan selama 10 hari diruangan maka
ditemukan data sebagai berikut:
Diagram 4.5 Distribusi Frekuensi Perawatan Diri, Ruang Perawatan
Kelas 1 (12 Febuari-21 Febuari 2019) dengan n: 28
10
Terpenuhi
Tidak terpenuhi
18
66
perawatnnya itu sendiri yang sangat memperhatikan kebersihan dan perawtaan
diri pasien di ruangan tersebut , sehinggah mempengaruhi lama rawat dan
kesembuhan pasien-pasien rawat inap di ruangan tersebut. Selain itu pelaksanaan
kebersihan dan perawatan diri pasien tidak lepas dari tindakan mandiri perawat
yaitu memberikan health education tentang pentingnya perawatan diri untuk
menunjang kesehatan dan kesembuhan pasien . pasien diruangan rata-rata bisa
mengerti dan keluarga pasien juga kooperatif dalam membantu pelaksanaan
perawatan diri pasien.
3 Tn. SI
Tn. A
2
Tn.M
1
Tn. R
0 Ny. HH
H1 H2 H3 H4 H5 H6
67
Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan muncul
bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk
mengurangi ransang nyeri. Nyeri di tubuh dapat bervariasi, mulai dari yang
ringan, ketidaknyamanan bagian tubuh yang nyeri sampai nyeri sekali. Rasa
nyeri dapat menjadi akut dan berumur pendek atau menjadi masalah jangka
panjang yang kronis. Penyakit akut mempunyai fungsi pelindung bagi manusia,
yang mengajari untuk menghindari kerusakan jasmaniah atau situasi yang
berpeluang untuk merusak dan melindungi bagian tubuh yang terluka saat proses
penyembuhan (voltaren, 2006). Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar pasien yang dirawat memiliki keluhan nyeri. Nyeri ringan
merupakan jenis nyeri yang paling banyak terdokumentasi di ruang perawatan
kelas 1 RSPTN UNHAS. Namun, setelah 3 hari pemberian intervensi seperti
teknik relaksasi napas dalam, distraksi, pemberian posisi nyaman dan kolaborasi
pemberian analgetik sebagian besar pasien yang awalnya mengeluh nyeri sedang
berkurang menjadi nyeri ringan. Dokter dan perawat diruangan mengupayakan
untuk meminimalkan rasa nyeri pasien baik secara farmakologi maupun secara
non farmakologi.
0 0
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
23
68
Dari diagram di atas menunjukan bahwa di ruang perawatan kelas 1 RSP
Unhas ditemukan persentase kecemasan selama 10 hari perawatan adalah sekitar
35 % (7 kasus cemas). Pasien yang terobservasi cemas oleh kelompok selama 10
hari perawatan disebabkan oleh prognosis penyakit, kurang pengetahuan
mengenai proses penyakit dan kecemasan menjelang operasi (pre operasi). Untuk
menilai tingkat kecemasan seseorang, ada beberapa Alat ukur yang digunakan
untuk menilai tingkat kecemasan di ruang rawat inap kelas 1 adalah Zung-Self
Rating Anxiety Scale (SRAS).
Kecemasan merupakan hal yang wajar dan alami terjadi dalam
kehidupan manusia. Cemas adalah perasaan was-was, khawatir atau tidak
nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Banyak
hal yang dapat menimbulkan kecemasan, salah satunya adalah ketika seseorang
di rawat di rumah sakit. Kecemasan dapat mempengaruhi status kesehatan
pasien karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan sehingga dapat menambah
jumlah hari perawatan. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya
dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang di derita pasien
(Nursalam,2015).
8) Survey Pengetahuan
Pada survey pengetahuan yang dilakukan selama 10 hari ditemukan data sebagai
berikut:
Diagram 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Ruang Perawatan
Kelas 1 (11 Febuari-21 Febuari 2019) dengan n: 28
pengetahuan cukup
pengetahuan kurang
24
µ = mean kuesionerr
Xmin : 66 x 1 = 25
70
1
µ = 2 (imax + imin) Σk
1
= 2 (4+1) 25
= 62.5
kuesioner terdiri atas 25 pernyataan, skala yang digunakan dari angka 1 sebagai
skor terendah sampai dengan angka 4 sebagai skor tertinggi, setiap jawaban
diberi skor dengan ketentuan yaitu, sangat tidak puas memiliki skor 1, tidak puas
memiliki skor 2, puas memiliki skor 3, sangat puas memiliki skor 4. maka di
dapatkan, skala ukur interval dimana nilai maksimum adalah 100 dan minimum
adalah 25. Dimana skor mean yaitu 62.5. untuk setiap item pertannyaan pada
dimensi reability skala ukur interval dimana nilai maksimum adalah 5 dan
minimum adalah 20. Pada dimensi assurance skala ukur interval dimana nilai
maksimum adalah 5 dan minimum adalah 20. pada dimensi tangibles skala ukur
interval dimana nilai maksimum adalah 5 dan minimum adalah 20. pada dimensi
emphaty skala ukur interval dimana nilai maksimum adalah 5 dan minimum
adalah 20. pada dimensi responsive skala ukur interval dimana nilai maksimum
71
Dari hasil kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Pendidikan Unhas yang terdiri dari 25 pertanyaan dimana nilai mean 72.57 hal ini
Pendidikan Unhas, dimana nilai mean telah melebihi mean kuesioner. Selanjutnya
pada dimensi reability dengan mean 14.68, dimensi assurance dengan mean
14.36, dimensi tangibels dengan mean 14.68, dimensi emphaty dengan mean
14.39, dimensi responsive dengan mean 14.46.. dari ke-lima dimensi mutu
kelas I Rumah Sakit Pendidikan UNHAS adalah baik. Kepuasan adalah perasaan
b. Perawat Primer
Perawat primer atau ketua tim melaksanakan tupoksi sesuai dengan peran, seperti:
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Menyusun tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktik
4) Menerima dan menyesuaikan rencana keperawatan
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Membuat rencana harian
7) Bersama karu membuat atau mengisi daftar pasien
8) Membuat rencana bulanan
9) Memimpin pre dan post conference
10) Melaksanakan asuhan keperawatan
11) Melakukan orientasi pada pasien baru
12) Melakukan pendidikan kesehatan
c. Perawat Associate
Perawat Asosiet melaksanakan tupoksi sesuai dengan peran, sepeerti:
1) Mengikuti pre dan post conference
2) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah pasien
3) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
4) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
5) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon pasien pada
catatan perawatan
6) Melaksanakan program medis seperti pemberian obat, pemeriksaan
laboratorium dan persiapan pasien yang akan dioperasi
7) Memelihara kebersihan pasien dan lingkungan
8) Memberi rasa aman, nyaman, dan ketenangan
9) Pendekatan dan komunikasi teraupetik
73
10) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administrative seperti menyiapkan data pasien baru, pulang atau meninggal
11) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam atau hari libur secarabergantian
sesuai jadwal tugas
12) Membuat laporan harian pasien
74
3. Asuhan keperawatan pasien kelolaan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
75
Pengalaman hospitalisasi : Ya/tidak
Sumberinformasi : ⃝ Pasien ⃝ Keluarga ⃝ Lainnya :
Pemeriksaan Fisik (Ceklist pada bagian yang tidak normal)
⃝ Gangguan Penglihatan : tidak ada
⃝ Gangguan pendengaran : tidak ada
MATA, TELINGA,
HIDUNG, LEHER
⃝ Penurunan BB > 10% satu bulan terakhir: tidak ⃝ Dekubitus : Stage 1/2/3/4
NUTRISI
GINEKOLOGI
⃝ Lendir
ARI/
Lembab
⃝ Prosthesis ⃝ Warna kulit : Pucat ⃝ Teraba panas
76
⃝ Atrofi/deformitas ⃝ Turgor buruk : buruk ⃝ Teraba dingin ⃝ Drainase :
Gambaran area luka dan jelaskan karakteristik luka (Gambarkan lukanya)
Catatan :
Kulit pada area abdomen mengkilat dan kencang pada area ekstremitas bawah
1. Perlu dibantu
Makan 0. Tidak mampu 2. Mandiri 1
memotong makanan
2. Dibantu 1
Berubah posisi dari 1. Dibantu lebih dari 2
0. Tidak mampu atau 2 3. Mandiri
berbaring ke duduk orang
orang
2. dibantu 1
Berpindah/berjalan 0. Tidak mampu 1. Dengan kursi roda 3. Mandiri
orang
Ket: ⃝ 0-24 : tidak beresiko, ⃝ 25-50 : resiko rendah, ⃝ > 50 : resiko tinggi Total Skor : 65
Paliatif :
Kualitas :
Medikasi :
Efek nyeri :
⃝ Hubungan relasi ⃝ Tidur ⃝ Nafsu makan ⃝ Aktivitas ⃝ Emosi ⃝ Lainnya :
Obat Dosis/Rute Tujuan Cara Kerja Obat
Cefotaxime 1 gram/24jam/IV
Metronidazole 500mg/8jam/IV
Maxiliv 2x1/ora
MEDIKASI
Aminofusin 1000ml/24jam/IV
Vit. K 2ml/24jam/IV
furosemid 40mg/24jam/IV
URINALISIS :
Kesan : hematuria, proteinuria, leukoaturia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
MSCTScan abdomen : sirosis hepatis disertai splenomegali dan asites, lesi hipoema pada lobus
dextra hepar susp. Metastase, nephrolith sinistra, efusi pleura dextra
78
Pemeriksaan Hasil Rentang normal Interpretasi
79
ANALISA MASALAH KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. B
No. RM : 08.09.89
Tanggal Lahir : 25 Desember 1960
Ruangan : Sandeq Kelas 1 RSPTN Unhas
DO:
Klien tampak gelisah
Klien nampak menggaruk badannya
5 DS : Ansietas
Klien sering bertanya tentang perkembangan
pennyakitnya
DO:
Klien tampak waspada
Klien tampak gelisah
6 Faktor risiko : Risiko Perdarahan
Penyakit : Sirosis Hepatis
Hematuria
80
7 Faktor risiko : Risiko Jatuh
Keletihan : HB : 9.6
Fall Risk : Skor 65 (risiko tinggi Jatuh)
Asites dan Edema kedua tungkai
81
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. B
No. RM : 08.09.89
Tanggal Lahir : 25 Desember 1960
Ruangan : Sandeq Kelas 1 RSPTN Unhas
82
mestinya
13. ajarkan pasien bagaimana menggunakan
inhaler sesuai resep, sebagaimana mestinya
14. kelola pengobatan aerosol, sebagaimana
mestinya
15. kelola nebulizer ultrasonik, sebagaimana
mestinya
16. regulasi asupan cairan untukk
mengoptimalkan keseimbangan cairan
17. posisikan untuk meringankan sesak napas
18. monitor status pernapasan dan oksigen,
sebagaimana mestinya
Monitor pernapasan
1. monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
kesulitan bernapas
2. catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu napas, dan retraksi
pada otot supraclaviculas dan interkosta
3. monitor suara napas tambahan seperti ngorok
atau mengi
4. Monitor pola napas (misalnya, bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, pernapasan kusmaul,
pernapasan 1:1, apneustik, respirasi biot, dan
pola ataxic)
5. monitor saturasi oksigen pada pasien yang
tersedasi (seperti, SaO2, SvO2, SpO2) sesuai
dengan protokol yang ada
6. pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif
(misalnya, pasang alat pada jari, hidung, dan
dahi) dengan mengatur alarm pada pasien
berisiko tinggi (misalnya, pasien yang obesitas,
melaporkan pernah mengalami apnea saat tidur,
83
mempunyai riwayat penyakit dengan terapi
oksigen menetap, usia ekstrim) sesuai dengan
prosedur tetap yang ada
7. palpasi kesimetrisan ekspansi paru
8. perkusi torak anterior dan posterior, dari apeks
ke basis paru, kanan dan kiri
9. catat lokasi trakea
10. auskultasi suara napas, catat area dimana
terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara napas tambahan
11. kaji perlunya penyedotan, pada jalan napas
dengan auskultasi suara napas ronki di paru
12. auskultasi suara napas setelah tindakan, untuk
dicatat
13. monitor nilai fungsi paru, terutama kapasitas
vital paru, volume inspirasi maksimal, volume
ekspirasi maksimal selama 1 detik (FEVI) dan
FEVI/FVC sesuai dengan data yang tersedia
14. monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik,
catat peningkatan kelelahan, kecemasan, dan
kekurangan udara pada pasien
15. catat perubahan pada saturasi O2, volume tidal
akhir CO2, dan perubahan nilai analisa gas
darah dengan tepat
17. monitor kemampuan batuk efektif pasien
18. catat onset, karakteristik, dan lamanya batuk
19. monitor sekresi pernapasan pasien
20. monitor secara ketat pasien-pasien yang
berisiko tinggi mengalami gangguan respirasi
(misalnya, pasien dengan terapi opioid, bayi
baru lahir, pasien dengan ventilasi mekanik,
pasien dengan luka bakar wajah dan dada,
gangguan neuromuscular)
84
21. monitor keluhan sesak napas pasien, termasuk
kegiatan yang meningkatkan atau
memperburuk sesak napas tersebut
22. monitor suara serak dan perubahan suara
tersebut setiap jam pada pasien luka bakar
23. monitor suara krepitasi pada pasien
24. monitor hasil foto thoraks
25. buka jalan napas dengan menggunakan
maneuver chin lift atau jaw thrust dengan tepat
26. posisikan pasien miring kesamping,, sesuai
indikasi untuk mencegah aspirasi, lakukan
teknik log roll, jika pasien diduga mengalami
cedera leher
27. berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
28. berikan bantuan terapi napas jika diperlukan
(misalnya, nebulizer)
2. Kelebihan Volume NOC : NIC :
Cairan Fluid balance Pertahankan catatan intake dan output yang
DS : Electrolit and acid base balance akurat
Klien Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pasang urin kateter jika diperlukan
mengatakan selama 4x24 jam Kelebihan volume cairan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
perutnya teratasi dengan kriteria : cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
membesar dan Terbebas dari edema, efusi, anaskara Monitor vital sign
kakinya Bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
bengkak Terbebas dari distensi vena jugularis (cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
DO : Memelihara tekanan vena sentral, tekanan asites)
Ptting edema kapiler paru, output jantung dan vital sign Kaji lokasi dan luas edema
drajat 3 dengan DBN Monitor masukan makanan / cairan
kedalaman 5 Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau Monitor status nutrisi
mm dan durasi bingung Berikan diuretik sesuai interuksi
7 detik Kolaborasi pemberian obat
Dypneu Monitor berat badan
HGB : 9.6 Monitor elektrolit
85
HCT : 27.0 Monitor tanda dan gejala dari edema
Hasil
pemeriksaaan
radiologi :
efusi pleura
dextra
Auskultasi
didapatkan
Ronkhi
PP : 24x/i
86
meningkatkan intake makanan tinggi energi
Dorong pasien dan keluarga mengekspresikan
perasaannya
Catat aktivitas yang dapat meningkatkan
kelelahan
Anjurkan pasien melakukan yang
meningkatkan relaksasi (membaca,
mendengarkan musik)
Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
Batasi stimulasi lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi
87
keringat dengan menghindari cuaca panas dan
aktivitas yang berlebihan
4. Menggunakan krim antihistamin
5. Menganjurkan klien untuk tidak menggaruk
area yang gatal melainkan menepuk-nepuk
secara pelan atau mengusap-usap area yang
gatal.
Anxiety Reduction :
1. Pendekatan meyakinkan dan menenangkan
2. Menjelaskan semua procedur, termasuk
sensasi mungkin dialami selama prosedur
3. Kaji pandangan klien terkait situasi stress
4. Memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
5. Mendorong keluarga untuk bersama dengan
pasien
6. Mendorong verbalisasi perasaan, persepsi,
dan ketakutan
7. Mengidentifikasi ketika perubahan tingkat
kecemasan
8. Memberikan aktivitas pengalihan diarahkan
untuk pengurangan ketegangan
9. Membantu pasien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
10. Mendukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
11. Anjurkan pasien dari penggunaan teknik
relaksasi
12. Menilai tanda-tanda verbal dan nonverbal
kecemasan
88
5. Ansietas NIC NOC
DS : Tingkat kecemasan Dukungan emosi
Klien sering Kontrol kecemasan 1. Dorong pasien untuk mengekspresikan
bertanya Penerimaan: status keehatan perassan cemas, marah atau sedih
tentang Status kenyamanan 2. Berikan sentuhan sebagai bentuk dukungan
perkembangan Kesehatan spiritual 3. Rujuk untuk konseling sesuai kebutuhan
pennyakitnya Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam Konseling
DO: ansietas teratasi dengan kriteria hasil: 1. Bina hubungan saling percaya
Klien tampak klien mampu 2. Bersikap empati, hangat dan tulus
waspada 1. menyampaikan rasa cemas secara lisan 3. Menjelaskan tujuan dan lama konseling
Klien tampak 2. beristirahat/tidur 4. Bantu klien mengekspresikan perasaannya
gelisah 3. mengatasi perasaan gelisah 5. Bantu klien mengidentifikasi masalah atau
4. mengontrol penyebab cemas situasi yang menyebabkan distress
5. menggunakan strategi koping dengan 6. Bantu klien mengidentifikasi apa yang bisa
efektif dan tidak bisa dilakukan terkait peristiwa yang
6. mengendalikan respon ceman dialami
7. mengenali realita situasi kesehatan 7. Identifikasi adanya perbedaan pandangan klien
dengan tim kesehatan
8. menyesuaikan perubahan dalam status
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi kekuatan,
kesehatan
dan hal yang dapat menguatkan dari peristiwa
9. mengekspresikan kedamaian dalam diri
yang dialami.
10. melaporkan perasaan berharga dalam hidup
9. Jangan mendukug pembuatan keputusan saat
11. mendapatkan dukungan sosial dari keluarga
pasien berada dalam kondisi stress
dan teman-teman
Manajemen lingkungan
12. menjalin hubungan sosial
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
13. mendapatkan perawatan sesui budaya
2. Letakkan benda yang sering digunakan dalam
14. memiliki keyakinan yang kuat, mampu
jangkauan pasien
berdoa, beribadah, mencintai dan
3. Sedaiakan tempat tidur yang bersih dan
memaafkan.
nyaman
15. berinteraksi dengan orang lain untuk
4. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
berbagi ide, perasaan dan keyakinan.
pasien
16. Menciptakan perasaan damai 5. Mencegah kebisingan yang berlebihan
6. Batasi pengungjung
89
7. Berikan informasi pada keluarga pasien
mengenai lingkungan yang aman bagi pasien
Teknik menenangkan
1. pertahankan kontak mata, sikap tenang dan
hati-hati
2. berdiri disisi klien, berikan usapan punggung
3. kurangi stimuli yang menciptakan perasaan
takut maupun cemas
4. kaji orang yang dekat dengan klien yang dapat
membantu
5. berikan kesempatan untuk menyendiri jika
perlu
6. instruksikan klien untuk menggunakan metode
mengurangi kecemasan dengan teknik
distraksi
7. kolaborasikan anti ansietas jika diperlukan
6. Risiko Perdarahan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC LABEL :Bleeding Reduction
Faktor risiko : selama 3x24 jam, perawat dapat 1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti
Penyakit : meminimalkan komplikasi yang terjadi perdarahan atau hemoragi
Sirosis Hepatis dengan kriteria hasil: 2. Catat kadar hemoglobin/hematokrit sebelum
Hematuria NOC LABEL : Blood Loss Severity dan sesudah perdarahan
a. Klien tidak mengalami kehilangan darah 3. Pantau koagulasi darah pasien (prothrombin,
b. Kulit dan membrane mukosa pasien thromboplastin, fibrinogen, fibrin, dan jumlah
tidak pucat platelet)
c. Nilai Hemoglobulin berada dalam batas 4. Pantau aliran IV, kateter urin.
normal
d. Nilai Hematokrit berada dalam keadaan
normal
90
7. Risiko Jatuh NOC : NIC:
Faktor risiko :
Keletihan : HB Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environmental Manajement : savety
: 9.6 selama 1 x 24 jam klien dapat 1. Identifikasi fisik pasien yang dapat
Fall Risk : mempertahankan keseimbangan : meningkatkan potensi jatuh
Skor 65 (risiko 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
Klien mampu mempertahankan berdasarkan fungsi kognitif pasien
tinggi Jatuh) keseimbangan 3. Gunakan alat-alat keamanan (pembatas
Asites dan Keluarga dan klien dapat meminimalisir tempat tidur, mengunci pintu ) untuk
Edema kedua faktor resiko jatuh membatasi mobilitas fisik
tungkai
4. Kolaborasi dengan agen kesehatan untuk
meningkatkan keamanan
91
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. B
No. RM : 08.09.89
Tanggal Lahir : 25 Desember 1960
Ruangan : Sandeq Kelas 1 RSPTN Unhas
95
Ansietas 1. Bantu klien mengekspresikan S:
perasaannya i. Klien mengatakan saat ini
Hasil : Klien mengatakan merasa cemas dengan
merasa cemas dengan keadaannya saat ini
keadaannya saat ini ii. Klien mengatakan tidurnya
2. Bantu klien mengidentifikasi terganggu karena sering
masalah atau situasi yang memikirkan tentang keadaanya
menyebabkan distress O:
Hasil : Klien mengatakan -Klien nampak lemas
penyebab klien stress karena -Klien nampak cemas dan
cemas dengan kondisinya yang kadang klien tidak kooperatif
semakin lemas dan klien A : Masalah ansietas belum teratasi
mengatakan sulit tidur karena P : Lanjutkan intervensi :
merasa cemas - Kaji tingkat kecemasan klien
3. Instruksikan klien untuk - Instruksikan klien untuk
menggunakan metode menggunakan metode
mengurangi kecemasan dengan mengurangi kecemasan dengan
teknik distraksi teknik distraksi
Hasil : Klien diajak bercerita
dan menceritakan masalalunya
untuk mengurangi kecemasan
Risiko Perdarahan 1. Pantau koagulasi darah pasien S :-
(prothrombin, thromboplastin, O : hasil lab :
fibrinogen, fibrin, dan jumlah Prothrombin/PT : 23
platelet) HCT : 27,0%
Hasil : Prothrombin/PT : 23 HGB : 9,6 g/Dl
HCT : 27,0% A : risiko perdarahan tidak terjadi
2. Catat kadar hemoglobin/ P : Lanjutkan intervensi
hematokrit sebelum dan - Pantau aliran IV, kateter urin
sesudah perdarahan
Hasil : HGB : 9,6 g/dL
3. Pantau aliran IV, kateter urin
Hasil : warna urin tampak
kuning pekat
96
Risiko Jatuh 1. Identifikasi fisik pasien yang Faktor risiko :
dapat meningkatkan potensi - Klien lemah
jatuh - Hb 9,6
Hasil : klien sulit berjalan karena - Skor jatuh tinggi (65)
terdapat edema pada kedua - ADL dibantu oleh keluarga
tungkai - Roda tempat tidur terkunci dan
2. Gunakan alat-alat keamanan telah terpasang pembatas
(pembatas tempat tidur, tempat tidur
mengunci pintu) untuk A : Risiko jatuh
membatasi mobilitas fisik P : Lanjutkan intervensi
Hasil : telah dipasang pembatas - Identifikasi fisik pasien yang
tempat tidur dan mengunci roda dapat meningkatkan potensi
tempat tidur agar tidak terjadi jatuh
jatuh - Gunakan alat-alat keamanan
3. Mengidentifikasi karakteristik (pembatas tempat tidur,
lingkungan yang mungkin mengunci pintu) untuk
mengakibatkan potensi jatuh membatasi mobilitas fisik
Hasil : skor jatuh 65 (risiko - Mengidentifikasi karakteristik
tinggi) dan ADL klien dibantu lingkungan yang mungkin
oleh keluarga mengakibatkan potensi jatuh
Kamis, 14 Ketidakefektifan 1. memonitor kecepatan, irama, S:
Februari pola napas kedalaman, dan kesulitan - klien mengatakan sesak saat
2019 bernapas berbaring atau setengah duduk
hasil : RR; 24x, dangkal - klien merasa kesulitan
2. mencatat pergerakan dada, catat bernapas
ketidaksimetrisan, penggunaan - klien mengatakan sesak hilang
otot-otot bantu napas, dan timbul
retraksi pada otot O:
supraclaviculas dan interkosta - dyspnea berkurang
hasil : pergerakan dada simetris, - irama napas dangkal
tidak ada penggunaan otot - oksigen nasal kanul jika sesak
bantu napas - bunyi napas ronkhi
3. memonitor suara napas - hasil foto efusi pleura dextra
tambahan seperti ngorok atau - asites
mengi
97
hasil : ronhki pada basal paru A : ketidakefektifan pola napas belum
4. Memonitor pola napas teratasi
(misalnya, dispnea, bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, P : lanjutkan intervensi 1-6
pernapasan kusmaul,
pernapasan 1:1
Hasil : dispnea berkurang
5. memonitor keluhan sesak napas
pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak napas
tersebut
hasil : klien merasa sesak napas
saat berbaring hingga posisi 45
derajat klien masih merasa
sesak
6. memberikan posisi 90
derajat/fowler
hasil : klien merasa nyaman dan
sesak berkurang
Kelebihan volume 1. memonitor intake dan output S:
cairan yang akurat - Klien mengatakan perutnya
Hasil : intake = 100 ml, output membesar
= 50 ml, balance = +50ml - Klien mengatakan kakinya
2. memasang urin kateter jika bengkak
diperlukan - Klien mengatakan berat
hasil : urin kateter tidak badannya bertambah
terpasang karena klien O:
mengeluh nyeri, pengukuran - Pitting edema derajat 3 (5mm,
output urin sulit diukur 7 detik)
3. Monitor hasil pemeriksaan - Shiftting dullness positif
penunjang dan laboratorium - Asites
yang sesuai dengan retensi - LP 116 cm
cairan (BUN , Hmt , osmolalitas - BB 79Kg
urin ) - HCT 27%
98
Hasil : HCT 27%, hasil foto = - Balance cairan = +50ml
efusi pleura dextra, (07.00), tidak balance, input
4. Monitor vital sign 500ml
Hasil : TD : 160/100, P: 23x N: - Pembatasan cairan maximal
94, S: 37 500ml/24 jam
5. Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (edema, asites) A : kelebihan volume cairan belum
Hasil : pitting edema derajat 3, teratasi
shifting dullnes positif, LP
116cm, BB 79kg P : Lanjutkan intervensi 1-8
6. Kaji lokasi dan luas edema
Hasil : edema ektremitas bawah
derajat 3 kedalaman 5mm
waktu kembali 7 detik
7. Monitor masukan cairan
Hasil : air minum 240 ml,
medikasi 112ml
8. Monitor berat badan
Hasil : BB 79kg
Keletihan 1. Memonitor respon S:
kardiorespirasi terhadap - Klien mengatakan sesak saat
aktivitas berbaring terlentang
Hasil : klien masih mengeluh - Klien merasa tidak nyaman
sesak saat berbaring supinasi, saat berubah posisi karena
posisi nyamam klien yaitu sesak
posisi 450 - Klien mengatakan tidurnya
2. Memonitor pola tidur pasien hari ini baik
Hasil : Klien mengatakan - Keluarga klien mengatakan
semalam tidurnya kurang baik klien jarang menghabiskan
karena merasa gatal pada makanannya
bagian punggung - Klien mengatakan merasa
3. Memonitor lokasi cemas akan penyakitnya
ketidaknyamanan atau nyeri O:
selama bergerak dan aktivitas - Klien nampak lemah
Hasil : klien merasa tidak - Hb = 9,6 gr/dl
99
nyaman pada bagian perut dan - Porsi makanan tidak habis
merasa sesak saat berubah
posisi A : keletihan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2
Ansietas 1. Kaji tingkat kecemasan pasien S:
Hasil : Klien mengatakan iii. Klien mengatakan masih
perutnya setiap hari makin merasa cemas dengan
membesar, dan klien masih keadaannya saat ini
cemas iv. Klien mengatakan perutnya
2. Instruksikan klien untuk setiap hari makin membesar
menggunakan metode O:
mengurangi kecemasan dengan - Klien nampak cemas
teknik distraksi
Hasil : Klien diajak bercerita dan A : Masalah ansietas belum teratasi
menceritakan masalalu dan P : Lanjutkan intervensi :
100
pengalamannya untuk - Kaji tingkat kecemasan klien
mengurangi kecemasan - Instruksikan klien untuk
menggunakan metode
mengurangi kecemasan dengan
teknik distraksi
- Bantu klien mengidentifikasi
masalah atau situasi yang
menyebabkan distress
Risiko Jatuh 1. Identifikasi fisik pasien yang Faktor risiko :
dapat meningkatkan potensi - Klien nampak lemah
jatuh - Skor jatuh rendah (45)
Hasil : klien sulit berjalan karena - Roda tempat tidur terkunci
terdapat edema pada kedua -
tungkai A : Risiko jatuh
2. Gunakan alat-alat keamanan P : Lanjutkan intervensi
(pembatas tempat tidur, - Identifikasi fisik pasien yang
mengunci pintu) untuk dapat meningkatkan potensi
membatasi mobilitas fisik jatuh
Hasil : telah dipasang pembatas - Gunakan alat-alat keamanan
tempat tidur dan membatasi (pembatas tempat tidur,
mobilisasi klien mengunci pintu) untuk
3. Mengidentifikasi karakteristik membatasi mobilitas fisik
lingkungan yang mungkin - Mengidentifikasi karakteristik
mengakibatkan potensi jatuh lingkungan yang mungkin
Hasil : skor jatuh 45 (risiko mengakibatkan potensi jatuh
rendah)
Jumat, 15 Ketidakefektifan 1. memonitor kecepatan, irama, S :
Februari pola napas kedalaman, dan kesulitan - klien mengatakan sesak saat
2019 bernapas berbaring dan sudah mampu
hasil : RR; 22x, setengah duduk namun tidak
2. mencatat pergerakan dada, catat mampu lama
ketidaksimetrisan, penggunaan - klien mengatakan sesak
otot-otot bantu napas, dan berkurang
retraksi pada otot O :
supraclaviculas dan interkosta - tidak sesak
101
hasil : pergerakan dada simetris, - oksigen nasal kanul jika sesak
tidak ada penggunaan otot - bunyi napas ronkhi
bantu napas - hasil foto efusi pleura dextra
3. memonitor suara napas - asites
tambahan seperti ngorok atau
mengi A : ketidakefektifan pola napas
hasil : ronhki pada basal paru teratasi
4. Memonitor pola napas
(misalnya, dispnea, bradipnea, P : lanjutkan intervensi 1-6
takipnea, hiperventilasi,
pernapasan kusmaul,
pernapasan 1:1
Hasil : tidak sesak
5. memonitor keluhan sesak napas
pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak napas
tersebut
hasil : klien merasa sudah
mampu jika posisi 45 derajat
namun tidak bertahan lama
6. memberikan posisi 90
derajat/fowler
hasil : klien merasa nyaman dan
sesak berkurang
Kelebihan volume 1. memonitor intake dan output S:
cairan yang akurat - Klien mengatakan perutnya
Hasil : intake = 720ml balance membesar
tidak terukur - Klien mengatakan kakinya
2. Monitor hasil pemeriksaan bengkak
penunjang dan laboratorium - Klien mengatakan berat
yang sesuai dengan retensi badannya bertambah
cairan (BUN , Hmt , osmolalitas O:
urin ) - Pitting edema derajat 3 (5mm,
Hasil : HCT 27%, hasil foto = 7 detik)
102
efusi pleura dextra, - Shiftting dullness positif
3. Monitor vital sign - Asites
Hasil : TD : 110/70, P: 24x N: - LP 117 cm
94, S: 37 - BB 79Kg
4. Monitor indikasi retensi / - HCT 27%
kelebihan cairan (edema, asites) - Balance cairan tidak terukur
Hasil : pitting edema derajat 3, - Pembatasan cairan maximal
shifting dullnes positif, LP 500ml/24 jam
117cm, BB 79kg
5. Kaji lokasi dan luas edema A : kelebihan volume cairan belum
Hasil : edema ektremitas bawah teratasi
derajat 3 kedalaman 5mm
waktu kembali 7 detik P : Lanjutkan intervensi 1-6
6. Monitor berat badan
Hasil : BB 79kg
Keletihan 1. Memonitor respon S:
kardiorespirasi terhadap - Klien mengatakan sesak saat
aktivitas berbaring terlentang
Hasil : klien masih mengeluh - Klien merasa tidak nyaman
sesak saat berbaring supinasi saat berubah posisi karena
namun sudah berkurang, posisi sesak
nyamam klien yaitu posisi 450 - Klien mengatakan tidurnya
2. Memonitor pola tidur pasien hari ini baik
Hasil : Klien mengatakan - Keluarga klien mengatakan
semalam tidurnya kurang baik klien jarang menghabiskan
karena masih merasa gatal di makanannya
malam hari - Klien mengatakan merasa
3. Memonitor lokasi cemas akan penyakitnya
ketidaknyamanan atau nyeri O:
selama bergerak dan aktivitas - Klien nampak lemah
Hasil : klien merasa tidak - Hb = 9,6 gr/dl
nyaman pada bagian perut dan - Porsi makanan tidak habis
merasa sesak saat berubah
posisi A : keletihan belum teratasi
4. Monitor intake/asupan nutrisi
103
untuk mengetahui sumber P : Lanjutkan intervensi 1-4
energi yang adekuat
Hasil : klien jarang
menghabiskan makanannya
namun banyak minum.
Gangguan rasa Menganjurkan klien untuk tidak S:
nyaman menggaruk area yang gatal - Klien masih mengeluh gatal
melainkan menepuk-nepuk secara pada bagian punggung
pelan atau mengusap-usap area - Klien masih merasa tidak
yang gatal untuk menghindari nyaman terutama saat malam
kerusakan integritas kulit hari
Hasil : klien mengerti O:
- Klien masih nampak
menggaruk-garuk area yang
gatal sesekali dan
P : Lanjutkan intervensi 2
Ansietas 1. Kaji tingkat kecemasan pasien S:
Hasil : Klien mengatakan tidak v. Klien mengatakan tidak merasa
merasa cemas lagi setelah di cemas lagi
edukasi O:
2. Instruksikan klien untuk - Klien nampak rileks dan tidak
menggunakan metode cemas lagi
mengurangi kecemasan dengan
teknik distraksi A : Masalah ansietas teratasi
Hasil : Klien diajak bercerita P : Pertahankan intervensi
untuk mengurangi kecemasan
dan klien tampak rileks setelah
menceritakan masa lalunya
Risiko Jatuh 1. Identifikasi fisik pasien yang Faktor risiko :
dapat meningkatkan potensi - Skor jatuh rendah (45)
jatuh - ADL tetap dibantu oleh
104
Hasil : klien sulit berjalan karena keluarga
terdapat edema pada kedua
tungkai A : Risiko jatuh tidak terjadi
2. Gunakan alat-alat keamanan P : Pertahankan intervensi
(pembatas tempat tidur,
mengunci pintu) untuk
membatasi mobilitas fisik
Hasil : telah dipasang pembatas
tempat tidur dan membatasi
mobilisasi klien
3. Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang mungkin
mengakibatkan potensi jatuh
Hasil : skor jatuh 45 (risiko
rendah) dan ADL klien tetap
dibantu oleh keluarga
105
WOC SIROSIS HEPATITIS
SIROSIS HEPATITIS
Ruang paru
Penumpukan toksik RESIKO
menyempit PERDARAHAN
ureum pada tubuh (kulit)
DITANDAI
Rasa gatal pada DENGAN : RESIKO JATUH
KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAPAS kulit/Pruritis
PT : 23 INR
(memanjang)
Kurang informasi GANGGUAN RASA HCT : 27,0
yang didapat NYAMAN
tentang penyakit
KECEMASAN KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN
106
KETERANGAN :
Penyebab terjadinya Sirosis Hepatitis adalah virus hepatitis, pola hidup dengan
banyak mengkonsumsi alcohol serta kegemukan. Virus akan menginfeksi hati serta
alcohol membantu terjadinya kerusakan pada hati, penumpukan lemak pada hati yang
berlebihan akan menyebabkan hati kesulitan dalam membantu pencernaan lemak.
Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya infeksi atau peradangan hati. Apabila tidak
ditangani dengan cepat hati menjadi nekrosis dan terjadi sirosis. Sirosis hati berakibat
pada obstruksi vena porta hepatika sehingga terjadi vasokontriksi yang akan
menyebabkan terjadi peningkatan tekanan darah atau Hipertensi Porta. Hal ini dialami
oleh Tn. B dimana tekanan darah selama dipantau sejak masuk berkisar anatar 120-
140/90-100 mmHg. Hipertensi Porta yang terjadi akan berakibat pada retensi aliran
darah balik dan terjadi perembesan pada vena dan cairan tubuh dalam sel akan masuk ke
peritonium dengan gejala yang muncul pada Tn. B adalah Acites (perut membesar dan
pada pemeriksaan fisik /sifting dullness positif ).
Kurang pengetahuan yang dialami oleh klien dan keluarga serta tidak didukung
oleh penjelasan yang diberikan oleh petugas tentang penyakit yang dialami oleh klien
akan menyebabkan rasa cemas, dan kecemasan ini pun akan berakibata dengan
perubahan pada tanda-tanda vital seperti terjadinya peningktan tekanan darah dan nadi.
107
LAPORAN ROLEPLAY PERAN MAHASISWA
108
LAPORAN BERMAIN PERAN
Nim : R014172019
BERMAIN PERAN
(KEPALA RUANGAN)
Rabu, 20 Februari 2019 saya mendapatkan peran sebagai kepala ruangan.
Perasaan saya sedikit gugup karena ini merupakan pengalaman saya sebagai kepala
ruangan dalam bermain peran. Saat tiba diruangan, saya membuat daftar jumlah pasien
yang ada diruangan. Saya sebagai kepala ruangan membuka operan perawat shift malam
dengan perawat shift pagi di ners station dengan membacakan jumlah pasien dan tingkat
ketergantungan pasien. Dalam hal ini jumlah pasien pada tanggal 20 Februari adalah 27
orang. Selanjutnya saya serahkan kepada ketua tim/perawat primer untuk memimpin
operan di ners station. Setelah itu, saya dan perawat primer dan perawat associate
rekapitulasinya. Adapun mutu pelayanan yang disurvey terdiri dari dekubitus, flebitis,
dan kecemasan pasien. Selanjutnya, memeriksa kelengkapan status pasien dan menilai
hasil pendokumentasian yang dikerjakan oleh perawat primer dan perawat associate.
Sebelum dinas pagi berakhir, saya memimpin kegiatan post conference yang
diikuti oleh perawat primer dan perawat associate. Saya menyampaikan kepada
perawat jumlah pasien, dimana pada hari ini pasien awal 27 orang , pasien pulang 2
orang dan pasien masuk 2orang jadi total pasien 27 orang pasien. Setelah itu saya
Setelah post conference, saya melanjutkan untuk mengikuti operan perawat shift pagi
109
Saat bermain peran sebagai kepala ruangan saya mendapatkan beberapa kendala
misalnya saat melakukan survey mutu pelayanan yang saya rasa sedikit susah karena
terdapat pasien dan keluarga yang kurang kooperatif sehingga terkadang Selain itu
beberapa kendala juga datang dari kurangnya kesadaran keluarga dalam menjaga
kebersihan ruangan.
BERMAIN PERAN
(PERAWAT PRIMER)
Kamis, 21 Februari 2019 saya berperan menjadi perawat primer (ketua tim).
Perasaan saya saat menjadi perawat primer sedikit gugup karena saya pertama kalinya
berperan sebagai perawat primer. Selama menjalankan peran sebagai perawat primer
saya melakukan pendataan dan pengkajian terhadap pasien kelolaan. Kemudian sebagai
perawat primer saya menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien kelolaan
berdasarkan diagnosa yang didapatkan pada tiap pasien dan mendiskusikannya bersama
Setelah itu saya juga membantu kepala ruangan menilai mutu pelayanan yang
terdiri dari dekubitus, flebitis, kenyamanan, pasien jatuh, medication error, kepuasan,
perawatan diri, pengetahuan, dan kecemasan pasien. Selama menilai mutu, saya juga
penyakit yang diderita, distraksi jika mengalami nyeri dan cara mengatasi kecemasan.
Sebelum dinas pagi berakhir, saya mengikuti post conference bersama teman-
teman perawat dinas pagi yang dipimpin oleh kepala ruangan. Saat post conference,
saya mencatat kondisi pasien dan masalah keperawatan yang dialami, intervensi yang
telah dilakukan dan yang belum dilakukan oleh perawat associate, serta rencana
110
tindakan selanjutnya. Setelah post conference selesai, saya membagikan pasien untuk
teman-teman yang akan shift siang. Setelah itu, melakukan operan dinas pagi ke siang.
aktivitas. Saat operan, saya membagikan pasien kepada semua perawat yang shift siang.
Setelah itu, saya menyampaikan satu per satu kondisi pasien kepada masing-masing
masalah keperawatan, intervensi yang telah dan yang belum dilakukan, serta rencana-
conference dengan teman-teman perawat associate yang dinas siang. Saat pre
BERMAIN PERAN
(PERAWAT ASSOCIATE)
pasien. Saya mendapatkan peran sebagai perawat associate pada tanggal 11 Februari-
19 Februari 2019 dan yang terbagi menjadi shift pagi, siang dan malam. Dalam shift,
satu tim terdiri dari 2 perawat associate sehingga setiap perawat mengelola 4-5 pasien
yang telah ditetapkan pembagiannya oleh kepala ruangan dan ketua tim.
Sebelum memulai shift, saya mengikuti timbang terima dengan perawat yang
shift sebelumnya (malam). Saat timbang terima berlangsung, saya mencatat beberapa
masalah-masalah yang dialami oleh pasien, mencatat beberapa tindakan yang belum
dilakukan oleh perawat pengelola sebelumnya, dan mencatat beberapa rencana tindakan
111
Setelah operan di kamar pasien, kami perawat yang shift pagi melakukan pre
kanul, pemberian obat, perawatan luka, dan lain sebagainya. Setelah melakukan
yakni mencatat semua tindakan perawatan dan repons pasien pada catatan perawatan.
tentang keadaan pasien karena perawat yang akan dinas di shift selanjutnya bisa lebih
mudah menentukan intervensi lanjutan dari tindakan keperawatan untuk pasien tersebut.
kepala ruangan dan ketua tim untuk menilai mutu pelayanan yang terdiri dari dekubitus,
Sebelum jadwal shift selesai, kami melakukan post conference dan dipimpin
oleh penanggungjawab shift atau ketua tim. Saya menyampaikan kondisi pasien,
masalah keperawatan yang dialami, intervensi-intervensi yang telah dilakukan dan yang
belum dilakukan. Setelah melakukan post conference, kami melakukan timbang terima
112
BERMAIN PERAN
(KEPALA RUANGAN)
Nama : Rudy
Nim : R 014172054
113
kali melakukan diskusi dengan perawat primer tentang kondisi pasien yang sedang di
rawat. Saya juga bekerjasama dengan perawat primer dan perawat asosiate untuk
menyebarkan quisioner mengenai survey kepuasa pasien dan keluarga. Kami juga
menyebarkan survey mengenai penilaian mutu pelayanan seperti dekubitus, flebitis,
kenyamanan, pasien jatuh, perawatan diri, pengetahuan, medical error, dan kecemasan
pasien.
Kegiatan terakhir yang saya lakukan adalah memimpin kegiatan overan shift
dari pagi ke sore yang dihadiri oleh perawat primer dan perawat asosiate sesuai jadwal
yang telah disepakati.
114
EVALUASI BERMAIN PERAN
115
Hari Jumat, 15 Februari 2019 saya mendapatkan peran menjadi perawat
primer (PP). Disitulah saya mempunyai tanggung jawab harus mengetahui
secara keseluruhan pasien dengan tindakan yang telah dilakukan. Menjadi
Perawat Primer juga memiliki tugas diantaranya memimpin pre dan post
conference, melaksanakan asuhan keperawatan, membantu kepala ruangan
mengadakan survey, bekerja sama dengan kepala ruangan membuat jadwal
dinas, membuat rencana harian, dan melakukan orientasi pada pasien baru
(PBB).
Selama menjalankan peran sebagai perawat primer melakukan
pendataan, pengkajian, dan orientasi terhadap pasien baru tersebut. Pada saat
saya menjadi perawat primer, saya mengkaji beberapa pasien baru dan
mengadakan survey kepuasan pasien, masalah kesehatan dan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan.
Pada saat mendekati akhir shift, perawat primer mencatat evaluasi pada
pasien kelolaan yang diberikan dan mencatatnya sebagai SOAP pasien di buku
laporan pasien. Setelah semuanya selesai, maka dimulailah pre conference yang
dipimpin oleh perawat primer, dimana perawat primer menyampaikan hal-hal
yang penting berkaitan pasien kelolaan, seperti tidakan apa yang telah dilakukan
dan akan dilakukan pada pasien, serta keluhan-keluhan yang dialami
pasien/keadaan umum pasien. Kemudian perawat dinas sore dan beberapa
perawat dinas pagi menuju ruang perawatan pasien satu persatu, pada
kesempatan tersebut disampaikanlah hal-hal yang berkaitan dengan keadaan
umum pasien dan secara singkat mengenai rencana tindakan medis dan
keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya. Kemudian dilakukan post
conference untuk mengvalidasi hal-hal yang masih kurang. Kemudian pada
akhirnya penugasan perawat primer didelegasikan kepada penanggungjawab
shift sore pada hari tersebut.
3. Roleplay sebagai Perawat Assosiate
Selama 3 minggu menjalani profesi keperawatan manajemen, saya lebih
sering mendapatkan peran menjadi perawat assosiate. Dimana menjadi perawat
associate, saya diberikan tanggung jawab untuk mengelola pasien sebanyak 2-3
orang pasien dari 9 pasien kelolaan. Seorang perawat assosiate juga memiliki
116
tugas diantaranya mengikuti pre conference dan post conference, membaca
rencana keperawatan, melaksanakan asuhan keperawatan, dan membantu kepala
ruangan mengadakan survey kepuasaan pasien, masalah kesehatan, dan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan.
Perawat assosiate merupakan tenaga perawat yang paling banyak
berinteraksi dengan pasien, perlu dengan seksama memperhatikan hal hal yang
disampaikan selama timbang terima/operan. Ketika saya berperan menjadi
perawat assosiate, saya lebih banyak melakukan tindakan langsung ke pasien
seperti melakukan pemeriksaan vital sign, pemberian obat, pemasangan infus,
perawatan luka, pengambilan darah vena, dan lain sebagainya. Setelah
melakukan tindakan pada pasien yang saya kelola, saya lalu melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Namun, dalam pendokumentasian perlu
dilakukan secara seksama dan teliti, hal ini sangat penting dalam hal pemenuhan
riwayat pelaksanaan tindakan selanjutnya.
117
EVALUASI BERMAIN PERAN
118
kami. kemudian teman saya yang berperan sebagai perawat primer melaporkan
kepada saya (kepala ruangan) bahwa 1 diantara 9 pasien kelolaan telah dizinkan
untuk rawat jalan, sehingga kepala ruangan mempersiapkan administrasi pasien
pulang tersebut, namun pasien tersebut dilakukan observasi terlebih dahulu
sebelum dipulangkan. Dan terdapat 7 pasien yang dipulangkan dari total
keseluruhan pasien yang di rawat di kelas 1.
Pukul 13.30 TIM saya akan melakukan pre conference di nurse station,
saya sebagai kepala ruangan memimpin/membuka operan tersebut dan
mempersilahkan perawat primer untuk membacakan hasil laporan shift pagi.
Setelah perawat primer membacakan laporannya, selanjutnya kepala ruangan
beserta Timmnya menuju ke kamar pasien untuk melakukan operan disetiap
kamar dan perawat asocite yang bertugas pada setiap kamar yang akan
mengoperkan lebih jelasnya. Setelah itu, kepala ruangan beserta Timnya
kembali ke nurse station untuk melakukan post conference dan saya sebagai
kepala ruangan kembali memimpin/menutup operan tersebut.
2. Roleplay sebagai Perawat Primer
Hari Senin, 11 februari 2019 saya mendapatkan peran menjadi perawat
primer. Disitulah saya mempunyai tanggung jawab harus mengetahui secara
keseluruhan pasien dengan tindakan yang telah dilakukan. Menjadi perawat
primer juga memiliki tugas diantaranya memimpin pre dan post conference,
membuat rencana harian, bekerja sama dengan kepala ruangan membuat jadwal
dinas, mendampingi visite dokter, membantu kepala ruangan mengadakan
survey, melaksanakan asuhan keperawatan, dan melakukan orientasi pada pasien
baru.
Selama menjalankan peran sebagai perawat primer melakukan
pendataan, pengkajian, dan orientasi terhadap pasien baru jika ada pasien yang
baru masuk. Selain daripada tugas tersebut pada hari tersebut juga didapatkan
pasien dengan rencana pulang dan sebagai perawat primer, perlu melakukan
beberapa hal misalnya melengkapi status rekam medis, resume keperawatan
pasien tersebut, mengevaluasi administrasi pasien dan memvalidasi pengetahuan
pasien keluarga terhadap rencana tindakan kesehatan selanjutnya.
119
Mendekati akhir shift, perawat primer mencatat evaluasi pada pasien
kelolaan yang diberikan dan mencatatnya sebagai SOAP pasien di buku laporan
pasien. Setelah semuanya selesai, maka dimulailah pre conference. Dimana,
perawat primer menyampaikan hal hal yang penting berkaitan pasien kelolaan.
Kemudian perawat dinas sore dan beberapa perawat dinas pagi menuju ruang
perawatan pasien satu persatu, pada kesempatan tersebut disampaikanlah hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan umum pasien dan secara singkat mengenai
rencana tindakan medis dan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Kemudian dilakukan post conference untuk mengvalidasi hal-hal yang masih
kurang. Kemudian pada akhirnya penugasan perawat primer didelegasikan
kepada penanggungjawab shift sore pada hari tersebut.
3. Roleplay sebagai Perawat Associate
Selama 3 minggu menjalani profesi manajemen, saya lebih sering
mendapatkan peran menjadi perawat asocite. Dimana menjadi perawat associate,
saya diberikan tanggung jawab untuk mengelola pasien sebanyak 2-3 orang
pasien dari 9 pasien kelolaan. Seorang perawat associate juga memiliki tugas
diantaranya mengikuti pre conference dan post conference, membaca renpra,
mengikuti ronde keperawatan, melaksanakan asuhan keperawatan, dan
membantu kepala ruangan mengadakan survey kepuasaan pasien, masalah
kesehatan, dan mutu pelayanan/asuhan keperawatan.
Perawat associate merupakan tenaga perawat yang paling banyak
berinteraksi dengan pasien, perlu dengan seksama memperhatikan hal hal yang
disampaikan selama timbang terima/operan. Ketika saya berperan menjadi
perawat associate, saya lebih banyak melakukan tindakan langsung ke pasien
seperti melakukan pemeriksaan vital sign, pemberian obat, pemasangan infus,
perawatan luka, pengambilan darah vena, dan lain sebagainya. Setelah
melakukan tindakan pada pasien yang saya kelola, saya lalu melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Namun, dalam pendokumentasian perlu
dilakukan secara seksama dan teliti, hal ini sangat penting dalam hal pemenuhan
riwayat pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Perawat associate juga melakukan beberapa kegiatan lain, misalkan
mengikuti ronde keperawatan. Tanggal 20 Februari 2019, dilakukan roleplay
120
ronde keperawatan pada pasien, dalam hal ini saya berperan sebagai perawat
asociet, adapun beberapa penugasan yang dilakukan adalah mengikuti secara
menyeluruh kegiatan ronde yang dilakukan, mulai pada saat pre ronde, yaitu
mendengarkan penyampaian katim mengenai data keadaan umum pasien yang
akan mendapatkan giliran ronde keperawatan, selanjutnya seluruh tim
121
EVALUASI BERMAIN PERAN
122
diantaranya Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan
sehingga tercipta hubungan terapeutik, Melakukan pengkajian terhadap klien
baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam
atau hari libur, Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa
standar renpra sesuai dengan hasil pengakjian, Menjelaskan renpra yang sudah
ditetapkan kepada pA di bawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat
(Preconference), Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap kali
giliran jaga (shiff), Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP, Memonitor
dokumentasi yang dilakukan oleh PA, Membantu dan memfasilitasi
terlaksananya kegiatan PA, Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat
terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh
PA, mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium, melakukan
kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama dengan PA,
mendampingi dokter visite klien, melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan
membuat catatan perkembangan klien setiap hari, memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien/keluarga, memimpin pre dan post conference,
melaksanakan asuhan keperawatan, mendampingi visite dokter, membantu
kepala ruangan mengadakan survey, bekerja sama dengan kepala ruangan
membuat jadwal dinas, membuat rencana harian,dan melakukan orientasi pada
pasien baru (PBB).
Selama menjalankan peran sebagai perawat primer (PP) saya melakukan
pengkajian pada pasien baru, dan orientasi terhadap pasien baru tersebut. pada
hari itu pasien yang akan di kelola sebanyak Sembilan orang dan PA saya hanya
satu orang sehingga saya harus membantu PA melakukan asuhan keperawatan.
pada saat saya menjadi PP sanya mengikuti visite dokter.
Mendekati akhir shift, perawat primer mencatat evaluasi pada pasien
kelolaan yang diberikan dan mencatatnya sebagai SOAP pasien di buku laporan
pasien. Setelah semuanya selesai, maka dimulailah pre conference. Dimana,
perawat primer menyampaikan hal hal yang penting berkaitan pasien kelolaan.
Kemudian perawat dinas sore dan beberapa perawat dinas pagi menuju ruang
perawatan pasien satu persatu, pada kesempatan tersebut disampaikanlah hal-hal
123
yang berkaitan dengan keadaan umum pasien dan secara singkat mengenai
rencana tindakan medis dan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Kemudian dilakukan post conference untuk mengvalidasi hal-hal yang masih
kurang. Kemudian pada akhirnya penugasan perawat primer didelegasikan
kepada penanggungjawab shift sore pada hari tersebut.
3. Roleplay sebagai Perawat Assosiate
Selama 3 minggu menjalani profesi keperawatan manajemen, saya lebih
sering mendapatkan peran menjadi perawat assosiate. Dimana menjadi perawat
associate, saya diberikan tanggung jawab untuk mengelola pasien sebanyak 2-4
orang pasien dari 9 pasien kelolaan. Seorang perawat assosiate juga memiliki
tugas diantaranya mengikuti membaca renpra yang telah ditetapkan PP,
membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan kontrak
yang sudah dilakukan PP, menerima klien baru (kontrak) dan memberikan
informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada
ditempat, melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra,
melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia, mengikuti visite dokter bila
PP tidak di tempat, memeriksa kerapihan dan kelengkapan status keperawata,
membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf,
mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan, menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan dan tindakan, berperan serta dalam membrerikan pendidikan
kesehatan pada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP, melakukan inventarisasi
fasilitas yang terkait dengan timnya, membantu tim lain yang membutuhkan,
memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkordinasi dengan PP.
Saya sebagai PA sebelum melakukan asuhan keperawatan terlebih dahulu
membaca renpra dari hasil operan jaga sebelumnya. Setelah saya membaca saya
melakukan asuhan keperawatan pada Tn, Y yaitu merawat luka, mengkaji skala
nyeri, evaluasi kejadian flebitis, dekubitus, resiko jatuh. Dan memenuhi ADL
klien seperti mengganti linen pasien. Selain itu saya melakukan asuhan
keperawatan pada Ny. D dengan mengkaji skala nyeri karena Ny.D sering
124
mengeluh sakit kepala serta mengevaluasi pola makan klien. Klien mengatakan
tidak suka makan makanan rumah sakit. Klien hanya makan kue saja. Selain itu
saya melakukan asuhan keperawatan pada Ny F dengan mengedukasi makan
makanan tinggi serat karena Ny.F mengalami konstipasi selama 6 hari. Setelah
melakukan asuhan keperawatan saya sebagai PA membuat SOAP dan
melaporkan ke PP untuk bahan operan ke shift selanjutnya.
125
EVALUASI BERMAIN PERAN
126
perawat primer melaporkan kepada saya (kepala ruangan) bahwa 3 diantara 9
pasien kelolaan telah dizinkan untuk rawat jalan, sehingga kepala ruangan
mempersiapkan administrasi pasien pulang tersebut, namun pasien tersebut
dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum dipulangkan.
Pukul 14.00 TIM saya akan melakukan pre conference di nurse station,
saya sebagai kepala ruangan memimpin/membuka operan tersebut dan
mempersilahkan perawat primer untuk membacakan hasil laporan shift pagi.
Setelah perawat primer membacakan laporannya, selanjutnya kepala ruangan
beserta Timmnya menuju ke kamar pasien untuk melakukan operan disetiap
kamar dan perawat assosiet yang bertugas pada setiap kamar yang akan
mengoperkan lebih jelasnya. Setelah itu, kepala ruangan beserta Timnya
kembali ke nurse station untuk melakukan post conference dan saya sebagai
kepala ruangan kembali memimpin/menutup operan tersebut.
2. Roleplay sebagai Perawat Primer
Hari Kamis, 14 Februari 2019 saya mendapatkan peran menjadi perawat
primer (PP). Disitulah saya mempunyai tanggung jawab harus mengetahui
secara keseluruhan pasien dengan tindakan yang telah dilakukan. Menjadi
Perawat Primer juga memiliki tugas diantaranya memimpin pre dan post
conference, melaksanakan asuhan keperawatan, mendampingi visite dokter,
membantu kepala ruangan mengadakan survey, bekerja sama dengan kepala
ruangan membuat jadwal dinas, membuat rencana harian, dan melakukan
orientasi pada pasien baru (PBB).
Selama menjalankan peran sebagai perawat primer melakukan
pendataan, pengkajian, dan orientasi terhadap pasien baru tersebut. Selain
daripada tugas tersebut pada hari tersebut juga didapatkan pasien dengan
rencana pulang dan sebagai Katim, perlu melakukan beberapa hal misalnya
melengkapi status rekam medis, resume keperawatan pasien tersebut,
mengevaluasi administrasi pasien dan memvalidasi pengetahuan pasien keluarga
terhadap rencana tindakan kesehatan selanjutnya.
Mendekati akhir shift, perawat primer mencatat evaluasi pada pasien
kelolaan yang diberikan dan mencatatnya sebagai SOAP pasien di buku laporan
pasien. Setelah semuanya selesai, maka dimulailah pre conference. Dimana,
127
perawat primer menyampaikan hal hal yang penting berkaitan pasien kelolaan.
Kemudian perawat dinas sore dan beberapa perawat dinas pagi menuju ruang
perawatan pasien satu persatu, pada kesempatan tersebut disampaikanlah hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan umum pasien dan secara singkat mengenai
rencana tindakan medis dan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Kemudian dilakukan post conference untuk mengvalidasi hal-hal yang masih
kurang. Kemudian pada akhirnya penugasan perawat primer didelegasikan
kepada penanggungjawab shift sore pada hari tersebut.
3. Roleplay sebagai Perawat Assosiate
Selama 3 minggu menjalani profesi keperawatan manajemen, saya lebih
sering mendapatkan peran menjadi perawat assosiate. Dimana menjadi perawat
associate, saya diberikan tanggung jawab untuk mengelola pasien sebanyak 2-3
orang pasien dari 9 pasien kelolaan. Seorang perawat assosiate juga memiliki
tugas diantaranya mengikuti pre conference dan post conference, membaca
rencana keperawatan, melaksanakan asuhan keperawatan, dan membantu kepala
ruangan mengadakan survey kepuasaan pasien, masalah kesehatan, dan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan. Selanjutnya mengenai tugas utama PA yakni
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, maka diperlukan keterampilan
yang cukup bagi para PA terhadap pemberian kualitas layanan yang optimal,
misalnya dalam memberikan pemahaman tentang cairan infus yang diganti dari
RL menjadi NaCl, pasien kadang penasaran dan ingin mengetahui sebab
tergantinya cairan, maka sebagai perawat harus bisa menjelaskan dalam bahasa
sesederhana mungkin seperti cairan NaCl menjadi cairan yang mirip dengan
cairan tubuh dan lebih cocok dengan kondisi pasien yang sudah baikan dan tidak
lemah seperti saat pertama masuk RS.
Hal ini dapat berdampak pada berkurangnya kinerja perawat di ruangan
tersebut. Saat menjadi PA saya diberikan 2 pasien kelolaan, Tn. M dan Ny. H
dengan diagnosa yang berbeda yaitu NHS dan CHF. Disini saya bertanggung
jawab dalam memberikan asuhan keperawatan 2 orang dengan keadaan lemah,
akan tetapi dalam memberikan intervensi dibantu dengan sesama tim yang
memiliki waktu kosong. Disini akan terlihat juga kerja sama tim dalam
memonitor pasien. Disamping itu, kerja sama tim juga sangat diperlukan,
128
meskipun berbeda tanggung jawab karena apabila lambat dalam memberikan
intervensi yang tidak sesuai dengan rencana yang kita buat maka rencana yang
kita buat akan sia-sia oleh karenanya kerja sama tim dapat membantu jalannya
rencana yang kita buat sebelumnya. Saya juga membutuhkan kemampuan
komunikasi yang baik kepada PP dalam melaporkan banyak hal selama saya
dinas dan selama menangani kasus pasien hari ini. Saya juga harus mengetahui
dampak dan kemungkinan buruk akan semua obat yang diberikan dan hal apa
saja yang masih harus difollow up ke shift selanjutnya.
Perawat assosiate merupakan tenaga perawat yang paling banyak
berinteraksi dengan pasien, perlu dengan seksama memperhatikan hal hal yang
disampaikan selama timbang terima/operan. Ketika saya berperan menjadi
perawat assosiate, saya lebih banyak melakukan tindakan langsung ke pasien
seperti melakukan pemeriksaan vital sign, pemberian obat, pemasangan infus,
perawatan luka, pengambilan darah vena, dan lain sebagainya. Setelah
melakukan tindakan pada pasien yang saya kelola, saya lalu melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Namun, dalam pendokumentasian perlu
dilakukan secara seksama dan teliti, hal ini sangat penting dalam hal pemenuhan
riwayat pelaksanaan tindakan selanjutnya.
129
EVALUASI BERMAIN PERAN
Deskripsi Peran
Peran saya sebagai ketua tim (PP) di Ruang Sandeq pada tanggal 20
Pebruari 2019. Dimana peran tersebut sudah belum pernah saya lakukan di
tempat saya bekerja karena Puskesmas Rawat Inap Nita tidak mempraktekan
MPKP. Selama ini saya berpikir jika seorang Perawat Primer tidak mempunyai
Sebelum menjadi ketua tim saya membaca kembali beberapa referensi untuk
mengingat kembali tugas yang dilakukan oleh ketua tim. Selain itu juga saya
melakukan diskusi dengan beberapa teman yang sudah menerapkan metode tim
seorang Perawat Primer dalam memberikan ASKEP minimal 4-6 pasien dan
setiap pasien dipantau selama 24 jam. Diskusi yang kulakukan dengan teman
yang telah diajarkan secara teoretis di kelas dan pengalaman teman-teman, untuk
bekerja lebih efektif dan itulah tantangan kami sebagai mahasiswa manajemen
keperawatan untuk melakukan apa yang benar sesuai dengan literature yang ada.
Metode tim yang kami terapkan adalah satu tim, jumlah perawat yang
terlibat dalam role play seluruhnya 9 orang termasuk sebagai kepala ruangan.
Jumlah bad yang kami kelola adalah 9 bad. Jumlah perawat assosiate dinas pagi
130
adalah 2 orang, dinas siang 3 orang, dan dinas malam 3 orang. Dalam kelompok
kami hanya terdiri dari 1 tim, maka untuk dinas siang dan malam ditentukan
salah seorang perawat penanggungjawab shif. Pada saat itu jumlah pasien yang
kami kelola ada 9 pasien, dengan tingkat ketergantungan partial ada 4 orang dan
melakukan kegiatan serah terima klien, memimpin pre conference dan post,
membuat rencana pulang.Tugas ketua tim yang belum saya buat yaitu menerima
waktu saya menjadi PP tidak ada pasien baru. Dalam bermain peran ini semua
anggota tim bekerja dengan sangat baik, walau pun peran ini sangat baru bagi
kami tapi kami belajar untuk saling mengingatkan apabila ada kekurangan dari
tugas kami.
131
2. REFLEKSI PERAN KEPALA RUANGAN
Deskripsi Peran
Perawat yang dinas pada saat itu ada orang termasuk kepala ruangan. Saat itu
mingguan dan bulanan, jadwal dinas dan melaksanakan survey mutu dan
hari, merupakan pengalaman yang berharga buat saya karena baru pertama
kali saya mengalaminya. Pelajaran penting bagi saya sendiri adalah seorang
harus menjadi pemimpin yang bisa merangkul bawahannnya agar bisa terjalin
Deskripsi peran
132
tindakan perawatan yang telah diberikan, mencatat atau melaporkan semua
bukanlah hal baru bagi saya karena hal ini sudah sering saya lakukan saat
dalam status yang kami buat sendiri. Hal ini dikarenakan mahasiswa tidak
maksimal 9 dan dibagi oleh perawat pp jadi saya hanya merawat 3-4 pasien
setiap hari, dan itu tidaklah terlalu berat jika dibandingkan dengan ruang
perawatan yang merawat 20-30 pasien perhari. Tentu tugas perawat associate
jumlah perawat. Hal ini yang menjadi tantangan bagi kami dalam
133
EVALUASI BERMAIN PERAN
134
hal ini yang sangat susah karena disamping kita melakukan tindakan
keperawatan pada pasien kita juga harus melakukan pendokumentasian dengan
tepat. Selain itu timbang terima yang baik harus mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik kepada perawat PP dan PJ Shift pada saat itu, karena
komunikasi yang baik ini diperlukan agar tidak ada kesahalan informasi Oleh
karena itu sangat diharapkan pada banyaknya kesempatan menjadi PA saya
dapat memperbaiki diri dan mampu mengatur waktu dan tindakan yang ingin
diberikan.
2. Roleplay sebagai Kepala Ruangan
Hari senin, 14 Febuari 2019 saya mendapatkan peran menjadi kepala
ruangan. Menjadi kepala ruangan bukan lah hal yang mudah, disini saya belajar
untuk menjadi seorang pemimimpin bagi teman-teman saya. Seorang kepala
ruangan memiliki berbagai peran dan tugas diantaranya menyusun rencana
mingguan, menyusun rencana bulanan, menyusun jadwal dinas,
membuat/melengkapi daftar pasien diruangan, memimpin operan, melaksanakan
supervise perawat primer/katim dan perawat pelaksana sekaligus penilaian
kinerja, menghitung dan mendokumentasikan indicator mutu pelayanan dan
asuhan keperawatan (BOR pasien diruangan, BOR pasien kelolaan, BToi, dan
Avlos, melaksanakan audit dokumentasi asuhan keperawatan, mengadakan
survey kepuasan pasien, keluarga, perawat dan petugas kesehatan
lain,mengadakan rapat tim diruangan, mendampingi visite dokter. Sebagai mana
yang saya ketahui meodel keperawatan di Kelas 1 Sandeq yakni metode TIM-
primer. Metode Tim yang digunakan yaitu 2 Tim, dimana satu orang berperan
sebagai kepala ruangan, dua orang berperan sebagai perawat primer, dan lainnya
menjadi perawat asocite. Namun ketika shift sore, terdapat satu orang berperan
menjadi PJ shift pada sore itu begitupun pada malam harinya.
Pada saat berperan sebagai kepala ruangan yang saya lakukan yaitu
mengikuti operan perawat dari sift pagi ke sore, serta ikut dalam timbang terima
yang dilakukan di semua kamar yang terisi di kelas 1 Lantai 4 RSPTN UNHAS
serta mengidentifikasi ketergantungan pasien. Berperan sebagai kepala ruangan
saya melakukan supervise kepada perawat primer dan perawat asosiate,
supervise yang dilakukan adalah melihat bagaimana cara pendokumentasian
135
asuhan keperawatan. Kegiatan supervise yang saya lakukan kepada perawat
primer dan perawat asosiate adalah menetapkan kegiatan yang akan disupervisi,
menetapkan tujuan, supervise menilai kinerja perawat, mengadakan pembinaan
dan mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab dengan PP dan PA,
memberikan masukan dan solusi dengan PP dan PA, memberikan
reionforcement kepada PP dan P Aasocite. Namun ketika shift sore, terdapat
satu orang berperan menjadi PJ shift pada sore itu begitupun pada malam
harinya.
Selain itu pengetahuan baru yang saya dapatkan menjadi kepala ruangan
yakni cara mendokumentasikan indicator mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan (BOR pasien diruangan, BOR pasien kelolaan, BToi, dan Avlos)
tugas kepala ruangan setiap hari mendokumentasikan/ sensu pasien. Berapa
pasien yang pulang, berapa pasien yang masuk berapa pasien yang dipindahkan,
berapa passion pindahan, jumlah pasien sisa, jumlah pasien yang dirawat, dan
jumlah hari perawatan peru diketahui untuk mendokumentasikan indicator mutu
kepelayanan keperawatan di ruangan.
3. Roleplay sebagai Perawat Primer
Pada tanggal 19 febuari 2019 saya mendapatkan tugas berperan sebagai perawat
primer, perawat primer juga memiliki tugas diantaranya memimpin pre dan post
conference, membuat rencana harian, mendampingi visite dokter, membantu
kepala ruangan mengadakan survey, melaksanakan asuhan keperawatan, dan
melakukan orientasi pada pasien baru, serta melakukan discharge planning.
Tugas pertama saya yakni memimpin jalannya timbang terima dari perawat shift
malam kepada perawat shift pagi, kemudian timbang terima dilanjutkan ke
ruangan pasien masing-masing. Setelah selesai perawat associate bersiap untuk
melanjutkan kegiatan rencana asuhan keperawatan kepada masing-masing
pasien yang telah ditugaskan seperti implementasi keperawatan dan terapi
lanjutan pada masing-masing pasien. Selain itu tugas Perawat primer yang saya
kerjakan yakni mendampingi visite dokter saat itu saya melihat kegiatan yang
dilakukan dokter selama visit ke pasien seperti mengecek keluhan pasien dan
hasil laboraturim dan planning dokter.
136
Menjelang akhir shift pagi, saya mencatat keadaan klien, implementasi dari
diagnosa dan follow up pasien pada buku timbang terima. Saya menyampaikan
kepada perawat associate untuk bersiap melakukan Post Confrence, setelah
semua perawat associate siap unuk melakukannya, setelah itu saya
mengumpulkan perawat associate di nurse station untuk menyampaikan hal-hal
yang telah dilakukan dan belum dilakukan pada pasien serta perkembangan
mengenai kondisi pasien kelolaan, kemudian menuju ke ruangan perawatan
pasien satu persatu, di depan pasien diberikan penjelasan mengenai kondisi
terkini pasien, rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada shift sore. Setelah
timbang terima di ruangan perawatan pasien telah selesai maka dilanjutkan
pertemuan untuk perawat associate pagi dan siang untuk memvalidasi hal-hal
yang masih kurang. Setelah selesai tugas perawat primer maka perawat primer
menugaskan PJ shift sore untuk melanjutkan tugas dan fungsinya. Selama saya
berperan menjadi perawat primer banyak tantangan yang saya lewati misalnya
kita harus mengetahui semua kondisi pasien dengan jelas dan harus
mengarahkan perawat primer associate dalam menjalankan tugasnya.
137
EVALUASI BERMAIN PERAN
138
conference antara perawat associate dan perawat primer. Setelah itu, saya
membuka operan dari perawat shift pagi ke perawat shift sore dengan berdoa
bersama dan membacakan jumlah pasien serta tingkat ketergantungannya. Setelah
operan, saya mendampingi pre conference yang dilakukan antara perawat primer
dan perawat associate shift sore. Sebelum pulang saya melengkapi daftar pasien
kelolaan hari ini dengan menambahkan 2 pasien baru yang telah dikaji oleh
perawat primer untuk dijadikan pasien kelolaan kelompok.
Kendala yang saya rasakan saat berperan sebagai kepala ruangan adalah saya
masih bingung saat menjalankan tugas kepala ruangan. Saya juga merasa
kebingungan saat ingin melakukan perhitungan BOR, ALOS dan TOI karena saya
bingung menentukan berapa lama periode yang akan diambil dan lama hari rawat
karena saya tidak memiliki daftar pasien dari awal. Namun, saya diperlihatkan
sensus harian tahun 2018 dan tahun 2019 yang ada di ruangan dan saya belajar
untuk melakukan perhitungan BOR, ALOS dan TOI dari data yang tersedia.
Setelah melihat sensus harian tahun 2018, saya menjadi lebih paham tentang
perhitungan BOR, ALOS dan TOI.
2. Roleplay Sebagai Perawat Primer
Pada hari Selasa, 12 Februari 2019 saya mendapat shift pagi dan berperan
sebagai perawat primer (PP). Pagi itu operan antara perawat shift malam ke shift
pagi di nurse station dipimpin oleh perawat penanggung jawab (PJ) shift malam
setelah operan dibuka oleh kepala ruangan. PJ shift menyampaikan jumlah pasien,
diagnosa medis, diagnosa keperawatan yang belum dan telah teratasi serta rencana
tindak lanjut. Setelah itu, mempersilahkan perawat yang shift malam untuk pulang.
Kemudian melanjutkan pre conference untuk perawat shift pagi dengan membagi
pasien sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien kepada perawat yang akan shift
pagi dan mempersilakan perawat associate (PA) untuk memulai asuhan
keperawatan sesuai rencana asuhan keperawatan. Pada saat saya menjadi ketua tim
tidak ada pasien baru.
Kemudian, saya membantu kepala ruangan untunk membuat jadwal dinas.
Hari ini juga saya melakukan supervisi pemberian obat melalui subkutan (injeksi
insulin) kepada salah satu PA di tim saya. Setelah itu, saya juga ikut mendampingi
visite dokter pada salah satu pasien kelolan kami. Selain itu, saya membimbing PA
139
dalam menjalankan rancana intervensi dan penulisan dokumentasi keperawatan.
Setelah PA selesai melakukan pendokumentasian, saya memeriksa kembali hasil
pendokumentasian tersebut untuk melihat apakah telah dilakukan dengan baik.
Sebelum dinas pagi berakhir, saya memimpin post conference bersama PA shift
pagi. Saat post conference, saya mencatat jumlah pasien, kondisi pasien, masalah
keperawatan sesuai asuhan keperawatan yang belum maupun telah teratasi,
intervensi yang telah dilakukan dan belum dilakukan oleh PA, serta rencana
tindakan selanjutnya. Setelah post conference selesai, saya mengikuti operan di
nurse station yang telah dibuka oleh kepala ruangan. Saat operan saya
menyampaikan hasil dari post conference tadi dan melakukan pembagian PA
berdasarkan tingkat ketergantungan klien serta menentukan PJ shif sore. Setelah itu,
operan juga dilakukan di kamar pasien yang hanya diikuti oleh PA sesuai dengan
pembagian pasien. Selanjutnya, saya mempersilahkan PA shift pagi pulang dan
memimpin pre conference PA shift sore dengan dan mempersilakan perawat
associate (PA) untuk memulai asuhan keperawatan sesuai rencana asuhan
keperawatan.
3. Roleplay sebagai Perawat Associate
Saat saya berperan sebagai perawat associate, saya juga mendapat jadwal
dinas yang terbagi atas tiga shift yaitu pagi, siang dan malam. Selama saya berperan
sebagai perawat associate, saya memegang pasien sekitar 2-3 pasien dari total 9
pasien kelolaan kelompok. Sebelum memulai dinas, saya mengikuti operan di nurse
station dan kamar pasien. Kemudian, saya mengikuti pre dan post conference. Saat
operan dan pre/post conference, saya mencatat apa yang harus saya lakukan nanti
sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Selama menjadi perawat assosiate saya
lebih banyak berinteraksi dengan pasien seperti menanyakana keadaan pasien,
melakukan pengukuran tanda-tanda vital, pemberian obat, melakukan bed making
dan pemasangan infus.
Saat saya menjadi perawat associate, perawat primer melakukan supervisi
kepada saya yaitu pemasangan infus. Hasil evaluasi dari tindakan supervisi
tersebut adalah saya lupa memberitahukan ke pasien apa tujuan dari tindakan
pemasangan infus tersebut. Hal ini dapat menjadi pembelajaran selanjutnya bagi
saya agar dapat lebih memperhatikan SOP dalam melakukan tindakan.
140
Selain itu, saat saya berperan menjadi perawat associate saya juga
melakukan pendokumentasian keperawatan yaitu mencatat intervensi yang telah
saya lakukan dan belum, serta mencatat hasil evaluasi (SOAP). Kemudian,
sebelum operan pergantian shift, saya melakukan post conference dengan
perawat primer. Saya melaporkan kondisi terakhir klien dan apa saya intervensi
dari rencana asuhan keperawatan yang telah maupun yang belum saya lakukan
serta rencana tindak lanjutnya. Tidak ada kendala yang saya alami selama
menjadi perawat associate karena saya sudah terbiasa perperan sebagai perawat
associate.
141
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan di Rumah
Sakit Universitas Hasanuddin di Ruang Rawat Inap Kelas I SANDEQ selama tiga
minggu pada tanggal 4 s/d 23 Februari 2019 yang dimulai dengan orientasi ruangan
oleh kepala ruangan, mengidentifikasi masalah melalui pembagian kuesioner yang
berfokus pada pelayanan dan asuhan keperawatan kepada kepala ruangan, perawat
primer dan seluruh perawat pelaksana meliputi struktur manajemen pelayanan
keperawatan, mutu pelayanan asuhan keperawatan dan kepuasan pasien dengan
total 28 pasien, membuat prioritas masalah pada tindakan manajemen di ruangan,
membuat alternatif pemecahan masalah dan melakukan implementasi untuk
pemecahan masalah yang diprioritaskan serta melakukan evaluasi.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan survey struktur rmanajemen pelayanan keperawatan di ruang
perawatan Kelas 1 SANDEQ, diperoleh masalah yang mencangkup:
a. Ronde Keperawatan: Pelaksanaannya belum optimal, dalam hal ini belum
pernah dilaksanakan alasannya ialah tidak ada kasus yang begitu spesifik
untuk dilakukan ronde keperawatan sebab RSPTN Unhas merupakan RS
akreditasi B yang dimana jika ada pasien dengan multiple diagnosa akan
segera dirujuk ke RS tipe A seperti RS Wahidin Sudirohusodo.
b. Discharge Planning: dilakukan secara lisan dikarenakan belum ada format
discharge planning yang tersedia dan saat ini hanya untuk medis (dokter).
c. Dokumentasi asuhan keperawatan: sudah terlaksana dengan baik, akan tetapi
beberapa perawat mengangggap menyita waktu dan menambah beban kerja
perawat.
2. Survey fungsi manajemen menunjukkan hasil sebagai berikut:
a. Perencanaan : fungsi perencanaan telah berjalan secara optimal seperti
membuat rencana harian, bulanan, dan tahunan dan terdapat visi misi
ruangan namun belum ada format baku dalam pembuatan rencana harian.
b. Pengorganisasian : fungsi pengorganisasian telah berjalan secara optimal
dibuktikan dengan adanya struktur organisasi dan setiap perawat
menjalankan peran sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
142
c. Pengarahan : fungsi pengarahan telah berjalan secara optimal dibutikan
dengan adanya arahan dari kepala ruangan pada setiap timbang terima,
d. Pengendalian: fungsi pengendalian telah berjalan secara optimal dibuktikan
dengan adanya perhitungan BOR, AVLOS, TOI.
143
pasien (85%) beresiko jatuh rendah dan 4 pasien (15 %) resiko jatuh tinggi,
tetapi selama perawatan di RSP Unhas tidak ada kejadian jatuh. Pada survey
medication error yang dilakukan selama 10 hari tidak ditemukan data sebagai
berikut: pasien yang masuk di Ruang Perawatan Sandeq kelas 1 dengan jumlah
pasien sebanyak 28 pasien secara keseluruhan tidak ditemukan Kejadian Tidak
Diharapkan atau KTD dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC).
Pasien yang terpenuhi perawatan diri selama 10 hari, dimana terdapat
pasien dengan perawatan diri terpenuhi sebesar 18 orang (64%) dan perawatan
diri tidak terpenuhi sebesar 10 orang (36%), perawatan diri tidak terpenuhi
dikarenakan pasien sendiri yang menolak seperti mandi, sikap gigi dan
mengganti baju karena terkadang pasien mengatakan menggigil atau pusing dan
banyak hal lain sehingga pasien lebih nyaman seperti itu. Tetapi perawat,
mahasiswa dan keluarga telah melakukan kolaborasi untuk perawatan diri dari
hari ke hari, memberikan edukasi dan banyak hal untuk membantu ADL
perawatan diri sehingga selama perawatan perawatan diri pasien sudah membaik
sedikit demi sedikit. Terdapat pasien cemas pada tanggal 11/2/2019 sebanyak 1
pasien cemas, tanggal 12/2/2019 sebanyak 1 pasien cemas, tanggal 18/2/2019
sebanyak 1 pasien cemas, tanggal 19/2/2019 sebanyak 1 pasien cemas, tanggal
21/2/2019 sebanyak 3 pasien cemas. Dimana dari 28 pasien terdapat 5 pasien
(18%) cemas dan 23 pasien (82%) tidak cemas.
144
B. Saran
1. Ronde keperawatan dapat dilakukan pada pasien dengan multiple diagnosa
walaupun akan dirujuk tetapi ronde dapat membuat seluruh perawat mengetahui
kejadian penyakit yang sulit dan menambah pengetahuan perawat terhadap
kasus-kasus yang jarang terjadi.
2. Supervise keperawatan sebaiknya dilakukan rutin misalnya sekali sebulan untuk
menjaga kinerja asuhan keperawatan tetap baik.
3. Perawat dan tim kesehatan lain hendaknya melakukan pertemuan atau rapat
membahas mengenai discharge planning, agar pelaksanaannya terintegrasi
dengan baik dan bukan hanya medis saja yang memiliki format baku.
4. Perawat diharapkan melakukan pendokumentasian secara efektif dan efisien
sehingga pendokumentasian tidak menjadi beban dan menyita waktu karena
pendokumentasian (SOAP) merupakan satu-satunya laporan ke shift ke
berikutnya dan juga sebagai bacaan untuk mengetahui kondisi terakhir pasien
karena tidak ada catatan lain seperti catatan pergantian shift.
5. Perawat hendaknya rutin melakukan observasi terkait mutu keperawatan seperti
kejadian flebitis, dekubitus, kenyamanan, resiko jatuh dan lain-lain agar pasien
semakin puas dengan pelayanan yang diberikan
145
LAPORAN REFLEKSI INDIVIDU MANAJEMEN
MAHASISWA
146
REFLEKSI INDIVIDU
147
cepat dan tepat waktu. Selain itu, perlu dilakukan modifikasi pada kuisioner
tersebut agar pertanyaannya lebih sedikit namun tetap mencakup isi yang ingin
dicapai.
148
REFLEKSI INDIVIDU
Nim : R014172019
pada tanggal 8 Februari 2019 yang membahas tentang hasil kuesioner, hasil
februari kami bermain peran sebagai kepala ruangan, perawat primer, dan
149
flebitis, resiko jatuh, medication error, nyeri, perawatan diri, dan
kecemasan.
yang melibatkan tim seperti halnya yang dilakukan di rumah sakit, belajar
untuk mengatur waktu dengan baik karena banyaknya tugas maupun saling
membantu dengan teman yang lain sehingga semua tugas dapat diselesaikan
dengan baik. Selain itu, selama bermain peran saya belajar berperan sebagai
kepala ruangan, perawat primer/ ketua tim, dan sebagai perawat asosiate di
diterapkan. Hal ini tentu akan menjadi pengalaman dan bekal yang sangat
bermanfaat apabila kelak bekerja di rumah sakit, kita telah tahu dan
kuesioner, serta ada juga perawat yang lupa mengisi koesioner yang
150
oleh perawat tersebut. Karena itu kami terkendala dan mengalami sedikit
D. Rekomendasi
kerja sama dalam menyelesaikan kuesioner yang diberikan agar data yang
151
REFLEKSI INDIVIDU
NIM : R014172033
manajemen dalamkeperawatan.
disinilah proses saya belajar untuk mengetahui lebih banyak yang belum
di rumah sakit. Selain itu, ketika menjalankan peran sesuai dengan jadwal,
manfaat yang kami dapatkan yaitu bisa bekerja sesuai dengan peran dan
tugasnya masing-masing. Hal ini tentu akan menjadi bekal yang sangat
associate/perawat pelaksana.
keperawatan yang telah dipelajari secara baik dan benar ketika menangani
152
pasien kelolaan dan belajar mengelola pasien dalam satu tim, yang dapat
sehingga semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat berperan
dengan baik.
perkuliahan.
Tantangan yang dihadapi adalah waktu yang begitu singkat dan banyaknya
peran sebagai perawat primer tetapi perawat asosiet hanya satu orang yang
membantunya.
C. Rekomendasi
153
REFLEKSI INDIVIDU
NIM : R014172048
A. Hal positif
survey mutu pelayanan. Disini pun kami belajar bermain peran sebagai
kepala ruangan, perawat primer, dan juga sebagai perawat assosiaete. Model
teman-teman kami yang akan memasuki dunia kerja. Disini kami sama-sama
belajar bagaimana metode MAKP dilakukan secara benar serta kami lebih
memahami tugas dan tanggung jawab kami saat bermain peran. Berperan
sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat associate bagi saya sama-sama
melelahkan, tetapi ini tidaklah berat karena kami maksimal pasien yang kami
rawat hanya 9 orang. Disamping itu kami juga belajar bagaimana melakukan
kerjasama dan koordinasi yang baik dalam tim sehingga semua kegiatan
B. Tantangan
format sangat banyak, tebal dan kuesioner ini membuat beberapa perawat
154
Ada pun tantangan yang dihadapi yaitu: saat bermain peran kami belum
RSP UNHAS. Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik antara
yang harus diisi oleh perawat dan menuru tmereka memakan waktu dengan
pekerjaan perawat yang begitu banyak. Salah satu tantangan dalam megelola
diri khusus nyaman dan kebersihan kuku disini pasien dan keluarga memiliki
kebudayaan bila mereka sakit tidak boleh memotong kuku dan itu
C. Strategi
adanya komunikasi yang baik antara kepala ruangan, perawat dan juga
mahasiswa agar dapat bekerja sama dalam melakukan operan jaga, sehingga
kesehatan juga sangatlah penting, apalagi kepada pasien dan keluarga yang
kesehatan.
bisa belajar membuat suatu rencana kerja dalam mingguan maupun harian
155
dan belajar mengatur waktu yang seefisien mungkin karena banyak tugas
yang harus dikerjakan dan diselesaikan saat ini. Saya juga belajar
E. Rekomendasi
156
REFLEKSI INDIVIDU
banyak ilmu dan pengalaman bagi saya secara pribadi, salah satunya dalam
mengetahui cara dalam menjalankan peran sesuai dengan sistem MPKP dari
ruangan), perawat primer, dan perawat pelaksana. Selain itu saya juga belajar
bekerja sebagai perawat sesuai dengan perannya. Hal ini tentu akan menjadi
bekal yang sangat berharga ketika bekerja di rumah sakit nantinya sehingga
associate. Dan juga saya Belajar mengelola pasien dalam satu tim, yang dapat
semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat berperan sebagai
sehingga semua tugas dapat terselesaikan dengan baik saya juga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang telah dipelajari secara baik dan benar
157
ketika menangani pasien kelolaan. Dengan adanya pasien yang dikelola kami
semua dapat lebih kompak dan berusaha untuk menerapkan dan menjalankan
a. Rumah Sakit
pihak rumah sakit, karena rumah sakit sudah banyak membantu dalam
RSP Unhas yang masih belajar dan beradaptasi dengan pola manajemen
ruangan kelas 1 RSP Unhas sehingga saat ditanya mengenai tugas Kepala
perawat diruangan tersebut sangat kooperatif dan baik kepada kami, baik
158
d. Rekomendasi untuk praktik profesi manajemen berikutnya.
159
REFLEKSI INDIVIDU
NAMA : Anesia Anggun Kinanti
NIM : R014172030
160
yang tidak dapat ditemui pada saat pengumpulan data dan tidak
mendapatkan kuesioner karena perawat tersebut sedang sakit.
Semua pasien kelolaan kami, ketika melakukan tindakan
keperawatan tetap dalam pendampingan perawat di ruang perawatan kelas
1. Seperti halnya juga dalam bermain peran ketika akan melakukan
bedside kami terlebih dahulu mengkomunikasikan dengan perawat di
ruangan.
C. Rekomendasi
Adapun strategi yang dapat direkomendasikan untuk menyelesaikan
tantangan adalah meningkatkan komunikasi dan kerja sama antar anggota
tim dan semua pihak yang terlibat dalam proses profesi manajemen
keperawatan sehingga meminimalkan konflik dan kesalahan dalam
pelaksanaannya.
Selain itu penggunaan ruang rawat inap kelas 1 cukup bagus untuk
melihat proses MPKP dilaksanakan. Kepala ruangan sangat paham
mengenai MPKP. Perawat di ruangan pun sangat baik terhadap mahasiswa
yang sedang belajar. Penggunaan kuesioner untuk perawat sebaiknya lebih
disederhanakan lagi, supaya lebih memudahkan saat pengambilan data.
Kebanyakan perawat merasa waktunya tersita untuk mengisi kueisoner.
Dan jika bisa diberikan kuesioner motivasi, stress dan beban kerja
untuk perawat. Sehingga tidak terpaku pada pelaksanaan MPKP saja,
tetapi dapat melihat bagaimana kondisi psikologis perawat saat bekerja.
161
REFLEKSI INDIVIDU
NAMA : RUDY
NIM : R014172054
A. Manfaat
Stase manajemen keperawatan memberikan beberapa manfaat bagi saya
pribadi seperti dalam manajemen banyak hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan layanan kesehatan terutama asuhan keperawatan. Stase ini
mengajarkan tentang bagaimana membuat perencanaan, mengorganisasi,
menjalankan rencana yang telah disusun dan senantiasa melakukan evaluasi
guna mempertahankan mutu layanan yang diberikan.
Salah satu strategi dari pembelajaran stase manajemen adalah dengan
bermain peran/role play. Kegiatan ini dapat dengan mudah memberikan
gambaran tentang tugas dan peran setiap posisi yang ada seperti kepala
ruangan, perawat primer dan perawat asosiate sehingga lebih mudah untuk
dipahami. Dengan role play, kita juga dapat mengetahui tantangan yang akan
dihadapi jika kita berada pada salah satu posisi yang ada sehingga dapat
menjadi bekal saat berada dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
B. Tantangan
Begitu banyak tugas yang harus dilakukan dalam jangka waktu yang
sangat singkat seperti, memberikan asuhan keperawatan pada pasien kelolaan
sembari memberikan asuhan keperawatan pada pasien lain yang ada di
ruangan, tugas tiap peran yang mesti dilakukan tetapi tetap harus
memperhatikan harmonisasi dalam kelompok, pengumpulan data yang
dilakukan secara terus menerus hingga akhir masa praktek, pengolahan data,
beberapa tugas individu dan tugas kelompok.
C. Rekomendasi
Sebaiknya dalam panduan menyertakan bentuk-bentuk dari laporan yang
akan dikumpulkan pada akhir stase manajemen sehingga bentuk laporan tiap
kelompok seragam. Hal ini diharapkan agar mahasiswa dapat fokus dan tahu
akan apa yang menjadi tugas dan target yang harus dicapai.
162
REFLEKSI INDIVIDU
pelayanan dan asuhan keperawatan pada kepala ruangan, dan semua perawat
pada kelas 1 berjumlah 21 orang. Setelah itu, kami melakukan analisis SWOT
melihat langsung dan menanyakan pada pasien di minggu ke 2 kami juga kami
(MAKP), dimana ada yang bermain peran sebagai kepala ruangan, perawat
primer, dan perawat asosiet Pada akhir minggu ketiga kami akan mengadakan
seminar akhir, dimana pada seminar tersebut kami memaparkan hasil mutu
163
B. Manfaat Manajemen Keperawatan
data pada seluruh perawat di kelas 1, kami membagi tugas dengan tanggung
alasan perawat tidak mempunyai waktu senggang yang banyak. Selain itu
tantangan yang lain yakni membuat jadwal dinas dimana kami harus
menyepakati agar jadwal dinas bisa adil bagi setiap orang. Selanjutnya tugas
Terutama pada minggu akhir, sudah banyak deadline yang harus segera
164
D. Rekomendasi
ruangan dan antara perseptor institusi dan perseptor ruanagan. Selain itu,
dilakukan pada ruang perawatan karena hasil akhir atau penugasan pada
165
REFLEKSI INDIVIDU
kelas 1 lantai 4 RSPTN Unhas, pada awal praktik klinik profesi manajemen
dilakukan pada tanggal 8 Februari 2019 yang pada seminar awal ini kami
166
kepuasan pasien, pengetahuan pasien mengeai penyakitnya, dekubitus,
melibatkan tim seperti halnya yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit.
Selain itu, selama bermain peran saya belajar berperan sebagai kepala
Hal ini tentu akan menjadi pengalaman dan bekal yang sangat bermanfaat
apabila kelak saya bekerja di rumah sakit, kita telah tahu dan mengerti untuk
sampai kuesioner dapat diisi oleh perawat tersebut. Karena itu kami
dan mengolahnya.
167
D. Rekomendasi
agar data yang dikumpulkan bisa lebih cepat dan tepat waktu.
168
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rs.unhas.ac.id/
Indomedia Pustaka.
169