Tugas1 - Pengolahan Air Bersih PDF
Tugas1 - Pengolahan Air Bersih PDF
Tugas1 - Pengolahan Air Bersih PDF
Disusun oleh :
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kondisi Infrastruktur
Transportasi ini dengan baik.
Tujuan penulisan laporan ini agar mahasiswa dapat memahami dan menerapkan semua
ilmu dan teori tentang Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil dalam praktek
kerja di lapangan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini penyusun menyadari tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
semua pihak tentunya laporan ini tidak akan terselesaikan. Penyusun menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Suwardo, ST.,MT.,Ph.D selaku Kepala Departemen Teknik Sipil Universitas
Gadjah Mada.
2. Bapak Dr. Eng. Iman Haryanto, ST, MT selaku Ketua Prodi Program Diploma IV Teknik
Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Ir. Sindu Nuranto, MS. selaku Dosen Mata Kuliah Praktikum Teknik Pemeliharaan
Infrastruktur Keariran Universitas Gadjah Mada.
4. Sdr. Panggih Tria selaku Asisten Mata Kuliah Praktikum Teknik Pemeliharaan
Infrastruktur Keariran Universitas Gadjah Mada.
5. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Diploma IV Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan
Infrastruktur Sipil Universitas Gadjah Mada 2015.
Laporan ini disusun sebagai syarat kelulusan pada mata kuliah Praktikum Teknik
Pemeliharaan Infrastruktur Keariran. Laporan ini berisi tentang Teknik Pemeliharaan
Infrastruktur Keariran pada unit/instalansi pengelolaan air.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan laporan ini, penyusun mohon maaf kepada semua
pembaca. Untuk itu penyusun mohon saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki dan
melengkapi penyusunan laporan ini.
Yogyakarta, 29 Oktober 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………….………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 53
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 55
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :
2
1. Mengetahui bentuk Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah yang sesuai dengan
kriteria.
2. Mengetahui Prosedur dan Kriteria Desain dari IPA.
3. Mengatahui Manajemen dan Perencanaan Proyek pembangunan IPA.
4. Mengetahui Aspek Mekanikal dan Elektrika pada IPA.
5. Mengatahui Analisis dampak lingkungan dalam proyek pembangunan IPA.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan
dari bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan
sistem plambing dibatasi pada pendistribusian dan penyediaan air bersih. Adapun
fungsi dari instalasi plambing adalah:
Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan
dan jumlah aliran yang cukup.
Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan
bagian penting lainnya.
7
BAB III
METODOLOGI
Berikut Layout ipa dari hasil survey tinjauan lapangan yang didampingi
langsung oleh pihak UPTD SPAM Abdya (Gambar 3). Tim yang melakukan tinjauan
lapangan terdiri atas Direktur perusahaan, team leader dan tenaga ahli dari konsultan,
Kepala dan staf teknis UPTD SPAM Abdya, serta staf yang sedang bertugas di unit
pengolahan.
9
INTAKE
sedimentasi
filtrasi
10
Air Baku
INTAKE
Aerasi
Koreksi pH
Koagulasi
Adsorbsi, dll
Flokulasi
Lumpur endapan
Pengendapan
Penyaringan Pencucian
Filter Pengolahan lumpur endapan
-Saringan Pasir Cepat
Backwash dengan pemadatan
-Saringan Pasir Lambat (thikener)
-Reverse Osmosis
Air Minum
11
4.2 Prosedur dan Kriteria Desain
Intake dan transmisi merupakan sarana penyediaan air baku bagi suatu
instalasi pengolahan air. Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi
terjadinya proses pengaliran air. Profil ini tergantung dari energi tekan/head
tekan (dalam tinggi kolom air) yang tersedia bagi pengaliran. Head ini dapat
disediakan oleh beda elevasi (tinggi ke rendah) sehingga air pun akan mengalir
secara gravitasi. Jika tidak terdapat beda elevasi yang memadai, maka perlu
diberikan head tambahan dari luar, yaitu dengan menggunakan pompa.
a. Intake
Intake merupakan bangunan penangkap/ pengumpul air yang berfungsi
untuk :
1. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas
debit air yang dibutuhkan oleh instalasi.
2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
3. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan
oleh instalasi pengolahan yang direncanakan untuk menjaga
kontinuitas penyediaan atau pengambilan air dari sumber.
12
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembuatan intake adalah :
1. Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang
memungkinkan tumbuhan atau mikroorganisme hidup.
2. Tanah di lokasi intake harus stabil.
3. Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran.
4. Intake harus di desain untuk menghadapi keadaan darurat.
5. Intake dekat permukaan air untuk mencegah masuknya suspended
solid dan inlet jauh di atas intake.
Macam-macam intake :
Direct Intake
Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki
kedalaman yang besar seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul
tahan terhadap erosi dan sedimentasi.
Canal Intake
Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan
lubang dibangun di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan
saringan kasar. Dari ruangan batu, air diambil menggunakan pipa yang
memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan tutup hemispherical yang
berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada penutup
adalah satupertiga dari areahemisphere. Karena pembangunan intake di
kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan
meningkatnya kecepatan aliran. Hal ini dapat menyebabkan
penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu dan hilir intake harus
dilapisi.
Intake Bendungan
Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai sehingga
tinggi muka air yang direncanakan memungkinkan konstannya debit
pengambilan air. Intake bendungan dapat digunakan untuk
pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat mengatasi fluktuasi
muka air.
13
Selain bendungan, intake ini juga dilengkapi oleh beberapa bagian
yang memiliki fungsi khusus. Bagian-bagian tersebut adalah :
Kolam Olak
Merupakan bagian dari bendung yang berfungsi sebagai
peredam energi. Peredam ini berguna untuk mencegah
terjadinya erosi yang mungkin terjadi pada saluran pelimpah
dengan cara memperkecil kecepatan aliran.
Pintu Air
Pintu air diperlukan untuk menjaga aliran tetap stabil
meskipun sumber air berfluktuasi terutama pada saat pengaliran
berlebih. Pintu air juga diperlukan untuk membuka atau
menutup saluran ketika akan dilakukan pembersihan saluran
Bar Screen
Bar screen berfungsi sebagai penahan benda-benda yang
berukuran besar seperti sampah, kayu, dan plastik. Secara
berkala bar screen memerlukan pembersihan karena benda-
benda kasar menyebabkan peningkatan kehilangan tekan.
Proses pembersihan dapat dilakukan secara manual atau
otomatis tergantung beban yang ada. Bila beban sedikit maka
pembersihan dapat dilakukan secara manual dan sebaliknya.
Kriteria desain untuk bar screen adalah :
Lebar batang, w = 0,8 – 1 inch
Jarak antar batang, b = 1 – 2 inch
Kemiringan batang, θ = 30° – 60°
Kecepatan aliran sebelum melalui batang, v = 0,3 – 0,75 m/det
Head loss maksimum, hL = 6 inch
Bak Pengumpul
Berfungsi untuk menampung air baku sebelum disalurkan ke
unit pengolahan melalui pipa transmisi.
b. Transmisi
14
Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi
pengolahan air minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan
elevasi) sehingga mungkin saja diperlukan pompa.
Pipa Transmisi
Pipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke
instalasi pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam
sistem transmisi maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan
Ketahanan terhadap erosi dan korosi
Harga pipa dan biaya pemasangan
Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan
konstruksi
Kondisi lokal (Mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)
Pompa Transmisi
Pompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk
mengalirkan air dari satu tempat yang memiliki head lebih rendah daripada
tempat yang lain. Klasifikasi pompa yang ada di pasaran adalah :
Reciprocating Pump
Fland Pump
Centrifugal Pump
Air Lift Pump
Jumlah pompa yang digunakan tergantung kepada besarnya aliran yang
diperlukan dan kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan.
Kriteria Jumlah Pompa yang digunakan
4.2.2 Aerasi
15
Aerator dapat digunakan untuk menyisihkan komponen volatil yang
terlarut, yang keberadaannya berlebih pada konsentrasi jenuhnya. Beberapa
senyawa organik yang toksik bersifat volatil. Komponen penyebab rasa dan bau
pada air juga dapat disisihkan sampai ke tingkat yang memuaskan. Air tanah
yang mengandung CO2 dalam konsentrasi yang tinggi akan dapat disisihkan
sampai ke batas yang dapat diterima (memenuhi baku mutu).
Transfer gas dari atmosfer ke dalam air juga berpengaruh pada kualitas air.
Penambahan oksigen terlarut (dissolved oxygen) akan mempertinggi tingkat
oksidasi besi, mangan, dan logam lain sehingga logam-logam tersebut ada dalam
bentuk yang tidak terlarut. Presipitat ini akan disishkan dari air pada kolam
sedimentasi dan unit filtrasi.
Sistem aerasi dirancang untuk menciptakan turbulensi dan memecah air
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menambah luas permukaan untuk
transfer masa. Sistem yang dapat digunakan adalah gravitasi atau aliran
bertekanan.
a. Koagulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid akibat
netralisasi muatan elektrostatik dengan penambahan koagulan. Untuk
melaksanakan koagulasi secara efektif, koagulan yang ditambahkan
harus disebarkan secara cepat dan merata ke dalam air baku.
Pencampuran dapat dilaksanakan dengan cara pengadukan secara
hidrolis, mekanis atau pneumatis
Perbandingan Berbagai Tipe Mixing
17
Koagulan yang dapat digunakan antara lain:
1. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal dengan nama
tawas, merupakan koagulan yang sering digunakan karena
harganya murah dan mudah diperoleh. pH optimum untuk
proses koagulasi dengan tawas adalah sekitar 6,5-7,5. Bila pH
air yang akan dikoagulasi lebih kecil dari 6,5 atau lebih besar
dari 7,5, perlu dilakukan penaikkan atau penurunan pH terlebih
dahulu, misalnya dengan penambahan kapur.
1. Senyawa besi, seperti FeCl3 dan FeSO4. FeCl3 dapat
digunakan untuk air yang mengandung hidrogen sulfida.
2. PAC (Poli Alumunium Chloride)
Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas larutan
koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan
koloid akan terganggu karena molekul-molekul koagulan
dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah
muatan elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum
yang bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid
yang biasanya bermuatan negatif.
18
Pengaduk cepat
• Tipe Hidrolis:
- terjunan
- saluran bersekat
- dalam pinstalasi pengolahan air
bersekat
Mekanis:
- Bilah (Blade), pedal (padle)
Kinstalasi pengolahan airs
- Flotasi
• Waktu pengadukan (detik) 1–5
• Nilai G/detik > 750
(SNI 6774:2008)
19
buatan seperti polydiallyl dimethyl ammonium (PDADMA) dan polimer kation alam
seperti chitosan (terbuat dari kulit udang) juga dapat digunakan. Perbedaan antara
koagulan logam dengan polimer kation adalah pada reaksi hidrolisnya dengan air.
Garam logam mengalami hidrolisis ketika dimasukkan ke dalam air sedangkan
polimer tidak. Reaksi hidrolisis ini menghasilkan hydroxocomplex seperti:
Al (H 2 ) 36 , Fe (H 2O ) 33 , AlOH 2 dan Fe (OH ) 2 .
Selain koagulan, biasanya dalam pengolahan air bersih ada penambahan zat
kimia yang dibubuhkan dalam pencampuran cepat. Zat kimia yang sering digunakan
adalah alum, polimer kationik, potasium permanganat, chlorine, powerded activated
carbon (PAC), amonia, kapur soda, serta anionic dan nonionic polymers. Pemilihan
zat kimia yang tepat sangat penting khususnya pada air baku yang tidak memiliki
alkalinitas yang cukup (Kawamura, 1991).
Bila air tidak mengandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka
alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida yaitu
berupa kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan reaksi :
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14 H2O
20
meningkatkan pH sampai titik tertentu dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai
Fe(OH)3. Reaksinya adalah :
2FeSO4. 7H2O + 2Ca(OH)2 + ½ O2 → 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13 H2O
Agar reaksi di atas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 9,5. Selain itu, ferrous
sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi :
3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 → Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O
Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.
Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk
membentuk hidroksida. Reaksinya adalah :
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 → 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
21
Gambar 1.1. Jet Injection Sistem Pengadukan Cepat
Sumber : Montgomery, 1985
2. In-line static mixing (Gambar 1.2.)
Pengaduk ini dikenal dengan pengaduk statis tidak bergerak. Pengaduk ini cukup
efektif dalam proses koagulasi. Kelebihan pengaduk ini adalah (1) tidak adanya bagian
yang bergerak, (2) tidak membutuhkan energi luar untuk menjadi input (masukan) ke
dalam sistem, (3) lebih sedikit terjadinya penyumbatan daripada tipe pengadukan difusi
dengan pompa. Kekurangannya adalah bahwa tingkat dan waktu pengadukannya
merupakan fungsi debit aliran. Panjang pengadukan biasanya 1,5 – 2,5 diameter pipa.
Dalam penerapannya, maksimum headloss yang melintasi unit koagulasi adalah 0,6 m.
Desain instalasi pegolahannya harus mempunyai screen pada intake di bagian hulu dari
pengaduk statis sehingga sampah-sampah besar tidak merusak pengaduk statis (Kawamura,
1991).
Dimana :
P = energi pengadukan, (Watt = N.m/s)
= viskositas absolut air (N.s/m2) = 1,336.10-3 N.s/m2 pada 10° C
V = volume zone pengadukan (m3)
Q = debit aliran (m3/s)
w = berat air = 1000,15615 kg/m3
h = tekanan jatuh (m)
S = specific gravity = 1,00
N = jumlah elemen pengadukan
Pengadukan cepat dengan in-line static mixer mempunyai kriteria desain tersendiri yaitu
(Kawamura, 1991) :
23
Gradien kecepatan : G2 =
P = 5.74 x 10-4. Cd . . (1 – K )3 n3 r3 A
No Panjang : Lebar Cd
1 5 1,2
2 20 1,5
3 1,9
24
4. In-line mechanical mixing (Gambar 1.4)
Tipe pengaduk ini menghasilkan pengadukan cepat yang lebih efisien walaupun
letaknya tetap. Keuntungan menggunakan tipe ini adalah bisa mencapai dispersi atau
penyebaran zat kimia yang cepat. Pengaduk ini beroperasi pada watu detensi yang pendek
(kurang dari satu detik) dan pada nilai G yang tinggi. Namun, hal tersebut menjadi
pertimbangan penting karena menjadi kelemahan alat ini dalam air yang membutuhkan
waktu reaksi yang lebih lama dan lebih dari satu zat kimia untuk pembentukan flok
(AWWA, 1997).
25
G x td : 20.000 – 30.000
1
g.h 2
G
.td (2-11)
Peavy (1985) menjelaskan bahwa parameter desain untuk pengadukan cepat adalah waktu
pengadukan (t) dan gradien kecepatan (G). Untuk mendapatkan flok yang baik dilakukan
pengadukan yang bertahap dan gradien kecepatannya makin lama makin menurun.
27
1.2 Metode Pengadukan Mekanis
Paddle dapat berjalan pada kecepatan rendah sampai sedang (2 sampai 150
rpm) dan terutama digunakan sebagai agitator untuk melarutkan suspensi atau
sebagai pencampur pada aplikasi viskositas tinggi. Arus utama yang diperoleh
merupakan radial dan tangensial terhadap rotating paddle.
2. Turbine
Turbine impeller merupakan istilah yang digunakan untuk berbagai macam
bentuk impeller. Yang banyak digunakan adalah turbine impeller jenis yang
terlihat pada gambar 2.6. jenis ini terdiri dari beberapa blade lurus yang terpasang
vertikal pada suatu piringan datar. Rotasi berlangsung pada kecepatan sedang dan
aliran fluida terbentuk pada arah radial dan tangensial.
28
Gambar 1.8 Turbine Impeller
3. Propeller
Impeler tipe marine propeller merupakan yang berukuran kecil namun berkecepatan
tinggi (400 rpm untuk propeller beerdiameter besar sampai 175 rpm untuk yang
berdiameter kecil) dan digunakan secara luas dalam aplikasi viskositas rendah. Impeller
ini mempunyai laju pemindahan aliran tinggi dan menghasilkan arus kuat pada arah
aksial.
29
1. Baffling
Komponen aliran tangensial yang diinduksi oleh rotating impeller memberikan
pergerakan rotasi yang lebih dikenal dengan vorteks disekitar tiang impeller. Vorteks
menghalangi operasi pengadukan dengan cara mengurangi kecepatan impeller relatif
terhadap cairan. Sehingga lebih lanjutnya konsumsi daya yang dibutuhkan menjadi lebih
sulit dihitung. Karenanya vorteks dapat dikurangi dengan baffling yang tepat. Pembatas
vertikal ditempatkan sepanjang dinding tangki untuk memecah pergerakan rotasi dengan
mengalihkan cairan kembali terhadap tiang impeller. Untuk operasi turbin impeller,
kelebaran baffle harus lebih kecil 1/10 sampai 1/12 diameter tangki.sedangkan pada
operasi propeller, lebar yang lebih kecil dapat digunakan.
2. Fluid Regime
Rotating impeller terjadi di dalam suatu pola aliran massa fluida yang terbentuk tidak
hanya akibat bentuk, ukuran dan kecepatan impeller tetapi juga karena karakteristik
kontainer fluida dan adanya baffling. Jika aliran bersifat viskos, tidak ada mixing yang
terjadi di dalam akibat difusi. Namun jika aliran turbulen, partikel fluid bergerak dalam
semua arah dan pengadukan terjadi terutama akibat dari penempatan konveksi. Transfer
moment yang berhubungan dengan penempatan ini menghasilkan tegangan geser yang
kuat di dalam fluida. Biasanya aliran massa dan turbulensi atau hasilnya berupa tegangan
fluida penting dalam operasi pengadukan. Kebanyakan turbulensi dihasilkan dari adanya
kontak antara aliran fluida berkecepatan tinggi dengan yang berkecepatan rendah. Aliran
sepanjang sisi kontainer, blade impeller dan sepanjang baffle memberikan turbulensi
dalam tingkat yang lebih rendah. Desain operasi pengadukan mecakup dua hal:
- Identifikasi fluida regime tertentu yang diperlukan dengan melihat: pertama, hubungan
yang ada antara gaya-gaya yang terlibat dalam regime. Hal ini tentu harus komplit dan
menghasilkan kesamaan geometrik, kinematik dan dinamik pada operasi scaling up.
Kedua, dari beberapa hal lainnya seperti input daya per unit volume cairan untuk
menghasilkan proses tertentu. Walaupun hasilnya kurang lengkap karena hanya
menghasilkan kesamaan geometrik dan kinematik saja;
- Sintesa suatu operasi untuk menghasilkan regime.
3. Kurva Daya
Fluida regime yang terjadi akibat rotating impeller, sehingga gaya-gaya mayor yang
terjadi dalam fluida adalah:
30
P.g c
NP
.n 3 .D 5
n.D 2 .
N Re
D.n 2
N Fr
g
N P K .N Re .N Fr
p q
Dimana :
qqK = konstanta
qp, q = Eksponen
31
Untuk kontainer baffle tanpa vorteks:
P.g c
NP
.n 3 .D 5
Kurva ABCD menggambarkan hubungan fungsi daya dan bilangan Reynold Jika vorteks
tidak terbentuk. Dan jika vorteks terbentuk:
q
NP P.g c D.n 2
N Fr
q
.n 3 .D 5 g
Pada bilangan reynold rendah, kedua kurva bertemu, menunjukkan eksponen q sama
dengan nol dan :
N P K .N Re p
Sampai pada bilangan reynold 10, kemiringan kurva daya mendekati sama dengan –1.
Substitusi nilai ini untuk p pada persamaan (2.18)
P.g c
NP K 2
.n .D
3 5
D. .n.
K
P ..n 2 .D 3
gc
Jika kondisi turbulen sepenuhnya terjadi di dalam kontainer dimana vorteks dihilangkan
(dari C ke D pada kurva ABCD) nilai eksponen p adalah nol.
NP K
K
P . .n 3 .D 5
gc
Bagian kurva ABE yang terjadi pada daerah aliran turbulen adalah irregular.
Konsekuensinya, tidak ada persamaan yang dapat dibuat untuk input daya jika aliran
32
turbulen dan adanya pembentukkan vorteks. Nilai konstanta K tergantung pada bentuk,
ukuran impeller serta jumlah baffle dan variabel lainnya yang tidak termasuk dalam
persamaan daya. Berikut tabel nilai konstanta K pada beberapa jenis impeller:
VISKOS TURBULENT
IMPELLER RANGE (PERS. RANGE (PERS.
2.20) 2.22)
vi 2 .r.n
Sedangkan kecepatan relatif yang terjadi akibat pergerakan impeller dan perlawanan air (va)
adalah :
v vi v a
1
FD . .C D . A.v 2
2
Power yang dibutuhkan dalam mendesain mekanis sebagaimana disebutkan diatas adalah
sebesar:
33
P = FD . v
4. Scale up
Hanya sedikit informasi yang ada hubungannya dengan operasi pengadukan pada kinerja
proses. Maka konsekuensinya, identifikasi fluid regime optimum untuk mencapai hasil proses
yang diinginkan. Sehingga harus didapatkan informasi berdasarkan percobaan laboratorium
atau pilot-plant. Jika fluid regime optimum teridentifikasi, metode scaling up untuk operasi
skala kecil dapat digunakan untuk mendesain operasi dengan ukuran yang diinginkan yang
memiliki dinamika yang sama. Dua sistem yang sama secara geometrik jika rasio dimensi
dalam satu sistem sama dengan rasio pada sistem yang lainnya kesamaan kinematik tercapai
jika gerakan fluida sama pada kedua sistem yang secara geometrik sama. Sistem-sistem akan
memiliki kesamaan dinamik jika selain sama secara geometrik dan dinamik, juga mempunyai
rasio-rasio gaya yang sama pada titik tertentu di dalam sistem. Jadi sejauh ini scale up akan
tepat tercapai hanya di dalam sistem yang secara dinamik sama.
Untuk pemakaian daya tertentu, rasio aliran massa-intensitas geser dapat divariasikan dengan
menggunakan impeller dengan ukuran berbeda dan secara geometrik sama. Sehingga pada
tingkat pilot plant, pertimbangkan dengan baik rasio diameter impeller-tangki yang
memberikan hasil proses optimum. Pengaruh ukuran impeller terhadap laju reaksi pada dua
jenis proses dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 1.11 Grafik Pengaruh Ukuran Impeller terhadap Laju Reaksi pada Input Daya
yang Sama
Karena rasio aliran massa terhadap intesitas geser dapat divariasikan pada input daya sama
dengan menggunakan impeller berbeda ukuran yang secara geometrik sama, hanya sedikit
justifikasi yang diperoleh dengan berbagai variasi bentuk impeller. Seperti telah disinggung
34
sebelumnya, bilangan Reynold berhubungan dengan intensitas geser yang terjadi pada fluida
turbulen. Jadi, data laju reaksi yang tergantung pada ketebalan film cairan dapat dikorelasikan
dengan bilangan Reynold. Korelasi ini didemonstrasikan oleh Ruhton. Jika impeller
dirotasikan pada kecepatan berbeda dalam kisaran aliran yang sepenuhnya turbulen (dari C ke
D gambar 2.5), data yang diperoleh akan memberikan hubungan seperti pada gambar 2.10
berikut:
w
h.D c P .
k k
w= eksponen
m
D 2 .n. c P .
w
h.D
K '
k k
Untuk menghasilkan nilai tertentu dari koefisien transfer h dalam sistem secara geometris
sama untuk ukuran berbeda, hubungan scale up dapat diperoleh dengan membagi hubungan
pada persamaan (2.24) yang diekspresikan dalam perbandingan ukuran yang satu terhadap
yang lain, jika fluida tidak berubah:
2 m 1) / m
n 2 D1
n1 D2
kebutuhan daya yang harus dipenuhi pada scale up ditentukan dari hubungan yang
dikembangkan dengan mengkombinasikan persamaan (2.22) dan (2.25):
3 m / m
P2 D2
P1 D2
35
nilai m tergantung pada geometrik khas tangki serta bentuk, ukuran dan lokasi impeller serta
kelengkapan lain di dalam tangki. Plot eksponen ini terhadap rasio daya input persatuan
volume di dalam sistem yang secara geometris sama sebagai fungsi ukuran tangki dapat
dilihat pada gambar 2.8 berikut ;
Terlihat dari kurva bahwa secara umum input daya persatuan volume bervariasi dengan scale
up. Selain itu, rasio bervariasi terhadap nilai m.
b. Flokulasi
Flokulasi berfungsi mempercepat tumbukan antara partikel koloid yang sudah
terdestabilisasi supaya bergabung membentuk mikroflok ataupun makroflok yang
secara teknis dapat diendapkan.
Berbeda dengan proses koagulasi dimana faktor kecepatan tidak menjadi
kendala, pada flokulator terdapat batas maksimum kecepatan untuk mencegah
pecahnya flok akibat tekanan yang berlebihan.
Tenaga yang dibutuhkan untuk pengadukan secara lambat dari air selama
flokulasi dapat diberikan secara mekanis maupun hidrolis .
Tingkat keselesaian dari proses flokulasi bergantung pada kemudahan dan
kecepatan mikroflok kecil bersatu menjadi flok yang lebih besar dan jumlah total
terjadinya tumbukan partikel selama flokulasi.
36
Perbandingan antara flokulasi hidrolis dan mekanis
Flokulator mekanis
Flokulator sumbu Sumbu Flokulator
Kriteria umum
hidrolis horizontal vertikal Clarifier
dengan pedal dengan bilah
G (gradien kecepatan) 60 (menurun) 60 (menurun) – 70 (menurun)
1/detik –5 10 – 10 100 – 10
Waktu tinggal (menit) 30 – 45 30 – 40 20 – 40 20 – 100
Tahap flokulasi(buah) 6 – 10 3–6 2–4 1
Bukaan pintu/ Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Pengendalian energi putaran putaran aliran air
sekat
Kecepatan aliran
max.(m/det) 0,9 0,9 1,8 – 2,7 1,5 – 0,5
Luas bilah/pedal
dibandingkan luas bak -- 5 – 20 0,1 – 0,2 -
(%)
Kecepatan perputaran
sumbu (rpm) -- 1–5 8 – 25 -
Tinggi (m) 2–4 *
Keterangan: * termasuk ruang sludge blanket
37
(SNI 6774:2008)
Beban
Aliran Input Waktu
Ukuran hidrolik
Proses udara tenaga detensi permukaa
(N.L/m3 gelembung (Watt (menit) n (m/jam)
Flotasi air) jam/m3)
untuk 100 – 400 2 – 5 mm 5 – 10 5 – 15 10 – 30
pemisahan
Flotasi
Lemak
mekani 10.000 0,2 – 2 mm 60 – 120 4 – 16 -
k 20 – 40
Disolved Air bersamaan
15 – 50 40 – 70 μm 40 – 80 dengan 3 – 10
Flotation
flokulasi
(SNI 6774:2008)
2.2.4 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang dirancang untuk menghilangkan
sebagian besar padatan yang dapat mengendap dengan pengendapan secara
gravitasi. Hasil yang tersisa adalah berupa cairan jernih dan suspensi yang lebih
pekat.
Sedimentasi adalah salah satu unit proses yang paling umum digunakan
dalam proses pengolahan air. Partikel akan mengendap dalam salah satu dari 4
cara, bergantung pada konsentrasi dari suspensi tersebut dan sifat-sifat flokulasi
dari partikel. 4 cara pengendapan tersebut adalah :
1. Pengendapan Tipe 1, untuk menghilangkan partikel diskret
2. Pengendapan Tipe 2, untuk menghilangkan partikel non diskret
3. Pengendapan Tipe 3, disebut juga Zone Settling
4. Pengendapan Tipe 4, disebut juga Compression
Tangki sedimentasi yang ideal terdiri dari :
1. Zona inlet, dimana air didistribusikan sepanjang bagian yang menyilang.
2. Zona pengendapan, dimana partikel tersuspensi diendapkan dan air berada
dalam keadaan diam
3. Zona lumpur, dimana partikel yang mengendap dikumpulkan.
4. Zona outlet, adalah bagian untuk menyalurkan air yang sudah tidak
mengandung partikel yang dapat diendapkan keluar dari tangki.
38
Aliran pada tangki sedimentasi dapat horizontal maupun vertikal. Bentuk
tangki dapat berupa lingkaran, persegi panjang, ataupun segiempat sama sisi.
Kedalaman tangki berkisar antara 2 sampai 5 meter. Rata-rata dibuat tangki
dengan kedalaman 3 meter. Tangki persegi panjang dapat berukuran panjang
hingga 30 meter dan lebar 10 meter. Ukuran dari scrappers mekanik juga
mempengaruhi ukuran bak. Kemiringan dasar tangki berkisar antara 2 sampai 6
persen.
Lumpur yang terkumpul pada dasar tangki dikeluarkan dengan
membilasnya ke dalam suatu wadah atau mengumpulkannya ke dalamhopper dan
kemudian mengambilnya secara gravitasi atau menggunakan pompa. Lumpur
juga dapat dikeluarkan dibawah tekanan hidrostatik air pada tangki sedimentasi.
Untuk memperbaiki kinerja dari bak sedimentasi dapat digunakan tube
settler ataupun plate settler. Tube settler tersedia dalam 2 konfigurasi dasar, yaitu
horizontal tubes dan steeply inclined. Horizontal tubes dioperasikan dalam
sambungan dengan unit filtrasi yang mengikuti unit sedimentasi. Tube-tube
tersebut akan terisi zat padat dan dibersihkan dengan backwash dari filter.
Horizontal tubes settlers digunakan pada instalasi dengan kapasitas kecil (3,785
m3/hari). Steeply inclined tube settlers membersihkan lumpur secara kontinu
melalui pola aliran yang dibuat. Karena kedalaman yang dangkal dari steeply
inclined tube settlers dan pembersihan lumpur yang kontinu, ukuran instalasi
menjadi tidak terbatas.
Pada umumnya dengan pemakaian plate settler, overflow rate dapat
ditingkatkan 3-6 kali
39
2.2.5 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan solid dari cairan dimana cairan (air)
dilewatkan melalui suatu media yang berongga atau materi berongga lainnya
untuk menyisihkan sebanyak mungkin materi tersuspensi. Filtrasi digunakan di
pengolahan air untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan mengendap
untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik.
Menurut tipe media yang digunakan, filter dapat diklasifikasikan sbb :
1. Filter dengan media tunggal
2. Filter dengan media ganda
3. Filter dengan multi media
40
(SNI 6774:2008)
41
Perbandingan Slow Sand Filter dengan Rapid Sand Filter
Dalam proses filtrasi oleh granular filter terdapat beberapa mekanisme yang terjadi,
yaitu :
1. Mechanical Straining
Mekanisme mechanical straining terjadi akibat partikel atau flok tertahan
karena mempunyai ukuran yang lebih besar dari lubang pori, sehingga partikel
tidak lolos.
2. Sedimentasi
3. Adsorpsi
Sebagian partikel yang halus akan teradsorpsi oleh permukaan media filter
karena ada tumbukan dan gaya tarik antar partikel. Ketika mekanisme filtrasi
tersebut terjadi secara simultan, secara kuantitatif umumnya mekanisme yang
pertama lebih dominan. Untuk meningkatkan efektivitas media, dalam arti
meningkatkan volume atau kedalaman media, digunakan ”dual media” yang
umumnya menggunakan media yang lebih ringan. Persyaratan dari penggunaan
dual media adalah kecepatan pengendapan dari medium yang paling besar harus
lebih kecil dari kecepatan pengendapan media yang lebih berat dengan diameter
42
yang paling kecil. Persyaratan ini diperlukan supaya kedua media tersebut tidak
tercampur setelah pencucian dengan teknik backwashing.
4.2.6 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses destruksi mikroorganisme patogen dalam air dengan
menggunakan bahan kimia atau ozon.Karakteristik desinfektan yang baik :
1. Efektif membunuh mikroorganisme patogen
2. Tidak beracun bagi manusia/hewan domestik
3. Tidak beracun bagi ikan dan spesies akuatik lainnya
4. Mudah dan aman disimpan, dipindahkan, dibuang
5. Rendah biaya
6. Analisis yang mudah dan terpercaya dalam air
7. Menyediakan perlindungan sisa dalam air minum
Ada banyak hal yang mempengaruhi proses desinfeksi, diantaranya adalah
oksidan kimia, iradiasi, pengolahan termal dan pengolahan elektrokimia.
Jenis-jenis desinfeksi :
1. Desinfeksi kimiawi, berupa oksidator seperti chlorine, ozon dan kaporit
2. Desinfeksi fisik, misalnya sinar ultraviolet
1. Desinfeksi kimiawi
Desinfektan yang paling sering digunakan adalah kaporit (Ca(OCl)2)dan gas
chlor (Cl2). Pada proses desinfeksi menggunkan kaporit, terjadi reaksi sebagai
berikut :
2. Desinfeksi Fisik
Desinfeksi menggunkan ultraviolet lebih aman daripada menggunakan klor
yang beresiko membentuk trihalometan yang bersifat karsinogenik, tetapi jika
digunakan ultraviolet sebagai desinfektan maka instalasi distribusi harus benar-
benar aman dan menjamin tidak akan ada kontaminasi setelah desinfeksi. Apabila
kontaminan masuk setelah air didesinfeksi, maka kontaminan tersebut akan tetap
berada dalam air dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu, biaya yang
diperlukan juga lebih besar dibandingkan dengan desinfeksi menggunakan
kaporit. Umumnya desinfeksi dilakukan sesaat sebelum air didistribusikan kepada
konsumen.
3. Pembubuhan Kapur
Pembubuhan kapur berfungsi untuk menghasilkan air yang tidak agresif.
Dalam melakukan pembubuhan kapur hal yang terpenting adalah dosis kapur dan
kondisi jenuh kapur. Larutan kapur berada pada kondisi jenuh bila memiliki
konsentrasi sebesar 1100 mg/L. Untuk melakukan pembubuhan kapur diperlukan
beberapa unit yaitu pelarut kapur dan penjenuh kapur (lime saturator).
4.2.7 Reservoir
Jenis-jenis reservoir berdasarkan perletakannya :
a. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)
Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan tanah.
Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk distribusi air
minum. Jika kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka diperlukan ground
reservoir lebih dari satu.
b. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)
Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan ground
reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan
menggunakan elevated reservoir maka air dapat didistribusikan secara gravitasi.
Tinggi menara tergantung kepada head yang dibutuhkan.
44
c. Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai
alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena daerah
pelayanan datar.
47
Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan dibahas dalam studi kelayakan antara lain :
1. Periode perencanaan.
Jangka waktu 10-20 tahun menjadi pedoman dalam membuat suatu
perencanaan sebuah system penyediaan air minum termasuk dalam adalah kapasitas
bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Pembangunan suatu unit IPA harus
dilakukan secara bertahap. Hal ini untuk menghindari adanya pemborosan,
disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan air minum. Jangka waktu
pembangunan dituangkan dalam satu bentuk master plan. Kemudian terbagi menjadi
beberapa tahapan dalam bentuk outline plan yang merupakan perhitungan yang lebih
detail dengan waktu yang lebih singkat.
Sebagai contoh Pembangunan WTP DAM Duriangkang Batam di proyeksikan
selama 15 tahun periode perencanaan. Dimulai pada tahun 2000 dengan kapasitas
500 ltr/detik selanjutnya phase II tahun 2002, phase III tahun 2004, sekarang sedang
berjalan phase IV dengan kapasitas yang sama setiap phasenya dan masih tersisa 2 x
500 ltr/dtk dalam periode perencanaannya. Hal tersebut untuk mengakomodir
petambahan pelanggan sekitar + 18.000 setiap tahunnya.
2. Daerah aliran air minum.
Dalam perencanaan system penyediaan air minum harus dibatasi wilayah yang
masuk dalam sistem perencanaan tersebut. Tentunya dengan memperhatikan
berapa besar air yang diterima oleh pelanggan, termasuk potensi pengembangan
atau perluasan wilayah di masa yang akan datang, termasuk penambahan jumlah
satuan sambungan rumah (SR) di wilayah tersebut dan sekitarnya.
3. Pertambahan jumlah penduduk pada masa datang.
Banyak model-model atau perumusan dalam ilmu statistic untuk memprediksi
jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Salah satu contoh perumusan dengan
metode aritmatik.
Pn = Po ( 1 + r n )
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk tahun n
Po = Jumlah penduduk tahun awal
R = Angka pertumbuhan penduduk
N = Jangka waktu dalam tahun
48
Untuk metode ini data penduduk dilakukan dengan regresi linear sebagai berikut:
49
7. Ketersediaan lahan bangunan IPA.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan sebuah IPA antara lain :
- jarak bangunan dengan Intake
- tata letak unit-unit bangunan IPA
- dampak IPA terhadap lingkungan
- metode pendistribusian air ( gravitasi atau menggunakan pompa)
- kondisi geografi (kontur) lahan
- informasi yang tersedia tentang study bahan
- ketersediaan tenaga listrik
- akses jalan menuju jalur utama
- sejarah masa lalu, apakah pernah terjadi bencana seperti banjir atau
gempa bumi
- biaya konstruksi
- biaya pemeliharaan
- situasi dan kondisi keamanan sekitar bangunan
- kesiapan lahan apabila ada pengembangan bangunan pada masa yang
akan datang.
8. Data curah hujan.
Curah hujan menjadi sangat penting karena dengan data yang ada kita dapat
memprediksikan berapa jumlah debit air yang bisa terbarukan dengan adanya
siklus ini. Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi tentunya akan lebih
diuntungkan dengan daerah yang curah hujannya rendah. Curah hujan dalam suatu
daerah biasanya mempunyai satu pola yang sama dari satu waktu ke waktu,
terkecuali ada situasi ekstrim diluar kebiasaan yang jarang terjadi seperti kejadian
El Nino dan La Nina. Biasanya El Nino terjadi rata-rata dalam 4 tahun sekali
sementara la Nina dalam 6 tahun sekali. Sehingga dibutuhkan data curah hujan
setidaknya selama 10 tahun terakhir sehingga akan didapat trend yang digunakan
untuk memprediksi curah hujan pada kemudian hari.
9. Daerah tangkapan air (catchment area)
Luasnya daerah tangkapan air juga sangat diperlukan untuk menampung debit
air hujan yang turun pada suatu daerah. Daerah yang sudah rusak kondisi alamnya
akan sulit untuk menampung curah hujan karena akan terus turun dan terbuang ke
50
air laut, sedangkan daerah yang masih bagus akan meneruskan air ke dalam tanah
dan merupakan cadangan sumber air baku yang baik.
10. Analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal)
11. Ketersediaan dana.
5.1 Kesimpulan
1. Skema pengolahan air bersih adalah sebagai berikut :
Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar
screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut
tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.
WTP (Water Treatment Plant/ IPA)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa
bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
Adapun tahapan proses per instalasi sehingga dihasilkan air bersih adalah intake dan
transmisi, aerasi, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, reservoir, dan
pengolahan lumpur.
2. Kriteria Desain Instalasi Pengolahan Air harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya:
Air baku dan pompa air baku
Perencanaan Unit Paket
Kriteria Bak Penampung
Dimensi Instalasi Pengolahan Air
3. Manajemen dan perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya
terdiri dari :
a) diagram alir proses
b) diagram perpinstalasi pengolahan airan dan instrumentasi
c) perhitungan unit proses dan operasi
d) profil hidrolis
e) perhitungan mekanikal dan elektrikal
f) perhitungan struktur
g) gambar perencanaan dengan skala yang memadai
54
4. Dalam memperkirakan biaya rencana pembangunan unit pengolahan air minum diperlukan
studi kelayakan yang diperoleh langsung dari survey lapangan dan memerlukan data dari
instansi terkait penunjang pembangunan IPA.
5. Dalam pembangunan IPA sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap masyarakat
dan lingkungan, oleh karena itu perlu diperhatikan dampak dan risikonya pula.
55
DAFTAR PUSTAKA
http://jujubandung.wordpress.com/2012/05/02/unit-unit-instalasi-pengolahan-air-minum/
Unit-unit instalasi pengolahan air minum /25 September 2012
http://aladintirta.blogspot.com/2010/11/studi-kelayakan-sistem-penyediaan-air.html/ Studi
Kelayakan Sistem Penyediaan Air Minum/25 September 2012
http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/ Instalasi
Pengolahan Air Bersih /25 September 2012
Standar Nasional Indonesia “Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air”
SNI 6774:2008. Badan Standarisasi Nasional. Indonesia
Joko,Tri.2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu. Yogyakarta
56