Paradigma Pendidikan Abad 21
Paradigma Pendidikan Abad 21
Paradigma Pendidikan Abad 21
Adalah cita-cita setiap bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh
rakyatnya, dan hidup sejajar dan terhormat di kalangan bangsa-bangsa lain. Demikian pula bangsa
Indonesia bercita-cita untuk hidup dalam kesejahteraan dan kebahagiaan, duduk sama rendah dan
tegak sama tinggi serta terhormat di kalangan bangsa-bangsa lain di dunia global dalam Abad-XXI
ini. Semua ini dapat dan harus dicapai dengan kemauan dan kemampuan sendiri, yang hanya dapat
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan yang harus diikuti oleh seluruh anak bangsa. Kata
kuncidalam pendidikan ini adalah kemandirian.
Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional Abad-XXI dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
Pendidikan Nasional Abad-XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat
bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara
dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk
mewujudkan cita-cita bangsanya. (BSNP, 2010: 39)
C. Paradigma Pendidikan Nasional Abad-XXI
Dengan mengacu pada paradigma pendidikan, paradigma pendidikan nasional, serta tujuan
pendidikan Abad-XXI, maka BSNP merumuskan 8 paradigma pendidikan nasional Abad-XXI
sebagai berikut:
1. Untuk menghadapi Abad-XXI yang makin syarat dengan teknologi dan sains dalam masyarakat
global di dunia ini, maka pendidikan kita haruslah berorientasi pada matematika dan sains disertai
dengan sains sosial dan kemanusiaan (humaniora) dengan keseimbangan yang wajar.
2. Pendidikan bukan hanya membuat seorang peserta didik berpengetahuan, melainkan juga
menganut sikap keilmuan dan terhadap ilmu dan teknologi, yaitu kritis, logis, inventif dan inovatif,
serta konsisten, namun disertai pula dengan kemampuan beradaptasi. Di samping memberikan ilmu
dan teknologi, pendidikan ini harus disertai dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan menumbuh
kembangkan sikap terpuji untuk hidup dalam masyarakat yang sejahtera dan bahagia di lingkup
nasional maupun di lingkup antarbangsa dengan saling menghormati dan saling dihormati.
3. Untuk mencapai ini mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah dan
pendidikan tinggi haruslah merupakan suatu sistem yang tersambung erat tanpa celah, setiap jenjang
menunjang penuh jenjang berikutnya, menuju ke frontier ilmu. Namun demikian, penting pula pada
akhir setiap jenjang, di samping jenjang untuk ke pendidikan berikutnya, terbuka pula jenjang untuk
langsung terjun ke masyarakat.
4. Bagaimanapun juga, pada setiap jenjang pendidikan perlu ditanamkan jiwa kemandirian, karena
kemandirian pribadi mendasari kemandirian bangsa, kemandirian dalam melakukan kerjasama yang
saling menghargai dan menghormati, untuk kepentingan bangsa.
6
5. Khusus di perguruan tinggi, dalam menghadapi konvergensi berbagai bidang ilmu dan teknologi,
maka perlu dihindarkan spesialisasi yang terlalu awal dan terlalu tajam.
6. Dalam pelaksanaan pendidikan perlu diperhatikan kebhinnekaan etnis, budaya, agama dan sosial,
terutama di jenjang pendidikan awal. Namun demikian, pelaksanaan pendidikan yang berbeda ini
diarahkan menuju ke satu pola pendidikan nasional yang bermutu.
7. Untuk memungkinkan seluruh warganegara mengenyam pendidikan sampai ke jenjang pendidikan
yang sesuai dengan kemampuannya, pada dasarnya pendidikan harus dilaksanakan oleh pemerintah
dan masyarakat dengan mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (pusat dan daerah).
8. Untuk menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas, sistem monitoring yang benar dan
evaluasi yang berkesinambungan perlu dikembangkan dan dilaksanakan dengan konsisten. Lembaga
pendidikan yang tudak menunjukkan kinerja yang baik harus dihentikan. (BSNP, 2010: 43)
Strategi
MenyiasatiPendidikan Abad 21
Makalah disajikan dan dibahas
Pada Acara Seminar Nasional “Pendidikan Abad 21”
Sebagai salah satu dari Rangkaian Acara REDGARDALERT9
Dengan Tema “NINEFINITY”, diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Teknologi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
24April 2014
Oleh
Dr. MUKMINAN
Fakultas Ilmu Sosial - UNY
Email: [email protected]
HP: 08157956800
_____________________________________________
PANITIA REDGARDALERT9
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
http://staffnew.uny.ac.id/upload/130682770/penelitian/ba-22semnas-upiupistr-menyiasati-pddk-abad-
xxi.pdf
KOMPETENSI GURU
1. Tantangan Guru
Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information
and Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini
semakin sempit, karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut
dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi
antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja.
Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada dunia pendidikan.
Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi
klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses
pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi, untuk itu
dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan
bertindak (hard skills- soft skills).
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan
kompetensi multi bahasa.
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep).
3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai
kemampuan.
6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk membaca setiap
tantangan yang ada pada masa kini. guru harus mampu untuk mencari sendiri pemecahan masalah
yang timbul dari dampak kemajuan zaman karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik,
dampak negatif juga harus diperhitungkan.
2. Kompetensi Guru
Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional yang memiliki
kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.
a. Kompetensi profesional
Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :
1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
b. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam
konteks kebhinekaan budaya
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
7. Merancang pembelajaran yang mendidik
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik
dan masyarakat
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang baik
4. Mengevaluasi kinerja sendiri
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa yang baik
Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-cara
pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu
pengetahuan. Proses pembelajaran ini memungkinkan peserta didik mampu mengetahui,
memahami, dan menerapkan, serta mencari informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan.
2. Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan)
Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan
melakukan (Learning by doing) sesuatu secara aktif ini bermakna pendidikan seharusnya
memberikan bekal-bekal kemampuan atau keterampilan. Peserta didik dalam proses
pembelajarannya mampu menggunakan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan
masalah yang konkrit.
3. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk dapat
hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap
toleransi antar sesama manusia.
4. Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri).
Gambar 4. Tekno-Sains
3.8. Budaya Internet dan Cyber Society
Sejak dimulainya wacana untuk menghubungkan pengguna komputer satu dengan
lainnya yang hanya digunakan di lingkungan perguruan tinggi ternama, perkembangan
internet sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan itu pertama
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI © Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010
27
ditunjang oleh penemuan sains material, sains pencitraan, dan kedua oleh bahasa
program yang canggih sehingga memungkinkan pengguna internet melakukan berbagai
kegiatan di dunia maya secara interaktif antara: dirinya sendiri dengan komputer atau
dengan sesama pengguna lain; secara perorangan atau kelompok; telah mengenal atau
belum; di tetangga atau di benua lain; dalam durasi waktu yang tak terbatas. Ini berarti
pengalaman yang didapatkan hampir sama dengan kehidupan nyata sehari-hari. Ketika
internet diperkenankan untuk digunakan dalam dunia bisnis, kemampuannya berkembang
luar biasa. Pengertian bisnis tidak terbatas pada hal hal yang berkaitan dengan
perdagangan dalam pengertian yang sempit, tetapi semua kegiatan, instrumen, institusi,
produksi, distribusi dan konsumsi yang dilaksanakan oleh korporasi, konglomerat,
organisasi termasuk perguruan tinggi Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin
berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Internet mempunyai pengaruh yang
besar atas perkembangan ilmu pengetahuan, dan pandangan dunia.
Konvergensi antara internet dengan komunikasi selular (mobile phone) yang disertai oleh
semakin tinggi dan canggihnya kapasitas operasionalnya, kemudian didukung oleh
berbagai inovasi perangkat keras yang semakin menubuh dengan diri kita, maka suka
atau tidak, internet mulai menggantikan moda komunikasi kehidupan sosial (ekonomi,
politik, budaya), dan bahkan dapat mengubah system dan nilai budaya serta dimensi
spiritual, berikut dengan implikasi baik buruknya.
dibutuhkan
pendidikan tatap muka oleh orang tua, guru, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan
lainnya di dalam rangka pembentukan akhlak manusia abad ke 21.
Kedua, learning to do (belajar berbuat/hidup). Pada abad ke-21 menuntut manusia-
manusia yang bukan hanya berpikir tetapi manusia yang berbuat. Manusia yang berbuat
adalah manusia yang ingin memperbaiki kualitas kehidupannya. Dengan berbuat dia dapat
menciptakan produk-produk baru dan meningkatkan mutu produk-produk tersebut. Tanpa
berbuat pemikiran atau konsep tidak mempunyai arti. Aspek yang ingin dicapai dalam visi
ini adalah keterampilan seseorang peserta didik menyelesaikan problem keseharian.
Dengan kata lain pendidikan diarahkan pada how to solve the problem.
Ketiga, learning to live together (belajar hidup bersama). Disini pendidikan diarahkan
pada pembentukan seorang peserta didik yang berkesadaran bahwa kita ini hidup dalam
sebuah dunia yang global bersama banyak manusia dari berbagai bahasa dengan latar
belakang etnik, agama dan budaya. Di sinilah pendidikan akan nilai-nilai perdamaian,
penghormatan HAM, pelestarian lingkungan hidup, toleransi, menjadi aspek utama yang
mesti menginternal dalam kesadaran learner.
Keempat, learning to be (belajar menjadi diri sendiri). Pendidikan ini menjadi sangat
penting mengingat masyarakat moderns saat ini tengah dilanda suatu krisis kepribadian.
Orang sekarang biasanya lebih melihat diri sebagai what you have, what you wear, what
you eat, what you drive,, dan lain-lain. Karena itu pendidikan hendaknya diorientasikan
pada bagaimana seorang peserta didik di masa depannya bisa tumbuh dan berkembang
sebagai pribadi yang mandiri, memiliki harga diri dan tidak sekadar memiliki having (materi-
materi dan jabatan-jabatan politis).
Paradigma pendidikan tersebut di atas bila disimpulkan akan diperoleh kata kunci berupa “learning
how to learn” (belajar bagaimana belajar). Sehingga pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai
akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada
bagaimana seorang peserta didik bisa belajar dari lingkungan, dari pengalaman dan kehebatan
orang lain, dari kekayaan dan luasnya hamparan alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap
kreatif dan daya berpikir imaginatif.