KLP 6 - Diva, Mita, Naufal - MAKALAH Perkembangan Bahasa Peserta Didik Dan Problem

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK DAN PROBLEMATIKANYA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
Yang diampu oleh Ibu Nurul Ratnawati, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Diva Gita Edenia 220211608081
Naufal Hafizh Numuda 220211608856
Miftahul Jannah 220211608940

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
KOTA MALANG
SEPTEMBER 2022

I
DAFTAR ISI
(BELUM DIREVISI)

II
BAB I
PENDAHULUAN
5. 2. 1 Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan bahasa terutama di
Indonesia sangat pesat, terutama pada era globalisasi ini bahasa dapat berkembang
dengan pesat. Penggunaan bahasa yang diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari
memiliki perkembangan yang membuat pendidik juga harus beradaptasi dengan
adanya era globalisasi ini yang berpengaruh terhadap sastra terutama perkembangan
bahasa dikalangan peserta didik. Dengan adanya perkembangan ini, pendidik
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mempertahankan kaidah-kaidah
kebahasaan yang baik dan benar terhadap peserta didik.
Perkembangan bahasa sangat pesat, dimana perkembangan bahasa sangat
mempengaruhi dunia pendidikan dimana perkembangan bahasa tersebut banyak
diserap oleh masyarakat, tetapi belum tentu itu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang benar. Walau perkembangan bahasa sangat pesat dan mulai ada banyak serapan-
serapan kita tidak harus menutup mata terhadap adanya istilah-istilah baru tersebut.
Maka dari itu, peran pendidik harus mampu untuk membantu peserta didiknya dalam
rangka penggunaan bahasa yang baik dan benar ditengah maraknya serapan bahasa-
bahasa yang sedang berkembang saat ini jangan sampai bahasa yang tidak baku
muncul atau digunakan sebagai bahasa pengantar dalam menyampaikan materi
kepada peserta didik.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang diterapkan didunia pendidikan akan membantu peserta didik
mengambangkan kemampuan kognitifnya dalam memahami mata pelajaran yang
diberikan melalui sebuah proses interaksi dimana interaksi tersebut mulai dari
menyimak dan wicara membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi.

3
5. 2. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan pada bagian
terdahulu, sesuai dengan judul makalah yang penulis jabarkan maka masalah-masalah
yang dapat kami uraikan adalah sebagai berikut:
2.5.1 Apakah hakikat perkembangan bahasa?
2.5.2 Bagaimana implikasi perkembangan bahasa dalam Pendidikan?
2.5.3 Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa?
2.5.4 Bagaimana tahap perkembangan bahasa?
2.5.5 Apa saja problematik perkembangan bahasa?
2.5.6 Bagaimana upaya pengembangan bahasa dan implikasinya bagi
pendidik?
2.5.7 Bagaimana aktivitas pembelajaran terhadap perkembangan bahasa
dalam Pendidikan?
5. 2. 3 Tujuan Pembahasan
Melalui rumusan masalah yang sudah diuraikan, kami berharap agar makalah i
ni dapat bermanfaat untuk :
1. 3. 1 Mengetahui hakikat perkembangan bahasa.
1. 3. 2 Mengetahui implikasi perkembangan bahasa dalam pendidikan.
1. 3. 3 Mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa.
1. 3. 4 Mengetahui tahap perkembangan bahasa.
1. 3. 5 Mengetahui berbagai macam problematik perkembangan bahasa.
1. 3. 6 Mengetahui upaya pengembangan bahasa dan implikasinya bagi pendidik.
1. 3. 7 Mengetahui aktivitas pembelajaran terhadap perkembangan bahasa dalam
Pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
5. 2. 4 Hakikat Perkembangan Bahasa
Menurut Mulyati (2017:2) hakikat atau pengertian bahasa dapat dilihat dari
aspek bunyi atau isyarat, simbol atau huruf/ gambar dan ‘makna’. Dari ketiga aspek
tersebut dapat diartikan bahwa bahasa adalah suatu bunyi yang diucapkan atau berupa
isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf atau gambar yang berbeda-beda,
masing-masing bunyi atau isyarat dapat disimbolkan melalui huruf atau gambar yang
berbeda-beda dan memiliki artinya atau pesan tersendiri dalam suatu kata berupa
pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Begitupula dengan bahasa
yang menggunakan bunyi untuk berkomunikasi antara pembicara dengan penyimak.
Menurut Hasan (2006) dalam buku Anggraini (2022:2) menyatakan bahwa
semua perkembangan mencakup perubahan kualitatif dan kuantitatif dengan
pertumbuhan dan kedewasaan manusia. Perkembangan adalah proses yang dialami
individu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan sesuai dengan
perkembangan motoriknya. Sepanjang kehidupan manusia pasti mengalami
perkembangan pada tahap-tahap tertentu, seperti dari bayi sampai usia tua. Perubahan
dalam setiap individu merupakan hasil dari proses biologis, kognitif, dan sosial
emosional yang saling berkaitan.
Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi secara verbal dalam arti
diucapkan dan ditulis. Nonverbal atau disebut dengan istilah diisyaratkan berupa kata-
kata yang bervariasi dan merupakan kombinasi keduanya (Santrock, 2011).
Komunikasi yang harus dikuasai individu memiliki dua fungsi yang terdiri dari
menyampaikan pesan dan menangkap pesan. Kemampuan berbahasa merupakan
kemampuan peserta didik dalam menyampaikan pemikiran dalam bentuk ungkapan
kata dan kalimat yang memiliki makna, sesuai kenyataan (logis), dan sistematis.
Bahasa membantu individu untuk menjelaskan informasi pada orang-orang di sekitar.
Bahasa berperan penting dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan keinginan pada
orang lain. Pengungkapan pesan melalui bahasa akan membangun komunikasi.
Komunikasi yang dibentuk melalui percakapan akan membantu menyampaikan
informasi antar individu, antar kelompok dan antar generasi. Organisasi Bahasa
melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi, morfologi, sintaksis, ilmu semantic dan
pragmatic (Santrock, 2011).

5
a. Fonologi merupakan studi mengenai system bunyi bahasa, mengenal bunyi-
bunyi yang biasa digunakan dan dikombinasikan. Fonologi menyusun kata-
kata bersumber Perkembangan Peserta Didik 166 dari dua atau tiga ribu
fonem. Fonem adalah satuan bunyi dasar dalam bahasa yang mempengaruhi
makna, contoh: profésional, penggunaan /é/ merupakan bentuk fonem.
b. Morfologi mendeskripsikan satuan-satuan bermakna (morfem) dapat
dikombinasikan menjadi kata-kata, contoh: - isme (nasionalisme), me-
(membantu)
c. Sintaksis mencakup bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk
ungkapan dan kalimat, contoh: Budi membantu Ibu.
d. Semantik mengacu pada makna kata-kata atau kalimat, contoh: wanita,
perempuan.
e. Pragmatik yaitu penggunaan bahasa yang sesuai konteks yang berbeda-beda,
contoh: “Ibu, permisi, bolehkah saya izin meninggalkan ruangan untuk
mengambil buku di ruang guru?” berbeda dengan ijin kepada teman “Wan,
sebentar ya, saya mau ambil buku di ruang guru”.
Dalam perkembangan bahasa Brown dan Santrock telah membagi tahap
perkembangan bahasa menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa berbicara pada bayi dengan
frekuensi dan hubungan yang lebih luas, dengan kalimat-kalimat sederhana;
b. Recasting atau menyusun ulang menurut Simon (2021:167) yakni
mengucapkan makna suatu kalimat dengan cara yang berbeda;
c. Menggemakan echoing yakni mengulang kata berupa ungkapan atau kalimat,
dengan meniru kata yang diucapkan orang-orang di sekitar;
d. Memperluas atau expanding menyatakan ulang dengan bahasa yang lebih baik,
dengan mengungkapkan ide kepada orang lain;
e. Memberi nama atau labelling yakni mengidentifikasi nama-nama benda yang
terdapat di sekitar (Triyono, 2012).

5. 2. 5 Implikasi Dalam Pendidikan


Karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
membawa implikasi terhadap pendidikan. Proses pendidikan harus memperhatikan
dan menyesuaikan karakteristik dan keadaan individu di kelas. Guru berperan penting

6
dalam memahami dan memperoleh informasi mengenai karakteristik peserta didik.
Intervensi pendidikan yang mengembangkan kemampuan berbahasa akan meningkat,
apabila guru dapat menyesuaikan proses belajar dengan kebutuhan perkembangan
siswa. Lingkungan mempengaruhi perkembangan bahasa anak, sehingga mengelola
lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar dengan baik akan mendukung peningkatan
kemampuan bahasa secara optimal.
Keluarga dan masyarakat berperan dalam mendukung perkembangan bahasa.
Menurut Simon (2021:167) keluarga berperan mendorong anak dalam
mengungkapkan pendapat. Masyarakat berperan memperkenalkan variasi bahasa yang
meningkatkan pengetahuan anak. Situasi lingkungan yang mendukung dan
memotivasi siswa akan meningkatkan kepercayaan diri anak dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Strategi belajar dan pembelajaran siswa di sekolah perlu
memperhatikan pengembangan bahasa anak. Pengembangan bahasa melalui
penyiapan sarana dan prasarana belajar. Sarana belajar bahasa seperti buku-buku
bacaan, surat kabar, majalah dan buku cerita yang disediakan melalui perpustakaan
dan media online. Guru diharapkan dapat memberikan stimulus melalui kegiatan
diskusi, tanya jawab dan bercerita yang membantu siswa mengembangkan
kemampuan berkomunikasi.
Menurut Lwin dalam Triyono (2012) dalam buku Simon (2021:169) mengemukakan
bahwa pengembangan kemampuan berbahasa dilakukan melalui beberapa upaya,
yaitu:
a. Meningkatkan kemampuan membaca Kemampuan membaca melibatkan
kemampuan memahami dan menggunakan bahasa tulis. Membaca merupakan
kegiatan mempelajari sandi bunyi yang menghasilkan kata-kata. Siswa yang
memiliki kemampuan membaca yang baik akan memperoleh berbagai
informasi dan pengetahuan melalui media cetak dan media online. Siswa
mendapatkan kemudahan memahami tulisan yang dapat membantu dalam
berkomunikasi dengan lingkungan.
b. Meningkatkan kemampuan menulis Keterampilan dasar menulis
memungkinkan anak mengubah lambang bunyi melalui huruf yang dirangkai
menjadi kata-kata yang tertulis. Kata-kata yang tertulis menjadi dasar tulisan
buku-buku, laporan, puisi, pidato, surat, dan tulisan online. Guru
meningkatkan kemampuan menulis melalui menuliskan pengalaman berlibur,
menyusun cerita, karangan yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa.

7
c. Meningkatkan keterampilan mendengarkan Keterampilan mendengarkan
merupakan keterampilan yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
anak. Anak belajar bahasa pertama kali dengan mendengarkan orang tua
menyampaikan pesan dan anak menirukan kata yang didengarnya. Anak yang
mempu mendengarkan informasi yang diperoleh, akan dapat membangun
komunikasi dengan orang lain. Ketepatan merespon kata-kata akan membantu
mengembangkan kemampuan berbahasa secara efektif. Guru diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan mendengarkan dengan memberikan
stimulasi melalui diskusi, menyimak cerita atau menyimak video dan
menyimak informasi yang disampaikan guru maupun media online.
d. Memberi kesempatan untuk bercakap-cakap Keluarga berperan dalam
mengembangkan kemampuan anak berbicara melalui upaya memberi
kesempatan pada anak dalam mengungkapkan pendapat dan ide yang
dimiliki. Orang tua yang memberikan kesempatan bercakap-cakap, akan
mendorong anak memiliki keberanian dalam berbicara pada ornag lain. Guru
berperan menyediakan waktu bagi anak menyampaikan gagasan melalui
diskusi, kegiatan debat, bercerita di depan kelas dan bermain peran yang
membangun keberanian anak berbahasa. Orang tua dan guru beranggapan
bahwa membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah sebagai hal yang penting,
padahal belajar berkomunikasi di depan orang lain merupakan bagian yang
sangat penting dipraktekkan. Budaya masyarakat yang menganggap “diam itu
emas” yang dipersepsikan bahwa diam akan lebih baik, lebih selamat, lebih
dijunjung tinggi, akan menghambat anak dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa dengan tepat.

5. 2. 6 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa menurut Hurlock (1990)
dalam buku Simon (2021:171-177), yaitu:
a. Intelegensi Semakin tinggi tingkat intelegensi (kecerdasan) seseorang, maka ia
akan semakin cepat menguasai keterampilan bahasa. Semakin pintar seorang
anak, maka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mengungkapkan ide
melalui cerita yang meningkatkan kemampuan berbahasa.

8
b. Kedisiplinan Cara orang tua melatih kedisiplinan pada anak berpengaruh
terhadap penguasaan bahasa anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam
kedisiplinan yang cenderung lemah, akan lebih banyak berbicara. Sedangkan
anak-anak yang diasuh dengan kedisiplinan yang keras, akan lebih banyak
menjadi pendiam, karena mengalami kekhawatiran dan ketakutan dalam
berbicara.
c. Urutan dalam keluarga Anak pertama lebih banyak mendapatkan stimulasi
berbicara daripada anak kedua. Orang tua menuntut anak pertama untuk berani
berbicara dan banyak berbicara. Berbeda dengan anak kedua, beberapa orang
tua memiliki lebih banyak waktu untuk berbicara dengan anak kedua,
sehingga Perkembangan Peserta Didik 172 orang tua yang lebih banyak
berbicara, dan anak kedua cenderung lebih mendengarkan daripada berbicara.
d. Jumlah saudara dalam keluarga Anak tunggal akan didorong untuk lebih
banyak bicara daripada anak-anak dalam keluarga besar. Orang tua dengan
anak tunggal, akan memiliki lebih banyak waktu dengan anak tunggal. Orang
tua akan berupaya memenuhi kebutuhan perkembangan bahasa pada anak
tunggal dengan menstimulasi anak untuk berbicara, karena perhatian orang tua
tercurah sepenuhnya pada anak tunggal. Berbeda dengan anak yang
dibesarkan dalam keluarga besar, mereka akan kurang mendapatkan perhatian
dari orang tua, karena orang tua harus membagi perhatian pada semua anak-
anaknya, sehingga peningkatan perkembangan bahasa kurang.
e. Ras Kepercayaan yang diyakini oleh ras tertentu bahwa berbicara harus
terbatas, akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Filosofi orang Jawa
yang menganggap “diam itu emas” akan membuat seorang anak lebih baik
diam daripada berbicara, yang akan menghambat kemampuan berbicara.
Pandangan suku tertentu bahwa anak dianggap tidak sopan apabila terlalu
banyak berbicara, akan menyebabkan anak kurang berminat dalam
mengembangkan kemampuan berbahasanya. Perkembangan Peserta Didik 173
f. Peran seks Anak perempuan lebih cepat dalam perkembangan bahasa daripada
anak laki-laki. Anak laki-laki akan sedikit berbicara, sedangkan anak
perempuan lebih senang dan lebih banyak dalam berbicara. Anak laki-laki
lebih suka membual dan mengkritik,sedangkan anak perempuan lebih suka
mengadu dan membahas dengan teman-teman seusianya. Anak perempuan
menambah lebih banyak kosa kata daripada anak laki-laki.

9
g. Pengaruh Faktor Biologis Kemahiran berbahasa memiliki basis biologis.
Bortfeld (Santrock, 2011) membuktikan bahwa daerah tertentu di otak
digunakan untuk bahasa. Bagian otak yang yang mempengaruhi bahasa adalah
daerah Broca, yaitu daerah di lobus frontal kiri yang berpengaruh terhadap
pemrosesan kata-kata dan daerah Wernicke, di hemisfer kiri yag berpengaruh
terhadap pemahaman bahasa. Ahli bahasa Chomsky menjelaskan bahwa
manusia memiliki kemampuan biologis untuk mempelajari bahasa pada waktu
dan cara tertentu, karena setiap anak membawa alat penguasaan bahasa
(language acquisition device-LAD), yaitu perlengkapan biologis yang
memungkinkan anak mendeteksi ciri dan ketentuan bahasa yang mencakup
fonologi, sintaksis dan semantic. (Santrock,2011).
h. Pengaruh lingkungan Orang tua berperan dalam memperluas ungkapan anak-
anak dalam berbahasa. Anak-anak belajar keterampilan bahasa dari
pengalaman lingkungan awal. Ibu yang membalas celoteh bayi yang berusia 8
bulan dengan tersenyum dan menyentuh bayi, maka bayi akan melakukan
percakapan yang lebih kompleks. Perhatian orang tua terhadap anak usia 12
hingga 18 bulan dalam belajar bahasa akan memprediksi keterampilan bahasa
di usia 24 bulan. Cara orang tua menanggapi bayi dan mengajarkan kata-kata
awal dan kalimat baru pada anak, akan meningkatkan bahasa anak.
i. Status Sosial Ekonomi Keluarga Status sosioekonomi keluarga mempengaruhi
cara berkomunikasi anak. Orang tua dengan status ekonomi yang kurang, akan
berbicara dengan anak-anak dengan kosakata yang terbatas. Orang tua lebih
mengutamakan mencari pendapatan untuk mencukupi ekonomi keluarga,
daripada berbicara dengan anak-anak mereka. Keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah, akan kurang memperhatikan kegiatan dalam keluarga.
Pembicaraan antar anggota keluarga jarang dilakukan dan tidak menjadi fokus
perhatian untuk menstimulasi berbicara anak, karena mengutamakan
penghasilan sehari-hari. Berbeda dengan orang tua yang memiliki sosial
ekonomi pada kategori sedang hingga tinggi, orang tua akan memperhatikan
perkembangan bahasa anak. Orang tua akan lebih banyak memperkenalkan
kosa kata baru, membahas peristiwa-peristiwa di sekitar dan memberikan
penjelasan dalam berbagai situasi. Orang tua akan berupaya mengembangkan
kemampuan Bahasa dengan membelikan kartu bergambar (flashcard), buku
cerita, buku dongeng dan media yang membantu anak mengenal huruf dan

10
kata. Orang tua memiliki waktu untuk membacakan buku cerita dan
membahas makna cerita bersama anak, Kebiasaan membaca pada anak usia 14
sampai 24 bulan akan meningkatkan perkembangan bahasa dan kognitif pada
usia 36 bulan. Anak akan terdorong untuk mengajukan pertanyaan dan
jawaban. Semakin sering orang tua berbicara dengan anak-anak akan
meningkatkan perkembangan bahasa. Bahasa dan keterampilan literasi orang
tua terutama ibu, memiliki hubungan positif dengan perkembangan kosa kata
anak-anak. Bahasa tubuh dan penggunaan variasi kosa kata dapat
meningkatkan perilaku berbahasa anak. Anak-anak yang memiliki ibu dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan memiliki tingkat literasi yang tinggi
daripada anak-anak yang memiliki ibu yang kurang berpendidikan. Ibu akan
menyediakan bahan bacaan, membacakan cerita dan memperhatikan
perkembangan bahasa anak. Ibu dengan ekonomi yang cukup, akan berupaya
meningkatkan stimulasi kognitif anak dengan memperbaiki setiap ucapan yang
salah, memperbaiki tata bahasa yang kurang tepat dan mendorong anak untuk
terlibat dalam pembicaraan. Orang tua akan menyediakan bahan-bahan yang
meningkatkan kemampuan bahasa anak seperti televisi, radio, koran, majalah
dan buku bacaan. Anak-anak belajar melalui instruksi, bahasa lisan, membaca
dan menulis. Lingkungan rumah mempengaruhi keterampilan berbahasa. w
ww.pixabay.com Anak belajar bahasa dengan membaca buku
j. Kemampuan bilingual anak-anak yang memiliki kemampuan dua bahasa
(bilingualism) memiliki keunggulan dalam hal performa kognitif. Anak
dengan kemampuan bilingualisme memiliki kemampuan mengendalikan
atensi, mudah dalam memahami pembentukan konsep, memiliki penalaran
analitis dan fleksibilitas dan kompleksitas secara kognitif. Meskipun
Perkembangan mereka kurang fasih berbicara salah satu bahasa, namun
mereka menampilkan cara yang berbeda dalam berbicara dibanding anak-anak
yang menguasai satu bahasa. Penguasaan dua bahasa pada masa kanak-kanak
akan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi daripada mempelajari dua
bahasa pada masa remaja. Karena pengenalan dan pemahaman skema bahasa
pada tahap awal akan menentukan pada pemahaman bahasa selanjutnya
(Santrock, 2012).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa:

11
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh
karenaperkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
2.3.1 Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan
fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa
seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan,
dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu
menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
2.3.2 Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil
untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan
perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah
terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang
dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti
kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
2.3.3 Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau
tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata
yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami
atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh
kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
2.3.4 Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu
menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan
anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari
anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang
berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan

12
bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik.
Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa.
2.3.5 Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap,
dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam
berbahasa.

5. 2. 7 Tahap Perkembangan Bahasa


Perkembangan bahasa anak akan menyesuaikan dengan kemampuan bahasa
pada setiap tahap perkembangan. Terdapat empat bentuk prabicara yaitu menangis,
berceloteh, isyarat dan pengungkapan emosi. Pada usia bayi, celotehan dan vokalisasi
merupakan tahap perkembangan bahasa bayi, selama satu tahun pertama kehidupan
bayi. Tugas belajar bicara bayi yaitu mengucapkan kata-kata, menggunakan kosa kata
dan menggabungkan katakata menjadi kalimat yang dipahami orang lain.
5. 2. 8 Menangis, menangis merupakan cara berkomunikasi dengan
lingkungan sosial melalui nada, intensitas dan gerakan badan yang
mengiringi. Bayi sudah dapat menangis di saat Perkembangan Peserta
Didik 178 kelahirannya. Tangisan bayi merupakan bahasa komunikasi
bayi dalam menyampaikan pesan pada orang lain. Dengan menangis
bayi mengharapkan respon berupa perhatian, pelukan, dekapan dari
orang lain. Tangisan mengindikasikan kondisi gelisah, lapar, marah
dan kesakitan yang digunakan oleh bayi untuk mendapatkan perhatian
dari orang-orang di sekitar bayi. Bayi menangis untuk mendapatkan
makanan dan minuman, meminta digendong dan menyampaikan pesan
yang memerlukan tanggapan orang-orang di sekitar.

13
5. 2. 9 Mendekut, bayi mendekut atau cooing pertama kali di usia 2
hingga 4 bulan. Bayi mengeluarkan bunyi berdeguk yang berasal dari
bagian belakang tenggorokan. Mendekut bayi menunjukkan seolah-
olah bayi sedang berbicara dengan orang lain. Mendekut bayi terdengar
seperti mengucapkan huruf “aaaauuu…”, “aeeeaa..”, “eeaaaaa..”.
Mendekut dilakukan untuk mengekspresikan rasa senang, ketika
berinteraksi dengan pengasuh. Peran orang tua memberikan tanggapan
terhadap suara bayi, akan mendorong bayi mengeluarkan suara sebagai
bentuk bahasa bayi. Cara ibu memberikan tanggapan terhadap suara
bayi.

14
5. 2. 10 Celoteh, pada pertengahan tahun pertama kehidupan, bayi
berceloteh atau babbling yaitu menghasilkan rangkaian kombinasi
konsonan-vokal seperti “ma-ma”,”tatata…” “dada”, “ba...ba..” dan
“na-na”. Celoteh merupakan sarana latihan menguasai gerak
artikulatoris (alat ucap) yang berhubungan dengan kebermaknaan
bentuk bunyi yang diujarkan (Tarigan, 2005).
Ocehan bayi berupa fonem dalam bentuk bunyi tertentu yang akan
digabung menjadi kombinasi suara yang kompleks. Kombinasi suara
dihasilkan dari bibir dan ujung lidah (Monks, 2006). Pada usia 5 bulan,
bayi sudah mengenali namanya sendiri, ketika ada yang menyebutkan
namanya maka bayi akan menoleh ke sumber suara. Pada usia 8 hingga
12 bulan bayi mulai menggunakan bahasa tubuh atau gerakan isyarat
dengan memperlihatkan atau menunjuk ke arah sesuatu. Bayi
mengulurkan kedua tangan dan tersenyum, untuk menyampaikan ingin
digendong.
Bayi mulai melambaikan tangan tanda pamit, menganggukkan kepala
untuk mengisyaratkan “ya”. Bayi usia 10 bulan mulai dapat menirukan
kata-kata, dengan menirukan semua yang didengarnya (Monks, 2006).
Pada tahun pertama, anak-anak mengucapkan kata-kata yang pertama,
dan kebanyakan kata “mama”. Bayi memahami sekitar 50 kata pada
usia 13 bulan, namun belum mampu mengucapkan hingga usai 18
bulan. Kosa kata reseptif (kata-kata yang dipahami) muncul lebih
dahulu sebelum kosa kata yang diucapkan(kata-kata yang digunakan).
5. 2. 11 Satu Kata Satu kata yang diucapkan pada anak dianggap
sebagai satu kalimat penuh yang sedang disampaikan anak pada orang
lain. Misalnya saat anak berkata “minum”, maka artinya anak meminta
ibu untuk membuatkan minum susu yang diinginkannya; anak berkata
“main”, maka artinya anak meminta ayah untuk menemani bermain.
Kata-kata pertama bayi mempunya makna psikologis yang bersifat
intelektual, emosional dan volisional, yaitu menunjukkan mau atau
tidak Perkembangan Peserta Didik 181 mau akan sesuatu hal (Monks,
2006).

15
5. 2. 12 Kata-kata pertama anak meliputi: nama orang yang penting
(papa, mama, nenek), hewan yang dikenal (kucing), kendaraan (mobil),
mainan (bola), makanan (susu) dan salam (hai). Pada usia 2 tahun bayi
sudah dapat mengucapkan sekitar 200 kata. Peningkatan kosa kata
yang pesat sejak usia sekitar 18 bulan disebut vocabulary spurt
(lonjakan kosa kata). Usia munculnya kata pertama pada bayi
bervariasi antara 10 hingga 17 bulan dan variasi vocabulary spurt
berkisar antara 13 hingga 25 bulan.
5. 2. 13 Dua tata, pada usia 18 hingga 24 bulan anak mulai
mengucapkan ungkapan dua kata dan banyak mengandalkan bahasa
tubuh, nada dan konteks.
5. 2. 14 Kalimat sederhana anak berusia 2 sampai 3 tahun mengalami
perkembangan bahasa yang semakin cepat. Mereka mulai
menggabungkan tiga, empat kata dan mulai mengucapkan kalimat
sederhana hingga kalimat yang kompleks. Pada usia 3 tahun, anak-anak
mampu mengucapkan semua bunyi vocal dan sebagian besar konsonan.
Anak-anak mulai menjawab pertanyaan dan merespon kata-kata
berdasarkan ingatan kata-kata yang pernah didengar. Anak-anak mulai
menguasai aturan dalam mengurutkan kata secara sederhana dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat. Anak-anak sudah
mempertanyakan “mengapa” pada berbagai situasi di sekitar mereka.
Anak-anak mulai menceritakan hal-hal yang tidak terlihat
dihadapannya dalam bentuk “imajinasi”, seperti menceritakan
keinginan berlibur, pergi ke tempat bermain dan sebagainya.

16
Kalimat kompleks Usia 2 hingga 3 tahun perkembangan bahasa dari
kalimat sederhana mulai berkembang menjadi kalimatkalimat
kompleks. Anak-anak menjadi semakin sensitif terhadap bunyi dan
kata-kata yang diucapkan dan mulai Perkembangan Peserta Didik 184
menirukan suara dan bunyi yang ada sekitar. Anak-anak mulai dapat
mengucapkan semua bunyi vocal dan sebagian konsonan. Anak-anak
mulai mengalami kemajuan dalam mengurutkan kata-kata. Anak-anak
usia 18 bulan hingga 6 tahun belajar sebuah kata baru setiap jam
(kecuali ketika tidur). Anak usia 6 tahun memiliki kemampuan
berbicara jauh lebih baik daripada pada usia sebelumnya.

17
Usia 3 sampai 7 tahun menjadi periode transisi bagi anak dari berbicara eksternal ke berbicara pada
diri sendiri (self talk). Self talk anak tersebut berkembang menjadi sifat dasar anak, yang
diinternalisasi menjadi percakapan egosentris dan menjadi pemikiran mereka, tanpa disampaikan
secara verbal.

18
Anak-anak yang mampu mengembangkan bahasa sendiri, akan lebih
memperhatikan dan meningkat prestasi, karena saat menghadapi tugas
yang sulit,membuat kesalahan dan mencoba sesuatu, mereka semakin
berkembang kemampuan bahasa yang dimiliki. (Santrock, 2011) Anak-
anak usia 4 hingga 5 tahun mulai belajar mengubah gaya bicara sesuai
dengan situasi dan belajar menyesuaikan diri dengan lawan bicara.
Anak mampu mengubah pembicaraan egosentris menjadi pembicaraan
bersifat social. Mereka membicarakan tentang pengalaman sendiri,
rumah, permainan, acara televisi dan aktivitas. Anak-anak sering
berbicara dalam bentuk bualan yaitu kehebatan dalam melakukan
sesuatu atau imajinasi keinginan. Anak-anak mulai mengkritik dalam
bentuk memaki, menggoda atau komentar yang merendahkan dan
menertawakan orang.
5. 2. 15 Pada masa awal kanak-kanak merupakan tahap mengobrol.
Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak memiliki keinginan kuat
untuk belajar bicara sebagai sarana sosialisasi dan untuk memperoleh
kemandirian. Anak-anak usia 7 tahun diperkirakan telah mengenal
14.000 kata menjadi 40.000 kata di usia 11 tahun. Pada usia kanak-
kanak awal, dialog digunakan sebagai alat untuk melakukan
komunikasi social dan menyelesaikan tugas. Anak-anak melakukan
kategorisasi kosa kata dan membentuk kelompok kata. Pada usia ini
bahasa digunakan untuk meregulasi diri yang disebut bahasa
khusus(private speech) yang bersifat egosentris dan tidak matang.
Anak-anak mulai belajar tata bahasa di jenjang sekolah dasar. Mereka
belajar tata bahasa yang kompleks seperti menyusun kalimat
berdasarkan Subyek-PredikatObyek-Keterangan (SPOK).
Siswa SD mulai belajar mengaitkan kalimat, menyusun deskripsi,
definisi dan narasi. Anak-anak mulai memiliki perkembangan
kesadaran Perkembangan Peserta Didik 186 metalinguistic yaitu
pengetahuan bahasa seperti preposisi (mendiskusikan bunyi bahasa)
yang memungkinkan anak memikirkan bahasa yang digunakan,
pemahaman mengenai kosa kata, dan mendefinisikan. Anak-anak
mulai belajar membuat kalimat, paragraf, dan karangan yang
meningkatkan perkembangan bahasa.

19
5. 2. 16 Bahasa Pergaulan pada usia remaja telah mengetahui aturan-
aturan menggunakan bahasa dalam konteks sehari-hari. Mereka
mampu membedakan bahasa yang sesuai dan yang tidak sesuai untuk
dikatakan. Peningkatan kemampuan berbahasa pada remaja dalam
bentuk yang lengkap melalui cerita dan puisi. Mereka mulai
memahami fungsi komunikasi melalui kegiatan membaca, kegiatan
mendengarkan dan keterampilan menulis. Perkembangan bahasa
remaja dipengaruhi oleh pergaulan dengan teman sebaya, sehingga
bahasa pergaulan (“bahasa gaul”) yang berkembang dalam kelompok
sebaya. Bahasa gaul berkembang antar generasi, mulai generasi tahun
90-an mengenal kamus Bahasa Gaul oleh Debby Sahertian (2000),
yang berbeda dengan bahasa gaul tahun 2020 yang berkembang dengan
istilah: “mager” (malas gerak), “santuy” (santai).
5. 2. 17 Berbagai Macam Problematik Perkembangan Bahasa
Gangguan perkembangan berbahasa adalah ketidakmampuan atau
keterbatasan dalam menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi secara
verbal atau keterlambatan kemampuan perkembangan bicara dan bahasa anak sesuai
kelompok umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya. Oleh sebab itu bila
gangguan bicara dan bahasa tidak diterapi dengan tepat akan terjadi gangguan
kemampuan membaca, kemampuan verbal, perilaku, penyesuaian psikososial dan
kemampuan akademis yang buruk. Orang tua/guru perlu memahami perilaku
bermasalah ini sebab “anak yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan
dia menampakkan perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dengan
lingkungannya.
Dengan bahasanya, manusia berkomunikasi untuk bersosialisasi dan
menyampaikan hasil pemikirannya. Identifikasi dini keterlambatan bahasa harus
memecahkan dua masalah utama yaitu masalah ketersediaan informasi yang dapat
dipercaya dari seorang anak pada usia berapa ketika mereka mengalami keterbatasan
dalam kemampuan berkomunikasi. Selanjutnya, teknik pengukuran harus cost-
effective dengan menghargai waktu secara professional dan secara luas mampu
diaplikasikan untuk anak pada berbagai tingkat sosial dan latarbelakang bahasa
termasuk bilingual. Masalah kedua adalah pada interpretasi hasil dari proses
identifikasi. Banyak anak yang mengalami keterlambatan bahasa pada usia 24 sampai

20
30 bulan akan mengejar dalam beberapa tahun kemudian dan tidak memerlukan
intervensi. Tantangan yang ada adalah dalam mengidentifikasi dan menggunakan
informasi lain yang relevan dalam memperbaiki keputusan diagnosis mengenai
seorang anak secara individual untuk mencegah gangguan perkembangan yang lebih
signifikan.
Problematik menurut KBBI dalam buku Simon (2021:189-191) artinya
sesuatu yang masih menimbulkan masalah yang dikaitkan dengan hal yang masih
belum dapat dipecahkan dan disebut permasalahan. Problematik perkembangan
bahasa antara lain:
2.5.1 Terlambat bicara anak mengalami keterlambatan bicara memiliki ciri:
cenderung kurang tepat dalam menyebutkan kata pada usia dua tahun,
jumlah penguasaan kata yang rendah di usia 3 tahun dan mempunyai
kesulitan dalam memberikan nama pada benda di usia lima tahun.
Anak mengalami keterlambatan bicara, apabila situasi lingkungan
kurang memberikan stimulasi bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan berbicara. Bruderer (2015) berpendapat bahwa
penggunaan mainan untuk belajar menggigit, menghisap jempol dan
menggunakan dot tanpa isi (“kempong”) yang berdampak pada
penguasaan bahasa. Bayi yang menggunakan bendabenda tersebut akan
kurang menggerakkan alat bicaranya, karena cenderung menghisap
saja, sehingga kurang menggerakkan sensorimotorik. Anak yang
kurang distimulasi dalam perkembangan bahasa, maka akan
mengalami hambatan dalam menguasai kosa kata. Adapun beberapa
penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan
pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik
atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional,
afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Penelitian menunjukan jenis
kelamin anak dengan keterlambatan Perkembangan Peserta Didik 190
bahasa lebih banyak laki laki (77,8%) dibandingkan perempuan
(Kustiowati, 2002).
2.5.1 Gagap merupakan kondisi pembicara yang mengalami
kerancauan berbicara karena sendatan-sendatan pada sistem
pernafasan, mendadak berhenti yang menyebabkan pengulangan suku
kata yang diucapkan pertama kali(Chaer, Sintyawati, 2019). Gagap

21
yaitu anak terbiasa mengulang suara atau mengulang suku kata
terutama di awal, terdengar sebagai perpanjangan suara. Seseorang
yang gagap terkadang berhenti bicara dan mencoba mengulangi.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab gagap antara lain : (a) “stress”
dalam kehidupan berkeluarga; (b) pengasuhan secara keras dan ketat,
dengan membentakbentak, dan tidak mengijinkan anak
berargumentasi dan membantah; (c) terjadi kerusakan pada belahan
otak (hemisfer) yang dominan; (d) faktor neurotik famial yaitu
keturunan dan gaya hidup keluarga yang serba cepat dan ekspektasi
tinggi (Sintyawati, 2019). Menurut Kustiowati (2002), anak yang
mengalami kelainan bahasa pada pra sekolah 40% hingga 60 % akan
mengalami kesulitan belajar dalam bahasa tulisan dan mata pelajaran
akademik.
2.5.2 Aphasia, yakni kehilangan atau kerusakan dalam kemampuan
berbahasa akibat kerusakan di salah satu daerah otak. Kerusakan di
daerah Broca akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan kata-
kata yang tepat dan kerusakan di daerah Wernicke akan mengganggu
dalam menghasilkan pembicaraan yang lancar namun tidak dapat
dipahami (Santrock, 2011).
5. 2. 18 Upaya Pengembangan Bahasan dan Implikasinya Bagi Pendidik
Bagi Pendidik Perkembangan bahasa pada masa bayi memerlukan
stimulasi dari lingkungan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
Saat bayi, orang tua membalas celoteh bayi dan mengajak bayi berkomunikasi
akan membantu bayi mulai mengembangkan kemampuan berbahasa.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh orang terdekat anak,seperti orang
tua,saudara, guru, dan sebagainya. Lingkungan berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa. Lingkungan yang mengajarkan bahasa dengan tepat
akan mendorong anak mengembangkan bahasa secara tepat, sopan dan sesuai
dengan aturan yang berlaku, berbeda apabila lingkungan mengajarkan
mengumpat, memaki dan dan penggunaan bahasa yang salah, maka anak akan
mengembangkan bahasa yang salah.
Guru melalui lembaga menurut Simon (2021:191-192) sekolah
berperan penting dalam mengajarkan bahasa pada jenjang pendidikan,

22
sehingga berperan memberikan model bahasa dan memperbaiki kesalahan
bahasa anak. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan kaidah berbahasa, akan membantu anak
menggunakan bahasa dengan tepat. Orang tua dan guru dapat berperan aktif,
sehingga anak akan mengalami perkembangan bahasa yang positif. Pendidik
perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa anak, dengan memberikan contoh penggunaan bahasa
dengan benar.
5. 2. 19 Aktivitas Pembelajaran Terhadap Perkembangan Bahasa Dalam
Pendidikan

23
BAB III
PENUTUP

5. 2. 20 Kesimpulan

(BELUM DI REVISI)

5. 2. 21 Saran

5. 2. 22 (BELUM DIREVISI)
5. 2. 23

24
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati. 2017. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Kencana
Simon, Maya Irene. 2021. Perkembangan Peserta Didik. Kota Malang: Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri
Malang (UM).

25

Anda mungkin juga menyukai