Kti - KURANGNYA KETERTARIKAN REMAJA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

KURANGNYA KETERTARIKAN REMAJA

TERHADAP KESENIAN JANGER

OLEH :

IZZATUR ROHMANIAH

VIII / 17031

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 1 SUKODONO


MARET 2019
KURANGNYA KETERTARIKAN REMAJA

TERHADAP KESENIAN JANGER

OLEH :

IZZATUR ROHMANIAH

VIII / 17031

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 1 SUKODONO


MARET 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dengan identitas di bawah ini telah dibimbing dan diselesaikan
dengan baik pada tanggal 15 Maret 2019.

Judul : Kurangnya Ketertarikan Remaja Terhadap Kesenian Janger

Penyusun : Izzatur Rohmaniah

Kelas / NIS : VIII F / 17031

Kepala SMPN 1 Sukodono Pembimbing

EDY PURWANTO, S.Pd.,M.M. ENDAR NURIASIH, S.Pd.

NIP. 19710112 199702 1 002 NIP. 19780930 200903 2 003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Izzatur Rohmaniah

Kelas : VIII F

NIS : 17031

Sekolah : SMP Negeri 1 Sukodono

Menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar tulisan saya, hasil pemikiran saya, bukan plagiasi baik sebagian ataupun
seluruhnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah
ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Lumajang, 15 Maret 2019

Yang membuat pernyataan

Izzatur Rohmaniah

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Kurangnya
Ketertarikan Remaja Terhadap Kesenian Janger” dapat diselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dukungan, saran, serta do’a dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Edy Purwanto, S.Pd.,M.M. selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Sukodono yang
telah memfasilitasi penulis dalam proses kegiatan belajar mengajar.
2. Ibu Endar Nuriyah, S.Pd. selaku pembimbing KTI serta seluruh bapak dan ibu guru
SMP Negeri 1 Sukodono.
3. Pihak-pihak tertentu yang telah memberikan masukan membangun dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangatlah diharapkan. Demikian yang dapat penulis
sampaikan semoga karya tulis ilmiah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian
dan penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat untuk kemajuan pengetahuan pembaca.

Lumajang, 15 Maret 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………. ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 3
1.3 Hipotesis…………………………………………………………………. 3
1.4 Tujuan Penulisan………………………………………………………… 3
1.5 Manfaat Penulisan……………………………………………………….. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kesenian Janger…………………………………………………. 4


2.2 Paradoks Karakter Minak Jinggo………………………………………… 4
2.3 Keunikan Kesenian Janger Banyuwangi…………………………………. 5
2.4 Lakon atau Cerita Dalam Kesenian Janger……………………………….. 5
2.5 Busana dalam Kesenian Janger…………………………………………… 6
2.6 Tari Pengiring Dalam Kesenian Janger…………………………………… 6
2.7 Perkembangan Kesenian Janger Pada Saat Ini…………………………... 6
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian………………………………….………………….. 7


3.2 Informan atau Subjek Penelitian…………………………...................... 7
3.3 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………... 7

v
3.4 Teknik Analisa Data………………………………………………………. 8
3.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Pengumpulan Data………………………... 8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian…………………………………..………………………. 9


4.2 Pembahasan………………………………………………………………. 10
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………..................... 12
5.2 Saran……………………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………........................ 13

LAMPIRAN ...…………………………………………….………........................... 14

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku yang tersebar luas dari
Sabang sampai Papua. Dari suku-suku yang ada maka terciptalah kesenian, budaya dan
bahasa yang bermacam-macam. Keberagaman budaya Indonesia tercermin pada bagian
budaya - budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Perkembangan budaya lokal di
setiap daerah tentu memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan semangat
nasionalisme, karena kesenian budaya lokal tersebut mengandung nilai-nilai sosial
masyarakat.
Kesenian budaya lokal atau yang sering disebut dengan kesenian tradisional
adalah kesenian rakyat yang merupakan refleksi dari cara hidup sehari-hari masyarakat.
Kesenian tradisional biasanya bersumber pada mitos, sejarah atau cerita rakyat yang
memiliki nilai-nilai yang bersifat profan atau sakral dan biasanya diwariskan secara
turun-temurun dari generasi ke generasi (Rostiyati Ani, 2000). Kesenian tradisional ini
merupakan peninggalan leluhur yang harus tetap dilestarikan, karena memiliki peranan
penting yakni sebagai identitas bangsa yang mampu menyatukan dan menunjukkan jati
diri bangsa.
Di tengah arus globalisasi saat ini kesenian tradisional sedang terancam
keberadaannya. Kesenian tradisional harus bersaing dengan kebudayaan baru (populer)
dan juga kebudayaan asing yang dapat mudah diakses melalui perkembangan media
yang terjadi sangat cepat. Dalam waktu singkat media elektronik audio visual (radio,
film, dan televisi) menjadi sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Alvin
Toffler (Wibowo, 2007) menyebut manusia di era informasi saat ini sebagai manusia
audio visual yang memiliki ekstensi (perpanjangan) dari seluruh indranya. Hal ini
mengakibatkan struktur sikap dan sifat manusia audio visual akan cepat berubah karena
itu dapat lebih banyak melihat dan mendengar lebih jauh dan dapat menangkap
informasi lebih banyak.

1
Derasnya arus informasi yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menggusur
tradisi budaya dan tata nilai suatu lingkungan ke arah kebudayaan yang dominan (kuat).
Jika hal ini terus dibiarkan maka akan terjadi penyelarasan dan penyeragaman selera
melalui media audio visual dan dunia akan menjadi satu kebudayaan yang akan
mematikan kebudayaan-kebudayaan lokal (Fred Wibowo, 2007). Menurut Sartono
Kartodirdjo (Kuntowijoyo, 2006) implikasi sosial dari modernitas kebudayaan yaitu
terjadinya erosi nilai-nilai budaya tradisional. Saat ini orang lebih tertarik menjadi
penonton atau penikmat kesenian pertunjukan, televisi, kaset, dan radio. Tingkat
partisipasi dalam kesenian di era modern ini menurun. Di desa-desa yang biasanya
menjadi lokasi kreativitas, kini menjadi konsumen seni-budaya yang ditawarkan lewat
teknologi modern (Kuntowijoyo, 2006).
Kalangan anak-anak muda saat ini lebih senang berlatih untuk menjadi anak Band
atau Boyband / Girlband daripada belajar menari tari tradisional, musik tradisional, dan
seni tradisional lainnya. Gejala-gejala yang dipaparkan di atas hanyalah sebagian kecil
contoh terjadi ancaman dan gangguan terhadap ketahanan nasional di bidang budaya.
Seluruh warga negara Indonesia harus mampu mempertahankan eksistensi
kebudayaannya masing-masing terutama di kalangan pemuda. Demi mewujudkan
ketahanan budaya dibutuhkan peran pemuda dalam menjaga kebudayaan lokal dari
pengaruh budaya global.
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus bangga karena memiliki banyak sekali
budaya, dan kita wajib untuk menjaga dan melestarikannya. Salah satu contoh kesenian
tradisional bangsa Indonesia yaitu kesenian Janger. Istilah Janger tidak lagi asing bagi
masyarakat Banyuwangi yang sebagian besar penduduknya mewarisi kebudayaan
osing. Janger adalah sebuah seni pertunjukan yang disajikan kurang lebih selama 7 jam
secara terus menerus. Bila dilihat dari bentuk sajiannya, kesenian yang tergolong pada
genre dramatari ini memiliki bentuk sangat unik. Dikatakan unik karena berbagai gaya
seni pertunjukan Jawa dan Bali mampu berkolaborasi secara utuh dalam kesenian yang
disebut Janger ini. Gaya yang paling menojol dalam pertunjukan ini adalah etnik Bali,
karena gerak, musik, serta busananya cenderung berorientasi pada etnik Bali,
sedangkan unsur pertunjukan bergaya etnik Jawa terletak pada bahasa, tembang, dan
pemanggungan.

2
Karya tulis ilmiah ini memberikan informasi mengenai kesenian budaya Indonesia
dengan harapan dapat membangun kesadaran bersama dalam memahami seni
pertunjukan di wilayah Jawa Timur khususnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang menyebabkan ketertarikan remaja terhadap kesenian Janger menurun ?
b. Bagaimana cara mengantisipasi semakin menurunnya ketertarikan remaja terhadap
kesenian Janger?

1.3 Hipotesis
a. Kebanyakan remaja lebih menyukai budaya luar daripada budaya daerahnya
sendiri.
b. Memberikan informasi kepada para remaja tentang pentingnya mempertahankan
budaya daerah agar tidak diambil atau diakui oleh Negara asing.

1.4 Tujuan Penulisan


Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui penyebab menurunnya ketertarikan remaja terhadap kesenian Janger.


b. Mengetahui cara mengantisipasi ketertarikan remaja terhadap kesenian Janger.

1.5 Manfaat Penulisan


Penulisan karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memberikan manfaat :
a. Kami sebagai penulis, agar bisa menjadikan karya tulis ilmiah ini sebagai acuan
untuk membuat karya tulis ilmiah yang akan datang.
b. Remaja khususnya, agar mereka bisa melestarikan kesenian Janger.
c. Masyarakat umumnya, agar mereka bisa mendampingi dan membimbing para
remaja untuk melestarikan kesenian Janger.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kesenian Janger


Pada abad ke-19, di Banyuwangi hidup suatu jenis teater rakyat yang disebut
Ande-Ande Lumut karena lakon yang dimainkan adalah lakon Andhe-Andhe Lumut.
Dan dari sumber cerita dari mulut ke mulut, pelopor lahirnya Janger ini adalah Mbah
Darji, asal Dukuh Klembon, Singonegaran, Banyuwangi. Mbah Darji ini adalah seorang
pedagang sapi yang sering mondar-mandir Banyuwangi-Bali, dan dari situ dia tertarik
dengan kesenian teater Arja dan dia pun berkenalan dengan seniman musik bernama
Singobali yang tinggal di Penganjuran, dari situlah kemudian terjadi pemaduan antara
teater Ande-Ande Lumut dengan unsur tari dan gamelan Bali, sehingga lahirlah apa
yang disebut Damarwulan Klembon atau Janger Klembon.
Semenjak itu, mulai lahir grup-grup Damarwulan di seantero Banyuwangi.
Mereka bukan hanya memberikan hiburan, namun juga menyisipkan pesan-pesan
perjuangan untuk melawan penjajah dengan kedok seni. Di masa revolusi, kerap kali
para pejuang kemerdekaan menyamar sebagai seniman Janger untuk mengelabui
Belanda dan para mata-matanya.
Menurut Dasoeki Nur, seorang pelaku kesenian Janger, teater ini juga sempat
berkembang hingga melampaui wilayah Banyuwangi sendiri. Bahkan menurutnya lagi,
pada tahun 1950-an pernah berdiri dua kelompok Janger yang berada di wilayah
Samaan, dan Klojen, kota Malang.

2.2 Paradoks Karakter Minak Jinggo


Dalam wacana masyarakat Banyuwangi, karakter Minak Jinggo digambarkan
sangat berlawanan (paradoks) dengan apa yang diyakini masyarakat Jawa pada
umumnya (berdasarkan cerita-cerita seperti Serat Damarwulan). Digambarkan Minak
Jinggo merupakan sosok yang bertemperamen buruk, kejam dan sewenang-wenang.

4
Disamping buruk rupa, pincang, suka makan daun sirih dan lancing meminang Sri Ratu
Kencana Wungu (Ratu Majapahit).
Menurut pandangan masyarakat Banyuwangi, Minak Jinggo digambarkan sebagai
sosok yang rupawan, digandrungi banyak wanita, arif, bijaksana dan pengayom
rakyatnya. Mengapa Minakjinggo memberontak? Menurut para sesepuh Banyuwangi
itu lebih dikarenakan dia menagih janji Kencana Wungu untuk menjadikannya suami,
setelah mampu mengalahkan Kebo Marcuet, dan dimenangkan oleh Minak Jinggo.
Wajah Minak Jinggo menjadi rusak karena terluka pada saat bertarung dengan Kebo
Marcuet, dan demi melihat wajah Minak Jinggo yang rusak, maka Kencana Wungu
menolak dan akhirnya Minak Jinggo memberontak.
Pandangan inilah yang berupaya diluruskan, mengingat citra Minak Jinggo yang
buruk dalam catatan legenda Serat Damarwulan. Keabsahan Serat Damarwulan dengan
legenda-legendanya pun masih simpang siur, dan data masih kurang lengkap.

2.3 Keunikan Kesenian Janger Banyuwangi


Kesenian Janger Banyuwangi ini merupakan salah satu kesenian hibrida, dimana
unsur Jawa dan Bali bertemu jadi satu didalamnya. Gamelan, kostum dan gerak tarinya
mengambil budaya Bali, namun lakon cerita dan bahasa justru mengambil dari budaya
Jawa. Bahasa yang dipergunakan dalam kesenian ini adalah bahasa Jawa Tengah yang
merupakan bahasa ketoprak. Namun pada saat lawakan, digunakan bahasa Using
sebagai bahasa pengantar. Lakon ceritanya pun justru diambil dari Serat Damarwulan
yang dianggap penghinaan terhadap masyarakat Banyuwangi, yang anehnya malah
berkembang subur.

2.4 Lakon atau Cerita dalam Kesenian Janger


Lakon atau cerita yang akan dipentaskan, disesuaikan dengan permintaan
penanggap atau scenario kelompok itu sendiri. Lakon yang paling banyak dipentaskan
antara lain, Cinde Laras, Minakjinggo Mati, Damarulan Ngenger, Damarwulan Ngarit,
dan lain sebagainya. Selain dari cerita Panji, lakon juga diambil dari legenda rakyat
setempat seperti Sri Tanjung dan kadang cerita-cerita bernuansa Islam.

5
2.5 Busana dalam Kesenian Janger
Busana pemain disesuaikan dengan peran mereka. Pada peran prajurit, raja,
panglima dan tokoh kalangan atas biasanya menggunakan busana khas Bali yang biasa
dipakai dalam pertunjukan Arja. Sedangkan kaum wanita istana memakai busana Bali
yang dimodifikasi, yakni kuluk yang dihias bunga kamboja dengan manik-manik, ter
atau penutup dada, dan biasanya memakai kain jarit berwarna mengkilap. Yang unik,
peran rakyat jelata justru memakai busana khas Jawa.

2.6 Tari Pengiring dalam Kesenian Janger


Tari-tarian yang menjadi pengiring dalam pertunjukan Janger ini bervariasi. Bisa
dibuka dengan tari-tarian khas Bali, seperti pendet, legong, baris , atau tari-tarian khas
Banyuwangi seperti Jejer Gandrung, Jaran Goyang, Seblang Lokento dan lain
sebagainya.

2.7 Perkembangan Kesenian Janger pada saat ini


Diperkirakan sekitar 60-an kelompok Janger yang masih eksis saat ini. Meski
kondisinya memang senin-kamis, sebagai dampak modernisasi yang makin marak.
Kelompok Janger Banyuwangi yang cukup populer di wilayah tersebut antara lain
Temenggung Budoyo dari kota Banyuwangi, Madyo Utomo dari desa Bubuk,
Kecamatan Rogojampi, dan Patoman dari desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi.

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
yaitu tangkapan atas perkataan subjek penelitian dalam bahasanya sendiri. Pengalaman
orang diterangkan secara mendalam, menurut makna kehidupan, pengalaman dan
interaksi sosial dari subjek penelitian sendiri. Dengan demikian, peneliti dapat
memahami masyarakat menurut pengertian mereka sendiri. Metode penelitian ini
dipilih oleh peneliti untuk mengungkapkan pendapat atau tanggapan masyarakat tentang
ketertarikannya terhadap kesenian daerah yang salah satunya adalah kesenian Janger.

3.2 Informan atau Subjek Penelitian


Informan dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat dalam satu keluarga.
Teknik pengambilan informasi yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria. Sebagaimana
kriterianya dalam satu keluarga ini berasal dari daerah Banyuwangi.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini adalah wawancara
terhadap informan. Yang dibantu dengan pedoman interview dalam bentuk pertanyaan
terbuka. Jumlah responden yang didapatkan adalah dua orang. Wawancara dilakukan
sejak pertemuan pertama saat penelitian karena sudah saling mengenal dengan
responden dan wawancara tersebut berlangsung di rumah responden dengan lamanya
waktu sesuai situasi dan kondisi. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan
keterangan (pandangan, pengetahuan dan pengalaman) secara lisan dari informan
mengenai ketertarikannya terhadap kesenian daerah yang salah satunya yaitu kesenian
Janger.

7
3.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, yaitu tangkapan atas perkataan subjek penelitian dalam bahasanya sendiri.
Pengalaman orang diterangkan secara mendalam, menurut makna kehidupan,
pengalaman dan interaksi sosial dari subjek penelitian sendiri. Dengan demikian,
peneliti dapat memahami masyarakat menurut pengertian mereka sendiri.

3.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Pengumpulan Data


Penelitian telah dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan Padang, Kabupaten
Lumajang pada tanggal 04 Januari 2019.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

 Nama : Dani
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Guru

Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang menyebabkan kesenian Adanya pengaruh budaya luar yang
Janger menurun dikalangan dianggap gaul oleh remaja. Dan mereka
remaja? gengsi jika tidak bisa melakukannya. Dan
dari sinilah sedikit demi sedikit budaya
tradisional mulai ditinggalkan.
2. Upaya apa saja yang dapat Dalam lingkungan sekolah diadakan
dilakukan agar remaja mau ekstra kulikuler sebagai tempat untuk
mempelajari kesenian Janger mengembangkan bakat anak seperti tarian
kembali ? tradisional .
3. Mengapa kita perlu melestarikan Karena budaya tradisional adalah
budaya tradisional ? lambang kekayaan yang dimiliki suatu
Negara. Dan kita wajib menjaga dan
melestarikannya.

 Nama : Fitri
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Guru

Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang menyebabkan kesenian Kurangnya pembelajaran tentang budaya
Janger menurun dikalangan sejak kecil. Indonesia mengarah pada
remaja? etika seperti berpakaian sopan, namun
budaya asing membawa pengaruh buruk
dengan pakaian serba mini yang tidak
sesuai juga dengan norma agama dalam
bangsa kita yang didominasi muslim.

9
2. Upaya apa saja yang dapat Sekarang sudah jaman modern, dengan
dilakukan agar remaja mau adanya hp kita bisa memposting kesenian
mempelajari kesenian Janger tradisional lewat media sosial. Dengan
kembali ? melalui media sosial semua orang dapat
melihatnya. Dan itu merupakan salah satu
cara agar remaja tertarik kembali dengan
budayanya sendiri.
3. Mengapa kita perlu melestarikan Karena sudah kewajiban kita sebagai
budaya tradisional? warga Negara untuk melestarikannya agar
Negara lain tidak bisa mengambil budaya
kita.

4.2 Pembahasan
a) Penyebab Menurunnya Ketertarikan Remaja Terhadap Kesenian Janger
Para remaja saat ini cenderung menyukai sampai meniru kebudayaan luar.
Adanya fasilitas seperti internet, televisi, radio, majalah yang banyak menampilkan
kebudayaan asing, membuat para remaja tidak dapat membendung rasa
keingintahuan mereka untuk mencoba dan meniru kebudayaan asing tersebut.
Sehingga kebudayaan lokal seperti Janger menjadi tidak mereka sukai, dan mereka
cenderung menganggap kebudayaan lokal sebagai kebudayaan kuno atau
ketinggalan jaman, sedangkan kebudayaan asing mereka anggap sebagai
kebudayaan yang modern dan maju.
Kebudayaan luar itu seharusnya di sikapi dengan cermat, apakah kebudayaan
asing ini bertentangan dengan kebudayaan lokal atau tidak, bukan langsung diterima
begitu saja. Jika tidak bertentangan dengan kebudayaan lokal kita bisa mengolah
kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan lokal, dan menciptakan suatu
perpaduan yang unik sehingga para remaja tidak merasa bosan dengan kebudayaan
lokal.

b) Cara Mengantisipasi Menurunnya Ketertarikan Remaja Terhadap Kesenian


Janger
Memang tidak ada yang mau dipersalah kan, begitu pun juga para generasi
muda kita. Hal terpenting pada saat ini untuk kita lakukan baik itu pemerintah, para
pendidik yang terkait dalam hal ini maupun orang tua, adalah mencari solusi yang
tepat untuk melestarikan budaya kita yang sangat tak ternilai harganya ini.
10
Pemerintah terkait selama ini mungkin kurang dalam menumbuhkan rasa
kepada masyarakat bahwa kesenian Janger harus dilestarikan bersama karena
kesenian daerah seperti Janger merupakan salah satu kekayaan budaya dan tentunya
cerminan masyarakat itu sendiri, dan juga kurangnya dalam mempromosikan
kesenian Janger kepada masyarakat luar.
Bagi para pendidik seharusnya lebih mengenalkan dan mengajarkan kepada
peserta didik apa itu kesenian daerah, jangan hanya memberikan materi yang ada di
buku ajar yang pasti itu hanya lebih banyak mempelajari tentang teorinya saja,
alangkah baiknya jika para pendidik lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan
materi kesenian daerah tersebut.
Kontrol dalam rumah tangga yaitu orang tua seharusnya lebih fokus lagi
dalam melakukan fungsi kontrolnya, karena pada zaman sekarang yang sudah
sangat maju segala hal bisa di dapatkan melalui internet baik itu hal negatif maupun
hal fositif, hal ini hanya bisa dikontrol dari dalam rumah tangga, sehingga sangat di
harap kan peran lebih dari orang tua.

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kebudayaan daerah yang di miliki Indonesia merupakan sebuah aset mahal dan
berharga nilainya, karena kebuyaan lokal yang di miliki Indonesia memiliki ciri dan
identitas yang berfungsi sebagai pemerkaya dan pemersatu keragaman kebudayaan
yang ada di Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Bukti nyata kekayaan bangsa Indonesia salah satunya yaitu kesenian Janger. Kita
sebagai warga Negara Indonesia harus bangga dan wajib untuk menjaga dan
melestarikannya. Namun dalam usaha memperkokoh ketahanan bangsa banyak sekali
tantangan dalam perkembangan jaman dan pencegahan pencurian-pencurian hasil
kebudayaan oleh negara lain, serta pemberian motivasi terhadap para pemuda untuk
ikut dalam memperkokoh ketahanan bangsa melalui kebudayaan daerah.

5.2 Saran
Para remaja atau generasi muda sebagai penerus bangsa sangat diperlukan dalam
usaha memperkokoh ketahanan bangsa Indonesia melalui kebudayaan daerah. Peran
serta pemerintah, para pendidik juga menjadi faktor utamanya.

Mempromosikan kebudayaan lokal yang di miliki Indonesia melalui media cetak,


maupun elektronik ke berbagai wilayah yang ada di Indonesia maupun ke berbagai
negara luar di dunia sangat di harapkan untuk ikut dan berperan serta membantu
pemerintah untuk memperkokoh ketahanan bangsa.

Yang paling penting bagi para pendidik khusus nya yang berkaitan dengan
kesenian daerah adalah mengenalkan dan mengajarkan kepada anak didiknya apa itu
kesenian daerah, tentunya dengan cara yang menarik.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://ghofar1.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo_26.html

http://bnetpwj.blogspot.com/2015/05/kti-kesenian-tradisional-jaranan-dan.html

http://mahasiswasenirupa.blogspot.com/2014/05/seni-janger-kabupaten-banyuwangi_24.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Janger.html

http://www.pengertianpakar.com/2015/05/pengertian-data-kualitatif.html

http://rinaarifa.blogspot.com/2012/04/kurangnya-minat-remaja-mempelajari.html

http://www.pengertianpakar.com/2015/05/teknik-pengumpulan-dan-analisis-data-kualitatif.html

13
LAMPIRAN

Tabel Bimbingan KTI


No. Hari / Tanggal, bulan, tahun Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan
dilaksanakannya bimbingan Guru Pembimbing
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

NILAI :

14

Anda mungkin juga menyukai