Laporan Praktikum Pendinginan Tio Febriananda 240110160084

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PENDINGINAN

POKOK BAHASAN
1. Arti, tujuan dan kegunaan pendinginan
2. Siklus pendinginan
3. Diagram tekanan-entalpi pada pendinginan
4. Beban pendinginan
5. Cairan refrigerant

A. PENGERTIAN DAN PRINSIP PENDINGINAN


Pengertian Pendinginan. Pendinginan dapat didefinisikan sebagai proses
untuk menghilangkan panas dari suatu benda pada suhu di bawah temperatur
lingkungannya. Pendinginan bisa juga didefinisikan sebagai proses transfer energi
panas dari temperatur yang lebih rendah ke temperatur yang lebih tinggi.
Pendinginan alami biasa dilakukan dengan menggunakan es. Pendinginan mekanis
dilakukan menggunakan mesin pendingin yang bekerja dengan prinsip-prinsip
termodinamika.
Prinsip dasar. Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa panas
akan bergerak hanya dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Di dalam sebuah
sistem yang temperaturnya harus dipertahankan di bawah suhu kamar, panas harus
dibuat berjalan ke arah yang berlawanan. Suatu sistem pendinginan bisa
digambarkan sebagai sebuah pompa yang membawa panas dari suatu area
bertemperatur rendah ke area bertemperatur tinggi.
Sisi temperatur rendah pada sistem pendinginan dipertahankan pada
suhu lebih rendah dari sistem agar panas spontan mengalir ke dalam sistem
pendingin. Sisi temperatur tinggi harus memiliki suhu lebih tinggi dari suhu kamar
sehingga memungkinkan hilangnya panas terserap ke lingkungan. Panas ini dapat
dipergunakan sebagai sumber panas pada proses pemanasan.
Suhu tinggi dan rendah dapat dipertahankan pada sebuah sistem
pendinginan dengan menggunakan cairan pendingin (refrigerant) yang terus
menerus disirkulasikan di dalam sistem. Titik didih cairan atau suhu kondensasi
merupakan fungsi tekan3an absolut. Dengan menurunkan tekanan, suhu titik didih
menjadi rendah, memungkinkan penyerapan panas dalam bentuk panas pendingin
dari penguapan yang akan menguap pada tekanan dan suhu rendah. Uap yang
dihasilkan, jika ditekan menjadi bertekanan tinggi, akan berkondensasi pada
temperatur tinggi, dan panas yang terserap akan dilepaskan dari refrigeran, lalu
kembali terkondensasi menjadi cairan dengan suhu dan tekanan tinggi. Gambar 1
menunjukkan tekanan uap vs. suhu dari bahan pendingin yang biasa dipergunakan,
dan juga menunjukkan bagaimana hubungan temperatur-suhu ini dipergunakan
untuk pendinginan dan pemanasan.

Gambar 1. Tekanan uap beberapa refrigerant

B. SIKLUS PENDINGINAN
Gambar 2 menunjukkan sebuah diagram sistem pendinginan mekanis.
Panas sistem adalah kompresor. Pada saat kompresor beroperasi, gas bahan
pendingin (refrigerant) dialirkan ke dalam sistem terus-menerus. Tekanan rendah
dipertahankan pada sisi penghisap, dan karena tekanan rendah, bahan pendingin
bisa menguap pada temperatur rendah. Di dalam kompresor, bahan pendingin
ditekan, untuk meningkatkan tekanan dan suhu selama proses. Gas panas bahan
pendingin lalu mengalir ke dalam koil/kumparan pemindah panas yang disebut
kondensor, dimana panas dilepaskan pada proses kondensasi pada tekanan dan
suhu konstan. Dari kondensor cairan bahan pendingin mengalir ke dalam tangki
penampung cairan bahan pendingin. Dalam sebuah sistem kecil, mungkin tidak
terdapat tangki penampung, dan bahan pendingin mengalir terus menerus di dalam
sistem.
Pada saat proses pendinginan, cairan bahan pendingin/refrigerant
mengalir dari tangki penampung ke sisi tekanan rendah dari sistem pendinginan
melalui katup ekspansi. Turunnya tekanan yang terjadi saat bahan pendingin
melalui katup ekspansi tidak mengubah kandungan panas bahan pendingin.
Bagaimanapun, turunnya suhu titik didih dari bahan pendingin terjadi pada tekanan
rendah. Cairan bahan pendingin dingin kemudian mengalir ke koil pemindah panas
yang disebut evaporator, dimana sistem melakukan fungsi pendinginannya, dan
panas diserap oleh bahan pendingin pada proses penguapan pada suhu dan
temperatur konstan. Dari evaporator gas dingin bahan pendingin dialirkan ke dalam
sisi penghisap kompresor, dan lengkaplah satu siklus.

Gambar 2. Diagram sistem pendinginan

Sebuah sistem pendinginan biasanya dilengkapi dengan sakelar pemutus


tekanan rendah dan tinggi yang memutuskan daya kompresor saat tekanan tinggi
yang ditetapkan tercapai (terjadi saat kapasitas pendinginan kondensor tidak
tercukupi) atau tekanan turun di bawah titik tekanan rendah yang ditetapkan (terjadi
saat kompresor berjalan tapi kebutuhan pendinginan jauh lebih kecil dari kapasitas
sistem pendinginan). Titik tekanan rendah yang ditetapkan dapat dipakai untuk
mengendalikan suhu evaporator. Pada beberapa sistem, cairan bahan pendingin
yang mengalir melalui katup ekspansi dikendalikan oleh termostat dan dihentikan
saat suhu evaporator lebih rendah dari titik yang ditentukan. Sebagai tambahan,
sistem pendinginan dilengkapi dengan termostat yang memutus daya ke kompresor
ketika suhu ruangan pendinginan mencapai titik yang telah ditentukan.
Siklus pendinginan Sebagai Suatu Seri Proses Termodinamika. Dimulai dari
kompresor seperti pada gambar 2, gas tekanan rendah ditekan secara adiabatis ke
tekanan tinggi, yang memungkinkan kondensasi pada suhu kamar. Diperlukan
kerja untuk melakukan proses ini, dan tenaga ini disuplai dalam bentuk energi listrik
untuk menggerakkan motor kompresor. Gas juga menaikkan entalpi selama proses
kompresi ini. Di kondensor, gas berkondensasi dan memindah panas laten dari
kondensasi ke lingkungannya. Terdapat kehilangan entalpi pada proses tekanan
konstan. Di katup ekspansi, cairan diekspansi ke tekanan rendah pada entalpi
konstan, sementara di evaporator, cairan diuapkan pada tekanan konstan dan
entalpi meningkat. Dua proses penting dari efisiensi sistem pendinginan adalah
proses kompresi adiabatik dimana energi dimasukkan dan proses ekspansi isobarik
dimana energi diekstraksi oleh bahan pendingin dari sistem. Perbandingan
perubahan entalpi ke kerja pada kompresi adiabatik dari gas ideal sama dengan
perbandingan panas spesifik.

D. DIAGRAM TEKANAN-ENTALPI PADA PENDINGIN


Karakteristik termodinamika dari bahan-bahan pendingin bila digambarkan
pada diagram tekanan-entalpi menghasilkan grafik yang akan berguna untuk
menentukan kapasitas dan daya yang diperlukan untuk sistem pendinginan.
Gambar 3 menunjukkan skema dari siklus pendinginan pada diagram tekanan-
entalpi. Diagram tersebut menggambarkan hubungan antara tekanan-entalpi, uap
dan cairan, perubahan entalpi dan tekanan selama tekanan adiabatik, volume
spesifik pada beberapa tekanan dan entalpi.

Gambar 3. Diagram tekanan-entalpi pada pendinginan

Pada titik A menggambarkan cairan refrigeran pada tekanan tinggi masuk


ke katup ekspansi. Refrigeran mengembang pada entalpi yang konstan (HL)
sewaktu refrigeran tersebut memasuki katup ekspansi dan meninggalkan katup
sebagai campuran cairan dan uap pada tekanan rendah (titik B). Dalam evaporator,
refrigeran tersebut menyerap panas yang berarti mendapatkan entalpi digambarkan
dengan garis BC. Refrigeran meninggalkan evaporator pada uap jenuh (titik C)
yang mempunyai entalpi Hcv. Tekanan pada kompresor naik yang diperlihatkan oleh
garis CD dimana garis tersebut paralel dengan entropi konstan. Gas refrigeran
yang dipadatkan meninggalkan kompresor pada titik D, dengan entalpi H hv. Pada
kondensor panas dibuang menghasilkan penurunan entalpi yang ditunjukkan oleh
garis AD. Cairan refrigeran meninggalkan kondensor dengan tekanan dan entalpi
seperti pada titik A.
Kapasitas pendinginan sistem pendinginan ditunjukkan oleh garis BC.

Kapasitas pendinginan = Hcv – HL

Kebutuhan pertukaran panas atau beban kondenser ditunjukkan oleh garis AD.

Beban kondensor = Hhv – HL

Perubahan entalpi karena tekanan Hc adalah :

Hc = Hhv – Hcv

Dari persamaan pertama , kerja dibutuhkan untuk kompresi adalah :

Jika M adalah massa refrigeran yang dialirkan melalui sistem per unit waktu,
kebutuhan daya dapat dihitung sebagai berikut :

Efisiensi sistem pendinginan juga dapat dinyatakan sebagai coeficient of


performance (COP), yang merupakan rasio dari kapasitan pendinginan dengan
entalpi yang didapat karena adanya kompresi.

Kebutuhan daya (P) dapat dinyatakan dengan COP menggunakan persamaan


Kapasitas refrigeran ditunjukkan dalam ton pendinginan yang merupakan laju
panas yang dikeluarkan untuk membekukan satu ton (2000 lb) air selama 24 jam.
Panas peleburan air adalah 144 BTU/lb, tingkat pengeluaran panas ekivalen
dengan 12000 BTU/h. Kapasitas pendinginan dalam ton adalah :

Sehingga :

Menunjukkan kebutuhan daya dalam dayakuda (HP)/(ton)r :


Gambar 4. Diagram tekanan-entalpi untuk Freon 12 (CCl2F2).

D. BEBAN PENDINGINAN
Beban pendinginan adalah panas yang harus diberikan oleh sistem
pendinginan per satuan waktu. Beban pendinginan dapat dikelompokkan menjadi
dua katagori yaitu beban unsteady-state dan steady-state. Beban unsteady-state
adalah panas yang harus dibuang untuk menurunkan suhu bahan pada saat
pendinginan dalam waktu tertentu. Sedangkan beban steady-state adalah jumlah
pemindahan panas yang dibutuhkan untuk mempertahankan suhu penyimpanan.
Untuk produk-produk pangan, suhu harus diturunkan ke suhu penyimpanan dalam
waktu sesingkat mungkin untuk mencegah tercemar mikrobiologi dan penurunan
kualitas.
Termasuk di dalam beban unsteady-state adalah panas sensibel produk,
panas respirasi produk dan panas fusi air bahan jika bahan dibekukan. Sedangkan
beban steady-state termasuk di dalamnya panas yang masuk melalui dinding
melalui lubang dan pintu, panas laten kondensasi uap air yang masuk ke dalam
ruang pendinginan dan panas yang timbul di dalam ruangan.

Panas yang masuk melalui dinding. Laju pindah panas melalui dinding komposit
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan pindah panas secara konduksi (seri).

Tabel 1. Koefisien pindah panas air dari beberapa permukaan di bawah berbagai
kondisi

Panas masuk melalui celah Panas ini terutama disebabkan oleh adanya
fluktuasi tekanan karena perubahan suhu ruangan pendinginan. Pada suhu yang
tinggi udara dingin akan dikeluarkan dari ruangan, sedangkan pada saat suhu
rendah udara hangat akan masuk ke dalam ruangan. Jumlah udara yang masuk ke
dalam ruangan karena perbedaan suhu tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan hukum gas ideal.

Panas masuk melalui pembukaan pintu. Pembukaan pintu menyebabkan udara


panas dari luar masuk ke dalam pendingin dan sebaliknya udara dingin akan keluar.
Laju panas yang masuk tergantung dari ukuran pintu dan perbedaan suhu antara
bagian dalam dan luar ruangan. Data mengenai pindah panas melalui pintu ini
dapat ditentukan secara empirik :

Q = 2126W[e]0.0484(T) (h)1.71

Dimana q = laju panas yang masuk ke dalam ruangan (watt).


W = lebar pintu (meter)
T = perbedaan suhu (0C)
h = tinggi pintu (meter)

Tabel 2. Panas respirasi sayuran dan buah-buahan di udara. Nilai


Konstanta a dan b pada persamaan q = a(e)bT
Panas yang Dibangkitkan. Motor yang digunakan di dalam sistem pendinginan
menimbulkan panas antara 732.48 W/hp dan 1025.5 W/hp. Pekerja yang berada di
dalam ruang pendinginan dapat mengeluarkan panas kira-kira 293 W per orang.
Laju panas yang dibangkitkan oleh manusia ini meningkat dengan turunnya suhu
ruangan. Panas yang ditimbulkan oleh lampu sebanding dengan daya dari lampu
tersebut.
Buah-buahan dan sayuran berespirasi, dan panas respirasi ini menambah
beban pendinginan. Panas respirasi merupakan fungsi dari suhu dan dapat
dihitung dengan rumus :
q = a (e)bT

q = panas yang dibangkitkan (mW/kg).


a dan b = konstanta. Nilai konstanta a dan b untuk beberapa
macam sayuran dan buah-buahan dapat dilihat pada tabel 2.
Selama pendinginan panas respirasi turun sejalan dengan turunnya suhu.
Rata-rata panas respirasi dapat ditentukan di antara dua suhu T1 dan T2, dengan
mengetahui t (waktu) yang dibutuhkan untuk merubah suhu dari T1 ke T2 dengan
asumsi suhu berubah secara linier.

Jika diasumsikan suhu berubah :

Substitusi persamaan di atas untuk T:

Integral dan batas-batas substitusi :


Walaupun berbagai suhu material selama proses pendinginan biasanya berubah
ekponensial terhadap waktu, material-material yang besar (bulk) (contoh: produk-
produk dalam boks) memiliki gradien suhu dengan suhu yang lebih tinggi di bagian
dalam, yang diekspos ke medium pendinginan. Jadi, suhu rata-rata bulk harus
diperhatikan, deviasi rata-rata dari perubahan suhu linier diasumsikan minimal.

E. CAIRAN REFRIGERAN
Refrigeran adalah media perpindahan panas yang menyerap panas melalui
penguapan (evaporasi) pada suhu rendah dan memberikan panas melalui
pengembunan pada suhu dan tekanan tinggi.
Setiap refrigeran mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Dalam perdagangan, untuk menunjukkan kegunaan refrigeran telah
diklasifikasikan oleh ASRE (American Society of Refrigerating Engineers) menjadi
beberapa kelompok : Komponen halokarbon, Azeotrop, Hidrokarbon, Anorganik,
Organik tak jenuh.

a. Kelompok halokarbon
Kelompok ini terdiri dari refrigeran yang berisi satu atau lebih dari 3
halogen yaitu: klorin, fluorin dan bromin. Perencanaan angka nama kimia dan
rumus kimia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Refrigeran halokarbon

Angka penunjukan Nama kimia Rumus kimia


11 Trikloromono fluoro metan CCl3F
12 Dikloro difluoro metan CCl2F2
13 Monokloro trifluoro metan CCIF3
22 Monokloro difluoro metan CHCIF3
30 Metilen klorida CH2Cl2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Trikloro trifluoro etan CCl2FCCIF2
114 Dikloro tetrafluoro etan CCIF2CCIF2
1142 a Dikloro tetrafluoro etan CCl2FCF2
152 a Difluoro etan CH3CHF2

Pada kelompok ini yang banyak adalah R 12 dan R22. Refrigeran ini
dijual dengan nama dagang sebagai Freon.
b. Kelompok Azeotrop
Adalah campuran Azeotropis dari dua garam menggunakan salah satu
campuran yang tidak dapat dipisahkan di dalam komponen-komponennya
dengan cara distilasi. Nama dagang Azeotrop yaitu Ref 500, yang merupakan
campuran dari R 12 dan R 152 a dengan perbandingan 73,8% dan 26,2% dari
beratnya.

c. Kelompok Hidrokarbon
Beberapa hidrokarbon cocok sebagai refrigeran, terutama
digunakan pada industri petroleum dan petrokimia.
nd Cn Cf
50 Metan CH4
170 Etan CH3CH3
290 propan CH3CH2CH3

d. Kelompok komponen anorganik


Kelompok komponen anorganik adalah refrigeran yang mula-mula
digunakan. Saat ini juga masih banyak digunakan.

Nd Cn Cf
717 Amoniak NH3
718 Air H2O
729 Udara -
744 Karbon dioksida CO2
764 Sulfur dioksida SO2

e. Kelompok organik tak jenuh


Refrigeran yang sering dipakai pada kelompok ini yaitu :
Ref 1150 etilen
Ref 1270 propilen

Dalam pemilihan refrigeran dipertimbangkan adanya beberapa faktor, faktor-


faktor ini dapat dikelompokkan ke dalam karakteristik termodinamika, karakteristik
kimia, dan karakteristik fisika.
1. Karakteristik termodinamika
- tekanan pada suhu penguapan dan suhu pengembunan.
- Titik beku
- Volume yang dibutuhkan tiap ton pendinginan
- Daya (power) per ton pendinginan dan harga dari COP
2. Karakteristik kimia
- penyalaan
- toksisitas
- reaksi dengan bahan konstruksi dan lainnya
- kerusakannya pada hasil pendinginan
3. Karakteristik fisika
- kebocoran
- kekentalan dan konduksi panas
- reaksi dengan oli/minyak
- biaya

Tekanan didih dan tekanan pengembunan

Ref. Tekanan evaporator Tekanan kondensor


0
Pada 5 F psia Pada 860F psia
Amonia 34,4 169,2
CO2 33,2 1045,7
R 11 2,9 18,3
R 12 26,5 108,3
R 22 43,0 174,5
R 113 1,0 7,9
Air 0,12 atmosfir 400F 0,62

Di sini terlihat bahwa CO2 bekerja pada tekanan yang sangat tinggi pada batas suhu
tertinggi, sehingga membutuhkan metal yang tebal untuk kompresor dan pipa untuk
R 11 dan R 113. Air bekerja di bawah tekanan atmosfir. Pemakaian refrigeran CO2
membutuhkan sistem yang hampa udara.

Titik beku . Refrigeran harus bekerja di atas suhu bekunya maka titik bekunya
haruslah rendah.
Ref Titik beku 00F
Amonia -107,9
Karbondioksida -69,9
Ref 11 -168
Ref 12 -252
Ref 22 -256
Ref 113 -31
Air +32

Volume aliran per-ton. Volume aliran uap refrigeran yang harus dipompa oleh
kompresor secara sederhana menunjukkan ukuran kompresor. Dengan kompresor
bolak-balik. Dalam kompresor sentrifugal, volume aliran per-ton yang lebih besar
dapat dialirkan, hambatan refrigeran berkurang, sehingga menambah efisien
tekanan aliran kompresor volume per-ton diukur pada kompresi inlet (50F suhu
penguapan); (860F temperatur pengembunan).
Harga kubik-feet-menit/ton dari R 11 dan R 113 harganya mahal sehingga banyak
dipakai komposen sentrifugal.

COP dan Daya per ton. Variabel yang menentukan pemilihan jenis refrigeran
adalah COP atau daya per ton, COP dari daya per ton pada 50 0F penguapan dan
860F pengembunan.

Ref COP HP ton


Siklus Carnot 5,74 0,82
R 11 5,09 0,93
R 113 4,92 0,96
Amoniak 4,76 0,99
R 12 4,7 1,00
R 22 4,66 1,01
0 0
Air 40 F & 86 F 4,10 1,125
Karbon dioksida 2,56 1,84

Tabel di atas dengan kompresi isentropis, dengan mengecualikan air dan CO2,
bekerja dengan harga COP yang sedikit berbeda. Perbedaan kecil COP dari
beberapa refrigeran tidak mempengaruhi pemilihan refrigeran.
Penyalaan. Bahaya yang disebabkan oleh flamabilitas akan mempengaruhi
pertimbangan pemilihan refrigeran. Hidrokarbon seperti propan, etan dan butan
sangat peka terhadap ledakan dan nyala. Amoniak meledak bila bercampur dengan
udara pada konsentrasi antara 16% sampai 25% volume. Hidrokarbon halogenasi
(R 11, R 12, R 22, dll) dianggap dan flamabel.

Toksisitas. Toksisitas adalah salah satu yang dapat merugikan manusia, kecuali
udara dapat menyebabkan keracunan, kecuali udara dapat menyebabkan kerugian,
kita berada pada konsentrasi yang tinggi.

.______________________________________________________________________

SUMBER PUSTAKA
Earle, RL. 1983. Unit Operations in Food Processing. Pergamon Press, Oxford.

Henderson, MS. and RL. Perry. 1976. Agricultural Process Engineering. The
AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Sahay, KM. and KK. Singh. Unit Operations of Agricultural Processing. Vikas
Publishing House PVT LTD, New Delhi.

Toledo, RT. 1991. Fundamentals of Food Process Engineering. Chapman and


Hall, New York.

Definition of Air Conditioner High Side and Low Side Pressures

First let's explain "low-side" and "high-side" air conditioner compressor motor pressures
and what they mean.
Air conditioning service manuals and training refer to:
 Low-side air conditioner compressor motor pressure: this is the pressure in the
air conditioner's refrigerant suction line (low side pressure during compressor
operation) and this will be a relatively low number, often less than 100 psi.
During operation refrigerant is returning to the compressor from the cooling
(evaporator) coil in this line. If we connected the suction line directly to a sealed
vacuum test gauge we'd actually find that the compressor could pull an actual
vacuum on the line. (We used to use an old Frigidaire™ rotary-design compressor
motor as our vacuum pump when we needed to get the air out of a refrigeration
system prior to charging it with new refrigerant.)

The low-side of an air conditioning system is always located inside of the space to
be cooled, or inside of an air handler which moves air through the space to be
cooled.

By lowering the pressure in the cooling coil located on the "low side" of the air
conditioning system, the compressor permits liquid refrigerant to be discharged
into the cooling coil where the change of refrigerant state from a liquid to a gas
absorbs heat and brings the cooling coil to the proper operating temperature.

The LOW SIDE of a refrigeration system is the low-pressure and low temperature
half of the system. Normally this is the indoor air handler - located inside the
space that is to be cooled by bringing indoor air to operating temperature. (For a
refrigerator this is typically 38 to 45 degF.)
 High-side air conditioner compressor pressure: output (high side pressure during operation) is
the pressure of the compressed refrigerant gas as it leaves the compressor motor. In other words,
refrigerant gas returns to the compressor through the suction line from the cooling coil (which is
cooling building air).

The low-pressure refrigerant gas is compressed to a high-pressure refrigerant gas inside the
compressor motor. This high temperature refrigerant gas is then cooled down to condense into a
refrigerant liquid before it is returned indoors to the air handler and evaporator coil to be used to
cool building air. (Thus we get the name the name "condensing coil" and "condensing unit" or
"condenser" for the outside half of an air conditioning system.)

The high side components of an air conditioning system, such as the compressor, condensing coil,
and fan unit used to cool the condensing coil are located outside of the conditioned or refrigerated
space, and will be immersed in air at ambient outdoor temperature, say 72 degF.

Here is where the magic of air conditioning occurs. As long as the compressor can produce a
temperature in the outdoor condensing coil which is above ambient outdoor air temperature, heat
will flow from the condensing coil into outdoor air (for example outdoor air blown across the
condensing coil by a fan).

If you studied thermodynamics in high school you learned that heat always flows from the warmer
to the cooler material. The effect is to transfer heat gathered in the indoor or conditioned space
into outdoor air.

The HIGH SIDE of a refrigeration system is at high temperature and higher (refrigerant) pressure
and will always be above ambient temperature. So in a cooling system it will be located outside in
order to transfer heat to the outdoor air. A heat pump designed to pump heat into a building will, of
course, reverse these roles when in heating mode.

Anda mungkin juga menyukai